III. METODE PENELITIAN 3.1
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan instansi terkait maupun hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan, yaitu: 1
Tabel Input-Output (I-O) Indonesia tahun 2005 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
2
Data Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha tahun 20002008 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
3
Data Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Penggunaan tahun 2000-2008 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
4
Data ketenagakerjaan menurut lapangan usaha (sektoral) tahun 2000-2008 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
5
Data Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2000-2008 yang bersumber dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
6
Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2000-2008 yang bersumber dari Kementerian Keuangan RI (Kemenkeu).
7
Data sekunder lain yang relevan dari berbagai sumber.
8
Parameter-parameter dugaan dari sistem persamaan yang didapat dari penelitian sebelumnya yang relevan.
3.2
Metode Pengolahan Data Dampak kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya pada
penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model CGE Indomini. Model CGE Indomini ini menggunakan model dasar MINIMAL (Horridge 2001), yang dikembangkan dengan cara menambahkan sejumlah sektor ekonomi (komoditi) sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah data disusun sesuai dengan kebutuhan matrik data dalam model CGE Indomini, selanjutnya diolah (running data) dengan menggunakan software GEMPACK (Sahara dan Oktaviani 2008). Solusi yang diperoleh dari hasil pengolahan data ini merupakan respons dari simulasi kebijakan yang dianalisis. Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam
48 penelitian adalah Microsoft Word 2007, Mocrosoft Excell 2007, Eviews versi 6.0 dan Gempack versi 10.0. Data yang dimasukkan ke dalam model CGE Indomini adalah Tabel I-O tahun 2005 yang bersumber dari BPS. Proses agregasi sektoral dilakukan dengan cara melakukan mapping dari 175 klasifikasi sektor ekonomi (komoditi) yang terdapat di Tabel I-O 2005 menjadi 36 sektor penelitian. Pada model ini input primer (faktor produksi) yang digunakan hanya terdiri dari kapital dan tenaga kerja. Faktor kapital meliputi pembayaran atas lahan dan sewa barang modal yang digunakan dalam proses produksi oleh masing-masing sektor. Pembayaran atas faktor tenaga kerja meliputi upah dan gaji yang dibayarkan oleh masing-masing sektor atas penggunaan input tenaga kerja. Pengguna barang dan jasa dikelompokkan menjadi pengguna antara dan pengguna akhir. Pengguna antara adalah pembelian yang dilakukan oleh masingmasing dari ke-36 industri (sektor) dalam penelitian. Pengguna akhir dibagi menjadi empat kelompok, yaitu untuk investasi dan perubahan stok, konsumsi rumahtangga, belanja pemerintah dan ekspor, sehingga dalam penelitian ini terdapat 40 pengguna (user). Berdasarkan sumbernya, komoditi dibedakan menurut komoditi yang diproduksi di dalam negeri (domestik) dan didatangkan dari luar negeri (impor). Nilai komoditas domestik dapat diperoleh dari Tabel I-O transaksi domestik dan nilai komoditas impor diperoleh dari pengurangan Tabel IO transaksi total terhadap Tabel I-O transaksi domestik. Selain data dasar di atas, model CGE Indomini ini juga membutuhkan datadata behavioral lainnya, yaitu parameter elastisitas. Parameter elastisitas yang digunakan dalam model meliputi; elastisitas Armington, elastisitas substitusi input primer dan elastisitas permintaan ekspor. Dengan keterbatasan yang ada pada penelitian ini, maka nilai-nilai parameter tersebut diperoleh dari hasil penelitian terdahulu terutama hasil penelitian Oktaviani (2000). 3.3
Model Keseimbangan Umum (CGE) Indomini Struktur teoritis yang digunakan dalam model CGE Indomini mengandung
sistem persamaan non-linear tentang permintaan tenaga kerja, permintaan terhadap input primer, permintaan terhadap input antara, permintaan terhadap
49 input gabungan (composite), komposit output dari suatu industri, permintaan terhadap barang modal (investment goods), permintaan rumahtangga, ekspor dan permintaan akhir lainnya, margin permintaan, persamaan keseimbangan pasar, harga di tingkat pembeli, pajak tak langsung, dan PDB dari sisi pendapatan dan pengeluaran. Pada model CGE Indomini ini, solusi model ditentukan dengan cara melakukan linearisasi setiap persamaan, yaitu dengan menyatakan semua peubah dalam bentuk pertumbuhannya (percentage change). Persamaan yang dilinearkan mengandung sekumpulan koefisien yang equivalent dengan persamaan non-linear. 3.3.1 Data dan Struktur Data Model Indomini Penjelasan pada bagian subbab ini mengacu kepada penjelasan yang diberikan oleh Horridge (2001) dalam Oktaviani (2008). Sebagaimana telah dinyatakan pada bagian terdahulu, data yang digunakan dalam model Indomini adalah data Tabel I-O tahun 2005. Seluruh data dihitung dalam satuan moneter (rupiah) dan diagregasi ke dalam 36 sektor (komoditi) penelitian. Struktur data yang digunakan pada model Indomini ini mengikuti alur yang terdapat pada Gambar 3.1. Setiap kolom pada Gambar 3.1 menunjukkan lima pelaku ekonomi yaitu produsen domestik, investor, rumahtangga, ekspor dan pemerintah. 1
Produsen domestik menunjukkan permintaan antara yang terdiri dari i sektor (komoditi); i = 1, 2, …, 36.
2
Investor merupakan bagian dari komponen permintaan akhir (final demand) yang menggunakan barang/jasa bukan untuk tujuan konsumsi dan umur penggunaannya lebih dari satu periode akuntansi atau sebagai barang modal (investasi). Investasi dapat dilakukan oleh swasta maupun pemerintah.
3
Konsumsi rumahtangga tunggal merupakan bagian dari komponen permintaan akhir yang menggunakan barang/jasa untuk tujuan konsumsi dan hal ini dilakukan oleh rumahtangga.
4
Ekspor merupakan bagian dari komponen permintaan akhir yang digunakan/diminta oleh konsumen akhir dari luar negeri. Pencatatan pada kolom ini merupakan ekspor neto, yaitu nilai ekspor setelah dikurangi dengan nilai impor.
50 5
Konsumsi pemerintah, merupakan bagian dari komponen permintaan akhir yang digunakan/diminta pemerintah untuk tujuan konsumsi seperti pengeluaran rutin, belanja pegawai (upah dan gaji) dan belanja alat-alat pertahanan dan keamanan.
Size
1
2
Producers ÅIÆ
Investors Å1Æ
Absorption Matrix 3 4 Household Å1Æ
Export Å1Æ
Domestic Flows
Ç C È
USE(commodity,"dom",user)
Imported Flows
Ç C È
USE(commodity,"imp",user)
Labour
Ç 1 È
Capital Output tax
Ç 1 È Ç 1 È
FACTOR (labour)
5 Government Total Sales Å1Æ
C = Number of Commodities = 36 I
= Number of Industries = 36
FACTOR (capital) V1PTX
Size Ç C È
Tax on Imports Å1Æ V0MTX
Sumber: Horridge, 2001 Gambar 3.1 Aliran struktur database pada Model Indomini Pengguna dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengguna antara (intermediate product) dan pengguna akhir (final user). Proses produksi diasumsikan menggunakan dua faktor primer, tenaga kerja dan modal tetap. Masing-masing komoditi, C, yang terdapat di dalam model merupakan komoditi yang berasal dari produk domestik dan impor dari luar negeri. Komoditi dengan sumber spesifik (domestik dan impor) digunakan oleh industri sebagai input produksi sekarang dan pembentukan modal. Hanya barang-barang yang diproduksi di dalam negeri yang muncul di kolom ekspor. Pendefinisian data dalam model Indomini yang menjadi header array dalam database ditunjukkan oleh Tabel 3.1.
51 Tabel 3.1 Set Header Row
Set header array pada Model Indomini Keterangan
COM (c)
Komoditas, dalam penelitian ini diperlakukan sebagai sektor ekonomi. Terdiri dari 36 komoditas, yaitu: (1) Padi, (2) Palawija, (3) Tanaman bahan makanan lainnya, (4) Karet, (5) Kelapa Sawit, (6) Kopi dan teh, (7) Tembakau dan Cengkeh, (8) Hasil perkebunan dan pertanian lainnya, (9) Peternakan dan hasilnya, (10) Kehutanan dan hasilnya, (11) Perikanan dan hasilnya, (12) Minyak dan gas bumi, (13) Pertambangan dan penggalian lainnya, (14) Industri makanan, minuman dan rokok, (15) Industri tekstil dan bahan tekstil, (16) Industri bahan kayu dan kertas, (17) Industri kimia dan pupuk, (18) Industri pengilangan minyak, (19) Industri plastik, karet dan bukan logam, (20) Industri semen, (21) Industri lainnya, (22) Listrik dan gas, (23) Air bersih, (24) Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, (25) Irigasi, Jalan, jembatan dan pelabuhan, (26) Bangunan lainnya, (27) Perdagangan, (28) Hotel dan restoran, (29) Angkutan darat dan penunjang, (30) Angkutan air, (31) Angkutan udara, (32) Komunikasi, (33) Lembaga keuangan, (34) Persewaan dan jasa perusahaan, (35) Pemerintahan umum, dan (36) Jasa lainnya.
IND (i)
(1) Padi, (2) Palawija, (3) Tanaman bahan makanan lainnya, (4) Karet, (5) Kelapa Sawit, (6) Kopi dan teh, (7) Tembakau dan Cengkeh, (8) Hasil perkebunan dan pertanian lainnya, (9) Peternakan dan hasilnya, (10) Kehutanan dan hasilnya, (11) Perikanan dan hasilnya, (12) Minyak dan gas bumi, (13) Pertambangan dan penggalian lainnya, (14) Industri makanan, minuman dan rokok, (15) Industri tekstil dan bahan tekstil, (16) Industri bahan kayu dan kertas, (17) Industri kimia dan pupuk, (18) Industri pengilangan minyak, (19) Industri plastik, karet dan bukan logam, (20) Industri semen, (21) Industri lainnya, (22) Listrik dan gas, (23) Air bersih, (24) Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, (25) Irigasi, Jalan, jembatan dan pelabuhan, (26) Bangunan lainnya, (27) Perdagangan, (28) Hotel dan restoran, (29) Angkutan darat dan penunjang, (30) Angkutan air, (31) Angkutan udara, (32) Komunikasi, (33) Lembaga keuangan, (34) Persewaan dan jasa perusahaan, (35) Pemerintahan umum, dan (36) Jasa lainnya
SRC (s)
Sumber Komoditas: (1) domestik dan (2) impor.
USER (u)
Pengguna; Pengguna antara ditambah dengan pengguna akhir, terdiri dari : (1) Padi, (2) Palawija, (3) Tanaman bahan makanan lainnya, (4) Karet, (5) Kelapa Sawit, (6) Kopi dan teh, (7) Tembakau dan Cengkeh, (8) Hasil perkebunan dan pertanian lainnya, (9) Peternakan dan hasilnya, (10) Kehutanan dan hasilnya, (11) Perikanan dan hasilnya, (12) Minyak dan gas bumi, (13) Pertambangan dan penggalian lainnya, (14) Industri makanan, minuman dan rokok, (15) Industri tekstil dan bahan tekstil, (16) Industri bahan kayu dan kertas, (17) Industri kimia dan pupuk, (18) Industri pengilangan minyak, (19) Industri plastik, karet dan bukan logam, (20) Industri semen, (21) Industri lainnya, (22) Listrik dan gas, (23) Air bersih, (24) Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, (25) Irigasi, Jalan, jembatan dan pelabuhan, (26) Bangunan lainnya, (27) Perdagangan, (28) Hotel dan restoran, (29) Angkutan darat dan penunjang, (30) Angkutan air, (31) Angkutan udara, (32) Komunikasi, (33) Lembaga keuangan, (34) Persewaan dan jasa perusahaan, (35) Pemerintahan umum, dan (36) Jasa lainnnya, (37) Investasi (PMTB), (38) Konsumsi rumahtangga, (39) Belanja/Konsumsi pemerintah dan (40) Ekspor.
FAC (f)
Faktor produksi: tenaga kerja dan modal (capital).
52 3.3.2 Sistem Persamaan pada Model Indomini Seluruh persamaan yang terdapat dalam model CGE Indomini yang menunjukkan model ekonomi makro diimplementasikan dalam Gempack dan dikumpulkan ke dalam file input tablo. File input tablo menjabarkan spesifikasi aljabar dari model dalam bentuk linier dan persamaan-persamaan tersebut dikumpulkan ke dalam sejumlah blok persamaan. Masing-masing pernyataan persamaan dimulai dengan nama yang umumnya mengacu pada peubah di sisi kiri. Semua peubah dinyatakan dalam bentuk perubahan persentase (percentage change). Peubah ditulis dengan huruf kecil dan koefisien ditulis dengan huruf kapital (besar). Terdapat 15 (lima belas) set persamaan dalam file input tablo, yaitu: 1
Keseimbangan pasar untuk setiap komoditi.
2
Substitusi antara komoditi impor dan domestik.
3
Struktur produksi.
4
Permintaan untuk faktor primer.
5
Permintaan untuk industri di level atas.
6
Permintaan rumah tangga.
7
Permintaan ekspor.
8
Keseimbangan pasar domestik dan harga.
9
Harga impor.
10
PDB dari sisi permintaan.
11
PDB dari sisi pengeluaran.
12
Persamaan yang berkaitan dengan peubah ekonomi makro lainnya.
13
Peubah pasar faktor produksi.
14
Pembaharuan (update) aliran data, dan
15
Ringkasan data.
3.3.3 Keseimbangan Pasar untuk Setiap Komoditi Blok Persamaan 3 pada file input tablo (Lampiran 1) menyatakan penjumlahan permintaan setiap komoditi antar pengguna (user) dari masingmasing sumber (domestik atau impor). Pengkodean pada file input tablo merepresentasikan hal-hal sebagai berikut; c = “komoditi atau sektor ekonomi”,
53 s= “dom” menunjukkan sumber komoditi berasal dari produksi domestik dan “imp” sumber komoditi berasal dari impor (luar negeri). Persamaan E_x0 menghitung permintaan total untuk komoditi tertentu yang berasal dari domestik dengan menjumlahkan permintaan dari masing-masing pengguna. Pengguna pada penelitian ini terdiri dari pengguna antara (36 sektor) dan pengguna akhir _ 0 memasukkan
(investasi, rumahtangga, pemerintah dan ekspor). Persamaan
peubah-peubah dalam bentuk perubahan persentase dan dinyatakan sebagai berikut: ∑
0 ,
, ,
………..……… (3.1)
Penulisan dengan huruf besar (upper-case letter) memiliki arti yang berbeda dengan huruf kecil (lower-case letter). Notasi
0 ,
menyatakan jumlah total
permintaan komoditi c dari sumber s, sementara notasi
0 ,
menyatakan
persentase perubahan total pemintaan komoditi c dari sumber s. Notasi
, ,
menunjukkan jumlah permintaan pengguna u untuk komoditi c dari sumber s, , ,
sedangkan
menunjukkan perubahan permintaan dalam persentase.
Aturan penulisan tersebut digunakan secara umum dalam pengkodean file input tablo. Persamaan (3.1) diturunkan ke dalam bentuk persamaan linear, sehingga diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut: 0 ,
∑
0 ,
, ,
, ,
………..……… (3.2)
Langkah selanjutnya adalah merubah persamaan (3.2) sesuai dengan nilai dalam data dasar (database). Semua pengguna diasumsikan membayar dengan ,
tingkat harga yang sama,
, yaitu harga untuk pengguna komoditi c yang
bersumber dari s. Langkah ini dilakukan dengan cara mengalikan kedua sisi persamaan (3.2) dengan , Aliran
0 ,
nilai
,
, ,
0 , , ,
,
, sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut: ∑
,
(Gambar
3.1)
, ,
, ,
berhubungan
pada sisi kanan persamaan (3.3). Notasi
............ (3.3) dengan , ,
bentuk
juga dapat
digunakan pada file input tablo. Kode s = “dom”, artinya data berada pada blok aliran domestik dan kode s = “imp”, berada dalam blok aliran impor. Bentuk ,
0 , , ,
pada sisi kiri persamaan (3.3) adalah penjumlahan antar pengguna
, yang disebut
,
atau merupakan total sales pada Gambar
3.2. Dengan demikian, persamaan (3.3) dapat diubah ke dalam bentuk:
54 ,
∑
. 0 ,
, ,
.
, ,
............ (3.4)
Persamaan (3.4), selanjutnya diubah ke dalam persamaan yang dapat dibaca oleh bahasa tablo sebagai berikut: ,
,
, ,
, ,
………….......... (3.5)
Notasi c (COM) menyatakan seluruh set komoditi dan s (SRC) menyatakan sumber. Perintah persamaan
, ,
dan
, ,
, dalam file input tablo, pada
_ 0 menyatakan bahwa software GEMPACK mengevaluasi sisi kiri
persamaan (3.4) untuk seluruh komoditi dan kedua sumber. Karena notasi ∑ tidak terdapat dalam bahasa tablo, maka dinyatakan dengan “sum” sebagaimana ditunjukkan pada persamaan (3.5). a
Substitusi antara Komoditi Impor dan Domestik Masing-masing industri dan permintaan akhir saling bersubstitusi untuk
menggunakan antara komoditi yang bersumber dari domestik dan impor. Rasio pembelian komoditi domestik dan impor oleh masing-masing komoditi dan pengguna merupakan fungsi dari harga relatif dari kedua sumber. Fungsi ini diturunkan dari fungsi produksi CES (Constant Elasticity of Substitution) yang secara luas digunakan pada pemodelan CGE. Terdapat tiga persamaan dalam bentuk perubahan persentase yang menentukan besaran rasio permintaan komoditi impor dan domestik pada jenis komoditi yang sama dari kedua sumber, yaitu: ; menyatakan harga rata-rata komoditi impor dan domestik ... (3.6)
Notasi dan
dan
; menyatakan permintaan komoditi domestik
.......... (3.7a)
; menyatakan permintaan komoditi impor
.......... (3.7b)
menunjukkan permintaan komoditi domestik dan impor,
adalah harga komoditi domestik dan impor. Notasi
dan
juga
disebut sebagai harga dan permintaan composite (gabungan). Symbol menyatakan elastisitas substitusi permintaan antara komoditi (yang sejenis) impor dan domestik, dikenal dengan elastisitas Armington. Blok Persamaan 4 pada Lampiran 1 merepresentasikan persamaan (3.6), (3.7a), dan (3.7b) untuk masingmasing komoditi dan pengguna dalam bahasa tablo.
55 b
Struktur Produksi Model CGE Indomini mengasumsikan bahwa output masing-masing
industri adalah fungsi dari input yang digunakannya, yaitu: ,
,
1
36,
1
36 … (3.8)
Fungsi F diasumsikan: ,
1
36 ….. (3.9)
Pada masing-masing industri, komposit faktor primer merupakan fungsi produksi agregat CES dari modal dan tenaga kerja yang dinyatakan sebagai berikut: …….. (3.10)
,
Komoditi komposit menggunakan fungsi agregat CES yang diproduksi secara domestik dan dari impor: (3.11)
,
Asumsi di atas menggambarkan bahwa permintaan input industri memiliki struktur yang berjenjang, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2. Fungsi produksi berjenjang dapat diinterpretasikan bahwa produsen membagi keputusan input ke dalam langkah-langkah yang berbeda. Pada level atas, komposit komoditi dan komposit faktor primer dikombinasikan dengan menggunakan fungsi produksi Leontief. Konsekuensinya, komposit komoditi dan faktor primer seluruhnya merupakan permintaan yang langsung digunakan untuk memproduksi output, 1
. Meskipun semua pangsa industri memiliki struktur produksi yang
umum, proporsi input dan parameter perilaku dimungkinkan berbeda antar industri. c
Permintaan untuk Faktor Primer Blok Persamaan 5 dalam file input tablo (Lampiran 1) menunjukkan
persamaan yang menentukan permintaan modal dan tenaga kerja. Untuk masingmasing industri, i, persamaan diturunkan dari masalah optimasi sebagai berikut: memilih input modal dan tenaga kerja, 1
meminimumkan biaya input; dimana
1
masalah
1
1 ,
1
, dan
1 1
dan 1
1
. Untuk 1
;
, 1
, dianggap eksogen untuk
1
. Peubah dinyatakan dalam
bentuk level, sehingga penulisan notasinya dengan menggunakan huruf besar.
56 Pada kondisi ini, harga tenaga kerja (tingkat upah) diasumsikan tidak berbeda antar industri, sehingga tenaga kerja bebas bergerak (mobile) antar industri. Output
Keterangan:
X1TOT
Input atau Output
Bentuk Fungsi
Leontief
Xci_s
Faktor Primer
CES
CES
σ21
σ2c
σ1PRIM
Komoditi 1
… sampai …
X1i_s
Komoditi Domestik 1 X1”dom”i
Komoditi C
CES
Komoditi Impor 1
Komoditi Domestik C
Komoditi Impor C
X1”imp”i
Xc”dom”i
Xc”imp”i
Tenaga Kerja
Modal X1CAP1
X1LAB1
Sumber: Horridge, 2001 Gambar 3.2 Struktur input output produksi berjenjang Solusi terhadap masalah minimasi biaya, dalam bentuk perubahan persentase, ditunjukkan dengan _ 1
_ 1
,
_ 1
, dan
_ 1
. Persamaan
menunjukkan bawa permintaan tenaga kerja proporsional untuk
keseluruhan pengguna faktor primer, 1 elastisitas substitusi, 1
1
, dan harga. Harga dibentuk dari
, dikalikan dengan rasio harga
1
dalam bentuk perubahan persentase yang menunjukkan harga relatif
rata-rata biaya faktor primer. Upah yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya substitusi terhadap tenaga kerja. Rata-rata biaya faktor primer dalam bentuk perubahan persentase, 1
, sehingga dalam persamaan
_ 1
dapat
dituliskan: 1
1
1
1
1
………………. (3.12)
57 1
dan 1
adalah nilai pangsa (share) biaya tenaga kerja dan biaya
modal terhadap biaya faktor primer, sehingga 1
adalah biaya rata-rata
terbobot untuk harga modal dan tenaga kerja. Jika kedua sisi persamaan _ 1 dikalikan dengan 1 1
, dan kedua sisi persamaan _ 1
dikalikan dengan
, dan kedua persamaan ditambahkan secara bersama, semua bentuk
harga dihilangkan, maka persamaan akan menjadi: 1
1
1
1
……. (3.13)
1
Persamaan (3.13) adalah bentuk perubahan persentase dari fungsi produksi CES. d
Permintaan untuk Industri di Level Atas Blok Persamaan 6 pada file input tablo (Lampiran 1) memuat sebagian besar
permintaan input yang berjenjang seperti pada Gambar 3.2. Komoditi komposit dan faktor primer komposit dikombinasikan dengan menggunakan fungsi Leontief dan dapat dituliskan sebagai berikut: 1 1
1
Industri diasumsikan
,
akan
, ,
:
_
,
_
,
;
meminimumkan biaya,
………………. (3.14)
maka
industri akan
menggunakan input sesuai dengan keperluan. Hal ini dapat dituliskan dalam persamaan berikut: _
1
,
_
, . 1 1
;
,
………………. (3.15)
. 1
;
………………. (3.16)
Kedua katagori input yang berada di level atas merupakan permintaan langsung terhadap XITOT(i). Pada Blok Persamaan 6 pada file input tablo (Lampiran 1) terdapat hubungan persamaan E_x1 dan E_x1prim. Persamaan terakhir pada Blok Persamaan 6 menunjukkan bahwa perubahan nilai output, V1TOT(i), adalah sama dengan penjumlahan dalam pengeluaran bahan baku dan faktor primer. Masing-masing bentuk persamaan pada sisi kanan persamaan adalah sama untuk 100 kali perubahan pengeluaran untuk beberapa input. Sisi kiri persamaan adalah sama untuk 100 kali perubahan dalam total biaya. Persamaan tersebut disebut sebagai persamaan ”zero pure profit” atau laba nol, yaitu keuntungan yang tidak memasukkan lagi input lain. Model juga mengasumsikan teknologi bersifat constant returns to scale (CRS). Asumsi ini
58 mengakibatkan harga output merupakan fungsi dari harga input, jika tidak ada perubahan teknologi. e
Permintaan Rumahtangga Rumahtangga diasumsikan memaksimumkan utilitas (kepuasan) dengan
mengkonsumsi sekumpulan komoditi yang optimal, dengan kendala anggaran (budget constraint). Utilitas diasumsikan menggunakan fungsi utilitas berjenjang dimana jenjang terluar merupakan kombinasi komoditi komposit yang menggunakan fungsi agregat Cobb Douglas, dan jenjang di bawahnya merupakan komposit komoditi dari sumber domestik dan impor yang menggunakan fungsi agregat
CES
untuk
masing-masing
komoditi
komposit.
Penjelasannya
diilustrasikan pada Gambar 3.3. Utilitas
Keterangan: Bentuk Fungsi
Input atau Output
Cobb Douglas
Komoditi 1 X31_s
Komoditi Domestik 1 X31”dom”i
… sampai …
Komoditi C X31_s
CES
CES
σ31
σ3c
Komoditi Impor 1
Komoditi Domestik C
Komoditi Impor C
X31”imp”i
X3c”dom”i
X3c”imp”i
Sumber: Horridge, 2001 Gambar 3.3 Struktur permintaan konsumen (rumahtangga) berjenjang Barang C yang dikonsumsi oleh rumahtangga terdiri dari 36 komoditi komposit. Rumahtangga memaksimumkan utilitas dengan anggaran tertentu dan diasumsikan bahwa masing-masing komoditi yang dikonsumsi menghasilkan
59 biaya minimum. Dengan fungsi CES preferensi yang berlaku merupakan konsumsi antara komoditi domestik dan impor. Konsumen diidentifikasi sebagai pengguna (u = “rumahtangga atau household”). Persamaan E_x dalam Blok Persamaan 3 didahului dengan memberikan instruksi (all,c,COM) (all,s,SRC) (all,u,LOCALUSER).
Di
dalam
LOCALUSER,
semua
pengguna
telah
dimasukkan kecuali untuk ekspor. Oleh karenanya, komposisi Armington di masing-masing komoditi komposit digunakan konsumen yang sudah ditentukan pada Blok Persamaan 3 (Lampiran 1). Struktur permintaan konsumen dalam bahasa tablo seluruhnya dijelaskan pada Blok Persamaan 7 (Lampiran 1). Kendala anggaran yang dihadapi rumahtangga menyatakan bahwa nilai total pembelian rumahtangga merupakan peubah eksogen bagi rumahtangga. Model CGE Indomini tidak menghubungkan antara
pengeluaran
rumahtangga,
artinya
tidak
ada
keputusan
menabung/mengkonsumsi. Kesediaan anggaran untuk dikonsumsi dinyatakan dalam bentuk nominal W3TOT. f
Permintaan Ekspor Model CGE Indomini menggunakan fungsi permintaan dari luar negeri
(ekspor) untuk komoditi produksi domestik sangat sensitif terhadap harga. Jika harga komoditi domestik meningkat secara relatif terhadap harga dunia, maka permintaan ekspor akan menurun. Persamaan E_x4a pada Blok Persamaan 8 (Lampiran 1) menunjukkan slope negatif permintaan luar negeri untuk ekspor, pada tingkat level, persamaan akan menjadi sebagai berikut: ,"
", "
"
4
,dom
Elastisitas permintaan dinotasikan dengan
………………. (3.17)
_
_
, artinya ekspor
komoditi c merupakan fungsi yang menurun terhadap harga mata uang relatif, ,dom
, relatif harga domestik terhadap harga dunia PWORLD(c). Nilai tukar PHI
merupakan konversi mata uang domestik terhadap mata uang asing. g
Keseimbangan Pasar Domestik dan Harga Set peubah persamaan keseimbangan pasar untuk komoditi domestik,
E_x1tot, dinyatakan pada Blok Persamaan 9 (Lampiran 1). Set tersebut
60 menunjukkan bahwa output masing-masing industri, X1TOT(i), adalah sama dengan permintaan total untuk komoditi yang diproduksi secara domestik X0(c,’dom”). Adapun persamaan E_pA menghubungkan antara harga pengguna barang domestik, P(c,”dom”) dengan biaya produksi P1TOT(c) dan tingkat pajak output PTXRATE(c). Hubungan persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut: ,"dom"
………………. (3.18)
P1TOT c * 1 PTXRATE c
Karena PTXRATE(c) tidak memiliki satuan unit, dan dapat berubah tanda (pajak bertanda negatif merupakan subsidi), maka diperlukan proses transformasi ke dalam peubah ordinal (bukan persentase). Persamaan (3.18) dapat ditransformasi menjadi: ,"dom"
h
p1tot c
0.01*
P1TOT c
*delptxrate c
P c,"dom"
……………….. (3.19)
Harga Impor Persamaan yang berhubungan dengan peubah harga impor adalah
persamaan E_pB, sebagaimana ditunjukkan pada Blok Persamaan 10 (Lampiran 1). Persamaan E_pB menghubungkan harga pengguna komoditi impor, P(c,”imp”) dengan harga mata uang domestik, PHI*PWORLD(c) dan untuk tingkat pajak impor MTXRATE(c). Hubungan persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut: , "imp"
i
………………. (3.20)
1
PDB dari Sisi Permintaan Koefisien V0GDPINC menyatakan PDB sebagai penjumlahan dari biaya
faktor primer dan pajak tak langsung. Persamaan E_w0gdpinc pada Blok Persamaan 11 (Lampiran1) menjelaskan persamaan tersebut dalam bentuk linear. Sisi kiri persamaan, V0GDPINC*w0gdpinc, merupakan 100 kali perubahan PDB nominal. Pada sisi kanan juga merupakan 100 kali perubahan nilai. Persamaan pajak produksi dinyatakan sebagai berikut: 100
1
1
1
1
……. (3.21)
Persamaan (3.21) dapat dipecahkan ke dalam dua bentuk. Bentuk pertama berhubungan dengan tingkat pajak; yaitu 100*(pajak dasar resmi)*(perubahan tingkat pajak). Bentuk kedua berhubungan dengan perubahan pajak dasar, yang
61 proporsional untuk penerimaan pajak, V1PTX(i), dan untuk persentase perubahan dalam pajak dasar. j
PDB dari Sisi Pengeluaran Penghitungan perubahan persentase PDB nominal dari sisi pengeluaran
direpresentasikan pada Blok Persamaan 12 (Lampiran 1). Persamaan tersebut juga membagi perubahan PDB nominal ke dalam komponen harga dan kuantitasnya. Rumusan untuk V0GDPEXP menyatakan PDB sebagai jumlah permintaan akhir (dinilai pada harga pengguna) dikurangi dengan impor (C+I+G+X-M). Persamaan E_w0gdpexp
menyatakan
bentuk
perubahan
dari
PDB
tersebut.
Total
penghitungan nilai PDB dari sisi pengeluaran dan penerimaan harus sama, baik pada level maupun dalam persentase perubahan atau dapat dinyatakan sebagai berikut: 0
0
dan 0
0
…………….…. (3.21)
Persamaan E_p0gdpexpa sama dengan persamaan E_w0gdpexp, kecuali bentuk harga yang dimasukkan. Persamaan E_p0gdpexpa mendefinisikan p0gdpexp sebagai rata-rata terbobot permintaan akhir untuk harga domestik dikurangi ratarata harga impor. Persamaan E_xogdpexp menggunakan p0gdpexp sebagai PDB deflator untuk memperoleh ukuran perubahan PDB riil. Persamaan dalam bentuk level untuk persamaan E_x0gdpexp adalah: 0
k
0
………………. (3.22)
0
Persamaan yang Berkaitan dengan Peubah Ekonomi Makro Lainnya Lima persamaan pada Blok Persamaan 13 (Lampiran 1) mendefinisikan
lima peubah ekonomi makro yang penting. Empat persamaan pertama mendefinisikan harga dan volume. Persamaan E_x4tot dapat ditulis sebagai berikut: ,
,
, "dom", "ekspor"
,
,
, "dom", "ekspor"
4
= , "dom", "ekspor"
Notasi x4tot menunjukkan rata-rata terbobot perubahan volume ekspor dengan menggunakan nilai ekspor sebagai pembobot. Persamaan aktual dalam Blok Persamaan 13 (Lampiran 1) ditulis secara lebih lengkap, tetapi tetap memiliki arti yang sama. Persamaan akhir pada Blok Persaman 13 mengukur neraca
62 perdagangan. Karena terdapat perubahan tanda (positif atau negatif), neraca perdagangan dihitung sebagai perubahan biasa, bukan perubahan persentase. Penggunaan unit dihindari dengan menggunakan perubahan sebagai bagian dari PDB. l
Peubah Pasar Faktor Produksi Blok persamaan peubah pasar faktor produksi seperti ditunjukkan oleh Blok
Persamaan 14 (Lampiran 1), mendefiniskan beberapa peubah yang berguna dalam memodelkan pasar faktor produksi. Pertama, mendefinisikan upah riil sebagai upah nominal dibagi dengan indek harga konsumen, p3tot. Pada level persamaan ini menjadi: 1
/ 3
………………. (3.23)
Satu cara untuk memodelkan pasar tenaga kerja kaku (sticky) adalah dengan mempertahankan upah konstan. Persamaan selanjutnya mendefinisikan indek perubahan persentase tenaga kerja agregat. Cara menghitungnya dengan menggunakan upah terbobot yang merefleksikan produk marginal relatif tenaga kerja dalam industri yang berbeda. Jika tingkat upah berbeda antar sektor, peubah “employ” mungkin tidak akurat mewakili jumlah jam kerja (atau orang yang dipekerjakan). Adapun persamaan akhir diturunkan dari bentuk level menjadi: 1
/ 2
………………. (3.24)
Persamaan (3.24) merepresentasikan tingkat pengembalian kotor pada unit modal baru adalah penerimaan tahunan (P1CAP) dibagi dengan biaya untuk menghasilkannya (P2TOT). Dalam keseimbangan jangka panjang diharapkan penyesuaian perilaku investor untuk menstabilkan rasio tersebut. Untuk simulasi jangka pendek harus diperhatikan bahwa GRET adalah penerimaan masa depan modal baru dalam beberapa industri akan sama dengan penerimaan hari ini. m
Pembaharuan (update) Aliran Data Bagian solusi Gempack memerlukan prosedur yang dapat menggunakan
hasil simulasi seperti peubah dalam bentuk perubahan persentase, untuk menghasilkan pasca-simulasi atau pembaharuan database. Aturan pembaharuan disediakan dan dijelaskan pada Blok Persamaan 15 (Lampiran 1). Ada dua jenis pernyataan pembaharuan, tiga baris pertama disebut “pembaharuan produk”
63 sebagai jenis kedua. Jenis pertama menunjukkan bahwa masing-masing sel dalam matrik aliran USE adalah harga dan kuantitas produk yang diformulasikan sebagai berikut: , ,
,
, ,
,
;
,
Gempack kemudian memperbaharui USE menjadi: , ,
, ,
1
0.01
,
0.01
, ,
…………. (3.25)
Dua baris terakhir dari pernyataan perbaharuan dalam Blok Persamaan 15 (Lampiran 1) adalah “pembaharuan perubahan”. Pada kasus ini model menawarkan rumusan secara eksplisit, berisi nilai koefisien dan peubah, untuk perubahan biasa dalam nilai data dasar. Perubahan penerimaan pajak impor, V0MTX, dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: pertama, V0CIF(c)*Delmtxrate(c), adalah perubahan dalam tingkat pajak dikali nilai pajak (nilai impor di perbatasan). Kedua, persamaan: 0.01*V0MTX(c)*[x0(c,”imp”)+pworld(c)+phi], adalah merupakan penerimaan pajak dikali perubahan proporsional (=%/100) dari nilai dasar. n
Ringkasan Data Dua bagian terakhir dari file input tablo pada model CGE Indomini adalah
file yang berisi ringkasan data. File ini digunakan untuk memeriksa apakah input data telah menjumlahkan dengan baik dan membantu menjelaskan hasilnya. Blok Persamaan 16 dan 17 dalam Lampiran 1 memperlihatkan file ringkasan data pada file input tablo. Pangsa modal yang dihitung pada Blok Persamaan 17 secara terbalik dihubungkan dengan elastisitas jangka pendek. Pangsa impor yang tinggi menunjukkan bahwa industri domestik memperlihatkan persaingan impor yang signifikan. o
Penutup Model Seperti model CGE pada umumnya, model Indomini memiliki lebih banyak
peubah daripada persamaannya. Peubah dapat dibedakan menjadi dua jenis, peubah endogen yang dijelaskan di dalam model dan peubah eksogen yang nilainya ditentukan di luar model. Pilihan tertentu terhadap peubah-peubah dengan mendefinisikannya ke dalam peubah eksogen disebut sebagai closure atau penutup model. Pemilihan closure dapat bebas dilakukan dengan ketentuan
64 minimial bahwa jumlah peubah endogen harus sama dengan jumlah persamaan. Ketentuan ini menunjukkan bahwa masing-masing persamaan hanya mampu menjelaskan satu peubah. Banyaknya persamaan yang terdapat dalam model CGE dan adanya keterkaitan peubah dan persamaan satu dengan lainnya memungkinkan terdapat peubah yang merupakan endogen dan sekaligus dapat pula menjadi eksogen. Pengguna model CGE dapat melakukan perubahan-perubahan closure (swap). Strategi pemilihan closure adalah sebagai berikut: 1
Identifikasi peubah yang dijelaskan masing-masing persamaan, mungkin saja peubah tersebut adalah peubah endogen.
2
Peubah yang tidak dijelaskan di dalam persamaan merupakan peubah eksogen dan tidak dapat dijadikan peubah endogen.
3
Penggantian peubah yang diswap harus memiliki ukuran yang sama. Dimensi matrik pada peubah biasanya dijelaskan pada sisi kanan penamaan peubah
tersebut.
Misalnya
persamaan
E_x(COM*SRC*IMPUSER)
memiliki tiga dimensi yang terdiri atas matrik COM, SRC, dan IMPUSER. 4
Penggantian peubah-peubah yang awalnya merupakan peubah endogen menjadi peubah eksogen perlu memperhatikan adanya kedekatan hubungan antar peubah yang diswap.
Seluruh peubah yang masuk katagori eksogen didefinisikan dalam file closure tersendiri di dalam software Gempack. Closure jangka pendek yang digunakan pada model Indomini ditunjukkan pada Tabel 3.2. Jangka pendek adalah suatu keadaan yang diasumsikan bahwa stok kapital tidak mengalami perubahan (Chao dan Eden 2002). Dalam model CGE, peubah-peubah ekonomi makro tidak hanya memiliki keterkaitan antar satu peubah dengan peubah lainnya, melainkan juga terkait dengan perubahan yang terjadi pada tingkat ekonomi sektoral dan rumahtangga. Peubah-peubah PDB, inflasi, kesempatan kerja dan neraca perdagangan dibentuk oleh peubah-peubah pada tingkat ekonomi sektoral dan rumahtangga. Bila kondisi ini dikaitkan dengan dampak suatu kebijakan, maka perubahan suatu peubah ekonomi makro dapat juga disebabkan oleh perubahan ekonomi makro itu sendiri yang diperlakukan sebagai eksogen.
65 Tabel 3.2
Closure jangka pendek pada model Indomini
Peubah (Variable) 1 2 3 4 5 6 7
phi x_s(COM,”Investasi”) x-s(COM,”Pemerintah”) x1cap realwage x3tot a1prim
8 pworld 9 f4q 10 Delmtxrate 11 Delptxrate Sumber: Oktaviani, 2008
Ukuran (size) 1 COM COM IND 1 1 IND COM COM COM COM
Keterangan Nilai tukar Rp/$US Permintaan investasi Permintaan pemerintah Stok modal saat ini Upah riil Konsumsi riil rumahtangga Perubahan teknis penggunaan faktor produksi Harga dunia ($US) Shifter permintaan ekspor Tingkat pajak impor Tingkat pajak produksi
Pada penelitian ini stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya dianggap sebagai pengeluaran investasi dalam rangka pembentukan modal yang dilakukan oleh pemerintah. Peubah eksogen dalam jangka pendek pada penelitian ini adalah investasi pemerintah, upah riil, perubahan tehnis penggunaan faktor produksi, dan stok modal. Closure jangka pendek pada penelitian ini diilustrasikan pada Gambar 3.4. Tingkat pengembalian modal
Upah riil
Perubahan tehnis penggunaan faktor produksi
Tenaga kerja
PDB
=
Konsumsi rumahtangga
+
Investasi
Stok kapital
+
Konsumsi pemerintah
+
Neraca perdagangan
Keterangan: Eksogen
Endogen
Sumber: Horridge, 2001 (dimodifikasi) Gambar 3.4 Closure ekonomi makro untuk analisis jangka pendek Closure jangka panjang yang digunakan pada model Indomini ditunjukkan pada Tabel 3.3. Jangka panjang adalah suatu keadaan yang diasumsikan bahwa
66 stok kapital sudah mengalami penyesuaian (adjustment) guna mempertahankan tingkat pengembalian modal yang tetap (fixed) dan tenaga kerja agregat tetap, sementara upah riil mengalami penyesuaian. Tabel 3.3
Closure jangka panjang pada model Indomini
Peubah (Variable) 1 2 3 4 5 6 7
phi x_s(COM,”Investasi”) x-s(COM,”Pemerintah”) gret employ DelB a1prim
8 pworld 9 f4q 10 Delmtxrate 11 Delptxrate Sumber: Oktaviani, 2008
Ukuran (size) 1 COM COM IND 1 1 IND COM COM COM COM
Keterangan Nilai tukar Rp/$US Permintaan investasi Permintaan pemerintah Tingkat pengembalian modal Tenaga kerja agregat Neraca perdagangan/PDB Perubahan teknis penggunaan faktor produksi Harga dunia ($US) Shifter permintaan ekspor Tingkat pajak impor Tingkat pajak produksi
Peubah eksogen dalam jangka panjang pada penelitian ini adalah investasi (oleh pemerintah), upah riil, perubahan tehnis penggunaan faktor produksi, dan tingkat pengembalian modal. Closure jangka panjang tersebut diilustrasikan pada Gambar 3.5. Tingkat pengembalian modal
Upah riil
Tenaga kerja
Perubahan tehnis penggunaan faktor produksi
=
PDB
Konsumsi rumahtangga
+
Investasi
Stok kapital
+
Konsumsi pemerintah
+
Keterangan: Eksogen
Endogen
Sumber: Horridge, 2001 (dimodifikasi) Gambar 3.5 Closure ekonomi makro untuk analisis jangka panjang
Neraca perdagangan
67 3.3.4 Analisis Jangka Waktu (Timescale Analysis) dalam Model CGE Indomini: Analisis Jangka Pendek dan Jangka Panjang Analisis yang digunakan pada model CGE Indomini merefleksikan jangka waktu yang dibutuhkan terjadinya proses penyesuaian berbagai peubah ekonomi untuk mencapai kondisi keseimbangan yang baru (new equilibrium). Pada penelitian ini analisis jangka waktu yang digunakan adalah jangka pendek (short run) dan jangka panjang (long run). Masing-masing jenis analisis ini didasari oleh asumsi yang berbeda. Terdapat dua asumsi dasar pada analisis jangka pendek, yaitu pertama, stok kapital dianggap tetap (fixed), hal ini didasari anggapan bahwa investasi barang modal membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat memengaruhi perekonomian. Shock yang terjadi tidak dapat secara langsung menambah stok kapital. Kedua, adanya kekakuan dalam pasar tenaga kerja (rigidities in the labor market), pada kondisi ini upah riil dianggap tetap. Menurut Horridge (2001), durasi jangka pendek tidak dapat dinyatakan secara eksplisit, tetapi umumnya sekitar satu sampai tiga tahun. Analisis jangka panjang didasarkan pada asumsi bahwa (1) telah terjadi penyesuaian pada stok kapital dan (2) upah riil juga telah mengalami penyesuaian akibat adanya guncangan dalam perekonomian. Analisis pada model CGE Indomini belum memasukkan unsur dinamis (waktu), sehingga disebut sebagai model komparatif statik (Oktaviani 2008). Pada model ini analisis dilakukan dengan membandingkan perbedaan nilai peubah tertentu pada waktu yang akan datang (T), dengan atau tanpa adanya kebijakan (shock) pada peubah eksogen. Semua persamaan ataupun peubah pada model menunjukkan keadaan perekonomian pada periode yang akan datang. Model ini diilustrasikan pada Gambar 3.6. Pada Gambar 3.6 tersebut, Sumbu vertikal menunjukkan perubahan permintaan tenaga kerja dan sumbu horizontal menunjukkan waktu (T). Pada awal periode (periode 0), jumlah tenaga kerja sebesar A. Bila tidak ada perubahan kebijakan atau implementasi suatu kebijakan tidak berjalan maka jumlah tenaga kerja pada periode T sebesar B, sedangkan bila terdapat kebijakan dan terimplementasikan dengan baik maka jumlah tenaga kerjanya sebesar C. Simulasi model comparative static ini akan menghasilkan persentase perubahan tenaga kerja sebesar 100
, yang
68 menunjukkan dampak kebijakan terhadap penyerapan kerja pada periode T. Pilihan jangka waktu pada kebijakan ini tergantung pada closure yang digunakan.
Tenaga Kerja
C
B A
T Waktu Sumber: Horridge, 2001 Gambar 3.6 Analisis kebijakan model comparative static 3.4
Keunggulan dan Keterbatasan Model CGE Terdapat beberapa
model
ekonomi yang dapat digunakan
untuk
menganalisis dampak perubahan peubah-peubah ekonomi makro. Selain model CGE, model ekonometrika sering digunakan untuk analisis keseimbangan parsial (partial equilibrium), model Input-Output dan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Penelitian ini menggunakan model CGE yang memiliki beberapa keunggulan dan keterbatasan dibandingkan dengan model ekonomi lainnya (Oktaviani 2008). Keunggulan dari model CGE antara lain adalah: 1
Dibandingkan dengan model keseimbangan parsial, model CGE sudah memasukkan semua transaksi antara pelaku-pelaku ekonomi secara keseluruhan, baik di pasar faktor produksi maupun pasar komoditi. Sehingga dampak dari suatu kebijakan dapat dianalisis pengaruhnya secara kuantitatif terhadap kinerja ekonomi baik secara ekonomi makro maupun ekonomi sektoral.
2
Model CGE sudah memasukkan kemungkinan substitusi antar faktor produksi, sehingga jika terjadi perubahan harga relatif suatu faktor produksi, maka produsen akan merubah komposisi penggunaan faktor produksi ke
69 arah faktor produksi yang harganya relatif lebih murah. Pada model CGE dampak kebijakan dapat dianalisis pada tingkat institusi, distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga, distribusi pendapatan antar faktor produksi primer, neraca perdagangan dan sebagainya 3
Dibandingkan dengan SNSE atau Social Accounting Matrix (SAM), model CGE sudah memasukkan persamaan non-linear. Disamping itu, pada model CGE harga sudah dimasukkan sebagai peubah endogen.
4
Dibandingkan dengan model makro ekonometrika, model CGE dapat mengacu pada tahun tertentu (particular benchmark years), sedangkan pada model makro ekonometrika data yang digunakan merupakan data deret waktu (time series), sehingga tidak dapat diaplikasikan pada tahun tertentu. Disamping itu dengan menggunakan model CGE hubungan antara ekonomi makro dangan mikro ekonomi dapat diketahui, sementara pada model makro ekonometrika analisis dampak hanya dapat dilakukan di tingkat makro.
5
Model CGE dapat mengatasi permasalahan ketersediaan data deret waktu yang terbatas, terutama di negara berkembang dan inkonsistensi data yang diperlukan model makro ekonometrika maupun model simultan. Pencatatan data dan keakuratan data dari waktu ke waktu di negara berkembang saat ini masih menjadi kendala untuk ketersediaan data yang lengkap.
Disamping itu, model CGE juga memiliki kelemahan, antara lain: 1
Asumsi utama dalam model CGE mengenai struktur pasar persaingan sempurna (PPS) dengan kondisi constant return to scale, sehingga pada komoditi dengan pasar non PPS penggunaan asumsi ini menjadi kelemahan model.
2
Adanya ketergantungan model keseimbangan umum pada parameter benchmark yang dikalibrasi. Hal ini dikarenakan model CGE tidak mengestimasi parameter-parameter tersebut, tetapi diambil dari hasil estimasi di luar model.
3
Model CGE terlalu kompleks dan terlalu banyak asumsi yang digunakan, sehingga akan muncul permasalahan black box yang sulit untuk dijelaskan jika hasil estimasinya tidak sesuai dengan teori ekonomi atau prediksi yang diharapkan.
70 4
Tidak seperti model ekonometrika, pada model CGE tidak ada validitas terhadap hasil pengolahan, sehingga bagi pihak-pihak yang mengutamakan kevalidan dalam model akan merasa sangat riskan menggunakan model CGE.
5
Model CGE tidak dapat menangkap perubahan perekonomian yang sangat besar (tidak dapat menganalisis perubahan persentase lebih dari 100 persen). Semakin kecil perubahan kebijakan yang dianalisis, semakin tepat model dalam mengestimasi perubahan non-linier.
3.5
Simulasi Kebijakan Dampak alokasi investasi pemerintah atau peningkatan stok modal
infrastruktur terhadap kinerja ekonomi makro maupun ekonomi sektoral dapat terjadi secara langsung melalui peningkatan investasi infrastruktur yang dilakukan pemerintah maupun secara tidak langsung melalui peningkatan produktivitas sektoral. Dampak langsungnya dapat diketahui dengan melakukan guncangan (shock) pada peubah investasi untuk sektor jasa infrastruktur seperti transportasi, listrik, bangunan dan komunikasi. Besaran persentase guncangan peningkatan investasi infrastruktur dapat diperoleh dari data aktual perkembangan alokasi investasi infrastruktur untuk masing-masing jenis infrastruktur. Simulasi alokasi investasi atau peningkatan stok infrastruktur fisik pada penelitian ini dilakukan secara tidak langsung melalui peningkatan produktivitas sektoral. Hal ini dikarenakan data investasi pemerintah dalam Tabel I-O hanya menunjukkan investasi di masing-masing sektor yang berasal dari sektor tersebut, maka beberapa sektor yang outputnya tidak dapat dijadikan barang investasi, nilai investasi tidak ada (nol). Kondisi ini terjadi karena penyusunan Tabel I-O di Indonesia dilakukan dengan pendekatan produksi. Pada pendekatan ini, investasi setiap sektor merupakan sisa output yang tidak terserap sebagai input antara atau permintaan akhir, selain investasi (PMTB). Dengan demikian nilai investasi tersebut belum menunjukkan nilai investasi secara keseluruhan dalam perekonomian. Oleh karena itu, simulasi kebijakan pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan simulasi peningkatan produktivitas output sebagai dampak dari adanya peningkatan investasi pemerintah di bidang infrastruktur padatkarya.
71 Produktivitas merupakan ukuran perubahan teknologi yang merefleksikan respons terhadap perubahan iklim ekonomi, yaitu adanya investasi pemerintah melalui kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya tahun 2009. Tabel 3.4 Investasi pemerintah (IP), investasi swasta (IS) dan tenaga kerja (TK) sektoral tahun 2004-2008 Lapangan usaha 1
1 Pertanian 2 Pertambangan dan penggalian 3 Industri pengolahan 4 Listrik, gas dan air bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan, hotel dan restoran 7 Pengangkutan dan komunikasi 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9 Jasa-jasa
Jumlah
IP IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3 IP1 IS2 TK3
2004
2005
2006
2007
2008
12,461.72 4,910.81 40,608.00 146.57 1,278.33 1,034.70 411.64 79,509.66 11,070.50 8,039.80 11,356.90 230.80 11,719.07 10,335.66 4,540.10 351.01 11,717.01 19,119.20 18,146.45 7,336.29 5,480.50 35.78 3,154.88 1,125.10 20,052.56 3,040.21 10,513.10 71,364.60 132,639.74 93,722.00
17,731.47 7,606.89 41,814.20 199.12 1,924.92 808.80 559.23 55,400.90 11,652.40 11,516.27 675.32 186.80 41,505.65 11,448.68 4,417.10 476.85 5,904.04 18,896.90 26,226.51 29,604.54 5,552.50 32.27 2,094.49 1,042.80 27,241.98 3,658.36 10,576.60 125,489.37 118,318.13 94,948.10
29,130.66 7,497.89 42,323.19 331.65 909.47 947.10 931.45 45,664.79 11,578.14 18,883.08 1,037.81 207.10 53,939.67 1,839.28 4,373.95 794.24 5,446.41 18,555.06 42,892.07 7,062.74 5,467.31 66.10 2,336.68 1,153.29 45,374.16 2,905.87 10,571.97 192,343.09 74,700.94 95,177.10
29,621.68 6,412.80 41,206.47 324.45 3,609.41 994.61 911.23 70,530.84 12,368.73 19,305.31 1,870.09 174.88 32,868.89 6,332.30 5,252.58 777.00 6,103.89 20,554.65 44,166.17 31,417.88 5,958.81 95.02 607.53 1,399.49 44,389.06 5,399.62 12,019.98 172,458.82 132,284.35 99,930.22
33,823.38 2,733.98 44,751.01 350.10 2,277.33 967.42 983.26 59,678.16 12,454.77 22,209.25 780.51 203.72 36,189.47 5,016.78 4,847.47 838.42 7,996.76 20,208.19 51,308.79 83,100.99 5,866.80 107.16 1,695.93 1,290.58 47,898.11 1,219.49 11,459.90 193,707.94 164,499.92 102,049.86
Keterangan: 1 2 3
Jumlah investasi pemerintah sektoral (dalam miliar rupiah), data bersumber dari Kemenkeu tahun 2004-2008 (diolah) Jumlah investasi swasta (PMDN + PMA) sektoral (dalam miliar rupiah), data bersumber dari BKPM tahun 2004-2008 (diolah) Jumlah tenaga kerja sektoral (dalam ribu orang), data bersumber dari BPS tahun 2004-2008 (diolah)
Besaran produktivitas output diduga dari fungsi produksi output sektoral. Produksi output tersebut merupakan fungsi dari tenaga kerja, investasi pemerintah dan investasi swasta. Pendugaan fungsi dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan untuk menduga fungsi produksi adalah data PDB menurut lapangan usaha (sektoral), tenaga kerja,
72 investasi pemerintah dan investasi swasta pada masing-masing menurut sektor tahun 2000-2008. Berikut ini disajikan data investasi pemerintah, investasi swasta dan tenaga kerja sektoral tahun 2004-2008 (Tabel 3.4). Klasifikasi sektor yang digunakan menggunakan pendekatan sembilan sektor ekonomi sebagaimana tercantum dalam pencatatan PDB menurut lapangan usaha yang dipublikasikan oleh BPS. Tabel 3.5 Peningkatan investasi pemerintah bidang infrastruktur sektoral tahun 2008-2009
Lapangan usaha
(1)
20081
20092
Alokasi stimulus fiskal 20093
(3)+(4) 4 [2009+]
Pertumbuhan investasi pemerintah 2008-2009+ (%)5 (6)
(2)
(3)
(4)
(5)
33,823.38
36,621.07
1,821.99
38,443.06
14.1668
2 Pertambangan dan penggalian
350.10
364.77
20.48
385.25
10.0419
3 Industri pengolahan
983.26
1,060.99
57.52
1,118.51
14.0602
1 Pertanian
4 Listrik, gas dan air bersih
22,209.25
25,550.00
1,183.19
26,733.19
20.3696
5 Bangunan 6 Perdagangan, hotel dan restoran 7 Pengangkutan dan komunikasi 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9 Jasa-jasa
36,189.47
39,845.50
2,401.72
42,247.22
22.2655
838.42
904.70
49.05
953.75
16.7369
51,308.79
59,606.54
2,694.03
62,300.57
13.2371
107.16
120.84
5.02
125.86
17.4507
47,898.11
50,684.54
2,802.00
53,486.54
15.8429
Sumber: APBN 2008-2009 dan APBN-P 2009 dari Kemenkeu (diolah) Keterangan: 1 2 3
4
5
Alokasi dana investasi infrastruktur pemerintah dalam APBN 2008 (dalam miliar rupiah), dinotasikan dengan (IG2008) Alokasi dana investasi infrastruktur pemerintah dalam APBN 2009 (dalam miliar rupiah). Alokasi dana kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya dalam dokumen tambahan belanja negara dalam rangka mengatasi dampak krisis global (APBN-P 2009) (dalam miliar rupiah) Penjumlahan nilai pada kolom (3) dan (4), yaitu besarnya alokasi dana investasi infrastruktur pemerintah dalam APBN 2009 ditambah dengan alokasi investasi infrastruktur padatkarya tahun 2009, dan dinotasikan dengan (IG2009+) Persentase pertumbuhan investasi pemerintah dihitung dengan rumus =
100
Untuk menghitung peningkatan (pertumbuhan) investasi pemerintah di bidang infrastruktur tahun 2008-2009 digunakan data investasi pemerintah di bidang infrastruktur tahun 2008, investasi pemerintah di bidang infrastruktur tahun 2009, dan alokasi dana stimulus fiskal di bidang infrastruktur padatkarya tahun 2009. Peningkatan investasi pemerintah tersebut dinyatakan dalam
73 perubahan persentase (persentage change). Data dan metode penghitungan peningkatan investasi pemerintah bidang infrastruktur tahun 2008-2009 ditunjukkan oleh Tabel 3.5. Persamaan fungsi produksi yang digunakan dalam menduga produktivitas (elastisitas) masing-masing sektor adalah sebagai berikut: ………. (3.26)
Keterangan: = Nilai PDB sektoral; = 1, 2, … ,9, yaitu: 1 = Sektor pertanian 2 = Sektor pertambangan dan penggalian 3 = Sektor industri pengolahan 4 = Sektor listrik, gas dan air bersih 5 = Sektor bangunan 6 = Sektor perdagangan, hotel dan restoran 7 = Sektor pengangkutan dan komunikasi 8 = Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9 = Sektor jasa-jasa = Jumlah tenaga kerja sektoral = Jumlah investasi pemerintah sektoral = Jumlah investasi swasta sektoral = Intercept , ,
= Koefisisien parameter tenaga kerja (b), investasi pemerintah (c) dan investasi swasta (d). Koefisien tersebut juga menunjukkan besaran produktivitas (elastisitas) sektoral
Koefisien ( ) dihipotesiskan lebih besar daripada nol (
0), notasi
adalah
koefisien parameter yang merepresentasikan produktivitas output (PDB sektoral) akibat adanya investasi pemerintah. Hasil penghitungan nilai koefisien (elastisitas sektoral), beserta signifikansinya secara secara statistik (tanda *) dan nilai adjusted R-squared (kolom 3) disajikan pada Tabel 3.6. Pada Tabel 3.6 tersebut juga ditampilkan besaran shock (guncangan) yang digunakan untuk melakukan simulasi kebijakan pada penelitian ini (kolom 5).
74 Tabel 3.6 Nilai elastisitas, peningkatan investasi pemerintah dan guncangan (shock) untuk simulasi kebijakan Lapangan Usaha (1)
Elastisitas/ produktivitas1 (2)
(3)
Peningkatan investasi pemerintah (%)
Shock simulasi kebijakan2 (%)
(4)
(5)
1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanian 0.1623* [0.9051] 14.1668 2.2995 Pertambangan dan penggalian 0.0070 [-0.5362] 10.0419 0.0707 Industri pengolahan 0.3048* [0.8269] 14.0602 4.2861 Listrik, gas dan air bersih 0.4235* [0.8360] 20.3696 8.6271 Bangunan 0.1577* [0.7891] 22.2655 3.5106 Perdagangan, hotel dan restoran 0.2263* [0.9461] 16.7369 3.7873 Pengangkutan dan komunikasi 0.4765* [0.9871] 13.2371 6.3071 Keuangan, persewaan dan jasa 0.3467* [0.8536] 17.4507 6.0510 perusahaan 9 Jasa-jasa 0.1344* [0.9776] 15.8429 2.1299 Keterangan: 1 Koefisien elastisitas/produktivitas investasi pemerintah (c), dihitung dengan metode ordinary least square, sesuai model pada persamaan (3.26). Tanda (*) menunjukkan signifikan secara statistik dengan = 5 persen dan […] menunjukkan nilai adjusted R-squared 2 Hasil perkalian kolom (2) dengan kolom (4)
Dikarenakan data investasi pemerintah maupun swasta tidak tersedia secara rinci menurut sektor sebagaimana yang terdapat pada Tabel I-O. Data investasi pemerintah maupun swasta yang tersedia hanya terdisagregasi menurut sembilan sektor/lapangan usaha (Tabel 3.6). Besaran persentase perubahan investasi infrastruktur pemerintah akibat kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur untuk masing-masing sektor dalam penelitian ini (36 sektor) diperoleh dengan mengasumsikan bahwa tidak ada perbedaan besaran persentase perubahan investasi di antara subsektor-subsektor yang tercakup dalam suatu sektor tertentu. Penggunaan asumsi ini mengikuti asumsi yang digunakan oleh Bappenas (2007) dan Delis (2008) dalam membangun CGE-Investasi Regional (CGE-IR) di Indonesia dengan metode top down approach. Dengan demikian, nilai produktivitas, peningkatan investasi pemerintah dan besaran shock simulasi kebijakan untuk seluruh subsektor pada sektor tertentu diasumsikan mempunyai nilai yang sama dengan sektor yang bersangkutan. Besaran persentase perubahan investasi infrastruktur dan nilai produktivitas investasi sektoral tersebut merupakan data dasar yang digunakan untuk melakukan shock atau simulasi. Besaran shock pada penelitian ini diperoleh dengan cara mengalikan
besaran
produktivitas
output
(koefisien
parameter
investasi
pemerintah) dengan besaran persentase perubahan investasi pemerintah pada
75 masing-masing sektor. Hasil perkalian nilai produktivitas (elastisitas) sektoral dengan peningkatan investasi pemerintah merupakan shock simulasi kebijakan untuk seluruh sektor dalam penelitian, sebagaimana ditunjukkan pada pada Tabel 3.7. Dengan perlakuan ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini diasumsikan penyerapan alokasi dana stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya tahun 2009 seluruhnya terealisasi (atau 100 persen tercapai).
76 Tabel 3.7 Besaran guncangan (shock) simulasi kebijakan pada penelitian
No
Sektor penelitian
1 2 3 4 5 6 7
Padi Palawija Tanaman bahan makanan lainnya Karet Kelapa sawit Kopi dan teh Tembakau dan cengkeh Hasil perkebunan dan pertanian lainnya Peternakan dan hasilnya Kehutanan dan hasilnya Perikanan dan hasilnya Minyak dan gas bumi Pertambangan dan penggalian lainnya Industri makanan, minuman dan rokok Industri tekstil dan bahan tekstil Industri bahan kayu dan kertas Industri kimia dan pupuk Industri pengilangan minyak Industri plastik, karet dan bukan logam Industri semen Industri lainnya Listrik dan gas Air bersih Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal Irigasi, jalan, jembatan dan pelabuhan Bangunan lainnya Perdagangan Hotel dan restoran Angkutan darat dan penunjangnya Angkutan air Angkutan udara Komunikasi Lembaga keuangan Persewaan dan jasa perusahaan Pemerintahan umum Jasa lainnya
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Elastisitas/ produktivitas
Peningkatan investasi pemerintah (%)
Shock simulasi kebijakan (%)
0.1623 0.1623 0.1623 0.1623 0.1623 0.1623 0.1623
14.1668 14.1668 14.1668 14.1668 14.1668 14.1668 14.1668
2.2995 2.2995 2.2995 2.2995 2.2995 2.2995 2.2995
0.1623
14.1668
2.2995
0.1623 0.1623 0.1623 0.0070
14.1668 14.1668 14.1668 10.0419
2.2995 2.2995 2.2995 0.0707*
0.0070
10.0419
0.0707*
0.3048 0.3048 0.3048 0.3048 0.3048
14.0602 14.0602 14.0602 14.0602 14.0602
4.2861 4.2861 4.2861 4.2861 4.2861
0.3048
14.0602
4.2861
0.3048 0.3048 0.4235 0.4235
14.0602 14.0602 20.3696 20.3696
4.2861 4.2861 8.6271 8.6271
0.1577
22.2655
3.5106
0.1577 0.1577 0.2263 0.2263 0.4765 0.4765 0.4765 0.4765 0.3467 0.3467 0.1344 0.1344
22.2655 22.2655 16.7369 16.7369 13.2371 13.2371 13.2371 13.2371 17.4507 17.4507 15.8429 15.8429
3.5106 3.5106 3.7873 3.7873 6.3071 6.3071 6.3071 6.3071 6.0510 6.0510 2.1299 2.1299
Keterangan: *pada penelitian ini shock simulasi pada sektor (12) dan (13) tidak dimasukkan pada simulasi karena hasil estimasi dengan OLS tidak signifikan