III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi project pilot implementasi program GN-KPA. Lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4 dan peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2008. Tabel 4 Lokasi penelitian No.
Nama Desa
Nama Kecamatan
1.
Desa Setren
Kecamatan Slogohimo
2.
Desa Sokoboyo
Kecamatan Slogohimo
3.
Desa Karang
Kecamatan Slogohimo
4.
Desa Pandan
Kecamatan Slogohimo
5.
Desa Watusomo
Kecamatan Slogohimo
6.
Desa Pingkuk
Kecamatan Jatiroto
7.
Desa Sumberejo
Kecamatan Jatisrono
8.
Desa Sembukan
Kecamatan Sidoharjo
9.
Desa Gemawang
Kecamatan Ngadirojo
3.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk survai, yaitu ”penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai alat pengumpulan data yang pokok” (Singarimbun dan Effendi, 1995). Melalui survai dijaring data (1) gambaran fenomena yang terjadi pada masyarakat berdasarkan fakta-fakta yang ada (deskriptif research); (2) hubungan antar variable melalui pengujian hipotesa (explanatory research); (3) pelaksanakan program sebagai umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program selanjutnya (evaluatif research). 3.2.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota masyarakat petani di sembilan desa yang terlibat langsung dalam tindakan rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air, termasuk anggota Kelompok Konservasi Tanah dan
29
Air (KKTA) yang sudah terbentuk di masing-masing desa. Jumlah anggota populasi dari sembilan desa tersebut adalah sebesar 1.653 orang petani. 3.2.1.1. Sampel untuk Identifikasi dan Uji Korelasi Untuk mengindentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dan mengkaji hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat diambil sampel dari masing-masing desa secara acak proporsional (proportional random sampling). Dengan tingkat presisi sebesar 10%, maka berdasarkan rumus Taro Yamane dalam Riduwan (2006) : N n
= N.d + 1
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Presisi yang ditetapkan
didapatkan jumlah sampel sebesar 94 orang petani responden. Penetapan sampel dilakukan secara sistematik (systamatic random sampling), dimana hanya unsur pertama saja dari sampel yang dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistimatis menggunakan kerangka sampling.
Penetapan
sampel
secara
random
didasarkan
pada
pertimbangan bahwa ciri-ciri yang dikandung oleh Subjek penelitian dalam populasi relatif homogen (Arikunto, 2006). Ciri-ciri tersebut ditandai dengan : (1) Subjek penelitian dalam populasi terdiri dari para petani subsistence, (2) Subjek penelitian dalam populasi merupakan anggota masyarakat dengan budaya, cara hidup, dan organisasi sosial yang sama. 3.2.1.2. Sampel untuk Analisis Penentuan Alternatif Kebijakan Untuk menentukan alternatif prioritas kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat, diambil sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan memilih responden yang dianggap expert atau responden yang mengetahui secara mendalam mengenai permasalahan rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air di Sub DAS Keduang. Disamping itu responden juga mempunyai kemampuan dalam pembuatan kebijakan atau mampu memberi masukan kepada pengambil kebijakan. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 21 responden, terdiri
30
dari unsur pemerintah dan unsur masyarakat yang dianggap dapat mewakili. Sebaran penetapan sampel disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan sebaran sampel No.
Responden
Jumlah
Keterangan
(Orang)
1.
Petani
9
Masing-masing desa diambil 1 orang
2.
Ketua KKTA
9
Masing-masing desa diambil 1 orang
3.
Dinas PU
1
4.
Dinas Kehutanan
1
5.
Dinas Pertanian
1
Jumlah :
21
3.2.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat, atau menunjukan perbedaan, rendah, sedang, tinggi. Data berjenjang ini ditransformasikan ke dalam data kuantitatif dengan memberikan simbol angka secara berjenjang, tingkatan rendah diberi angka 1, tingkatan sedang diberi angka 2, dan tingkatan tinggi diberi angka 3. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka, baik yang berasal dari transformasi data kualitatif maupun dari asalnya sudah bersifat kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah ( Nawawi, 2005 ) : (1)
Teknik observasi langsung, melalui pengamatan dan pencatatan fenomena yang terjadi secara langsung di tempat penelitian.
(2)
Teknik komunikasi langsung, melakukan kontak langsung secara lisan dengan pejabat/ petugas instansi-instasi terkait, para pakar dan anggota masyarakat petani yang menjadi responden untuk melakukan wawancara dengan menggunakan petunjuk wawancara (interview guide).
(3)
Teknik komunikasi tidak Langsung, menyampaikan pertanyaan tertulis berupa kuesioner kepada pejabat/ petugas instansi terkait, para pakar dan anggota masyarakat yang menjadi responden untuk dijawab secara tertulis.
(4)
Teknik dokumenter, menghimpun data dari buku-buku/ literatur, media massa, arsip-arsip, peraturan, dan Undang-undang yang berkaitan dengan
31
masalah penelitian. Data tersebut diperoleh dari perpustakaan, dan Instansi yang terkait seperti Kelurahan, Kecamatan, Pemerintah Daerah (Dinas PU, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Statistik dan Bappeda). 3.3.
Variabel Penelitian
3.3.1. Partisipasi Masyarakat (Y) Partisipasi masyarakat adalah tingkat keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air di Sub DAS Keduang. Partisipasi masyarakat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu : (1)
Tahap perencanaan (Y1) Ukuran atau indikator tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan meliputi kegiatan identifikasi masalah, penentuan lokasi,penentuan jenis tanaman, bangunan sipil, cara pelaksanaan kegiatan dan penetuan biaya yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, < 9 )
Sedang ( nilai, 9 – 18 )
Tinggi ( nilai, >18 )
(2)
Tahap pelaksanaan ( Y2 ) Ukuran atau indikator tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
pelaksanaan adalah keterlibatan responden dalam penyiapan lahan, pemeriksaan bibit tanaman, penanaman, pembersihan rumput/penyiangan, pemeliharaan tanama pembuatan bangunan sipil teknik, penyiapan sarana rehabilitasi dan penyediaan dana yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, < 9 )
Sedang ( nilai, 9 – 18 )
Tinggi ( nilai, >18 )
(3)
Tahap evaluasi (Y3) Ukuran atau indikator tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi
adalah pemantauan dan penilaian keberhasilan kegiatan, membantu memberikan informasi kepada tim evaluasi dan tim pendamping yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, < 9 )
Sedang ( nilai, 9 – 18 )
Tinggi ( nilai, >18 )
32
3.3.2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat (X) Untuk mengkaji hubungan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat digunakan variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat adalah tingkat partisipasi masyarakat (Y), sedangkan variabel bebas adalah faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat (X), baik faktor internal maupun faktor eksternal. Variabel, indikator, parameter pengukuran dan kategori yang digunakan untuk menilai dan menguji hubungan faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11. 3.3.2.1. Faktor Internal ( X-1 ) : (1).
Umur ( X1-1 ) Umur responden dinyatakan dalam tahun dan dibagi ke dalam 3
kelompok yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( umur < 15 th )
Sedang ( umur 15 – 65 th )
Tinggi ( umur >65 th )
(2).
Tingkat pendidikan ( X1-2 ) Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir dari responden
yang
dikelompokan ke dalam: tidak tamat SD, Tamat SD, SLTP, SLTA,
Akademi dan Perguruan Tinggi yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, 1 )
Sedang ( nilai, 2 )
Tinggi ( nilai, 3 )
(3).
Luas lahan ( X1-3 ) Luas lahan diukur dari luas lahan yang dimiliki atau digarap responden,
dinyatakan dalam ha dan dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( luas < 0,3 ha )
Sedang ( luas 0,3 – 1.0 ha )
Tinggi ( luas >1,0 ha )
(4).
Pendapatan ( X1-4 ) Pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata per bulan
responden yang dinyatakan dalam rupiah dan dikatagorikan ke dalam :
33
Rendah ( pendapatan < Rp. 500.000,- )
Sedang ( pendapatan Rp. 500.000,- - Rp. 1.000.000,- )
Tinggi ( pendapatan > Rp. 1.000.000,- )
(5).
Persepsi ( X1-5 ) Persepsi adalah pandangan dan penilaian responden terhadap program
kegiatan rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air, yang dibagi ke dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
Rendah ( nilai, < 3 )
Sedang ( nilai, 3 – 4 )
Tinggi ( nilai, >4 )
3.3.2.2. Faktor Eksternal ( X2 ) : (1).
Intensitas sosialisasi program / penyuluhan ( X2-1 ) Intensitas sosialisasi program diukur dari jumlah atau frekuensi kegiatan
sosialisasi yang diberikan kepada responden baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, < 3 )
Sedang ( nilai, 3 – 6 )
Tinggi ( nilai, >6 )
(2).
Ketersediaan sarana rehabilitasi ( X2-2 ) Ketersediaan sarana rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya
air antara lain : peralatan kerja, bahan/material bibit tanaman, pupuk dan dana yang dikategorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, < 3 )
Sedang ( nilai, 3 – 4 )
Tinggi ( nilai, >4 )
(3).
Peran lembaga sosial ( X2-3 ) Lembaga sosial mempunyai peran yang penting dalam mendorong
partisipasi masyarakat. Peran lembaga sosial ini tercermin dalam dukungannya kepada masyarakat yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, < 3 )
Sedang ( nilai, 3 – 4 )
Tinggi ( nilai, >4 )
34
(4).
Peran pendamping ( X2-4 ) Peran petugas pendamping menyangkut frekuensi kunjungan, tingkat
keterlibatan dalam kegiatan dan pembinaan. Pengelompokan didasarkan pada jawaban kuesioner yang dikatagorikan ke dalam :
Rendah ( nilai, < 3 )
Sedang ( nilai, 3 – 4 )
Tinggi ( nilai, >4 )
3.4.
Analisis Data
3.4.1. Tingkat Partisipasi Masyarakat Untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air digunakan konsep partisipasi dari Arenstein (1969) yang membagi ke dalam delapan tingkatan partisipasi dengan tiga kelompok tingkatan pembagian kekuasaan, yaitu : (1)
Nonparticipation (tingkatan partisipasi masyarakat rendah). Termasuk di dalam tingkatan ini adalah : (a) manipulation, dan (b) therapy.
(2)
Tokenism (tingkatan partisipasi masyarakat sedang). Termasuk di dalam tingkatan ini adalah : (a) informing, (b) consultation, dan (c) placation.
(3)
Citizen power (tingkatan partisipasi masyarakat tinggi). Termasuk di dalam tingkatan ini adalah : (a) partnership, (b) delegated power, dan (c) citizen control. Kedelapan kriteria tersebut digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam kegiatan rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air. Data dari hasil wawancara dan jawaban kuesioner ditransformasi kedalam data kuantitatif, kemudian dihitung jumlah dan prosentasenya dengan cara tabulasi yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Penentuan interval kelas pada masing-masing tingkatan partisipasi (rendah, sedang, tinggi) menggunakan rumus Nasir (1985) sebagai berikut :
k= R I Keterangan :
k = interval kelas I = jumlah interval kelas R = range
35
3.4.2. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Masyarakat denganTingkat Partisipasi Masyarakat Untuk mengkaji hubungan antar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat digunakan analisis statistik dengan metode korelasi Spearman Rank. Metode ini digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan diantara variabel dengan partisipasi masyarakat menggunakan rumus sebagai berikut (Riduwan, 2006) :
Keterangan : rs = di = n =
koefisien korelasi peringkat adalah ukuran bagi hubungan antara variabel terikat X (tingkat partisipasi masyarakat) dan variabel bebas Y (faktor internal dan eksternal) selisih antara peringkat x dan y jumlah pasangan data
Proses data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan software statistical program for social science (SPSS) versi 14. 3.4.3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Untuk menentukan alternatif kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat digunakan model analytic hierarchy process (AHP). Model ini digunakan untuk menentukan alternatif prioritas kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat dengan menggunakan bentuk hirarki sesuai dengan tujuan, aktor, faktor pendukung dan alternatif kebijakan. Hirarki disusun untuk memahami masalah yang akan diuraikan ke dalam elemen-elemen yang bersangkutan, kemudian menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan dengan bantuan komputer software AHP dilakukan penilaian atas elemen-elemen untuk menentukan keputusan yang akan diambil. Langkah-langkah dalam penyusunan model AHP adalah sebagai berikut (Saaty dan Vargas, 1994) :
36
(1)
Menyusun Hirarki Langkah awal dalam penyusunan hirarki ini adalah menentukan tujuan
utama, yaitu strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air yang ditempatkan pada level puncak (fokus). Tingkatan berikutnya adalah aktor pendukung tujuan utama, yaitu pemerintah, dan masyarakat yang ditempatkan pada level ke dua. Pada level ketiga disusun kriteria-kriteria esensial yang berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Selanjutnya pada level ke empat disusun alternatif prioritas kebijakan yang akan dipilih untuk menentukan strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi hutan, lahan dan konservasi sumber daya air di Sub DAS Keduang. (2)
Melakukan banding berpasang Untuk membuat pembandingan berpasang dibuat sebuah matriks. Dalam
matrik ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan dengan kriteria di tingkat lebih tinggi dengan memasukkan nilai-nilai kebalikannya serta memasukan bilangan 1 sepanjang diagonal utama matriks sebagaimana disajikan
dalam
Tabel 6. Untuk mengisi nilai-nilai dalam matriks banding berpasang digunakan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya dengan skala banding berpasang sebagaimana disajikan pada Tabel 7. (3)
Menetapkan prioritas Dalam menetapkan prioritas digunakan komposisi secara hirarkis untuk
membobotkan vektor-vektor prioritas dengan bobot kriteria-kriteria, kemudian menjumlahkan semua prioritas terbobot dengan prioritas tingkat di bawahnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah. Tabel 6 Matrik pembandingan berpasang (pairwise comparison) C
A1
A1
1
A2
.
.
Aj
1
A2 . . Aj Sumber : Saaty dan Vargas, 1994
1 1 1
37
Tabel 7 Skala banding berpasang Intensitas pentingnya
Definisi
1.
Kedua elemen sama pentingnya
3.
Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding yang lainnya
5.
Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang lainnya
7.
Satu elemen jelas lebih penting dibanding elemen yang lainnya
9.
Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen yang lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan
Kebalikan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikkannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber : Saaty dan Vargas, 1994
(4)
Memeriksa konsistensi Memeriksa konsistensi dilakukan dengan cara mengalikan setiap indeks
konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Pengukuran dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah mengukur konsistensi setiap matrik perbandingan dan tahap kedua mengukur konsistensi keseluruhan hirarki. Rasio konsistensi hirarki harus di bawah 10%.