III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Saat ini SDM berperan aktif dan menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam pencapaian visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, SDM suatu perusahaan perlu dikembangkan dengan baik untuk meningkatkan mutu karyawan yang berimplikasi pada kinerja perusahaan. Sebagai sebuah lembaga bimbingan belajar, BP memiliki visi dan misi mewujudkan generasi beriman dan berilmu pengetahuan. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, BP harus memiliki mutu dan kinerja SDM yang memadai dan kompetitif. Salah satu bentuk pengelolaan SDM yang dimiliki oleh BP adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan. Pelatihan yang ditujukan kepada pengajar BP bertujuan untuk memantapkan persiapan mengajar para pengajar BP dengan target pelatihan peningkatan mutu pengajaran dan pengarahan materi pengajaran untuk 2 (dua) bulan mendatang. Pelatihan dilakukan secara rutin dan berkala pada awal bulan. Para pengajar dilatih di bawah bimbingan guru koordinator dan guru pembina yang berperan sebagai pelatih dengan metode bimbingan (coaching), diikuti dengan pemberian latihan soal mandiri dan forum diskusi guru. Dalam penelitian ini, dilihat efektivitas pelatihan pengajaran yang telah dijalankan oleh BP dan bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan kompetensi pengajar BP. Peubah reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil dalam penelitian ini adalah peubah-peubah yang mencerminkan efektifitas pelatihan (Simamora, 2004). Peubah knowledge, skill, self concept, trait dan motive dalam penelitian ini adalah peubah-peubah yang mencerminkan
kompetensi pengajar (Prihadi, 2004). Sementara alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis deskriptif dan Partial Least Square (PLS). Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui persepsi pengajar BP terhadap pelatihan dan kompetensi pengajar setelah mengikuti pelatihan tersebut. Sementara analisis PLS bertujuan untuk melihat pengaruh pelatihan terhadap kompetensi pengajar. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
19
Visi dan Misi Bintang Pelajar
Meningkatkan Mutu dan Kinerja SDM
Melakukan Pengembangan SDM
Pelatihan untuk Pengajar BP Analisis Deskriptif
Evaluasi Pelatihan
Kompetensi Pengajar
1. Reaksi
1. Motives
2. Pembelajaran
2. Traits
3. Perilaku
3. Self Concept
4. Hasil
4. Knowledge
Analisis PLS
Evaluasi Pelatihan terhadap Kompetensi Pengajar Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pusat BP yang berlokasi di Jl. Polisi 1 No. 6 Bogor Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan kesediaan pihak perusahaan untuk memberikan informasi dan data yang terkait dengan penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh informasi, data dan keterangan tambahan dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.
20
3.3. Pengumpulan Data
Data penelitian yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Menurut Umar (2005), data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan pihak terkait dan hasil pengisian kuesioner. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, berupa arsip data perusahaan, buku-buku yang relevan dengan topik penelitian, hasil penelitian terdahulu, internet dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan pihak terkait, yaitu instruktur dan peserta pelatihan serta dilengkapi dengan kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner penelitian berisikan daftar pernyataan yang berkaitan dengan persepsi pengajar terhadap efektivitas pelatihan dan peningkatan kompetensi pengajar setelah mengikuti pelatihan. Kuesioner penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Jawaban kuesioner ditentukan skornya menggunakan skala Likert. Skala Likert berhubungan dengan pernyataan sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan lainnya. Bobot yang digunakan dalam setiap pertanyaan adalah: 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = Netral 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju Teknik yang digunakan dalam menentukan responden dalam penelitian ini adalah teknik sensus. Teknik ini diberlakukan karena anggota populasi yang diteliti relatif kecil. Responden dalam penelitian ini adalah pengajar BP Regional Bogor yang terdiri dari guru tetap, guru kontrak, dan guru honorer.
21
3.4. Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Uji Validitas Kuesioner
Uji Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat kuesioner mengukur apa yang ingin diukur atau apakah alat ukur tersebut sudah tepat mengukur apa yang akan diukur. Asumsi pokok dari uji validitas ini adalah setiap pertanyaan juga berhubungan dengan obyek yang diteliti. Langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner menurut Umar (2005) adalah : a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. b. Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden. c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. d. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan atau pernyataan dengan skor total. Nilai korelasi dapat diketahui dengan menggunakan korelasi Product Moment. Rumus korelasi Product Moment yang digunakan adalah :
,
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
………………. (1)
Dimana: R Xi Y n
= Angka korelasi = Skor masing-masing pertanyaan ke-i = Skor total = Jumlah responden
e. Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel nilai r. Bila nilai r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid atau signifikan dalam penelitian ini. Hasil pengujian validitas kuesioner yang melibatkan 52 responden memperlihatkan bahwa semua pertanyaan memiliki nilai rhitung > rtabel pada α 0,05 (rtabel untuk n=52 pada α 0,05 adalah 0,273) sehingga instrumen penelitian dapat dikatakan valid. Uji validitas menggunakan Pearson Correlation Product Moment selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
22
3.4.2 Uji Reliabilitas Kuesioner
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas data yang dihasilkan oleh suatu instrumen, artinya menunjukkan kestabilan hasil pengukuran bila alat tersebut digunakan pada kelompok yang sama pada saat berbeda. Teknik Croanbach Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas dengan instrumen yang skornya merupakan rentangan beberapa nilai seperti 0-10, 0-1000 atau bentuk skala 1-3, 1-5, dan seterusnya. Rumus Croanbach Alpha :
1
∑
………………………… (2)
Dimana: r 11 k σ t2 ∑ σ b2
= Reliabilitas instrumen = Banyak butir pertanyaan = Varian total = Jumlah ragam pertanyaan
Teknik untuk menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha (α) dengan asumsi bila nilai α-Cronbach hitung lebih besar dari 0,60 (α-Cronbach theory), maka kuesioner dapat dikatakan reliabel. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dihitung menggunakan bantuan software Statistical Package for Social Science (SPSS) 15.0 for Windows dengan nilai
koefisien alpha yang diperoleh sebesar 0,900 untuk efektivitas pelatihan dan 0,952 untuk kompetensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner penelitian sangat reliabel sebagai suatu alat ukur penelitian didalam mengukur gejala yang sama. Hasil uji reliabilitas Cronbach Alpha selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.4.3 Analisis Deskriptif dengan Rataan Skor
Menurut Traver dalam Umar (2005), analisis deskriptif digunakan, untuk mengetahui persepsi karyawan dalam menilai tiap-tiap item subyek atau peubah yang dianalisis. Langkah analisis ini dimulai dengan menentukan skor minimum yang diperolah dari data penelitian untuk masing-masing kriteria, kemudian menghitung rentang skala untuk masingmasing kriteria tersebut, untuk kemudian ditarik kesimpulan. Perhitungan untuk rentang skala menurut Umar (2005) adalah :
23
………………………………... (3)
Keterangan: RS M n
= Rentang skala atau rentang kriteria = Jumlah alternatif jawaban tiap item = Jumlah responden Seperti terlihat pada Tabel 1, responden-responden yang memiliki skor
nilai yang sama untuk setiap item pertanyaan dikelompokkan berdasarkan kategori jawaban 1-5, lalu dihitung jumlah dan rataannya. Kesimpulan tiap indikator diambil berdasarkan rataan skor dari setiap jawaban responden yang telah dihitung. Tabel 1. Skala rataan skor Skala Pernyataan Jawaban 1,00-1,80 Sangat tidak setuju 1,81-2,60 Tidak setuju 2,61-3,40 Netral 3,41-4,20 Setuju 4,21-5,00 Sangat setuju
Interpretasi Hasil Sangat tidak baik/efektif Tidak baik/efektif Kurang baik/kurang efektif Baik/efektif Sangat baik/efektif
3.4.4 Analisis PLS
Menurut Ghozali (2008), PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan Structur Equation Modelling (SEM) berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh Wold dalam Ghozali (2008), metode ini merupakan metode yang sangat kuat, karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak harus besar. Tujuan dari PLS adalah memprediksi suatu model dan mengkonfirmasi teori yang telah ada, tetapi bisa juga digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar peubah atau variabel laten. Pengolahan analisis PLS dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SmartPLS 2.0. Model PLS pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, diketahui peubah-peubah yang mencerminkan efektifitas pelatihan terdiri dari 4 (empat) level, yaitu level reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Peubah-peubah ini bersifat reflektif. Artinya penilaian terhadap reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil
24
mencerminkan efektivitas pelatihan. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencerminkan efektivitas pelatihan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Peubah-peubah reflektif yang mencerminkan efektivitas pelatihan Konstruk
Indikator R1 R2 R3
PEM 2
Keterangan Materi sesuai dengan tujuan pelatihan Materi sesuai dengan bidang studi yang diajar Instruktur/pengajar menguasai materi pelatihan Instruktur mampu mengkomunikasikan materi dengan baik Instruktur melibatkan diskusi/partisipasi aktif Pemberian tugas/latihan pada peserta pelatihan Kondisi waktu pelatihan tidak mengganggu pekerjaan Ketepatan waktu pelaksanaan pelatihan Efektivitas alokasi waktu pelatihan Kepuasan terhadap ukuran tempat/ruangan pelatihan Kepuasan terhadap alat peraga/media presentasi Kepuasan terhadap modul/handout pelatihan Kepuasan terhadap konsumsi yang diberikan. Memahami materi pengajaran untuk 2 bulan mendatang Mengetahui metode pengajaran efektif
PEM 3
Mengetahui metode pengajaran kreatif
PEM 4
Menemukan solusi permasahan mengajar
PER 1
Mampu mengimplementasi materi pelatihan
PER 2
Termotivasi untuk mengajar dengan baik
R4 R5 R6 Reaksi (X1)
R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 PEM 1
Pembelajaran (X2)
Perilaku (X3)
PER 3 HAS 1 HAS 2 HAS 3
Hasil (X4)
Berusaha memberikan kontribusi bermanfaat Meningkatkan produktivitas mengajar Meningkatkan kreativitas mengajar Meningkatkan mutu pengajaran
ilmu
yang
Peubah-peubah yang mencerminkan tingkat kompetensi setelah dipengaruhi oleh pelatihan terdiri dari knowledge, skill, self concept, trait dan motive. Peubah-peubah ini bersifat reflektif. Artinya penilaian terhadap knowledge, skill, self concept, trait dan motive mencerminkan tingkat
kompetensi pengajar setelah mengikuti pelatihan. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencerminkan kompetensi pengajar dapat dilihat pada Tabel 3.
25
Gambar 4. Model PLS
26
Tabel 3. Peubah-peubah reflektif yang mencerminkan kompetensi pengajar Konstruk
Indikator KNO 1
Knowledge (Y1)
KNO 2 KNO 3
Skill (Y2)
SKL 1 SKL 2 SKL 3 SKL 4 SEL 1
Self Concept (Y3)
SEL 2 SEL 3
Trait (Y4) Motive (Y5)
TRA 1 TRA 2 TRA 3 MOT 1 MOT 2 MOT 3
Keterangan
Semakin memahami materi pengajaran yang akan diberikan kepada siswa Semakin mengetahui metode pengajaran yang efektif Semakin mengetahui cara menyampaikan materi kepada siswa Mampu berkomunikasi dengan baik dengan para siswa Mampu memotivasi siswa untuk belajar Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa Mampu membantu kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan Semakin percaya diri dalam mengajar Semakin memerhatikan kesiapan mengajar agar dapat mengajar dengan baik Selalu mengevaluasi proses belajar agar dapat lebih berkembang Dapat mengontrol emosi ketika mengajar Menjadi lebih perhatian kepada siswa dalam mengajar Dapat lebih disiplin dalam mengajar Terdorong untuk membimbing siswa dalam mengajar Semakin bersemangat untuk mengajar Semakin berinsiatif untuk mengembangkan metode pengajaran
Pada metode PLS dikenal 2 (dua) evaluasi model. Pertama model pengukuran atau outer model. Outer model adalah model pengukuran hubungan antara indikator dengan konstruk. Dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dari masing-masing indikator. Pada model reflektif, kriteria validitas dan reliabilitas indikator diukur dengan convergent validity, discriminant validity dan composite reliability. Indikator dikatakan valid,
jika memiliki nilai loading di atas 0,7. Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup. Convergent validity dapat pula ditunjukkan oleh nilai Average Variance Extracted (AVE). Syarat untuk menjadi model yang baik adalah
nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,50. Selain convergent validity , dilakukan juga pengujian discriminant validity. Discriminant validity dinilai berdasarkan cross loading antara
indikator terhadap konstruk. Nilai korelasi indikator terhadap konstruknya harus lebih besar dibandingkan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya. Sementara reliabilitas konstruk diukur dengan composite
27
reliability dan Cronbach Alpha. Konstruk dikatakan reliabel jika memiliki
nilai composite reliability dan Cronbach Alpha di atas 0,70 (Ghozali, 2008). Sementara untuk pengujian validitas model formatif dilakukan dengan melihat koefisien regresi dan signifikansi dari koefisien tersebut. Pada dasarnya konstruk formatif merupakan hubungan regresi dari indikator ke konstruk. Kedua,
model
struktural
atau
inner
model.
Inner
model
menggambarkan hubungan antara peubah, atau variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan Rsquare untuk konstruk dependen dan Uji-t untuk menentukan nyatanya
koefisien parameter jalur struktural. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh peubah laten independen tertentu terhadap peubah laten dependen, apakah mempunyai pengaruh substantif.