III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada lokasi rehabilitasi lahan oleh Kelompok Tani Megamendung (KTM) di Blok S. Cipendawa Desa Megamendung Kec Cisarua, Kab Bogor yang merupakan daerah Sub Das Ciliwung Hulu (Gambar 2). Pengambilan data lingkungan dan sampel tanah dilakukan pada lokasi tersebut sedangkan analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah dilakukan di laboratorium fisis tanah, laboratorium kesuburan tanah, dan laboratorium biologi tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Waktu Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan (November 2008 – Januari 2009). Survey penentuan lokasi penelitian dilaksanakan pada November 2008, pengambilan data akan dilaksanakan bulan Desember 2008 dan analisis data pada bulan Januari 2009. 3.2. Alat dan Bahan Bahan – bahan yang digunakan antara lain contoh tanah utuh untuk analisis sifat fisik tanah, contoh tanah komposit untuk analisis sifat kimia dan biologi tanah, dan bahan – bahan kimia untuk analisis sifat tanah. Peralatan yang digunakan dalam penelitian : Peta lokasi, Autoklaf, cawan petri, ayakan, ember, polybag, gelas ukur, tabung reaksi, botol, oven, mikroskop, kamera, meteran/mistar, caliper, timbangan analitik, cangkul, kompas, GPS, sekop, komputer, soil tester, bor tanah, oven memert, gelas ukur, tabung film, plastik, kertas label, kertas saring, saringan, peralatan tulis, Cool box menyimpan tanah dan peralatan analisis laboratorium.
untuk
Gambar 2 Peta lokasi penelitian 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Prosedur penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan survai lapangan, pengambilan data lingkungan seperti curah hujan, suhu dan kelembaban serta pengambilan sampel tanah, analisis laboratorium, wawancara dengan kelompok tani dan pengumpulan data sekunder. Berdasarkan penutupan lahannya, lahan secara purposif dengan penutupan lahan berupa tanaman hutan
dipilih
(pohon jati-
mengkudu/JM) seluas 5.220 m2, penutupan lahan berupa tanaman hutan campuran (beberapa jenis pohon hutan/TC) seluas 2.640 m2, penutupan lahan berupa tanaman pertanian (tanaman sayuran/TP) seluas 3.430 m2, dan penutupan lahan berupa semak belukar (SB) seluas 1.510 m2. Dari masing-masing kelompok dipilih 5 petak pewakil, sehingga pengambilan sampel secara komposit (Tan, 1995), kemudian dilakukan pemotongan penampang tanah untuk pengamatan profil tanah dan jeluk perakaran.
Pada setiap penutupan lahan dilakukan
pengukuran kondisi fisik lingkungan lain seperti infiltrasi, suhu dan kelembaban
udara, suhu dan kelembaban tanah, analisis vegetasi vegetasi pohon dan vegetasi tumbuhan bawah dan pendugaan erosi. 3.3. 2. Tehnik pengumpulan data
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data Primer dan data sekunder yang didapat dari lapangan. Jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah : 3.3.2.1. Data primer Data Primer yang diambil di lokasi penelitian adalah : 1. Tanah Untuk mendapatkan data mengenai sisat fisik, kimia dan biologi tanah, diambil contoh tanah dari penutupan lahan yang berbeda. Untuk pengumpulan data kimia dan biologi, maka contoh tanah diambil secara komposit dari 5 titik pada kedalaman 0 – 20 cm sebanyak 2 ulangan. Untuk pengambilan data sifat fisik tanah maka diambil 2 ulangan dari setiap penutupan lahan. Pada setiap blok dibuat pemotongan penampang tanah untuk pengamatan profil tanah.Cara pengambilan contoh tanah adalah sebagai berikut : a. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample) Pengambilan contoh tanah utuh untuk analisa sifat fisik tanah seperti berat isi (Bulk density), porositas, permeabilitas. Pengambilan contoh tanah utuh hanya pada satu kedalaman yaitu 0-20 cm (Gambar 3). Kegiatan pengambilan contoh tanah dimulai dengan membersihkan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupan serasah dan batu, kemudian diratakan. Meletakkan ring sample tegak lurus di atas permukaan tanah tersebut dan ditekan hanya tiga perempat bagian masuk ke dalam tanah. Selanjutnya, meletakkan ring sample kedua di atas ring pertama, kemudian ditekan kembali sampai ring pertama dan ring kedua masuk ke dalam tanah. Ring beserta tanah di dalamnya digali dengan menggunakan sekop/cangkul. Kedua ring dipisahkan dengan hati-hati kemudian kelebihan tanah yang ada pada bagian atas dan bawah ring diiris hingga rata. Ring ditutup dengan menggunakan kantong plastik dan dimasukkan ke dalam cool box agar terjaga kelembabannya. Terakhir tanah dianalisa di laboratorium.
5 cm
8 cm
a. ring sampel Tutup ring sampler
Rumput
Permukaan tanah
Ring sampler
b. Ring sampel di tekan ke dalam tanah
Gambar 3 Cara pengambilan sampel tanah utuh menggunakan ring sampel tanah b. Contoh tanah biasa (disturbed soil sample) Pengambilan contoh tanah biasa digunakan untuk analisa sifat kimia seperti pH, KTK, kadar air, dan kandungan hara. Kegiatan pengambilan contoh tanah dimulai dengan membersihkan permukaan tanah dari tanaman, daun dan sisa kotoran kemudian tanah diambil secara kompsit dari 5 titik dengan menggunakan cangkul dan pisau pada kedalaman 0 – 20 cm, kemudian cicampur menjadi tanah komposit sebanyak 1 Kg.
Contoh tanah dimasukan kedalam
kantung plastik dan diberi label dan dimasukkan ke dalam cool box agar terjaga kelembabannya. Terakhir tanah dianalisa di laboratorium. 2. Erosi tanah Besarnya erosi tanah yang terjadi di lokasi penelitian ditentukan melalui pendugaan menggunakan metode Universal Soil-Loss Equation (USLE). Metode tersebut akan digunakan pada setiap penutupan lahan yang berbeda. Metode
USLE ini dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith pada tahun 1978. Metode USLE dirancang untuk memperkirakan rata-rata erosi tanah dari erosi lembaran dan erosi alur. Pendugaan tersebut tidak menghitung jumlah deposit dan hasil endapan dari erosi parit, dasar sungai dan tebing sungai. Metode ini digunakan pada petak contoh berukuran kecil berdasarkan penilaian di penampilan fisik lahan yang mengendalikan secara kuat terjadinya erosi tanah. Ukuran lahan yang kecil menjadi persyaratan utama dalam upaya meminimumkan keragaman penampilan fisik lahan sehingga meningkatkan keakuratan nilai laju erosi tanah yang prakirakan. Metode USLE dirancang untuk memprediksikan rata-rata kehilangan tanah yang disebabkan oleh aliran permukaan dalam jangka panjang pada area yang memiliki sistem pengelolaan dan tanaman yang spesifik. Metode ini juga dapat digunakan pada lahan non pertanian (Wischmeier dan Smith, 1978). Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut : A = R . KL S C P
........................................................
(1)
dimana : A = banyaknya tanah tererosi dalam ton per hektar per tahun R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I 30) tahunan. K = faktor erodibilitas tanah L = faktor panjang lereng lahan S
= faktor kemiringan lahan
C
= faktor penutupan lahan
P
= faktor tindakan konservasi tanah Untuk mendapatkan nilai erosivitas hujan (R) pada setiap kejadian
hujan digunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978)
R=
i
∑
EI 30
...................................................................... ( 2 )
n
Dimana : R = erosivitas hujan rata-rata tahunan n = jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun (musim hujan) Energi kinetik hujan diperoleh dari persamaan yang dikemukakan oleh Lenvain (1989 dalam Asdak, 1995) :
EI30 = 2,21 P 1,36.......................................................................
(3)
Dimana : EI30 = Indeks erosivitas bulanan P = Rataan curah hujan (cm) pada suatu bulan Nilai faktor K ditetapkan berdasarkan pendekatan yang dikembangkan oleh Wischmeir et al. (1971). Pendekatan yang digunakan dalam menentukan nilai K ini menggunakan nomograf erodibilitas tanah. Nomograf ini disusun berdasarkan lima parameter yaitu % fraksi debu dan pasir sangat halus, % fraksi pasir, % bahan organik, stuktur tanah, dan permeabilitas tanah. Faktor indeks topografi L dan S, masing-masing mewakili panjang lereng dan kemiringan lereng yang diintegrasikan kedalam rumus yang dikembangkan oleh Foster dan Wischmeier (1973) : LS = ( l / 22 ) C ( cos α m
) 1,503 [0,5( sin α ) 1,249 + ( sin α ) 2,249 ]
..............
(4)
Dimana : m
= 0,5 untuk lereng 5% atau lebih 0,4 untuk lereng 3,5-4,9% 0,3 untuk lereng kurang dari 3,5% C = 34,7046 α = sudut lereng l = panjang lereng (m)
Untuk penentuan nilai faktor penutupan lahan (C)
dipergunakan
pendekatan yang digunakan oleh Arsyad (1989) (Lampiran 1). Penentuan besar faktor faktor tindakan konservasi tanah (P) digunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Arsyad (1989) (Lampiran 2). 3. Infiltrasi Pengukuran lau infiltrasi dilakukan pada semua penutupan lahan sebanyak 2 ulangan. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan alat infiltrometer ganda (double ring infiltrometer), yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder lain yang lebih besar. Infiltrometer yang lebih kecil memiliki ukuran diameter 15 cm dan infiltrometer mempunyai ukuran diameter 30 cm dengan tinggi kedua ring adalah 10 cm. Pengukuran hanya dilakukan terhadap silinder yang kecil. Silinder yang lebih besar berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang
timbul oleh adanya silinder (Asdak, 1995). Pengukuran dilakukan sampai laju infiltrasi mencapai nilai konstan dengan dua kali ulangan pengukuran. Laju infiltrasi merupakan penurunan kedalaman air per satuan waktu tertentu. Persamaan infiltrasi yang digunakan yaitu persamaan Kostiakov (1932) dan Lewis (1937) diacu dalam Marshall dan Holmes (1988) : F = kTn....................................................................................... ( 5) dimana F = akumulasi infiltrasi (liter), T = waktu (jam), k dan n merupakan konstanta. Laju infiltrasi pada t tertentu didapat dengan mendeferensialkan persamaan akumulasi infiltrasi terhadap t : I = dF/dt = k n t n-1...................................................................
(6 )
dimana I (mm/menit), t (menit), F (mm). Nilai laju infiltrasi yang digunakan untuk perbandingan antara lahan pra-rehabilitasi dan lahan pasca rehabilitasi adalah nilai infiltrasi minimum setelah mencapai nilai konstan dalam satuan mm/jam. 4. Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan untuk mendapatkan data indeks nilai penting (INP) jenis vegetasi baik tanaman hutan maupun tumbuhan bawah pada lokasi penelitian.
Untuk mendapatkan data vegetasi tanaman hutan maka akan
dilakukan sampling terhadap penutupan lahan JM dan penutupan lahan TC. Pada penelitian ini petak contoh dibuat dengan metode petak tunggal (Soerianegara & Indrawan 1998). Plot untuk vegetasi pohon berukuran 0,1
17,84 m
Gambar 4
Plot untuk tumbuhan bawah berukuran 1 x 1
Bentuk petak contoh untuk analisis vegetasi tanaman hutan dan tumbuhan bawah
Petak contoh dibuat berbentuk lingkaran dengan diameter 17,84 m sebanyak 2 petak untuk blok jati-mengkudu dan tanaman campuran. Selanjutnya di dalam petak contoh tersebut dibuat petak-petak contoh sekunder yang lebih kecil (secondary unit) dengan ukuran 1 x 1 m sebanyak 3 buah untuk analisis vegetasi tumbuhan bawah (Gambar 4).
Pada penutupan semak belukar dan
penutupan pertanian petak contoh hanya dibuat untuk tumbuhan bawah saja karena tidak ada vegetasi pohon. 3.3.2.2. Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan dari berbagai publikasi, studi, kajian dan peta meliputi : 1. Dokumen tentang kegiatan rehabilitasi lahan dari Kelompok Tani Megamendung termasuk hasil analisa tanah sebelum revegetasi. 2. Peta Rupa Bumi dan peta tataguna lahan 3. Peta lokasi dan peta geologi 3.3.3. Penentuan Indeks Kualitas Tanah Indeks kualitas tanah dihitung berdasarkan kriteria Mausbach & Seybold (1998) dalam Partoyo (2005) yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi lahan penelitian. Modifikasi dilakukan pada beberapa hal yaitu: 1. Indikator C-total digantikan dengan C-organik, dengan pertimbangan bahwa kadar C-organik tanah tidak berbeda nyata dengan kadar C-total, karena tanah tidak mengandung CaCO3 sebagai sumber C anorganik. Selain itu pengukuran kadar C-organik juga lebih mudah dilakukan. 2. Indikator kemantapan agregat didekati dengan kadar debu+lempung, dengan pertimbangan kemudahan dalam analisis. Pengukuran kadar debu+lempung digunakan untuk menunjukkan kuantitas bahan yang dapat berperan pada fungsi pengaturan kelengasan, filtering dan buffering. 3. Bobot beberapa indikator disesuaikan dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan indikator dalam perbaikan kualitas tanah di lokasi penelitian. 4.
Batas atas dan bawah dari
beberapa indikator juga
dinaikkan atau
diturunkan sesuai dengan kondisi di lapangan dan berdasarkan Kriteria
penilaian hasil analisa tanah menurut Pusat Penelitian Tanah tahun 1983 (Prasetyo et al. 2005) (Lampiran 3).
Tabel 1 Modifikasi indikator, bobot dan batas-batas fungsi penilaian Fungsi tanah Bobot
Indikator Tanah Bobot
1 Melestarikan aktivitas biologi
Pengaturan dan penyaluran air Filtring dan Buffering
04
0,3
0,3
Bobot
2 Medium Perakaran Jeluk Perakaran (cm) Berat volume (gr/ cm3) Kelengasan Porositas (%) C-Organik (%) Debu+liat (%) Keharaan pH (H2O) P Bray (ppm) K (me/100 g) C-Organik (%) N-total (%) Debu+liat (%) Porositas (%) Berat volume (gr/ cm3) Debu+lempung (%) Porositas (%) Proses Mikrobiologis C-Organik (%) N-total (%) Respirasi
Index Bobot
3
Fungsi Penilaian Batas Batas Atas Bawah X1 Y1 X2 Y2
0,33 0,6
0,079
5
0
180
1
0,4
0,053
2,1
0
0,5
1
0,2 0,4 0,4
0,027 0,050 0,053
20 0,2 0
0 0 0
80 5 100
1 1 1
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,6 0,2 0,2
0,013 0,027 0,027 0,040 0,027 0,18 0,06 0,06
4 2,5 0,2 0,2 0,2 0 20 2,1
0 0 0 0 0 0 0 0
8 50 100 10 5,2 100 80 0,5
1 1 1 1 1 1 1 1
0,6
0,18
0
0
100
1
0,1 0,3
0,03
20
0
80
1
0,029 0,029 0,029
0,2 0,2 0
0 0 0
10 5,2 20
1 1 1
0,33
0,33
0,33 0,33 0,33
Cara perhitungan indeks adalah sebagai berikut : 1. Indeks bobot dihitung dengan mengalikan bobot fungsi tanah (bobot 1) dengan bobot medium perakaran (bobot 2) dengan bobot jeluk perakaran (bobot 3). Misalnya, indeks bobot untuk porositas diperoleh dengan mengalikan 0,40 (bobot 1) dengan 0,33 (bobot 2) dengan 0,60 (bobot 3), dan hasilnya sama dengan 0,079. 2. Skor dihitung dengan membandingkan data pengamatan dari indikator
tanah dan fungsi penilaian. Skor berkisar dari 0 untuk kondisi buruk dan 1 untuk kondisi baik. Penetapan skor dapat melalui interpolasi atau persamaan linier sesuai dengan kisaran yang ditetapkan berdasar harkat atau berdasarkan data yang diperoleh . Menurut Masto ( 2007) Fungi skoring linier (FSL) adalah : FSL (Y) = (x – s) / (t – s) ...............................................................(7) (Y) = 1 – [(x – s) / (t – s) ] .............................................................(8) Dimana, Y adalah skor linier, x adalah nilai sifat-sifat tanah, s dan t adalah nilai batas atas dan batas bawah. 3. Indeks kualitas tanah dihitung dengan mengalikan indeks bobot dan skor dari indikator. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis sifat Tanah 1. Sifat fisik tanah Sample tanah yang digunakan merupakan sample tanah utuh sebanyak 100 gram yang diambil pada kedalaman 0 – 20 cm. Sifat fisik tanah yang di analisis antara lain tekstur, Bulk Density, porositas, kedalaman solum tanah, ketersediaan air dan permeabilitas 2. Sifat kimia tanah Analisis sampel tanah di laboratorium dilakukan untuk penetapan: N-total, dengan metode Kjeldahl; Nitrat, dengan metode titrasi; P tersedia, dengan metode Bray; K tertukar, ekstrak NH4OAc dan diukur dengan flamefotometer; C-organik, dengan metode Walkley & Black; pH H2O, dengan pH stick; tekstur, dengan metode analisis granuler cara pipet; berat volume, dengan metode ring sampler; porositas dengan perhitungan menurut rumus n=1-(BV/BJ); kemantapan agregat. 3. Sifat biologi tanah Pada sifat biologi tanah data yang diambil berupa biomasa carbon mikroorganisme (Cmic) dan total respirasi.
Sifat – sifat tanah tersebut diatas
dianalisis dengan beberapa metode (Tabel 2). Tabel 2. Metode Analisis Sifat Fisik, Kimia Dan Biologi Tanah
No 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
Parameter yang diambil Bahan Organik Tanah Infiltrasi Pendugaan erosi Iklim (suhu udara, kelembaban, dan Curah hujan) Sifat Fisik 1. Bulk Density 2. Porositas 3. Air Tersedia 4. Kadar Air 5. Tektur tanah 6. Struktur tanah 8.kedalaman perakaran tanah Sifat Kimia 1. C-Organik 2. N Total 3. P 4. K 5. KTK 6. pH 7. Electrical conductivity Sifat Biologi 1. Biomas Carbon Mikroorganisme (Cmic) 2. Total Respirasi tanah
Metode Analisis Pemanasan suhu tinggi Double ring infiltrometer Menggunakan model USLE Pengukuran lapang dan data sekunder dari BMG Nisbah bobot tanah / volume Volumeter Gravimetri Gravimetri Metode pipet Pengamatan lapang Pengamatan lapang Kjeldahl Kjeldahl P-Bray II N NH4Oac Ph 7, AAS N NH4Oac Ph 7, Titrasi pH meter (Potentiometer) konduktometer Fumigasi-ekstaksi Inkubasi
3.4.2. Analisis Vegetasi Indeks Nilai Penting (INP) masing-masing spesies tumbuhan ditentukan dengan menjumlahkan KR, DR dan FR masing-masing spesies. Analisis vegetasi tanaman hutan dihitung dengan rumus sebagaimana diuraiakan Soerianegara dan Indrawan (1998) : Kerapatan (K)
=
Jumlah Individu Jenis Luas contoh
Kerapatan Relatif (KR) = Dominansi (D)
Kerapatan dari suatu jenis x 100 % …..........(10) Kerapatan seluruh jenis
= Jumlah Bidang Dasar ..............................................(11) Luas petak contoh
Dominansi Relatif (DR) = Frekuensi (F)
.....................................(9)
Dominansi dari suatu jenis x 100 % ...........(12) Dominansi seluruh jenis
= Jumlah plot ditemukan suatu Jenis Jumlah seluruh plot
.........................(13)
Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi dari suatu jenis x 100 % Frekuensi seluruh jenis
….........(14)
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR %
..................................(15)
Indeks Nilai Penting (INP) masing-masing spesies tumbuhan bawah ditentukan dengan menjumlahkan KR dan FR masing-masing spesies. Analisis vegetasi tumbuhan bawah dihitung menggunakan persamaan 9, 10, 12, dan 13. 3.4.3. Analisis Data Kualitas Tanah Data fisika, kimia, biologi tanah dan nilai indeks kualitas tanah dianalisis dengan uji berpasangan nilai tengah dari setiap penutupan lahan dengan menggunakan Uji-T.
Untuk menganalisis data kualitas tanah pada berbagai
penutupan lahan digunakan program komputer dengan sofware Microsoft Excel 2003, Minitab 14.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di Blok S Cipendawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Sub-DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat. Berada di koordinat geografis 6o38’10’’ Lintang Selatan dan 106o54’28” Bujur Timur, ketinggian tempat berkisar antara 709,5 – 772,85 mdpl, kemiringan lereng bervariasi dari 0 - 30o. Jenis tanah latosol, jenis batuan gunung api muda, termasuk dalam geohidrologi akuifer setempat produktif, dan merupakan daerah resapan tak berarti (Bappeda Kabupaten Bogor 2005), curah hujan berkisar antara 3000-4000 mm per tahun. Pemukiman terdekat adalah Kampung Bengkok yang berjarak + 500 m ke arah selatan dan Desa Gunung Geulis + 1 km ke arah utara (termasuk wilayah DAS Cikarang) dari lokasi penelitian. Perjalanan menuju lokasi dapat ditempuh dengan berjalan kaki dan menggunakan mobil atau motor, berjarak + 2 km dari jalan raya Megamendung Puncak. Berdasarkan pengukuran langsung di lapangan pada waktu penelitian luas masing- masing penutupan lahan adalah penutupan lahan JM seluas 5.220 m2, penutupan lahan TC seluas 2.640 m2, penutupan lahan TP seluas 3.430 m2, dan penutupan lahan SB seluas 1.510 m2. 4.2.
Kondisi Sosial Masyarakat Pemukiman masyarakat terdekat adalah Kampung Bengkok Desa
Cipayung Girang Kecamatan Megamendung yang berjarak + 500 m arah selatan dan Desa Gunung Geulis Kecamatan Kedunghalang (DAS Cikarang) yang berjarak + 1 km arah utara dari lokasi penelitian. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah sebagai buruh tani, penjaga villa dan tukang ojek, dengan tingkat pendidikan sebagaian besar adalah tamatan SD dan SMP. Lebih dari 50% tanah dimiliki oleh warga luar desa yang dibangun villa, dibiarkan dan/atau ditanami singkong.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya rehabilitasi lahan dirasa masih rendah, hal tersebut dilihat dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi lahan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh Kelompok Tani Megamendung. Selain itu tekanan ekonomi juga mendorong masyarakat untuk menjual tanah yang dimiliki yang sering kali berujung pada dibangunnya villa atau menjadi tanah terlantar. 4.3.
Kondisi Lahan Lokasi penelitian merupakan lahan bekas Hak Guna Usaha (HGU)
Perkebunan Teh PT. Buana Estate yang habis masa berlakunya pada tahun 2000 dan saat ini termasuk dalam wilayah program rehabilitasi lahan Kelompok Tani Megamendung. Berdasarkan hasil penelusuran informasi penutupan lahan Blok S Cipendawa pra-rehabilitasi diperoleh data sebagai berikut (Tabel 3). Tabel 3 Penutupan lahan di Blok S Cipendawa prarehabilitasi Tahun
Penutupan lahan
1975-1985
Kebun cengkeh
1985-1998
Kebun teh
1998-2002
Kebun singkong, semak- rumput, tanah terbuka.
Sumber : Hasil wawancara
Berdasarkan data pada tabel 3, penutupan lahan yang paling lama adalah berupa perkebunan teh selama 13 tahun dan perkebunan cengkeh 10 tahun. Lamanya penutupan lahan tersebut dikarenakan adanya manajemen lahan melaui HGU PT. Buana Estate. Penutupan lahan berganti menjadi kebun singkong, semak-rumput dan lahan terbuka ketika masa berlaku HGU PT. Buana Estate telah habis. Sebagian lahan bekas HGU dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menanam singkong, sedangkan sebagian lainnya tidak dikelola dibiarkan tumbuh rumput dan semak. Penutupan lahan di lokasi penelitian kembali mengalami pergantian penutupan lahan pada akhir tahun 2002 dengan dimulainya kegiatan rehabilitasi
lahan oleh Kelompok Tani Megamendung (KTM). Penutupan lahan pada saat kondisi prarehabilitasi berupa kebun singkong, semak, rumput, dan tanah terbuka serta terdapat beberapa tanaman kayu keras. Kondisi lahan sebelum dilakukan revegetasi dapat dikatakan sebagai lahan kritis yang mana lahan terlihat seperti tidak terawat dan tidak layak tanam atau dengan kata lain yang telah kehilangan sumber daya alam (kehilangan kesuburan, sumber air dan keanekaragaman hayatinya).
Pernyataan ini di dukung oleh hasil analisis tanah yang telah
dilakukan oleh KTM pada lahan tersebut (Tabel 4). Berdasarkan hasil analis kimia tanah terlihat bahwa tanah tergolong sangat masam yang memiliki pH yang sangat rendah ( pH 3,77 - 4,86), daya hantar listik sangat rendah (0,16 - 1,60 mmhos/cm), kandungan C-organik tanah juga tergolong rendah (1,74% - 1,76%) serta kandungan unsur hara makro esensial (N, P, K) yang terdapat dalam tanah juda tergolong rendah .
Tekstur tanah
merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan tumbuh.
Tekstur tanah yang baik akan
memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman dan sebaliknya apabila tekstur tanah jelek akan memberikan pertumbuhan yang jelek juga. Dari hasil analisis tekstur tanah tanah tergolong kepada lempung liat berdebu. Tabel 4 Data hasil analisis tanah prarevegetasi pada lokasi penelitian No
Sifat-sifat tanah pH
DHL
C-Org
N-Tot
P
K-Ter
Kadar Air
Tekstur
H20 % % Ppm ppm KU KL Pasir Debu Liat 4,86 0,16 1,76 0,20 8,09 80,42 13,00 37,7 27,2 47,3 25,6 M SR R R SR R lempung 2 3,77 1,60 1,74 0,14 7,99 80,42 11,06 38,2 18,2 49,3 32,5 SM R R R SR R Lempung liat berdebu Sumber : Kelompok Tani Megamendung Ket : KU (kering udara), KL (kapasitas lapang), SM (sangat masam), M (masam), SR (sangat rendah), R (rendah) 1
Kegiatan rehabilitasi lahan di Blok S Cipendawa dilaksanakan oleh KTM sejak akhir tahun 2002. Kegiatan rehabilitasi diawali dengan penanaman bibit jati mas sebanyak + 1000 bibit, kemudian pada tahun 2003 dilanjutkan dengan penanaman jenis pohon lainnya seperti sungkai, kayu afrika, mahoni, damar, pinus, buah-buahan, mengkudu, mahkota dewa, buah merah, dan lain-lain.
Perbandingan penutupan lahan antara masa prarehabilitasi dan masa rehabilitasi sampai dengan tahun 2008 disajikan pada tabel 5. Tabel 5 Perubahan penutupan lahan di lokasi penelitian Pra-rehabilitasi Semak rumput
Rehabilitasi Campuran
Keterangan Campuran terdiri dari beberapa jenis pohon (tinggi 2-7 m, diameter <3,18 – 11,46 cm), bambu, tumbuhan bawah, pakis purba. Luas : 2.350,705 m2.
Semak rumput
Jati & mengkudu
Jati & mengkudu : tinggi 2-8 m, diameter <3,18 – 11,46 cm, lebar tajuk 0,3 – 4,5 m, jumlah tanaman + 300 batang. Luas : 1.037,076 m2.
Semak rumput
Semak rumput
Tinggi 10-100 cm. Luas : 622,2453 m2.
Singkong
Singkong
Kebun singkong tidak terawat, tinggi 50-100 cm. Luas : 622,2453 m2.
Rumput
Jati dan rumput
Pertumbuhan jati tidak bagus, tinggi 0,5 – 7 m, diameter <3,18 – 6,69 cm, lebar tajuk 0,3 – 3 m, jumlah tanaman + 250 batang, tinggi rumput 50150 cm. Luas : 1.313,629 m2.
Sampai dengan tahun 2008 kegiatan rehabilitasi lahan yang dilakukan oleh KTM menunjukkan adanya perubahan penutupan lahan yang signifikan yaitu dari semak rumput menjadi vegetasi campuran dan jati & mengkudu dengan total luas 3.387,781 m2 (57%). Di samping itu masih terdapat lahan yang kondisi vegetasinya tidak berbeda jauh dengan masa prarehabilitasi yaitu semak rumput, singkong dan jati & rumput, dengan total luas 2.558,12 m2 (43%). Kondisi curah hujan dilokasi penelitian terlihat dari data curah hujan yang dikumpulkan dari Stasiun Klimatologi Citeko yang merupakan stasiun pengamat curah hujan terdekat dengan lokasi penelitian. Data curah hujan selama 10 tahun dari tahun 1998 – 2007 disajikan pada Tabel 6.
a
b
Foto : Doc. KTM
Gambar 5 Penutupan lahan pada awal pelaksanaan rehabilitasi lahan tahun 2002 (a) dan penutupan lahan setelah direhabilitasi tahun 2008 (b) Curah hujan tertinggi adalah 3.686,6 mm/tahun, sedangkan curah hujan terendah adalah sebesar 2.720,9 mm/tahun. Berdasarkan penggolongan Schmidt Fergusson, lokasi penelitian termasuk dalam tipe hujan A (sangat basah), dengan bulan basah > 100 mm sepanjang tahun, tidak memiliki bulan kering (bulan dengan curah hujan rata-rata < 60 mm). Tabel 6 Data curah hujan tahunan Blok S Cipendawa Megamendung Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Total
1998 302.8 384.8 684 342.6 249.1 263 150 103.3 107.5 215.3 186.3 193.2 3181.9
1999 466.1 523.7 210.8 132.4 281.9 110.8 79.3 77 97.7 307.5 277 315.7 2879.9
2000 448.8 337.8 293.7 376.1 246.4 116 220 19.2 97.7 219 337.7 118.5 2830.7
Curah Hujan (mm) 2001 2002 2003 553.4 636 490.7 698.5 658.5 455.7 498.9 337 341.7 366.9 340 265.7 281.9 31 185.5 134.1 151.2 103.2 70.3 185.9 97.0 50.7 81.4 91.4 117 22.6 148.7 374.2 46.2 211.5 439.2 216.9 303.7 75.9 275.3 337.7 3661 2982 3032.5
Sumber : BMG (Statsiun Klimatologi Citeko)
2004 289.6 511.1 269.4 354.9 242.3 39.8 72 7.6 154.8 238.6 187.6 466.4 2834.1
2005 288.6 706.18 318.4 125.6 163.6 237.6 140.24 206.1 202.4 192.3 263.3 282.2 3126.5
2006 692.7 445.1 157.3 308.8 134.5 134.5 13.7 6.6 20.5 98.4 158.1 550.7 2720.9
2007 399.5 927.9 395.2 384.7 113.6 130.1 8.2 73.6 62.7 166.0 234.5 583.5 3479.5