III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, kondisi, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Metode ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran, secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 2003). Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan secara komprehensif mengenai berbagai aspek suatu organisasi atau suatu situasi kelompok. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diteliti dengan tujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam (Mulyana, 2001). B. Lokasi Penelitian Obyek penelitian ini adalah usaha beras kencur milik Pak Hari yang merupakan usaha turun temurun sejak tahun 1984, dimana usaha ini terletak di Jalan Tamtaman II nomer 99 Baluwarti (timur Museum Keraton Surakarta). Obyek penelitian dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Minuman tradisional merupakan jamu yang kaitannya erat sekali dengan sejarah kesehatan leluhur kita, nenek moyang bangsa Indonesia yang dilestarikan oleh pihak keraton. Salah satu jamu yang sampai saat ini digemari oleh masyarakat karena cita rasa yang khas yang tidak ditemui jamu pada umumnya dan juga kandungan serta khasiatnya adalah jamu beras kencur yang dahulu sering digunakan oleh puteri keraton dalam menjaga kesehatan dan kecantikan diri mereka untuk terlihat selalu nampak muda dan cantik. Beras putih kaya akan kandungan vitamin E yang sangat baik untuk kesehatan dan kecantikan kulit. Kandungan antioksidan dan vitamin B pada beras putih juga sangat ampuh untuk menangkal radikal bebas, mengangkat sel kulit mati, menyamarkan garis halus dan kerutan, mencerahkan kulit, serta melancarkan peredaran darah.
41
42
Beras juga mengandung squalane oil yang mampu menjaga kelembaban alami kulit serta mampu menambah produksi kolagen untuk menjadikan kulit lebih kencang dan mulus. Kencur juga dipercaya ampuh menghilangkan pegal-pegal, menghilangkan bau badan dan memberi efek rileks untuk kulit. b. Home industry Beras Kencur Putri Solo ini merupakan usaha jamu yang turun temurun dengan produk utamanya adalah beras kencur, berbeda dengan usaha jamu kebanyakan yang memproduksi jamu beraneka ragam yang terletak di kompleks Keraton Kasunanan dan menjadi salah satu potensi kuliner ramuan tradisional jawa di keraton yang berhasil memasarkan produknya hingga ke berbagai kota di Pulau Jawa dan luar Jawa. c. Usaha milik Pak Hari ini meskipun sudah mempunyai ijin usaha PIRT dan label halal, namun karena kurangnya pengetahuan serta sumber daya yang ada seperti tenaga dan dana, seringkali usaha dalam skala rumah tangga kualitas produk yang dihasilkan tentunya belum dapat maksimal jika dibandingkan dengan industri jamu yang sudah besar, terlebih lagi produknya yang alami, dengan metode pembuatannya yang sederhana dan tradisional akan semakin menjadi nilai lebih, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang kualitas usaha tersebut. C. Penentuan Key Informan Pada penelitian ini, yang akan ditunjuk sebagai key informan adalah pemilik dan tenaga kerja (satu pekerja di bagian penakaran dan satu pekerja di bagian pembersihan botol) di Home Industri Beras Kencur Putri Solo. Pemilihan key informan tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu dikarenakan pemilik dan tenaga kerja yang mengetahui seluk beluk usaha, dan yang mengelola usaha tersebut. Penentuan key informan ini digunakan untuk memperoleh data primer selama waktu penelitian yaitu bulan Februari hingga Maret 2016.
43
D. Metode Penentuan Sampel Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah semua unit sirup beras kencur yang diproduksi yang mengalami permasalahan. Unit yang diamati yaitu: a. Produk akhir, yaitu data jumlah permasalahan pada setiap jenis-jenis permasalahan (terdapat kotoran pada sirup, kebersihan botol (lengket) dan volume sirup beras kencur yang tidak sesuai) selama enam kali memproduksi beras kencur pada bulan Maret 2016 sehingga ditemukan jumlah total permasalahan per jenis-jenis permasalahannya dan apabila ditemukan lebih dari satu jenis kesalahan pada satu unit produk yang dapat digunakan untuk pembuatan diagram pareto, sehingga dapat diketahui permasalahan dominan. b. Titik kritis yaitu lama penyangraian beras pada proses produksi beras kencur, dimana titik kritis tersebut diamati selama 10 kali proses produksi pada bulan Februari hingga Maret 2016. Kemudian dari data tersebut akan dibuatlah suatu conrol chart. E. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer, adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh penyelidik tersebut (Soeratno dan Lincolin, 1999). Data primer yang didapat berasal dari: 1) Wawancara kepada pemilik dan tenaga kerja pada Usaha Beras Kencur Putri Solo untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi permasalahan utama yang dapat digunakan dalam Fishbone diagram, dimana wawancara ini dilakukan selama masa penelitian. 2) Observasi dilakukan pada proses produksi untuk mendapatkan data hasil pengamatan titik kritis (lama penyangraian beras) yang dapat diukur selama 10 kali produksi pada bulan Februari hingga Maret
44
2016 yang digunakan dalam pembuatan control chart, selain itu juga mengamati produk akhir untuk memperoleh data jenis-jenis permasalahan selama enam kali memproduksi beras kencur pada bulan Maret 2016 yang dapat digunakan untuk pembuatan diagram pareto. 3) Melakukan pencatatan mulai dari pemilihan bahan baku hingga produk jadi, mencatat faktor yang menyebabkan permasalahan utama, jenis dan jumlah per permasalahan yang ada selama enam kali produksi pada Bulan Maret 2016, dan mencatat lama penyangraian beras setiap produksi yang dilakukan selama 10 kali produksi pada bulan Februari hingga Maret 2016. b. Data Sekunder, adalah data yang telah diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya atau penyelidik (Soeratno dan Lincolin, 1999). Data yang diperoleh adalah data profil perusaahaan, data produksi, data potensi kuliner yang didapat dari Kelurahan Baluwarti, yang merupakan kelurahan tempat usaha beras kencur tersebut. Selain itu terdapat juga data SNI beras kencur dan SNI kencur yang diperoleh dari Badan Standardisasi Nasional. F. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung
(berkomunikasi
secara
langsung)
dengan
responden
(Soeratno dan Lincolin, 1999). Untuk kelengkapan informasi wawancara ini dapat dilakukan berkali-kali selama masa penelitian sesuai dengan kebutuhan peneliti. Responden pada penelitian ini adalah pemilik dan tenaga kerja usaha Beras Kencur Putri Solo, untuk mengetahui
pengendalian
mutu,
proses
produksi
serta
untuk
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi permasalahan utama yang dapat digunakan dalam Fishbone diagram sehingga dapat ditemukan penyelesaian terhadap masalah utama yang paling mempengaruhi.
45
b. Observasi, sering juga disebut sebagai metode pengamatan yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik (Soeratno
dan
Lincolin, 1999).
Data primer
dikumpukan dengan mengamati titik kritis yaitu lama penyangraian beras selama memproduksi beras kencur selama 10 kali produksi pada bulan Februari hingga Maret 2016, yang berguna untuk pembuatan control chart, selain itu juga memperoleh data tentang jumlah permasalahan produk ahir pada setiap jenis-jenis permasalahan setiap kali memproduksi beras kencur sehingga ditemukan jumlah total permasalahan per jenis-jenis permasalahannya selama enam kali produksi selama bulan Maret 2016 yang dapat digunakan untuk pembuatan diagram pareto. Adapun jenis-jenis permasalahan yang ditemukan adalah terdapat kotoran pada sirup, kebersihan botol (lengket) dan volume sirup beras kencur yang tidak sesuai. c. Pencatatan, dilakukan dengan mencatat informasi, baik yang berupa jawaban dari wawancara, pengamatan secara langsung maupun dokumen pada obyek penelitian. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mencatat hasil wawancara kepada pemilik dan tenaga kerja pada Usaha Beras Kencur Putri Solo untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi permasalahan utama yang dapat digunakan dalam Fishbone diagram, serta mencatat hasil pengamatan titik kritis yaitu lama penyangraian beras selama 10 kali produksi yang digunakan dalam pembuatan control chart, selain itu juga mencatat data tentang jenis-jenis permasalahan pada setiap kali memproduksi beras kencur selama enam kali produksi pada bulan Maret 2016 yang dapat digunakan untuk pembuatan diagram pareto. G. Metode Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat pengendalian mutu yaitu alat bantu statistic yang terdapat pada Statistical Quality Control (SQC). Alat bantu yang dipilih adalah control chart yang dapat digunakan sebagai acuan pada proses produksi berikutnya, kemudian menggunakan pareto untuk
46
mengetahui penyebab permasalahan paling dominan, kemudian setelah ditemukan
penyebab
menggunakan
Fishbone
permasalahan diagram
yang
dapat
paling
diketahui
dominan, factor-faktor
dengan yang
menyebabkan permasalahan atau masalah yang paling dominan pada produk untuk dapat mengetahui penyelesaiannya sehingga dapat meningkatkan mutu usahanya. berikut adalah rincian alat analisis yang digunakan: 1. control chart X Sifat mesin dan tenaga manusia yang tidak sempurna mengakibatkan proses produksi suatu produk tidak selalu dapat terkendali dengan baik. Pasti terdapat penyimpangan dari standart ukuran. Oleh karena itu perlu toleransi penyimpangan. Data ini menggunakan data variabel yang diperoleh dari data primer yaitu data hasil pengamatan lama penyangraian beras (titik kritis) yang berdasarkan Gesperz (2001), untuk pendugaan pendahuluan dalam pembuatan peta kontrol dapat menggunakan data selama 10 kali produksi yaitu pada bulan Februari hingga Maret 2016. Adapun titik kritis tersebut diperoleh dari hasil analisis dari setiap tahapan dalam pembuatan beras kencur, tahap-tahapan tersebut akan dianalisis satu per satu sehingga akan ditemukan tahapan yang merupakan titik kritis yang dapat mempengaruhi hasil akhir, atau mempengaruhi tahapan proses produksi selanjutnya. Dimana dalam penentuan titik kritis tersebut, dicari tahapan yang merupakan titik kritis dan dapat diukur oleh peneliti, yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut dibuatlah control chart. Berdasarkan ilmu statistic, besarnya penyimpangan mengikuti rumus berikut: Mengetahui rata-rata pengukuran yaitu dengan rumus: X=
Xi n
Dimana X = rata-rata pengukuran n = Jumlah observasi garis pusat (center line) peta pengendali X ini adalah: CL X = X
47
Batas pengendali atas (BPA) dan batas pengendali bawah (BPB) untuk pengendali rata-rata adalah : BPA X= X + 3
MR MR ; BPB X= X - 3 d2 d2
(Ariani, 2004). 2. Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik terakhir yang terendah dan paling kanan. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data jenis-jenis permasalahan selama bulan Maret 2016. Berikut langkah-langkah pembuatan diagram pareto: a. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi penyebab-penyebab dari masalah yang akan diperbanding, setelah itu merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data. b. Membuat suatu ringkasan daftar yang mencatat frekuensi kejadian dari
masalah
yang
diteliti
dengan
menggunakan
formulir
pengumpulan data. c. Membuat daftar masalah secara berurutan berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi hingga terendah serta hitunglah frekuensi kumulatif, persentasi dari total kejadian dan persentase dari total kejadian secara kumulatif. d. Menggambar garis vertical sebelah kiri: buatlah pada garis dengan skala nol sampai total keseluruhan dari permasalahan. e. Garis vertical sebelah kanan: buatlah pada garis dengan skala dari 0% sampai 100%. f. Gambar garis horizontal: bagilah garis ini kedalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya item masalah yang diklasifikasikan. g. Buatlah histogram pada diagram pareto. h. Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai kumulatif di sebelah kanan atas dari interval setiap item masalah
48
i. Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi menggunakan control chart (Gasperz, 2001). 3. Fishbone diagram adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab-akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, Fishbone diagram dipergunakan untuk menunjukkan factor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh factor-faktor penyebabnya. Data yang digunankan adalah data primer yaitu data hasil wawancara dengan pemilik dan karyawan yang digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi permasalahan utama, dimana wawancara dilakukan selama masa penelitian. Menurut (Gasperz, 2001), penggunaan Fishbone diagram dapat mengikuti langkah-langkah berikut: a. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. b. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat. c. Tuliskan factor-faktor penyebab utama (sebab) yang mempengaruhi kualitas sebagai tulang besar, factor penyebab dapat dikembangkan ke dalam pengelompokan factor-faktor yaitu manusia, material, metode, mesin dan lingkungan melalui langkah-langkah actual dalam proses. d. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab utama (tulang-tulang besar), serta penyebab penyebab sekunder dinyatakan dengan tulang berukuran sedang. e. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebabpenyebab sekunder, serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan dengan tulang berukuran kecil. f. Tentukan item-item yang penting dari setiap factor dan tandailah factor factor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. (Ariani, 2004).