50
III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mencakup wilayah Kabupaten Kediri, Malang, Nganjuk, dan
Probolinggo.
Pemilihan
lokasi
penelitian
didasarkan
atas
beberapa
pertimbangan antara lain : 1) wilayah sentra produksi sayuran terbesar di Provinsi Jawa Timur, 2) memiliki tinggi tempat dari permukaan laut yang berbeda mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, 3) sayuran merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat setempat secara turun-temurun, dan 4) secara nasional, luas areal dan produksi sayuran di Jawa Timur menempati urutan kedua (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Provinsi Jawa Timur 2008). Lebih spesifik lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Spesifikasi lokasi penelitian di 4 (empat) kabupaten di Jawa Timur Kabupaten Nganjuk
Kediri Malang (Batu)
Probolinggo
Kecamatan Bagor, Rejoso, Sukomoro Kepung, Pare Sumberaji, Batu
Sukapura, Krucil
Sentra sayuran
Tinggi tempat
Bawang merah (Allium ascalonicum L.)
± 58 m dpl
Cabai (Capsicum frutescens L.)
± 215 m dpl
Kentang (Sollanum tuberosum L.) Kubis (Brassica oleracea L.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Cabai (Capsicum annuum L.)
± 1100-1200 m dpl
± 700-900 m dpl ± 800-1000 m dpl
3.1.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2006 sampai dengan bulan Desember 2006. dan dilanjutkan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Februari 2011. 3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan instrumen penelitian berupa kuesioner terstruktur dan tidak terstruktur. Kuesioner terstruktur dirancang untuk mendapatkan data tentang karakteristik responden, pengetahuan, persepsi petani 50
51
tentang
pestisida
dan
cara
penggunaannya.
Kuesioner
tidak
terstruktur
diperuntukkan guna pengumpulan data kepada para pakar. Sementara itu data sekunder dikumpulkan dengan menginventarisasi data dari intansi terkait misalnya DAS Brantas, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten, UPTD BPTPH Provinsi di Jawa Timur, BPS Jawa Timur dan Kabupaten, BMG, dan lembaga terkait. Untuk memperoleh gambaran data secara jelas yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka sumber dan jenis data yang dibutuhkan dalam desertasi ini dapat diuraikan sebagaimana tertera pada Tabel 4. Adapun data pakar dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian Jenis data
Teknik pengumplan data
Sumber data
Data primer Kondisi biofisik sentra tanaman sayuran
Survey lapangan
Dinas Pertanian Jawa Timur
Kondisi sosial ekonomi petani
Survey lapangan
Petani
Volume penggunaan pestisida
Survey lapangan
Petani
Sasaran penggunaan pestisida
Survey lapangan
Petani
Jenis pestisida yang digunakan
Survey lapangan
Petani
Cara penggunaan pestisida
observasi interview
Petani
Waktu penggunaan pestisida
Survey lapangan
Petani
Inventarisasi biaya penggunaan pestisida
Survey lapangan kepada petani
Petani
Pola tanam
Survey lapangan
Petani
Jumlah, potensi dan karakteristik petani
Survey lapangan
Petani
Kelembagaan petani
Survey lembaga
Ketua kelompok tani dan Petugas
Kebutuhan stakeholder pengguna pestisida
Para pakar
Para pihak
dan
Data sekunder Luas tanam tanaman sayuran
Inventarisasi
Luas serangan OPT sayuran
Inventarisasi
Upaya penanggulangan OPT
Inventarisasi
Inventarisasi jenis tanaman sayuran
Inventarisasi
Jumlah distributor
Inventarisasi
UPT BPTPH & Dinas Pertanian Jawa Timur
Pegawai Pertanian (PPL dan PHP)
Inventarisasi
KPPP (Kelembagaan Pengawasan Peredaran dan Penggunaan Pestisida)
Inventarisasi
Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur
Dinas Pertanian Jawa Timur
52 Lanjutan Tabel 4 Jenis data Residu pestisida pada tanaman sayuran
Teknik pengumplan data Inventarisasi
Gangguan kesehatan petani
Inventarisasi
Topografi dan hidrologi
Inventarisasi
Kondisi umum lingkungan
Inventarisasi
Penduduk
Inventarisasi
Sumber data UPT BPTPH Jawa Timur Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur DAS Brantas dan BMG BAPEDALDA dan UPT BPTPH BPS
Tabel 5 Responden pakar Responden /Pakar
Jumlah
Kepala Dinas Pertanian Propinsi
1
Kepala UPT BPTPH dan Ketua KPPP
1
PHP dan PPL
4
Ketua kelompok tani
4
Akademisi
2
Total
12
3.3. Teknik Pengambilan Data 3.3.1. Penetapan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani tanaman sayuran bawang merah, cabai, kubis dan kentang. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dari populasi dengan kriteria sebagai berikut ; menanam tanaman sayuran minimal dua kali dalam satu tahun kecuali pada cabai rawit, lama bertani sayuran minimal tiga tahun, berperan sebagai operator atau selalu memberikan instruksi langsung penggunaan pestisida dan sampel petani SLPHT telah mendapatkan sekolah lapang minimal dua tahun sebelumnya. Jumlah sampel masing-masing komoditas sebanyak 56 responden yang dibedakan dua kelompok (1) petani SLPHT dan (2) petani Non-SLPHT masing-
53
masing berjumlah 28 responden per komoditas. Dengan demikian keseluruhan responden adalah 224 petani sayuran. 3.3.2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei yang dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu : 1. Survey lapangan dilakukan untuk melihat berbagai kondisi terkini penggunaan pestisida di sentra tanaman sayuran, kondisi sosial ekonomi petani di 4 (empat) kabupaten. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan data yang dilakukan kepada responden berdasarkan kriteria tertentu (Arikunto 2002). Data ini dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana ketepatan penggunaan pestisida oleh petani sayuran menurut jenis, dosis, sasaran, cara, dan waktu penggunaan pestisida. Tahap ini juga untuk mengidentifikasi pengetahuan atau persepsi petani tentang pestisida. Survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang peran petugas lapangan dalam melakukan upaya pengendalian penggunaan pestisida pada tanaman sayuran termasuk dalam upaya pemberdayaan petani. Tahap ini data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner melalui pertanyaan terstruktur semi terbuka, sebelum model diimplemetasikan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan software komputer Statistic Product and Service Solution version 16.0 for Windows. 2. Data volume pestisida per musim tanam oleh petani dan faktor yang mempengaruhi penggunaannya dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka. Data volume pestisida yang digunakan oleh petani selanjutnya
didistribusikan
menurut
frekuensi
variabel-variabel
yang
mempengaruhi. 3. Pengambilan data sekunder dilakukan pada beberapa instansi terkait meliputi ; Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Kabupaten, UPT BPTPH Surabaya dan Malang, BPDAS, BMG, BPS Kabupaten, dan instansi terkait lainnya. Pengumpulan data sekunder juga dilakukan dengan studi literatur. Salah satu contoh pengambilan data sekunder melalui studi literatur, misal data dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida karena keterbatasan dalam kemampuan pengujian.
54
4. Untuk memperoleh data kebutuhan masing-masing stakeholder dilakukan teknik Community Need Assessment (CNA) untuk membangun model implementasi kebijakan penggunaan pestisida dalam budidaya tanaman sayuran. Pada tahap ini sampel diambil secara purposive sampling, data dikumpulkan dengan menggunakan teknik deep inteview tidak terstruktur. 5. Pengambilan data pakar dengan teknik deep interview dilakukan dengan menggunakan kuesioner tidak terstruktur.
Data yang dikumpulkan adalah
faktor penting baik pengaruh langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi implementasi kebijakan penggunaan pestisida. Data ini akan dipergunakan
untuk
penyusunan
pengembangan
strategi
implementasi
kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur. Sampel pakar ditetapkan dengan teknik purposive sampling. 3.4. Membangun Model Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida Pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran dilakukan dengan pendekatan pemodelan sistem diawali dengan membangun sebuah model. Data yang diperlukan
untuk
membangun
model
pengembangan strategi implementasi kebijakan penggunaan pestisida adalah data ketepatan penggunaan pestisida dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan pestisida dikategorikan baik jika pengguna telah memenuhi 5 (lima) tepat yaitu tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat jenis pestisida, tepat waktu aplikasi dan tepat dosis/konsentrasi. Untuk memudahkan
dalam
melakukan
pengembangan
implementasi
kebijakan
penggunaan pestisida dengan pendekatan sistem dan pemodelan maka pengolahan data ditekankan pada volume penggunaan per satuan luas per satuan waktu tertentu atau disebut dengan dosis. Volume penggunaan pestisida persatuan luas tanam diambil dua tahap yaitu bulan Mei sampai November tahun 2006 dan bulan Desember tahun 2010 sampai Pebruari 2011. Data penggunaan pestisida pada tanaman sayuran dipengaruhi oleh beberapa faktor langsung yaitu (1) luas tanam tanaman sayuran, (2) serangan OPT, (3) tekanan formulator, (4) kemudahan mendapatkan pestisida dan (5) SDM petani. Data penggunaan pestisida per satuan luas dihitung berdasarkan luas tanam (Sumber : pendapat pakar 2011)
55
Distribusi volume pestisida yang digunakan oleh petani diketahui melalui cara sebagai berikut ; (1) Penggunaan pestisida per luas tanam dihitung dengan pendekatan penggunaan pestisida jika tidak ada serangan OPT atau ada serangan sangat rendah, (2) Penggunaan pestisida karena serangan OPT adalah penggunaan pestisida tambahan jika tanaman budidaya mendapatkan serangan OPT, (3) Penggunaan pestisida yang sebabkan oleh peran formulator di hitung dengan pendekatan selisih antara sebelum kunjungan formulator dengan setelah kunjungan formulator. Besarnya tekanan formulator, untuk memasarkan produknya dengan berbagai macam insentif mampu mempengaruhi peningkatan penggunaan pestisida. (4) Kemudahan petani mendapatkan pestisida dihitung berdasarkan perbedaan antara petani yang mendapat kepercayaan oleh distributor dengan yang kurang mendapatkan keperpercayaan. Kepercayaan distributor yang dimaksud adalah pemberian kelonggaran oleh distributor kepada petani untuk membayar pestisida disaat panen. Cara pembayaran ini di masyarakat petani terkenal dengan istilah yarnen (Jawa) yang artinya dibayar saat musim panen.. Kondisi ini mendorong stok pestisida di rumah petani selalu tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga petani berkesempatan menggunakan pestisida yang tersedia setiap saat, dan (5) Variabel lain adalah kondisi SDM petani, penggunaan pestisida dilihat dari perbedaan jenjang pendidikan atau pelatihan formal yang pernah ditempuh. Pada Tabel 6 disajikan secara rinci variabel-variabel yang mempengaruhi volume penggunaan pestisida pada tanaman sayuran beserta jenis dan sumber datanya. Tabel 6. Variabel langsung berpengaruh dalam penggunaan pestisida pada tanaman sayuran No 1.
Variabel penggunaan pestisida
Parameter
Luas tanam tanaman sayuran
1. Luas tanam tanaman sayuran
Primer
2. Pertambahan luas tanam per tahun 3. Prediksi pengurangan lahan pertanian tanaman sayuran per tahun 4. Volume pestisida yang digunakan petani per satuan luas 5. Laju pertambahan kebutuhan sayuran per tahun
Jenis data Sekunder Diperta Prov Jawa Timur Diperta Prov Jawa Timur Diperta Prov Jawa Timur
Petani
Deptan dan Depkes
56 Lanjutan Tabel 6 No
Variabel penggunaan pestisida
2.
Serangan OPT
Parameter Primer
Jenis data Sekunder Diperta provinsi Jawa Timur BMG Jawa Timur
1. Perubahan atau pertambahan luas serangan OPT 2. Fluktuasi curah hujan
3.
4.
5.
Tekanan formulator
Kemudahan mendapatkan pestisida
Kondisi SDM petani
3. Penambahan volume penggunaan pestisida jika ada serangan OPT 1. Persentase kunjungan formulator per bulan
Petani
Formulator/ petani
2. Jumlah formulator di sekitar lokasi penelitian dan Jawa Timur 3. Laju pertumbuhan formulasi yang diperdagangkan (Produsen) 4. Insentif yang ditawarkan 5. Penambahan volume penggunaan pestisida karena tekanan formulator 1. Jumlah distributor
Petani/ Distributor
2. Cara pembayaran
Petani/ Distributor
3. Penawaran insentif 4. Perbedaan volume pestisida 1. Persentase petani yang belum pernah mengikuti SLPHT
Distributor Petani
2. Distribusi pendidikan petani 3. Peningkatan pelatihan pengendalian OPT
Petani
4. Lama bertani 5. Perbedaan volume penggunaan pestisida berdasarkan jenjang pelatihan pengendalian OPT
Petani Petani
Ditjen Sarana Pertanian Petani Petani
Dinas Perdagangan
Diperta provinsi Jawa Timur Diperta provinsi Jawa Timur
3.5. Analisis Data 3.5.1. Analisis Penggunaan Pestisida Saat ini Analisis penggunaan pestisida saat ini bertujuan untuk mengukur sejauhmana implementasi kebijakan penggunaan pestisida dapat diterima oleh para petani
57
tanaman sayuran. Analisis dilakukan dengan membandingkan antara penggunaan pestisida oleh petani yang pernah mengikuti SLPHT dengan petani Non SLPHT. Petani SLPHT adalah petani yang pernah mengikuti pelatihan pengendalian hama terpadu yang diprakarsai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan intervensi kepada petani melalui pendidikan dan pelatihan penggunaan pestisida dengan benar, dan sebaliknya petani Non SLPHT tidak pernah mendapatkan informasi secara langsung . Analisis data dilakukan dua tahapan yakni analisis diskriptif ( discritive analysis) dan analisis perbandingan (comparative analysis). Analisis diskriptif bertujuan untuk memperoleh statistik distribusi frekuensi responden berdasarkan kriteria ketepatan penggunaan pestisida per kelompok responden. Sedangkan comparative analysis bertujuan untuk membandingkan antara petani SLPHT dan Non SLPHT dalam menggunakan pestisida. Uji comparative analysis dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitny pada taraf signifikan (probability value) α = 0,05. Pengolahan data penelitian dengan bantuan software komputer Statistical Product and Servce Solutions (SPSS) 16.0 for windows. Penarikan kesimpulan apabila nilai ρ < α maka kebijakan penggunaan pestisida
telah mampu merubah perilaku petani
sayuran dalam penggunaan
pestisida, dan apabila ρ > α maka yang terjadi sebaliknya. 3.5.2. Validasi Model Model yang baik ditandai dengan kesesuaian antara fakta dengan hasil simulasi. Eriyatno (1999) menyatakan validasi merupakan usaha untuk menilai model apakah model sistem yang dibangun merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, yang dapat menghasilkan kesimpulan yang menyakinkan. Validasi dapat dilakukan terhadap struktur model dan keluaran model (output model). Validasi struktur dilakukan melalui studi pustaka, sedangkan validasi output
dilakukan
dengan
membandingkan
dengan
data
empirik.
Untuk
memverifikasi penyimpangan keluaran model dengan data empirik dilakukan dengan uji KF (Kalman Filter). Tingkat kecocokan hasil simulasi model dengan nilai aktual adalah 47,25-52,3% dengan menggunakan perasamaan: KF =
Vs (Vs + Va )
(1)
58 Keterangan:
KF = Kalman filter Vs = Varian nilai simulasi Va = Varian nilai aktual
3.5.3. Analisis Persepsi Petani Data karateristik petani tanaman sayuran daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Metode yang sama dilakukan untuk mengetahui persepsi atau pandangan petani tanaman sayuran tentang kebijakan penggunaan pestisida. Analisis ini dilakukan dengan pendekatan logika berdasarkan data distribusi frekuensi menurut kriteria. Adapun kriteria persepsi petani dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori baik, cukup dan kurang (Arikunto, 2003). Kriteria atau kategori persepsi responden tentang suatu obyek menggunakan rumus sebagai berikut ;
F= Keterangan:
d x100% V
(2)
F = skor reponden d = skor yang didapat responden v = skor maksimal
Kriteria atau kategori persepsi : 76 % - 100 % (baik), 56 % - 75 % (cukup) dan < 56 % (kurang)
3.5.4. Pendekatan Sistem dalam Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida pada Tanaman Sayuran Pengembangan strategi implementasi kebijakan penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang dimulai dengan mengidentifikasi serangkaian kebutuhan, permasalahan yang dihadapi dan serangkaian hubungan antar komponen yang berinteraksi sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem ini dilakukan untuk menunjukkan kinerja intelektual berdasarkan perspektif, pedoman, model, metodologi dan sebagainya yang diformulasikan untuk perbaikan secara terorganisir dari tingkah laku dan perbuatan manusia (Winardi, 1989). Oleh karena itu, menurut Eriyatno (2007) pada pendekatan kesistiman dalam penyelesaian suatu permasalahan selalu ditandai dengan: (1) pengkajian terhadap semua faktor penting yang berpengaruh dalam rangka mendapatkan solusi untuk pencapaian tujuan dan (2) adanya model-model untuk membantu pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif.
59
a. Analisis Kebutuhan Pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran merupakan permasalahan yang bersifat kompleks maka pendekatan sistem adalah pilihan yang cocok. Pendekatan sistem memiliki beberapa tahapan yang pertama adalah analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan pada prinsipnya merupakan langkah pertama pengkajian dalam pendekatan sistem, dan sangat menentukan kelayakan sistem yang akan dibangun. Analisis kebutuhan juga merupakan kajian terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan sistem yang dianalisis (Pramudya 1989). Penelitian ini analisis kebutuhan ditujukan pada pihak yang mempunyai kepentingan dan keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Dalam implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, para pihak yang berkepentingan adalah (1) petani pengguna pestisida pada tanaman sayuran, (2) dinas instansi terkait yaitu dinas pertanian, ketahanan pangan, dinas kesehatan dan UPT BPTPH provinsi Jawa Timur, (3) masyarakat konsumen dan (4) para distributor selaku penyedia pestisida atau para formulator (sales) yang bergerak langsung memasarkan pestisida kepada para petani atau melalui distributor. Dalam analisis ini telah ditetapkan para pihak yang terkait dalam pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida yang dikelompokkan atas ; 1. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Timur, 2. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 3. Dinas Pertanian Kabupaten (Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo), 4. Koordinator PHP Kabupaten Nganjuk, Probolinggo, Kediri dan Malang 5. Pengguna Pestisida pada Tanaman Sayuran ; dalam hal ini akan diwakili oleh petani tanaman sayuran di masing-masing sentra produksi sayuran ; petani cabai, petani kentang, petani kubis dan petani bawang merah. 6. Masyarakat ; adalah masyarakat yang mewakili konsumen dan pemerhati lingkungan pertanian. 7. Distributor/formulator ; kios (agen) penjualan pestisida atau sales
Dalam analisis kebutuhan dilakukan inventarisasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam sistem. Inventarisasi ini dilakukan melalui wawancara secara
60
terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dihasilkan analisis kebutuhan pelaku seperti disajikan pada Tabel 7 dan 8 Tabel 7 Analisis kebutuhan stakeholder Analisa kebutuhan
Stakeholders Petani sayuran
Tanaman tidak diserang organisme pengganggu tanaman Keberhasilan panen tanaman sayuran Peningkatan pendapatan petani Perluasan lapangan kerja Keberlanjutan produksi tanaman sayuran Mudah mendapatkan pestisida dengan harga murah
Pemerintah ( dalam hal ini diwakili oleh BPTPH, Dinas pertanian dan Dinas Kabupaten)
Serangan OPT sayuran rendah dan tidak terjadi peningkatan dari waktu ke waktu Meningkatkan produksi pertanian tanaman sayuran Peningkatan devisa negara Keberlanjutan budidaya dan produksi tanaman sayuran Partisipasi masyarakat dalam pengendalian OPT Kelestarian lingkungan tanaman sayuran Ketahanan pangan Pengembangan teknologi alternatif yang ramah lingkungan
Masyarakat konsumen
Mendapatkan tanaman sayuran yang mudah di dapat, murah dan sehat.
Distributor /Formulator
Penjualan pestisida lancar
Setelah
mengindentifikasi
kebutuhan
utama
dari
masing
masing
stakeholders dilanjutkan dengan mengklasifikasikan kebutuhan tersebut sesuai dengan tingkatannya dalam sebuah tabel, seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Matriks analisa kebutuhan para stakeholder Analisis kebutuhan
Stakeholders Pemerintah
Petani
Masyarakat
Distributor
**
**
*
*
**
**
*
**
**
Peningkatan pendapatan petani
**
**
Perluasan lapangan kerja
**
*
Partisipasi masyarakat dalam pengendalian hama & penyakit secara terpadu
**
*
Keberlanjutan sayuran
produksi
tanaman
Produksi tidak gagal Peningkatan sayuran
produksi
tanaman
**
* *
61 Lanjutan Tabel 8 Analisis kebutuhan
Stakeholders Pemerintah
Petani
Kelancaran usaha
*
**
Mendapatkan tanaman sayuran yang mudah, murah dan sehat
*
Keterangan :
Masyarakat
Distributor
** **
** : tingkat kebutuhan tinggi * : tingkat kebutuhan rendah
b. Formulasi Masalah Berangkat dari keinginan dan kebutuhan yang berbeda dari masing-masing stakeholders maka akan menimbulkan konflik keinginan dan konflik penggunaan sumber daya dari para stakeholders. Agar dapat mengembangan model implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran maka diperlukan pemetaan permasalahan. Pemetaan permasalahan yang berhasil didentifikasi yang berkenaan dengan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Analisis formulasi masalah
Stakeholders Petani sayuran
Pemerintah (dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah)
Konsumen
Distributor dan sales
Masalah Tingginya intensitas serangan OPT tanaman sayuran sehingga mempengaruhi produk yang dihasilkan. Rendahnya pengetahuan atau persepsi SDM petani dalam penggunaan pestisida Ketrampilan yang kurang dalam pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida Membutuhkan teknologi alternatif untuk mengendalikan OPT Rendahnya kunjungan dan pembinaan oleh petugas lapangan dalam penggunaan pestisida untuk mengendalikan OPT Membutuhkan biaya yang tinggi untuk pendidikan dan pelatihan kepada petani Kurangnya koordinasi antar sektor Kesulitan penanganan perubahan iklim terhadap peningkatan serangan OPT Kesulitan mendapatkan tanaman sayuran yang aman, dan sehat Harga sayur yang aman dan sehat relatif mahal Harga sayuran sampai kepada konsumen mahal Tingginya persaingan antar distributor dan formulator Harga pestisida selalu fluktuatif bahkan cenderung mengalami peningkatan
c. Identifikasi sistem Hasil identifikasi melalui pendekatan studi lapangan dan literatur, secara garis besar terdapat 6 (enam) variabel yang dapat mempengaruhi kinerja suatu
62
sistem yakni: (1) variabel output yang dikehendaki; diperoleh dari hasil analisis kebutuhan, (2) variabel input terkontrol; variabel yang dapat divariasikan untuk menghasilkan prilaku sistem sesuai dengan yang diharapkan, (3) variabel output yang tidak dikehendaki; merupakan hasil sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama dengan output yang diharapkan, (4) variabel input tidak terkendali, variabel yang tidak terkendali yang dapat mempengaruhi perilaku sistem menjadi tidak sesuai harapan, (5) variabel input lingkungan; varabel yang berasal dari luar sistem yang mempengaruhi sistem tapi tidak dipengaruhi oleh sistem,
dan (6) variabel kontrol sistem; merupakan pengendali terhadap
pengoperasian sistem dalam menghasilkan output yang dikehendaki (Eriyatno 2003). Variabel-veriabel yang mempengaruhi kinerja sistem tersebut dapat disajikan pada diagram input-output, data dapat dilihat pada Gambar 7. Input Lingkungan • UU Lingkungan, UU Budidaya Pertanian • PP: Perlindungan tanaman, • PP: pengawasan, penyimpanan dan penggunaan pestisida • Kepmen : Batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian Input tidak terkendali Serangan hama dan penyakit Volume penggunaan pestisida Keanekaragaman hayati Potensi wilayah dan iklim Kebutuhan tanaman sayuran Bencana alam SDM petani Tekanan formulator
Output yang dikehendaki Tidak terjadi kegagalan panen Tanaman sayuran yang murah, mudah di dapat dan sehat Kesehatan petani dan keluarganya Peningkatan pendapatan masyarakat petani, PAD dan Devisa negara Perluasan lapangan kerja Terjaganya Kelestarian Lingkungan Model Pengembangan Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida
Input terkendali
Output yang tidak dikehendaki
Kebijakan penggunaan pestisida Penyediaan tenaga pertanian Jenis pestisida Luasan lahan Jenis tanaman sayuran Infrastruktur pemantauan Aksesibilitas pestisida petani
Kegagalan panen Produksi sayuran menurun Tercemarnya tanaman sayuran oleh pestisida Gangguan kesehatan petani dan keluarga oleh paparan pestisida Pencemaran lingkungan Menurunya keragaman hayati
Manajemen pengendalian system Implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran
Gambar 7 Konsep input -output perencanaan implementasi kebijakan penggunaan pestisida
63
3.6. Model Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida
Model implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur dibangun berdasarkan pada kondisi faktual yang terjadi di lapangan yang dikombinasikan dengan studi pustaka. Perangkat lunak yang digunakan sebagai alat bantu dalam pemodelan sistem ini adalah Powersim version 2,5 c. Konsep dasar dalam membangun model implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran didasarkan pada variabel yang mempengaruhi penggunaan pestisida oleh petani sayuran. Variabel yang ini berasal dari kondisi fisik lapangan dan variabel sosial. Variabel fisik yang dimaksud adalah luas tanam dan tingkat serangan OPT, sedangkan variabel sosial antara lain tekanan formulator, kemudahan mendapatkan pestisida dan kondisi SDM petani. Model dinamik yang dibangun melibatkan ke lima variabel tersebut, yang selanjutnya dari masing-masing variabel disusun menjadi sub-model. Dengan demikian sub model yang akan dibangun yaitu: 1) sub- model luas tanam tanaman sayuran, 2) submodel serangan OPT, 3) sub-model tekanan formulator, 4) sub-model kemudahan mendapatkan pestisida, dan 5) sub-model SDM petani. 3.7. Analisis Pengembangan Skenario Implementasi Kebijakan Penggunaan Pestisida
Pengembangan strategi implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran dilakukan dengan menggunakan prospective analysis. Prospective analysis merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengeksplorasi kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan menggunakan analisis ini akan diperoleh informasi mengenai faktor-faktor kunci yang memiliki peran dalam pengembangan strategi implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku yang terlibat dalam sistem. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kemungkinan masa depan dalam penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Penentuan faktor kunci ini sepenuhnya adalah merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan pakar mengenai implementasi kebijakan penggunaan pestisida. Penentuan faktor kunci menggunakan kuesioner dan wawancara. Responden pakar yang digunakan dalam penelitian ini dapat
64
dilihat pada Bab III. Menurut Hardjomidjoyo (2002) tahapan-tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan studi 2. Identifikasi faktor-faktor penting 3. Analisis pengaruh antar faktor 4. Membuat suatu keadaan (state) suatu faktor 5. Membangun skenario yang mungkin terjadi 6. Implikasi dari skenario yang diinginkan
Pengaruh langsung hubungan timbal balik antar faktor dalam sistem yang dikaji dapat dilakukan penilaian pengaruh antar faktor, dengan skor antara 0–3. Kriteria pedoman penilaian dapat dilihat pada Tabel 10, sedangkan untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem yang dikaji dilakukan dengan cara matriks, seperti disajikan pada Tabel 11. Tabel 10. Pedoman penilaian keterkaitan antar faktor Skor (nilai) 0 1 2 3
Keterangan Tidak berpengaruh Berpengaruh kecil Berpengaruh sedang Berpengaruh sangat kuat
Tabel 11. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam analisis prospektif Dari
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
Faktor 4
Faktor 5
Faktor 6
Terhadap Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Faktor 5 Faktor 6 Keterangan: Faktor 1 – faktor 6 merupakan faktor penting atau kunci dalam sistem
Pedoman pengisian pengaruh langsung antar faktor : 1. Apakah faktor X berpengaruh terhadap Y ? Jika tidak berpengaruh bernilai 0 2. Jika ada pengaruh, apakah pengaruhnya sangat kuat? jika ya bernilai 3, jika pengaruhnya sedang bernilai 2 dan jika pengaruhnya lemah bernilai 1.
65
Jika nilai faktor yang diberikan oleh responden lebih dari 1 (misalnya sebanyak N), maka dilakukan analisis matriks gabungan dengan cara: a) Apabila pengaruh antar satu faktor dengan faktor lainnya mempunyai nilai 0 dengan jumlah > ½ N, maka nilai dari sel tersebut adalah 0. Jika nilai 1,2 dan 3 bersama-sama berjumlah
>1/2 N, nilai sel tersebut ditentukan
berdasarkan yang paling banyak dipilih antara 1,2 dan 3. b) Jika jumlah faktor adalah genap dan diperoleh dalam satu sel jumlah nilai 0 sama banyak dengan jumlah nilai 1,2 dan 3, maka dilakukan diskusi lebih lanjut dengan pakar untuk menentukan nilai sel tersebut. Menentukan tingkat kepentingan faktor-faktor kunci atau penting yang berpengaruh pada sistem yang dikaji digunakan software prospective analysis. Hasil analisis ini akan didapatkan faktor kunci yang menentukan keberhasilan pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Hasil ini dapat digambarkan pada kuadran I adalah terdiri dari faktor penentu (input factor), kuadran II terdiri dari faktor penghubung (stakes factor), kuadran III terdiri dari faktor terikat (output factor), dan kuadran IV terdiri dari
Pengaruh
faktor autonomous (unused factor) seperti disajikan pada Gambar 8. I
II
Faktor Penentu INPUT
Faktor Penghubung STAKES
IV
III
Faktor Bebas UNUSED
Faktor Terikat OUTPUT
Ketergantungan
Gambar 8. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem