III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan suatu fenomena sosial tertentu (Arikunto, 2005). Metode deskriptif analitis memiliki ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, yaitu masalah yang aktual dimana data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2004). Kegiatan analisis yang dilakukan hanya sampai pada taraf deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan (Wirartha, 2006). B. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive di Kabupaten Pacitan atas dasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan (2013), data produksi komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan tahun 2011-2013 terdiri dari 15 jenis komoditas yang aktif dibudidayakan yaitu jahe, laos, lempuyang, temulawak, dringo, kapulaga, sambiloto, mahkota dewa, kencur, kunyit, temu ireng, keji beling, kunci, mengkudu dan lidah buaya dengan peningkatan produksi yang signifikan dari beberapa jenis komoditas yang mengindikasikan adanya potensi pengembangan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan. 2. Kesesuaian keadaan geografis yang didukung dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2028 yang mengakomodasi secara penuh kondisi alam dengan mengalokasikan 36,98% kawasan darat sebagai kawasan budidaya yang salah satunya dapat digunakan bagi pengembangan komoditas tanaman obat (Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2006). C. Metode Penentuan Informan Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan kunci (key informan) yaitu merupakan subjek yang telah cukup lama atau intensif
28
29
menyatu pada kegiatan yang akan diteliti, selain itu informan kunci adalah subjek yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dan masih aktif pada kegiatan yang bersangkutan sehingga benar-benar memahami dan mengetahui hal-hal yang terkait dengan kegiatan penelitian. Penentuan key informan dalam penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja, yaitu stakeholder dan lembaga pendukung yang berkompeten terkait dengan segala bentuk keberlangsungan input, proses dan output subsektor tanaman bahan makanan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan. Key informan dalam penelitian ini sebanyak 16 orang, yaitu: 1) Kepala Seksi Pengembangan Hortikultura Kabupaten Pacitan; 2) Kepala Unit Pelaksana Teknis BPPK Kecamatan Nawangan; 3) dua orang penyuluh pertanian dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan; 4) dua orang penangkar benih sebagai supplier input; 5) lima orang pengurus kelompok tani dan petani komoditas; dan 6) lima orang pedagang pengepul. D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh peneliti dari sumber data. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu (Nasir, 2003). Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari informan yang merupakan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian melalui metode observasi partisipatif dan wawancara mendalam (in depth interview). 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan berupa data sekunder dalam bentuk runtun waktu (time series) antara lain kondisi umum lokasi penelitian, data produksi dan harga komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan maupun Provinsi Jawa Timur. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan, BAPPEDA Kabupaten
30
Pacitan serta Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan maupun Provinsi Jawa Timur. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah salah satu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas subjek-subjek yang terkait dengan keberlangsungan subsektor tanaman bahan makanan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan. 2. Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (in depth interview) dengan alat bantu wawancara kepada informan yang berkompeten terkait dengan objek yang diteliti yaitu stakeholder dan lembaga pendukung di bidang komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan. Data yang diperoleh dari wawancara berupa kondisi, potensi dan permasalahan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan yang berpeluang menghambat proses pengembangan lebih lanjut. Hasil wawancara mendalam dengan informan akan digunakan sebagai rumus acuan pengembangan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan. 3. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 2005). Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap untuk mendapatkan alternatif strategi pengembangan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan.
31
Penyebaran Kuesioner 1 Untuk mengetahui kriteria dan pilihan pengembangan komoditas tanaman obat Penyebaran Kuesioner 2 Matriks perbandingan berpasangan dari kriteria dan pilihan yang telah ditentukan Analisis Gambar 2. Skema Penyebaran Kuesioner Strategi Pengembangan Komoditas Tanaman Obat di Kabupaten Pacitan 4. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian, dimana data-data yang terkait dengan kegiatan penelitian kemudian didokumentasikan secara sistematis. 5. Triangulasi Meloeng (2007) berpendapat bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu serta dapat digunakan untuk memperkaya data. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data merupakan metode yang mengarahkan peneliti untuk menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda. Artinya data yang sama akan lebih mantap keabsahannya apabila digali dari beberapa sumber atau sudut pandang yang berbeda. Tujuannya agar peneliti dapat melakukan pembandingan atas informasi yang diperoleh dari narasumber satu dengan narasumber lainnya (Sutopo, 2002).
32
A Wawancara Mendalam
B C
Gambar 3. Triangulasi Sumber Data (Satu Teknik Pengumpulan Data Pada Bermacam-Macam Sumber Data A, B, C) F. Metode Analisis Data 1. Analisis Pemetaan Komoditas Tanaman Obat di Kabupaten Pacitan Analisis pemetaan komoditas tanaman obat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Location Quotient (LQ). Teknik LQ yang digunakan adalah LQ atas dasar komoditas atau produksi suatu wilayah. Besarnya nilai LQ akan memetakan atau mengklasifikasikan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan dalam komoditas basis atau non basis. Perhitungan LQ diperoleh dari persamaan berikut: LQ =
vi/vt Vi/Vt
dimana: LQ : indeks Location Quotient komoditas tanaman obat di tingkat Kabupaten Pacitan vi
:
nilai produksi komoditas tanaman obat i pada tingkat Kabupaten Pacitan
vt
: nilai produksi total komoditas tanaman obat pada tingkat Kabupaten Pacitan
Vi : nilai produksi komoditas tanaman obat i pada tingkat Provinsi Jawa Timur Vt : nilai produksi total komoditas tanaman obat pada tingkat Provinsi Jawa Timur
33
dengan kriteria: LQ ≥ 1
berarti komoditas tersebut merupakan komoditas basis. Nilai produksi komoditas tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
LQ < 1
berarti komoditas tersebut merupakan komoditas non basis. Kuantitas nilai produksi tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri sehingga memerlukan pasokan atau impor dari wilayah lain.
(Nugroho, 2004). 2. Analisis Pengembangan Komoditas Tanaman Obat Basis di Kabupaten Pacitan Analisis pengembangan komoditas tanaman obat basis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). Teknik AHP (Analytical Hierarchy Process) akan menghasilkan strategi pengembangan bagi komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan. Terdapat tiga tahapan penerapan AHP (Analytical Hierarchy Process) (Susila dan Ernawati, 2007) dalam penelitian ini, yaitu: a. Dekomposisi masalah Dekomposisi masalah digunakan untuk menyusun suatu prioritas yang terdiri dari tujuan (goal) dari suatu kegiatan, perumusan kriteria (criteria) untuk memilih prioritas dan identifikasi pilihan-pilihan (options). Langkah pertama adalah merumuskan tujuan dari suatu kegiatan penyusunan prioritas dimana tujuan dalam penelitian ini adalah strategi pengembangan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan. Setelah tujuan dapat ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria dari tujuan tersebut. Kemudian, berdasarkan tujuan dan kriteria, beberapa pilihan perlu diidentifikasi sehingga menghasilkan pilihan-pilihan yang potensial dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Kriteria dan pilihan diperoleh dari penyebaran kuesioner yang telah dilakukan kepada informan kunci (key informan).
34
Tujuan
Alternatif dan Prioritas Strategi Pengembangan Komoditas
Kriteria
Pilihan
K1
K2
K3
P1
P2
P3
Gambar 4. Dekomposisi Masalah b. Penilaian atau pembandingan elemen Setelah masalah terdekomposisi, maka ada dua tahap penilaian atau membandingkan antar elemen yaitu perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria. Perbandingan antar kriteria dimaksudkan untuk menentukan bobot masing-masing kriteria. Di sisi lain, perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria dimaksudkan untuk melihat bobot suatu pilihan untuk suatu kriteria. Penilaian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa penting suatu pilihan dilihat dari kriteria tertentu. Penilaian atau perbandingan dalam penelitian ini menggunakan skala penilaian Bourgeois (2005), sebagai berikut: Tabel 6. Skala Penilaian Hasil Penilaian A sangat jauh lebih disukai dari B A jauh lebih disukai dari B A sedikit lebih disukai dari B A sama dengan B A sedikit kurang disukai dari B A jauh kurang disukai dari B A sangat jauh kurang disukai dari B Sumber: Bourgeois (2005)
Nilai A 1,9 1,6 1,3 1,0 0,7 0,4 0,1
Nilai B 0,1 0,4 0,7 1,0 1,3 1,6 1,9
35
Dengan
menggunakan
penilaian
seperti
Tabel
6.,
maka
perbandingan antar kriteria akan menghasilkan Tabel 7. berikut. Untuk memudahkan, dalam tabel diasumsikan hanya ada empat kriteria. Tabel 7. Perbandingan Antar Kriteria Kriteria CR1 CR2 CR3 CR4 Jumlah
CR1 c21 c31 c41
CR2 c12 c32 c42
CR3 c13 c23 c43
CR4 c14 c24 c34 -
Jumlah c1 c2 c3 c4 c
Bobot bc1 = c1/c bc2 = c2/c bc3 = c3/c bc4 = c4/c
Keterangan: cij
: hasil penilaian atau perbandingan antara kriteria i dengan j
ci
: penjumlahan nilai yang dimiliki kriteria ke i
c
: penjumlahan semua nilai ci
Bobot kriteria ke i diperoleh dengan membagi nilai ci dengan c Dengan menggunakan prosedur yang sama, maka dilakukan perbandingan antar pilihan (OP) untuk masing-masing kriteria. Tabel 8. berikut mengilustrasikan perbandingan antar pilihan (empat pilihan) untuk kriteria 1 (C1). Tabel 8. Perbandingan Antar Pilihan untuk Kriteria C1 C1 OP1 OP2 OP3 OP4 Jumlah
OP1 o21 o31 o41
OP2 o12 o32 o42
OP3 o13 o23 o43
OP4 o14 o24 o34 -
Jumlah o1 o2 o3 o4 o
Bobot bo11 = o1/o bo21 = o2/o bo31 = o3/o bo41 = o4/o
Keterangan: oij
: hasil penilaian atau perbandingan antara pilihan i dengan k untuk kriteria ke j
oi
: penjumlahan nilai yang dimiliki pilihan ke i
o
: penjumlahan semua nilai oi
boij
: nilai pilihan ke i untuk kriteria ke j
36
Proses penilaian antar pilihan ini terus dilakukan untuk semua kriteria. Sebagai catatan, penilaian sebaiknya dilakukan oleh ahlinya dan stakeholder utama. Biasanya, jumlah ahli bervariasi, bergantung pada ketersediaan
sumberdaya.
Penilaian
dapat
dilakukan
dengan
menyebarkan kuesioner kepada masing-masing ahli ataupun dengan melakukan suatu pertemuan para ahli untuk melakukan penilaian tersebut. Untuk penerapan penilaian AHP dari beberapa responden, setiap hasil pengisian matriks perbandingan dari setiap responden dapat digabungkan dengan menghitung nilai rata-rata jawaban menggunakan rata-rata ukur (Geometric Mean) (David, 2001). Rumus rata-rata ukur (Boedijoewono, 1987) adalah sebagai berikut: n
MG =
X1 × X2 × … × Xn
dimana: MG : rata-rata ukur X
: nilai data perbandingan dari responden 1 sampai responden ke-n
n
: jumlah responden
c. Sintesis penilaian Sintesis hasil penilaian merupakan tahap akhir dari AHP. Pada dasarnya, sintesis ini merupakan penjumlahan dari bobot yang diperoleh setiap pilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot dari kriteria tersebut. Secara umum, nilai suatu pilihan adalah sebagai berikut: bopi =
n i=1 bo ij *
bcj ............................................................................ (1)
bopi : nilai atau bobot untuk pilihan ke i Formula tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk tabel. Untuk memudahkan, diasumsikan ada empat kriteria dengan empat pilihan seperti Tabel 8. berikut. Sebagai contoh nilai prioritas atau bobot pilihan 1 (OP1) diperoleh dengan mengalikan nilai bobot pada ktiteria dengan nilai yang terkait dengan kriteria tersebut untuk pilihan 1 sebagai berikut: bopi = bo11* bc1 + bo12* bc2 + bo13* bc3 + bo14* bc4 ............................ (2) Hal yang identik dilakukan untuk pilihan 2, 3 dan 4. Dengan membandingkan nilai yang diperoleh masing-masing pilihan, prioritas
37
dapat disusun berdasarkan besarnya nilai tersebut. Semakin tinggi nilai suatu pilihan, semakin tinggi prioritasnya, dan sebaliknya. Tabel 9. Sintesa Penilaian
OP1 OP2 OP3 OP4
CR1 bc1 bo11 bo21 bo31 bo41
CR2 bc2 bo12 bo22 bo32 bo42
CR3 bc3 bo13 bo23 bo33 bo43
CR4 bc4 bo14 bo24 bo34 bo44
Prioritas bopi bop1 bop2 bop3 bop4