III. METODE PENELITIAN 3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan
dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung selama satu bulan. Secara rinci peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Peta lokasi penelitian
3.2
Jenis dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan atas data primer dan
sekunder. Data primer bersumber dari anggota rumah tangga nelayan yang terlibat melaut, meliputi: karakteristik rumah tangga nelayan, kepemilikan aset usaha perikanan, input produksi, pemeliharaan kapal dan alat tangkap ikan, hasil tangkapan, musim dan daerah penangkapan, jumlah trip, tenaga kerja nelayan, permodalan, harga ikan dan pemasaran hasil tangkapan.
Pengumpulan data
primer dilakukan dengan metode interview secara terstruktur menggunakan kuesioner dan ditunjang dengan observasi langsung terhadap kegiatan nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan. Wawancara juga dilakukan terhadap
stakeholders perikanan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan untuk mengetahui kebijakan dan strategi pengembangan perikanan pelagis yang diterapkan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Kecamatan dan Biro Pusat Statistik (BPS). Data yang dikumpulkan mencakup kondisi geografi dan administrasi wilayah, keadaan penduduk, pemasaran, keadaan sarana dan prasarana penunjang perikanan, kebijakan pemerintah di sektor perikanan (kebijakan penyediaan input, informasi harga, investasi dan ekspor), data hasil dan upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan 5 tahun terakhir. 3.3
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei.
Penentuan lokasi dan besarnya contoh responden nelayan dilakukan secara purposive sampling (sengaja). Secara administrasi, Kabupaten Bangka Selatan terbagi atas 7 kecamatan dan 5 kecamatan di antaranya berada di wilayah pesisir. Pusat-pusat pendaratan ikan yang terdapat di kelima kecamatan tersebut dijadikan tempat pengambilan contoh karena merupakan sentra pelayanan nelayan dalam melakukan aktifitasnya menangkap ikan, sehingga akan lebih mudah untuk melakukan observasi dan pengumpulan data primer. Jumlah contoh nelayan untuk setiap jenis unit penangkapan ikan (UPI) ditentukan secara proposional, jika jumlah populasi jenis UPI banyak maka jumlah contoh nelayan akan lebih banyak dibandingkan jumlah contoh nelayan yang memiliki populasi yang lebih sedikit. Pemilihan sampel nelayan dilakukan secara acak. Banyaknya contoh nelayan ditentukan dengan mempertimbangan status nelayan pemilik, perbedaan jenis alat tangkap dan kendala (waktu, tenaga dan biaya).
3.4
Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dirangkum pada Tabel 3.
Analisa data terkait tujuan penelitian yaitu (1) Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek biologi, sosial, teknik dan ekonomi dengan metoda Multi Criteria Analysis, (2) Alokasi unit penangkapan ikan pelagis di
perairan Kabupaten Bangka Selatan dilakukan dengan menggunakan analisis linier goal programming dan (3) Strategi pengembangan unit penangkapan ikan pelagis dilakukan dengan analisis SWOT.
3.4.1 Identifikasi unit penangkapan ikan 3.4.1.1 Aspek biologi Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk melihat apakah jenis alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan termasuk unit penangkapan yang ramah lingkungan atau tidak. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis dititikberatkan pada tiga kriteria yaitu jumlah trip, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan pelagis yang tertangkap
untuk masing-masing alat tangkap. Masing-masing aspek biologi
(jumlah trip penangkapan, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan yang tertangkap) kemudian diurutkan nilai prioritasnya sehingga pada masing-masing aspek diperoleh urutan prioritasnya. Penilaian prioritas kriteria jumlah trip penangkapan dilakukan dengan membandingkan lamanya trip dalam operasi penangkapan.
Semakin sedikit
jumlah trip penangkapan maka nilai prioritasnya semakin menurun.
Hal ini
disebabkan jika suatu unit penangkapan memiliki trip yang lebih sedikit dalam setahun dapat dikatakan bahwa sekali trip akan jauh lebih lama bila dibandingkan dengan alat tangkap yang tripnya lebih banyak dalam setahun. Kondisi ini akan mempengaruhi hasil tangkapan, jika trip semakin lama maka kemungkinan hasil tangkapan rusak juga semakin tinggi, oleh karena itu jika trip semakin sedikit maka nilai prioritasnya semakin menurun. Penilaian prioritas pada kriteria komposisi hasil tangkapan dihitung dengan memperhatikan jumlah spesies yang tertangkap oleh suatu alat tangkap, jika semakin banyak spesies yang tertangkap maka nilai prioritasnya semakin menurun (jelek), demikian sebaliknya. Penilaian terakhir dari aspek biologi adalah kriteria ukuran hasil tangkapan, Ukuran hasil tangkapan suatu alat tangkap dilakukan dengan metode skoring sebagai berikut: 1) untuk kecil, 2) cukup kecil, 3) untuk sedang, 4) untuk
besar dan 5) untuk besar sekali. Kemudian untuk menilai prioritas unit penangkapan terbaik dilakukan dengan melihat ukuran ikan yang tertangkap, jika semakin besar jenis ikan yang dapat ditangkap maka nilai prioritasnya semakin baik, karena secara biologi unit penangkapan tersebut selektif. Sedangkan unit penangkapan yang diunggulkan dari aspek biologi secara berturut-turut ditentukan dari nilai rata-rata hasil standardisasi semua kriteria biologi, dengan ketentuan nilai prioritas berbanding lurus dengan nilai rata-rata standarisasi. Jika nilai standarisasi tinggi maka prioritasnya juga tinggi.
3.4.1.2 Aspek teknis Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas alat tangkap yang digunakan di Perairan Bangka Selatan (bagan tancap, bagan perahu, jaring kembung, jaring millenium dan pancing). Kriteria teknis yang digunakan meliputi metode pengoperasian alat tangkap, daya jangkau operasi, selektivitas alat dan penggunaan teknologi. Penilaian dilakukan dengan cara skoring untuk semua kriteria kecuali daya jangkau operasi. Pemberian skor untuk tiga kriteria yaitu metode pengoperasian alat tangkap, selektivitas, dan penggunaan teknologi dilakukan dengan menggunakan skala 1-5 dengan rician seperti pada Tabel 3. Nilai prioritas untuk masing-masing kriteria pada Tabel 3 dilakukan dengan melihat nilai skor yang dimiliki oleh alat tangkap, jika nilainya semakin tinggi maka prioritasnya juga semakin tinggi. Tabel 3 Rincian skor kriteria teknis seleksi unit penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan Skor
Keterangan
1
Jelek
2
Cukup
3
Sedang
4
Baik
5
Baik sekali
Khusus untuk kriteria daya jangkau operasi ditentukan berdasarkan kemampuan kapal dalam mencapai daerah penangkapan. Jika hasil wawancara
menunjukkan bahwa daya jangkau kapal semakin jauh, maka nilai prioritas suatu unit penangkapan semakin tinggi. Usulan unit penangkapan unggulan secara teknis secara berturut-turut ditentukan dari nilai rata-rata hasil standardisasi semua kriteria teknis, dengan ketentuan bahwa nilai prioritas berbanding lurus dengan nilai rata-rata standarisasi, jadi jika nilai standarisasi tinggi maka prioritasnya juga tinggi.
2.6.1.1 Aspek ekonomi Analisis aspek ekonomi untuk menyeleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil unggulan meliputi : (1) nilai investasi, (2) biaya usaha, (3) kuntungan usaha, (4) nilai perbandingan penerimaan dan biaya (R/C), dan (5) Payback Periode (PP), (6) Net Present Value (NVP), (7) Internal Rate of Return (IRR), (8) Net B/C. yang dibandingkan dari 5 jenis unit penangkapan ikan pelagis kecil di Bangka Selatan.
1) Nilai Investasi Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh investor untuk membeli barang-barang yang diperlukan dalam melaksanakan suatu unit usaha. Modal investasi yang diperlukan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Bangka Selatan dengan menggunakan 5 jenis alat tangkap (bagan tancap, jaring kembung, jaring millennium, bagan perahu, dan pancing) memiliki nilai yang berbeda. Penentuan prioritas unit penangkapan berdasarkan nilai investasi dilakukan dengan melihat jumlah investasi yang dikeluarkan untuk usaha penangkapan, jika nilai investasi semakin tinggi maka nilai prioritasnya semakin rendah. 2) Biaya Usaha Biaya usaha merupakan pengeluaran usaha yang digunakan untuk keperluan kegiatan penangkapan ikan, umumnya dihitung selama satu tahun. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap tidak tergantung pada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk dalam interval waktu tertentu.
Biaya
tersebut harus tetap dikeluarkan sekalipun kegiatan operasi penangkapan tidak
dilakukan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya mengalami perubahan sesuai dengan tingkat produksi yang dilakukan (Soeharto 1999). Penentuan prioritas suatu unit penangkapan berdasarkan nilai biaya usaha dilakukan dengan melihat jumlah biaya yang dikeluarkan dalam setahun, jika biayanya semakin tinggi maka nilai prioritasnya semakin rendah. 3) Keuntungan Penentuan prioritas pada kriteria keuntungan usaha dilakukan dengan melihat jumlah penerimaan bersih yang diterima oleh pemilik usaha penangkapan selama satu tahun, jika nilai keuntungan kegiatan usaha suatu alat tangkap semakin besar maka prioritas alat tangkap tersebut juga semakin tinggi. 4) Revenue and Cost Rasio (R/C) R/C digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha penangkapan dalam periode waktu tertentu cukup menguntungkan atau tidak. nilai R/C diperoleh dengan cara membandingkan penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam waktu satu tahun, usaha dikatakan untung apabila nilai R/C >1 (Soeharto 1999). Prioritas suatu alat tangkap dengan menggunakan parameter nilai R/C ditentukan berdasarkan besaran nilai R/C, jika nilai R/C semakin besar maka prioritas pengembangan unit penangkapan semakin tinggi. 5) Payback Periode (PP) Merupakan periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran biaya investasi dengan menggunakan aliran kas dalam satu bulan atau satu tahun. Rumus yang digunakan untuk menghitung PP adalah sebagai berikut (Soeharto 1999):
PeriodePen gembalian Cf / A .............................................................. (3.1) Keterangan : Cf
= Biaya pertama
A
= Aliran kas bersih (netto) per tahun
Nilai payback periode perikanan pelagis kecil di Bangka Selatan berbeda setiap alat tangkap, kemudian unit penangkapan yang diprioritaskan berdasarkan kriteria payback periode adalah unit penangkapan yang memiliki nilai payback
periode terkecil. Jadi semakin kecil nilai payback periode suatu unit penangkapan maka semakin besar prioritas unit penangkapan tersebut. 6) Net Present Value (NPV) Kriteria
ini
digunakan
untuk
menilai
manfaat
investasi
yang
merupakan jumlah nilai sekarang (present value) dari manfaat bersih dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Rumus persamaan NPV adalah (Soeharto 1999): n B C K t t t NPV ............................................................................ (3.3) t (1 i) t 1
Nilai NPV merupakan nilai tambah yang diperoleh di akhir tahun proyek pada suku bunga tertentu. Semakin besar nilai NPV suatu usaha mengindikasikan besarnya nilai manfaat yang didapatkan oleh unit usaha tersebut. Nilai prioritas pada kriteria Net Present Value (NVP) ditentukan berdasarkan nilai NVP tertinggi, artinya jika semakin tinggi nilai NVP suatu alat tangkap, maka nilai prioritas suatu alat tangkap semakin tinggi juga. 7) Internal Rate of Return (IRR) Kriteria investasi ini merupakan suku bunga maksimal untuk sampai kepada nilai NPV bernilai sama dengan nol, jadi dalam keadaan batas untung rugi. Oleh karena itu kriteria ini sering dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. Pernyataan ini memuat suatu implikasi bahwa setiap manfaat yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek.
Dengan demikian
IRR dapat dirumuskan sebagai berikut (Soeharto 1999):
' NVP ' ' ' ' ...................................................... (3.5) IRR i ' i i " NPV NVP
keterangan: i` = discount rate ketika NVP positif
I” = discount rate ketika NVP negatif NPV’ = nilai NVP positif NPV’’ = nilai NVP negatif Proyek dikatakan layak bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku. Sehingga bila IRR sama dengan tingkat bunga yang berlaku maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol.
Sebaliknya, bila IRR lebih
kecil dari tingkat bunga yang berlaku, maka nilai NPV lebih kecil dari nol dan berarti proyek tersebut tidak layak. Semakin tinggi nilai IRR dari suatu unit penangkapan ikan maka kondisi usaha tersebut semakin baik. Dengan memperhatikan uraian diatas, maka nilai prioritas pada kriteria Internal Rate of Return (IRR) ditentukan dengan melihat nilai IRR yang tinggi, dengan kata lain bila suatu unit penangkapan memiliki nilai IRR tinggi, maka nilai prioritas alat tangkap tersebut semakin tinggi juga. 8) Analisis Rasio Biaya dan Manfaat (B/C Ratio) Analisis Rasio Biaya dan Manfaat merupakan salah satu analisis untuk menilai kelayakan sebuah investasi yang ditanamkan baik secara ekonomi maupun secara finansial. Rasio Biaya dan Manfaat merupakan perbandingan di mana pembilang terdiri dari nilai manfaat total yang sudah didiskon dengan tingkat diskon (discount rate) tertentu, sedangkan sebagai penyebut adalah total biaya yang sudah didiskon. Persamaan rasio B/C tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Soeharto 1999): t Bt (1 i) B/C = t ................................................................................ (3.4) (1 i) t 1Ct n
keterangan : B
= Benefit (Manfaat),
C
= Cost (Biaya),
t
= Periode proyek
i
= Discount rate Dari persamaan tersebut di atas, dapat disusun kriteria kelayakan
investasi di mana apabila nilai B/C memberikan nilai lebih besar dari 1 maka dikatakan investasi tersebut layak untuk diteruskan. Sebaliknya,
apabila nilai B/C tersebut kurang dari 1 maka dikatakan investasi tersebut tidak layak untuk diteruskan. Nilai prioritas berdasarkan kriteria B/C dilakukan dengan memperhatikan nilai B/C untuk masing-masing alat tangkap, jika hasil perhitungan memberikan nilai yang tinggi maka perioritas unit penangkapan tersebut juga semakin tinggi. 9) Back Event Point (BEP) Merupakan titik dimana usaha mengalami titik impas (tidak untung atau rugi). Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas dihitung sebagai berikut (Soeharto 1999):
Qi
FC ............................................................................................ (3.2) PVC
Keterangan : Qi
= Jumlah unit (volume) yang dihasilkan dan terjual pada titik impas
FC
= Biaya tetap
P
= Harga penjualan per unit
VC
= Biaya tidak tetap per unit
Asumsi yang akan digunakan dalam analisis kriteria investasi usaha penangkapan ikan pelagis di Bangka Selatan adalah: 4) Unit usaha merupakan yang dijalankan di Perairan Bangka dianggap sebagai usaha baru. 5) Umur proyek ditentukan berdasarkan pada penggunaan investasi kapal. 6) Tahun pertama proyek dimulai tahun 2009 dengan penilaian investasi dimulai dari tahun tersebut. Penggantian investasi berikutnya menggunakan barang baru dan harga baru. 7) Sumber modal yang digunakan yaitu modal sendiri. 8) Jumlah penerimaan selama umur proyek tetap. 9) Discount factor sebesar 13% suku bunga usaha yang dikeluarkan bank di Provinsi Bangka Belitung.
Secara keseluruhan unit penangkapan yang diunggulan secara ekonomi ditentukan dengan memperhatikan keunggulan pada semua semua tersebut diatas. Keunggulan tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata hasil standardisasi semua kriteria ekonomi, dengan ketentuan bahwa nilai prioritas berbanding lurus dengan nilai rata-rata standarisasi, jadi prioritas akan tinggi jika nilai rata-rata standardisasinya tinggi.
3.4.1.4 Aspek sosial Analisis sosial ditinjau dari penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap yang digunakan, apakah unit penangkapan tersebut dapat memberikan kesempatan kerja dan pendapatan yang memadai bagi nelayan setempat atau tidak. Kondisi ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang diserap serta upah yang diterima oleh nelayan dari kegiatan usaha penangkapan. Oleh karena itu, analisis terhadap aspek sosial dilakukan terhadap dua kriteria yaitu jumlah tenaga kerja dan tingkat pendapatan nelayan untuk masing-masing unit penangkapan yang diusahakan oleh nelayan Kabupaten Bangka Selatan. Penilaian terhadap kriteria penyerapan tenaga kerja dilakukan dengan melihat jumlah nelayan yang dipekerjakan dalam suatu unit usaha penangkapan ikan. Jika unit usaha penangkapan memiliki jumlah pekerja lebih banyak dibandingkan dengan unit penangkapan lainnya, maka prioritas unit penangkapan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Penilaian prioritas kriteria kedua dari aspek sosial, yaitu tingkat pendapatan nelayan dilakukan dengan membandingkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh nelayan suatu unit penangkapan ikan. Jika pendapatan yang diterima oleh nelayan tinggi, maka prioritas pengembangan unit penangkapan juga tinggi. Kemudian usulan prioritas pengembangan unit penangkapan ikan pelagis di
Kabupaten
Bangka
Selatan
dari
aspek
sosial
dilakukan
dengan
mempertimbangkan keunggulan jumlah nelayan yang diserap serta jumlah pendapatan yang diperoleh nelayan selama bekerja dalam suatu unit usaha penangkapan ikan.
Oleh karena itu, penentuan prioritas aspek ekonomi
dilakukan dengan melihat nilai rata-rata hasil standardisasi dua kriteria diatas,
dengan ketentuan bahwa nilai prioritas berbanding lurus dengan nilai rata-rata standarisasi, jadi prioritas akan tinggi jika nilai rata-rata standardisasinya tinggi.
3.4.1.5 Analisis gabungan Analisis gabungan dilakukan untuk menilai tingkat keunggulan unit penangkapan sumberdaya ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dari sisi biologi, teknis, ekonomi dan sosial.
Penilaian gabungan dilakukan untuk
memperhitungkan semua kriteria pada empat aspek diatas sehingga pada akhirnya dapat diperoleh urutan prioritas unit penangkapan ikan pelagis yang diunggulkan di Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial. Urutan prioritas pengembangan unit penangkapan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dari tertinggi hingga terendah dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai rata-rata standardisasi semua kriteria dalam empat aspek diatas, dimana priotas terbaik diperoleh dari nilai rata-rata standardisasi tertinggi.
Tabel 4 Ringkasan analisis data No
Tujuan
1
Seleksi unit penangkapan ikan berdasarkan aspek biologiteknis-sosialekonomi
Data yang Dikumpulkan (Input) -
Proporsi hasil tangkapan/spesies/alat/bulan
Cara Pengumpulan Data Wawancara
Metoda Analisis Multiple Criteria Analysis-MCA
Kuesioner
-
Metode operasi/alat Daya jangkau/kapal Pengaruh lingkungan/alat Selektivitas alat Penggunaan teknologi/alat
Wawancara Kuesioner
-
Biaya operasional/alat
Kuesioner
-
Jumlah tenaga kerja/alat Upah rata-rata tenaga kerja/alat
Wawancara
Multiple Criteria Analysis-MCA
Analisis Usaha - Rasio B/C - Payback Period - Break event point - Net Present Value (NPV) - Benefit Cost Ratio (BCR) - Return on Investment (ROI) Multiple Criteria AnalysisMCA
Kuesioner Survei Multiple Criteria AnalysisMCA
Hasil (Output) Identifikasi Alat Tangkap - Biologi - CPUE - Komposisi hasil hasil tangkapan - Jumlah trip - Ukuran ikan - Teknis - Metode operasi - Daya jangkau - Pengaruh lingkungan - Selektivitas alat - Penggunaan teknologi - Ekonomi - Modal investasi - Biaya usaha - Penerimaan usaha - Kriteria financial - Kriteria investasi - Sosial - Membandingkan jumlah tenaga kerja - Membandingkan upah tenaga kerja Prioritas Pengembangan Unit Penangkapan Pelagis Unggulan
No 2
3
Tujuan
Data yang Dikumpulkan (Input)
Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Perairan Bangka Selatan
Nilai potensi sumber daya pelagis, produktivitas alat tangkap, jumlah tenaga kerja, jumlah pemakaian bahan bakar, dan jumlah retribusi yang dikenakan.
Formulasi strategi pengembangan perikanan pelagis di perairan Bangka Selatan
Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan
Cara Pengumpulan Data - Return on Investment (ROI) Kuesioner Survei
Wawancara Kuesioner Survei
Metoda Analisis Linear Goal Programming (LP)
Hasil (Output) Alokasi Unit Penangkapan Pelagis yang Optimum
1. Pendekatan input kegiatan penangkapan 2. Pendekatan produksi hasil tangkapan SWOT dan Deskriptif
Strategi Pengembangan Perikanan Pelagis
33
ANALISIS UNIT PENANGKAPAN PELAGIS
Teknis
Biologi
Ekonom
Sosial
i Kriteria Metode pengoperasian UPI Daya jangkau operasi Pengaruh lingkungan fisik DPI Selektivitas UPI penggunaan teknologi
Kriteria CPUE Jumlah trip penangkapan Komposisi hasil tangkapan Ukuran ikan yang tertangkap
Kriteria
Biaya investasi Biaya usaha Payback periode NPV B/C Ratio IRR
Kriteria
Jumlah tenaga kerja Tingkat pendapatan nelayan
MULTI CRITERIA ANALYSIS (MCA)
UNIT PENANGKAPAN PELAGIS UNGGULAN LINIER GOLD PROGRAMMING ALOKASI OPTIMUM UNIT PENANGKAPAN PELAGIS PENGEMBANGAN UNIT PENANGKAPAN PELAGIS
Gambar 5 Diagram alir pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan
3.4.2 Alokasi unit penangkapan pelagis 3.4.2.1 Fungsi tujuan Penetapan tujuan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dinyatakan sebagai suatu target yang direpresentasikan secara numerik dan dicoba untuk dicapai. Solusi yang ingin dicapai adalah memaksimalkan produksi hasil tangkapan unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Bangka Selatan. Fungsi tujuan yang akan digunakan dalam menyelesaikan analisis alokasi unit penangkapan pelagis adalah sebagai berikut :
MAX 1 P1 P2 ....... pn ................................................................. (3.1) Keterangan MAX :
Fungsi tujuan maksimum
P1
:
Produksi alat tangkap 1
P2
:
Produksi alat tangkap 2
Pn
:
Produksi alat tangkap n
3.4.2.2 Penetapan kendala fungsional Kendala fungsional yaitu kendala yang menjadi pembatas dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, beberapa fungsi kendala yang akan ditemui dalam pengembangan perikanan pelagis adalah : 1) Kendala ketersediaan BBM di wilayah penelitian akan digambarkan dengan menggunakan model persamaan sebagai berikut :
mt1 X 1 mt2 X 2 .......mtn X n SB ......................(3.2) keterangan :
mt1 = BBM
yang
dipakai
pada
pengoperasian
alat
tangkap
(liter/unit)
mt2 = BBM yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap 2 (liter/unit) mt n = BBM yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap n (liter/unit) SB
= BBM yang tersedia bagi nelayan (liter)
1
2) Kendala ketersediaan es balok akan disajikan dengan menggunakan model persamaan sebagai berikut :
es1 X 1 es 2 X 2 ....es n X n ES ..............................(3.3) keterangan :
es1 =
es balok yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap 1 (balok/unit)
es2 =
es balok yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap 2 (balok/unit)
esn =
es balok yang dipakai pada pengoperasian alat tangkap n (balok/unit)
Es =
es balok yang tersedia bagi nelayan (balok)
3) Kendala penyerapan tenaga kerja yang tersedia bagi usaha perikanan tangkap (orang). Model persamaannya dapat dirumuskan :
h1 X 1 h2 X 2 ...........hn X n H ............................................................ (3.4) keterangan:
h1 =
jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap 1 (orang/unit)
h2 =
jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap 2 (orang/unit)
hn =
jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap n (orang/unit)
H =
jumlah tenaga kerja yang dapat terserap (orang)
3.4.3 Analisis strategi pengembangan perikanan pelagis Perencanaan strategi pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan akan didekati dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Berdasarkan hasil kajian aspek biologi, teknis, sosial, ekonomi dan kelembagaan, kemudian menyusun faktor strategi internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor strategi eksternal (peluang dan ancaman). Faktorfaktor tersebut kemudian diberikan bobot dan rating. Pembobotan didasarkan pada persentase jumlah responden yang memberikan bobot dan rating pada
masing-masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Kriteria penilaian mulai dari tidak penting sampai dengan sangat penting. Sedangkan rating didasarkan pada pengaruh faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan apakah memberikan dampak positif atau negatif. Dampak positif nilainya lebih besar sedang dampak negatif nilainya lebih kecil, skala yang diberikan yaitu 1-4. Setelah pemberian nilai pada bobot dan rating, selanjutnya ditentukan nilai skor dengan mengalikan antara bobot dengan rating. Hasil dari total skor menunjukkan informasi sebagai berikut: Matrik IFAS a. Total skor 1
: situasi
internal
masyarakat
Bangka
Selatan
dalam
pengembangan perikanan pelagis sangat buruk b. Total skor 2-3
: situasi
internal
masyarakat
Bangka
Selatan
dalam
pengembangan perikanan pelagis rata-rata c. Total skor 4
: masyarakat Bangka Selatan dalam pengembangan perikanan pelagis sangat baik
Matrik EFAS a. Total skor 1
: masyarakat Bangka Selatan tidak mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman dalam pengembangan perikanan pelagis
b. Total skor 2-3
: masyarakat Bangka Selatan mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman dalam pengembangan perikanan pelagis secara rata-rata
c. Total skor 4
: masyarakat Bangka Selatan sangat baik dalam memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman dalam pengembangan perikanan pelagis
Responden yang diwawancarai yaitu Staf Dinas Perikanan dan Kelautan Bangka Selatan, Staf TPI, tokoh masyarakat, kelompok nelayan, dan Perguruan Tinggi, yang berjumlah 20 orang responden. Tabel 5 Matriks IFAS dan EFAS dalam analisis SWOT Faktor-Faktor Internal Kek uata n
Bobot
Rating
Skor
Bobot
Rating
Skor
S1 Sn Kele mah an W1 Wn Faktor-Faktor Eksternal Pelu ang
Bobot
Rating
Skor
Bobot
Rating
Skor
O1 On Anc ama n T1 Tn Setelah memperoleh skor pembobotan, masing-masing faktor strategi dirangking dan dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh beberapa alternatif strategi dengan menggunakan matrik analisis SWOT (Tabel 5)
Tabel 6 Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Faktor Internal Faktor
STRENGTHS
WEAKNESSES
(S)
(W)
Strategi SO
Strategi WO
Meciptakan strategi yang
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
untuk memanfaatkan
peluang
peluang
Strategi ST
Strategi WT
Eksternal
OPPORTUNITIES (O)
THREATS (T)
Menciptakan strategi yang Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman. dan menghindari ancaman.