III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 – Maret 2011.
3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan/kuesioner, alat tulis menulis, komputer, software Expert Choice 9.0. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei dan observasi di lapangan. Sedangkan data sekunder bersumber dari dokumen dan kepustakaan yang relevan.
3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1
Teknik Penentuan Sampel a. Responden Peternak Penentuan responden peternak dilakukan secara stratified random sampling
yang
stratifikasinya
dilakukan
berdasarkan
jumlah
kepemilikan induk sapi perah laktasi. Stratifikasi dibagi dalam tiga strata yaitu: (1) Strata I, dengan kepemilikan induk kurang dari 6 ekor (2) Strata 2, dengan kepemilikan induk 6-10 ekor dan (3) Strata III dengan kepemilikan induk lebih dari 10 ekor. Ukuran sampel minimal untuk penelitian deskriptif berdasarkan metode Gay dan Diehl adalah 10 persen dari populasi (Sanusi, 2003). Ukuran sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 persen dari jumlah peternak masingmasing strata.
b. Responden Pakar Penentuan responden pakar dilakukan dengan cara purposive sampling berdasarkan pertimbangan bahwa individu/lembaga yang bersangkutan dinilai memiliki kepentingan dan/atau kompetensi dan/atau pengaruh
15
dalam menentukan arah pembangunan peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua. Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel1. Responden Pakar yang Diwawancarai dalam Penelitian Lembaga/Instansi Bappeda Kabupaten Bogor Disnakkan Kabupaten Bogor BP4K Kabupaten Bogor Kecamatan Cisarua KUD Giri Tani Gapoktan Sapi Perah Bale Arminah PT. Cisarua Mountain Dairy Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kab. Bogor Institut Pertanian Bogor
Jumlah Informan 1 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang
Total
3.4.2
10 orang
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan: (1) survei melalui kuisioner terhadap
responden peternak dan responden pakar; (2) observasi langsung di lapangan, dan (3) dokumentasi terhadap berbagai sumber dan dokumen yang relevan.
3.4.3
Variabel yang diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: (1) kondisi peternakan
sapi perah; (2) kondisi sosio demografi dan ekonomi keluarga peternak; (3)potensi sumber daya lahan dan air; (4) perilaku masyarakat dan (5) kebijakan pemerintah. 3.5 Analisis Data Sesuai dengan permasalahan serta tujuan penelitian, maka data-data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dalam urutan sebagai berikut: 3.5.1
Analisis Kondisi Terkini Peternakan Sapi Perah Rakyat
a. Kondisi Usaha Peternakan Sapi Perah Parameter analisis meliputi populasi ternak sapi perah, kepemilikan ternak, tingkat produksi susu per satuan ternak, partisipasi anggota keluarga, penanganan limbah, kapasitas kandang dan kepemilikan lahan. Variabel ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
16
b. Kondisi Peternak Sapi Perah Parameter analisis meliputi umur peternak, tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak dan penghasilan peternak. Variabel ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif. c. Kondisi Kelembagaan Anilisis
dilakukan
secara
deskriptif
kualitatif
terhadap
komponen
kelembagaan peternak
3.5.2
Analisis Kondisi Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Kondisi keberlanjutan usaha peternakan sapi perah rakyat adalah kondisi
yang terkait dengan keberlanjutan usaha peternakan yang dilihat dari dimensi ekologi, sosial dan ekonomi. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi terkini, kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat yang terkait dengan keberlanjutan pengembangan ternak sapi perah. Analisis dilakukan secara deskriptif eksploratif.
3.5.3
Analisis Kondisi Sumberdaya Lahan dan Air Analisis kondisi sumberdaya alam dan air merupakan analisis pendukung
yang digunakan untuk analisis kondisi keberlanjutan yang terkait dengan dimensi ekologi. Analisis kondisi sumberdaya lahan dilakukan dengan memperhatikan penggunaan lahan yang ada dan daya dukungnya terhadap ketersediaan hijauan makanan ternak. Menurut Sumanto dan Juarini (2006), daya dukung hijauan makanan ternak adalah kemampuan suatu wilayah menghasilkan pakan terutama hijauan yang dapat menampung kebutuhan bagi sejumlah populasi ternak ruminansia dalam bentuk segar maupun kering tanpa melalui pengolahan dan tambahan khusus. Daya dukung hijauan dihitung berdasarkan ST (Satuan Ternak), Kebutuhan pakan = populasi ternak (ST) x 1,14 ton Berat Kering Cerna (BKC)/tahun. Indeks Daya Dukung (IDD) merupakan perbandingan antara total produksi hijauan pakan tercerna dengan kebutuhan pakan tercerna untuk ternak yang berada pada suatu wilayah (Ashari et al, 1996). IDD mempunyai empat kriteria yaitu : (1) wilayah sangat kritis dengan IDD≤ 1; (2) wilayah kritis dengan IDD> 11,5; (3) wilayah rawan, dengan IDD > 1,5-2; (4) wilayah aman dengan IDD> 2. Masing-masing nilai IDD mempunyai makna sebagai berikut:
17
Nilai ≤ 1
: Ternak tidak mempunyai pilihan dalam memanfaatkan sumber yang
tersedia,
terjadi
pengurasan
sumberdaya
dalam
agroekosistemnya dan tidak ada hijauan alami maupun limbah yang kembali melakukan siklus haranya Nilai > 1-1,5
: Ternak telah mempunyai pilihan untuk memanfaatkan sumber daya tetapi belum terpenuhi aspek-aspek konservasi.
Nilai >1,5 – 2 : Pengembalian bahan organik ke alam pas-pasan Nilai >2
: Ketersediaan sumberdaya pakan secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efisien
Kondisi sumber daya air dilakukan dengan memperhatikan kualitas air pada perairan yang menjadi tempat pembuangan limbah peternakan. Indikator yang digunakan dalam menilai limbah peternakan adalah parameter BOD, COD, Fosfor, Kesadahan, Nitrit, Amonia, Sulfat, E.Coli dan Total Coli. Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap data kualitas air yang diperoleh. Pengaruh limbah peternakan terhadap kualitas air dikaji melalui analisis kualitas air sebelum kawasan, di tengah kawasan dan setelah kawasan peternakan. Baku mutu yang digunakan sebagai pembanding adalah baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 3.5.4
Analisis Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Perah
Berdasarkan
hasil
analisis
data
sebelumnya,
rumusan
strategi
pengembangan ternak sapi perah dilakukan melalui pendekatan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk kondisi ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi dan beragamnya kriteria suatu pengambilan keputusan (Saaty, 1993). Metode ini dipakai untuk mengorganisasikan informasi dan berbagai keputusan strategi secara rasional untuk selanjutnya dipilih alternatif strategi yang efektif (Eriyanto, 2007). Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses AHP (Marimin, 2004) adalah (a) penyusunan hierarki yaitu menguraikan persoalan menjadi unsurunsur dalam wujud kriteria dan alternatif yang disusun dalam bentuk hirarki (b) penyusunan kriteria yaitu penyusunan kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan (c) penilaian kriteria dan alternatif yang digunakan untuk melihat pengaruh strategis terhadap pencapaian sasaran, yaitu melalui perbandingan
18
berpasangan, dan (d) penentuan prioritas yaitu dengan menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwaise comparisons) untuk setiap kriteria dan alternatif. Penilaian dilakukan dengan pembobotan masing-masing komponen dengan perbandingan berpasangan dimulai dari level tertinggi sampai level terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan ”judgement” para responden berdasarkan skala perbandingan berpasangan sebagaimana disajikan pada tabel berikut (Saaty, 1993):
Tabel 2. Skala Banding Secara Berpasangan Tingkat Kepentingan 1
Definisi Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya
9
2,4,6,8
Nilai-nilai antar dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua pilihan
Sumber : Saaty (1993)
Penggunaan prinsip kerja AHP yaitu perbandingan berpasangan (pairwise comparison) akan menghasilkan tingkat kepentingan suatu aspek terhadap aspek lain, kriteria terhadap kriteria lain, dan alternative terhadap alternative kebijakan lainnya dapat dinyatakan dengan jelas. Format tabel pembobotan aspek, kriteria, dan alternatif kebijakan disajikan sebagai berikut:
19
A=(aij)=
A1
A2
......
An
A1
1
A12
......
a1n
A2
1/a12
1
......
a2n
......
......
......
......
......
An
1/a1n
A2n
......
1
Dalam hal ini A1, A2,..., An merupakan set elemen pada satu tingkat keputusan hirarki.
Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan
membentuk matrik berukuran n x n, nilai aij merupakan nilai matrik pendapat hasil komparasi berpasangan yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj. 1.
Penyelesaian dengan manipulasi matriks Matriks diatas diolah untuk menentukan bobot dari aspek dan kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen (eigen vector), dengan prosedur (1) kuadratkan matriks tersebut; (2) hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi, dan (3) hentikan proses ini jika perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu.
2. Penyelesaian dengan persamaan matematik Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Perkalian baris (z) dengan rumus Zi = VEi =
aij
Keterangan: VEi = vektor eigen, n = jumlah elemen yang dibandingkan. b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen eVPi = Keterangan: eVPi merupakan elemen vektor prioritas ke-i. c. Penghitungan vector eigen (akar ciri) maksimum VA = aij x VP dengan VA = (Vai), VB = VA/VP dengan VB = (Vbi), lmax =
ij
20
VBi untuk I = 1,2,…,n Keterangan: VA=VB adalah vektor antara
d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI) Pengukuran ini untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil.
CI =
Keterangan: λ maks = vector eigen /akar ciri maksimum n
= jumlah elemen yang dibandingkan
e. Perhitungan Consistensi Ratio (CR) Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0.1. Rumus CR adalah :
CR =
Keterangan: RI = Nilai Random Indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Random Indeks (RI) N
RI
N
RI
N
RI
N
RI
N
RI
1
0,00
2
0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
Sumber : Marimin (2004)
Apabila nilai CR > 0,1 beberapa pakar berpendapat bahwa persepsi responden harus ditanya ulang, responden diganti atau datanya tidak perlu digunakan.
21
Pengolahan Vertikal Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama.
Bila NPpq merupakan nilai prioritas
pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka :
NPpq = untuk : p=1,2,3,...r
dan T = 1,2,3,...,s
Keterangan : NPpq
= Nilai prioritas pengaruh ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama NPHpq = Nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q NPTt = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (q-1) Dimana, p = jumlah tingkat hirarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-q s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (q-1) 3.
Penggabungan Pendapat Responden AHP pada dasarnya dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli, namun dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu persatu. Pendapat yang konsisten kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik.
Tujuan menyusun matrik ini adalah untuk membentuk suatu n
matrik yang mewakili matrik-matrik pendapat individu. n
XG =
Keterangan: XG = n = Xi =
rata-rata geometrik jumlah responden penilaian oleh responden ke-i
Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur AHP.
22