27
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan publik (terbuka). Perusahaan yang kondisi awalnya dikelola dengan sumber daya sendiri serta pertanggungjawaban hanya di lingkup internal, setelah go public akan terdapat banyak perubahan, seperti struktur perusahaan, adanya pembagian dividen yang telah ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), serta perubahan-perubahan lain yang berimbas pada kinerja perusahaan yang di dalamnya termasuk kinerja keuangan dan struktur modal. Penilaian kinerja keuangan yang tercermin dari laporan keuangan dari tahun ke tahun merupakan salah satu faktor untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan. Kinerja keuangan juga dapat diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya di dalam usahanya. Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diperoleh dengan cara melakukan interpretasi atau analisis terhadap laporan keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Modal dikelompokkan dalam dua jenis, yakni: utang jangka panjang dan ekuitas (modal sendiri). Menurut Brigham and Gapenski (1997) terdapat beberapa keuntungan dari utang jangka panjang, yaitu: 1) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju; 2) bunga mengurangi pajak sehingga biaya utang rendah; 3) kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil. Meskipun demikian, terdapat pula kerugian dari utang jangka panjang, yaitu: 1) karena utang (bunga ditambah cicilan pokok dijadwalkan) adalah biaya tetap, penurunan pendapatan dapat mengakibatkan arus kas tidak cukup untuk memenuhi persyaratan utang. Hal ini dapat menyebabkan
28
kebangkrutan; 2) rasio utang yang tinggi akan meningkatkan risiko yang selanjutnya akan meningkatkan biaya modal; 3) utang biasanya berjangka waktu tertentu untuk dilunasi tepat waktu; 4) dalam perjanjian kredit jangka panjang diperlukan ketentuan-ketentuan yang jauh lebih ketat daripada dalam perjanjian kredit jangka pendek. Dengan demikian, perusahaan akan dikenakan pembatasan lebih dibanding jika meminjam secara jangka pendek atau telah mengeluarkan saham biasa. Bauran utang dan ekuitas untuk pendanaan perusahaan merupakan bahasan utama dari keputusan struktur modal (capital structure decision). Bauran modal yang efisien dapat menekan biaya modal (cost of capital), yang dapat meningkatkan kembalian ekonomi netto dan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas disebut unlevered firm, sedangkan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam utang disebut levered firm. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan dan juga struktur modal perseroan dalam hal ini bank BJB. Adapun analisis yang diperlukan adalah dengan rasio keuangan termasuk rasio CAMEL di dalamnya untuk menganalisis kinerja keuangan perseroan pra IPO dan pasca IPO. Selanjutnya digunakan uji beda Paired-Sample T Test untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan. Adapun kerangka pemikiran penelitian tersaji dalam Gambar 4 berikut ini.
29
Investor
Bank Jabar dan Banten
Kondisi pra IPO
Kinerja Keuangan
Struktur Modal
Kondisi pasca IPO
Kinerja Keuangan
Struktur Modal
Analisis Deskriptif
Paired-Samples T Test
Rekomendasi Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
30
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Tbk (bank BJB), berlangsung selama tiga bulan terhitung sejak Bulan Februari hingga Mei 2011. 3.3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi pustaka, internet, jurnal, serta literatur-litertur terkait yang mendukung penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan berbagai studi literatur yang mendukung untuk diolah lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian. 3.4. Metode Analisis Data 3.4.1 Analisis Rasio Keuangan Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan bank BJB pra IPO dengan pasca IPO. Kinerja bank secara eksplisit direpresentasikan oleh rasio-rasio keuangan di bawah ini, meskipun tidak menafikan bahwa pada akhirnya bank akan dinilai kesehatannya. Namun informasi untuk konsumsi publik adalah dalam bentuk rasiorasio berikut ini: Tabel 2. Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan Rasio I. Permodalan 1) CAR (Modal terhadap ATMR)
2) Aktiva tetap terhadap modal
Formula (x100%) Modal ATMR
Aktiva tetap & inventaris Modal
Keterangan Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku a. Perhitungan modal dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Modal Minimum yang berlaku b. Termasuk dalam aktiva tetap adalah inventaris dan aktiva sewa guna
31
II. Aktiva Produktif NPL (Kredit bermasalah terhadap total kredit)
Kredit bermasalah Total Kredit
III. Rentabilitas 1. ROA (Return On Assets)
Laba sebelum pajak Rata-rata total aset
2. ROE (Return On Equity)
3. NIM (Net Interest Margin)
4. BOPO (Beban operasi terhadap pendapatan operasi)
a. Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain) b. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet c. Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak termasuk PPAP) d. Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan)
a. Penghitungan laba sebelum pajak disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni: (akumulasi laba per posisi Juni/6) x 12 b. Rata-rata total aset Contoh: Untuk posisi Juni: (penjumlahan total aset Januari – Juni)/6 Laba setelah pajak a. Rata-rata equity : rata-rata Rata-rata equity modal inti (tier 1) Contoh: Untuk posisi Juni: (penjumlahan modal inti Januari – Juni)/6 b. Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang berlaku Pendapatan bunga bersih a. Pendapatan bunga bersih: Rata-rata aktiva produktif Pendapatan Bunga – Beban Bunga b. Pendapatan bunga bersih disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni: (akumulasi pendapatan bunga bersih per posisi Juni/6) x 12 c. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets) Total beban operasional Angka dihitung per posisi (tidak Pendapatan operasional disetahunkan)
32
IV. Likuiditas LDR (Kredit terhadap dana pihak ketiga)
Kredit . Dana pihak ketiga
a. Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada puhak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain) b. Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank)
Sumber: Taswan (2010) Penjelasan singkat indikator atau rasio-rasio keuangan untuk mengukur kinerja bank: 1.
Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio CAR merupakan perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko, atau dengan kata lain CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva lembaga keuangan yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Semakin tinggi risiko CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank mematuhi regulasi permodalan. CAR = Total Modal / Total ATMR .............................................. (1)
2.
Rasio Aktiva Tetap terhadap Modal (ATTM) Rasio aktiva tetap terhadap modal mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar alokasi dana pada aktiva tetap dan inventaris. Aktiva tetap dan inventaris adalah bukan aktiva produktif. Dengan demikian, semakin besar rasio ini maka semakin buruk kinerja bank, sebaliknya semakin kecil maka akan semakin baik kinerja bank tersebut. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ATTM = (Aktiva Tetap + Inventaris)/ Modal ............................... (2)
33
3.
Non Performance Loan (NPL) Rasio NPL yaitu perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NPL = Kredit Bermasalah/ Total Kredit ....................................... (3)
4.
Return on Assets (ROA) Rasio
ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
manajemen lembaga keuangan dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset lembaga keuangan yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai lembaga keuangan sehingga kemungkinan suatu lembaga keuangan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan ratarata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba Sebelum Pajak/ Rata-Rata Total Aset ...................... (4) Return on Asset (laba atas aset) mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Rasio
ini
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan ini kita bisa menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas
perusahaan
karena
menunjukkan
efiktivitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Nilai ROA yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba yang merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya.
34
5.
Return on Equity (ROE) Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen lembaga keuangan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai lembaga keuangan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki lembaga keuangan, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ROE = Laba Setelah Pajak / Rata-Rata Ekuitas ............................ (5) Return on Equity atau Return on Net Worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang persahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan besar. Perhitungan ROE adalah laba bersih (laba setelah pajak) dibagi rata-rata ekuitas. Rata-rata ekuitas diperoleh dari ekuitas awal periode ditambah akhir periode dibagi dua. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.
6.
Net Interest Margin (NIM) Rasio
ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan pendapatan bunga. Namun harus dipastikan bahwa ini bukan karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya pendapatan
35
bunga harus ditanamkan kembali untuk memperkuat modal. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: NIM = Pendapatan Bunga Bersih/ Rata-rata Aktiva Produktif ..... (6) 7.
BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan lembaga keuangan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu lembaga keuangan dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
Biaya
operasional
dihitung
berdasarkan
penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: BOPO = Total Beban Operasional/ Pendapatan Operasional ....... (7) 8.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap
dana
pihak
ketiga.
Semakin
besar
rasio
ini
mengindikasikan bank ini semakin agresif likuiditasnya, sebaliknya semakin kecil rasio ini juga semakin besar dana pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur). Oleh karena itu, disarankan rasio ini yang paling tepat antara 89 persen hingga 115 persen. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR = Kredit/ Dana Pihak Ketiga ................................................ (8) Selain rasio keuangan CAMEL tersebut, untuk mengetahui tingkat kesehatan perseroan maka dilakukan analisis lain sebagai pendukung dalam penilaian kinerja keuangan perseroan, diantaranya adalah:
36
1) Net Profit Margin (NPM) Profit margin ratio atau net profit margin mengukur kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham. Perhitungannya, NPM yaitu laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio
ini
tidak menggambarkan seberapa
besar persentase
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsure pendapatan dan biaya non operasional. Kelemahan dari rasio ini adalah memasukan pos atau item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti biaya bunga untuk pendanaan dan biaya pajak penghasilan. 2) Operating Profit Margin (OPM) Operating Profit Margin (OPM) merupakan ukuran tingkat laba operasi dibandingkan dengan penjualan bersih. Laba operasi merupakan kemampuan perusahaan di dalam menjalankan operasi. Laba operasi juga mencerminkan seberapa besar efisiensi dan efektivitas dari operasi perusahaan untuk mendapatkan laba. Laba operasi merupakan indikator fundamental pencapaian laba perusahaan. laba operasi mencerminkan pencapaian laba sebelum dipengaruhi hal apapun, baik terkait bunga, pajak ataupun pendapatan atau biaya lain-lain. Jadi laba operasi menunjukkan tingkat laba tanpa dipengaruhi oleh struktur modal, keputusan investasi, dan tingkat pajak. 3) Debt to Equity Ratio (DER) DER merupakan salah satu dari rasio leverage. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang. DER menunjukkan imbangan antara tingkat leverage (penggunaan utang) dibandingkan modal sendiri perusahaan. DER juga memberi jaminan tentang
37
seberapa besar utang perusahaan dijamin modal sendiri perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha (Ang, 1997). Rasio ini menjelaskan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi DER, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah DER akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Darsono dan Ashari, 2004). 4) Price to Book Value (PBV) Pengertian book di sini adalah nilai buku dari ekuitas. Nilai ini diperoleh dengan mengambil total ekuitas sebagai book value. Rasio dari PBV bisa dikatakan juga sebagai rasio untuk mengukur kinerja dari perusahaan tersebut. Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga pasar saham diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut atau biasa disebut apakah harga saham tersebut overvalue atau undervalue. Perhitungannya, PBV adalah price per share dibagi dengan book value per share. PBV merupakan tolak ukur untuk melihat kewajaran harga saham pada pasar perdana (IPO) atau peluang terjadinya initial return. Jika posisi harga saham berada di bawah nilai bukunya, ada kecenderungan harga saham tersebut akan menuju ke keseimbangan minimal sama dengan nilai bukunya. Hal ini berarti harga saham itu berpotensi lebih besar untuk naik. Oleh karena itu, semakin besar nilai PBV akan memperkecil underpricing, akibatnya semakin rendah return yang akan diterima investor (Utama & Santoso, 1998). 5) Earning Per Share (EPS) Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. Investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki. EPS adalah rasio keuangan yang paling sering digunakan
38
untuk mengukur kondisi dan pertumbuhan perusahaan. Rasio ini dicari dengan membagi laba bersih dengan saham yang beredar (Darsono dan Ashari, 2004). 6) Price Earning Ratio (PER) PER mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai suatu saham, rasio ini merupakan suatu indikasi tentang harapan masa depan perusahaan. PER merupakan fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan, maka semakin tinggi pula PER. Perhitungannya, PER yaitu harga per lembar saham dibagi dengan laba per lembarnya. Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Kualitas manajemen umum 2. Penerapan sistem manajemen risiko 3. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya Matriks Kriteria Peringkat Komponen Manajemen dapat dilihat pada Lampiran 3, dan Matriks perhitungan/analisis komponen faktor manajemen dapat dilihat pada Lampiran 6. 3.4.2 Uji Beda Paired-Samples T Test Data yang telah dikumpulkan dan dihitung terkait dengan tujuan yang diharapkan pada penelitian ini, selanjutnya akan diolah dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji dua sampel berpasangan (Paired Samples T Test). Priyatno (2010), Paired Samples T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Dua perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel pertama sebelum dilakukan IPO dan sampel kedua setelah dilakukan
39
IPO, sehingga output-nya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari kinerja keuangan bank BJB pra dan pasca IPO. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho: Tidak ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan sebelum IPO dengan setelah IPO Ha: Ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan sebelum IPO dengan setelah IPO Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5 persen.