III. METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Pemikiran Arti penting manajemen pengetahuan telah disadari oleh organisasi
sebagai sumber daya utama dalam bersaing. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pergeseran orientasi para pelaku organisasi telah terjadi selama beberapa dekade dimana pada tahun 1929 rasio penggunaan antara aset tak berwujud/aset pengetahuan (intangible assets) dengan modal yang berwujud/aset fisik (tangible assets) masih berkisar antara 30 banding 70 persen, tetapi pada tahun 1990 sudah terjadi pergeseran yang cukup signifikan, yakni antara 37 banding 63 persen. Demikian pula pada penelitian lain terungkap bahwa pada tahun 1978 nilai dari aset pengetahuan masih didominasi oleh aset yang bersifat fisik atau 80 persen dan hanya sekitar 20 persen terkait dengan aset pengetahuan. Pada tahun 1988 keadaan tersebut berubah menjadi 45 persen terkait dengan aset berbentuk fisik dan 55 persen terkait dengan aset pengetahuan. Setelah sepuluh tahun kemudian, titik beratnya justru berbalik dimana 70 persen modal perusahaan terkait dengan aset pengetahuan dan hanya 30 persen terkait dengan aset berbentuk fisik (Sangkala, 2007). Bukti-bukti tersebut semakin menujukkan bahwa aset pengetahuan perlu dikelola dengan baik untuk menghasilkan nilai dalam praktikpraktik unggulan organisasi yang akan ditawarkan kepada konsumen atau masyarakat. Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki visi dan misi menjadi pusat penelitian yang memberikan kontribusi nyata dalam mengembangkan ilmu ekonomi dan memecahkan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia kini dan mendatang. Visi dan misi tersebut menuntut P2E LIPI untuk menjadi adaptif terhadap persaingan perekonomian global. Untuk mampu beradaptasi terhadap persaingan tersebut, organisasi harus memiliki pengetahuan yang berkualitas sehingga diperlukan pengelolaan manajemen pengetahuan (knowledge management) agar organisasi dapat selalu membentuk perilaku inovatif dalam menghadapi permasalahan yang semakin hari semakin kompleks terutama di bidang ekonomi.
28
Pada penelitian ini, diteliti tentang bagaimana peran aset-aset pengetahuan dalam proses konversi pengetahuan organisasi yang mendorong inovasi pada P2E LIPI. Perilaku inovatif yang dilakukan P2E LIPI dapat terbentuk apabila terjadi proses penciptaan pengetahuan pada organisasi tersebut. Berdasarkan teori Nonaka et al (2000) proses penciptaan pengetahuan melibatkan proses konversi pengetahuan, yaitu sosialisasi (socialization), eksternalisasi (externalization), kombinasi (combination), dan internalisasi (internalization). Keempat model tersebut dikenal sebagai model SECI. Proses penciptaan pengetahuan dapat terjadi apabila difasilitasi oleh aset-aset pengetahuan. Aset pengetahuan dikelompokkan menjadi empat, yaitu aset pengetahuan eksperiensial, konseptual, sistemik, dan rutin. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti hubungan timbal balik antara keempat model SECI dengan keempat jenis aset pengetahuan. Dengan demikian, penelitian ini mampu memberikan suatu model kontribusi aset pengetahuan dalam memfasilitasi proses penciptaan pengetahuan pada organisasi. Adapun bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang terletak di Gedung Widya Graha LIPI Lantai IV dan V, Jalan Jend. Gatot Subroto 10, Jakarta Selatan 12710. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan Januari 2012. 3.3
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumber pertama (Suliyanto, 2006). Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang terdiri dari 55 pertanyaan. Menurut Suliyanto (2006) kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya.
29
Visi dan Misi P2E LIPI
Model Kontribusi Aset Pengetahuan Dalam Memfasilitasi Proses Konversi Pengetahuan Organisasi
Aset Pengetahuan:
Proses
1.
Eksperiensial
Penciptaan Pengetahuan:
2.
Konseptual
1.
Sosialisasi
3.
Sistemik
2.
Eksternalisasi
4.
Rutin
3.
Kombinasi
4.
Internalisasi
Analisis Korelasi Kanonikal
Hubungan Aset Pengetahuan Terhadap Proses Konversi Pengetahuan Organisasi
Perilaku Inovatif
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
30
Sedangkan data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya (Suliyanto, 2006). Data sekunder diperoleh melalui studi literatur baik dari buku, jurnal, dan sksipsi serta data penunjang lain yang berasal dari P2E LIPI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling atau sampling jenuh. Sampling jenuh yaitu populasi merangkap sebagai sampel penelitian (Suliyanto, 2006). Teknik ini digunakan oleh peneliti karena terbatasnya populasi di P2E LIPI yang berjumlah 65 orang. Oleh karena itu, kuesioner dibagikan kepada seluruh pegawai P2E LIPI yang terdiri dari 42 orang peneliti dan 23 orang staf administrasi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert untuk memberi skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan bobot tertentu. Format yang digunakan adalah lima interval, yaitu: a. Sangat Setuju
skor 5
b. Setuju
skor 4
c. Kurang Setuju
skor 3
d. Tidak Setuju
skor 2
e. Sangat Tidak Setuju
skor 1
3.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah agar data tersebut
memiliki makna yang berguna untuk memecahkan masalah yang diteliti. Dalam melaksanakan pengolahan data diusahakan agar kesalahan yang terjadi dalam penelitian sekecil mungkin. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan kode (coding) terhadap data yang diperoleh untuk memudahkan serta meningkatkan efisiensi data entry processing ke sistem program komputer (Suliyanto, 2006). 3.4.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas harus mengandung dua hal, yaitu ketepatan dan kecermatan. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
31
akan diukur oleh kuesioner tersebut (Suliyanto, 2006). Tahapan yang harus dilakukan untuk melakukan uji validitas adalah sebagai berikut: 1.
Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur yaitu dengan cara: a. Mencari definisi dan rumusan konsep serta literatur, jika sekiranya sudah ada rumusan yang cukup rasional maka rumusan tersebut dapat langsung dipakai. Tetapi apabila rumusan tersebut belum operasional, maka peneliti harus merumuskannya seoperasional mungkin. b. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, peneliti harus mendefinisikan dengan para ahli lain. Pendapat para ahli kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional. c. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang menyusun pertanyaan yang operasional.
2.
Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. Jumlah responden untuk uji coba minimal adalah 30 orang karena distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati normal. Asumsi kurva normal sangat dibutuhkan dalam perhitungan statistik.
3.
Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Signifikan < 0,05.
Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas kuesioner adalah:
r
∑ ∑
∑
∑
∑ ∑
∑
......................................................... (1)
Dimana: n
= Jumlah responden
x
= Skor pertanyaan ke-n
y
= Skor total
xy
= Skor pertanyaan ke-n dikalikan skor total
r
= Koefisien korelasi Sebagai penelitian awal, kuesioner disebarkan kepada 30 orang
responden, setelah dilakukan uji validitas, didapat 55 pertanyaan yang valid.
32
Artinya pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut. Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.4.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan ukuran dalam suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar-daftar pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1.
Repeated Measure atau pengukuran ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah tetap konsisten dengan jawabannya.
2.
One Shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Uji realibilitas digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
r
1
∑
...................................................................... (2)
Dimana: r
= Koefisien reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan 2
∑
= Total varian 2
= Total varian butir Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan
skala alpha 0 sampai 1. Tingkat reliabilitas tersebut dapat diinterpretasikan pada Tabel 1. Dari hasil perhitungan didapatkan 0,82 untuk aset pengetahuan yang artinya sangat reliabel dan 0,83 untuk proses penciptaan pengetahuan yang artinya sangat reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 1. Tingkat Reliabilitas Alpha Cronbach Alpha 0,00 – 0,20 > 0,20 – 0,40 > 0,40 – 0,60 > 0,60 – 0,80 > 0,80 – 1,00
Tingkat Reliabilitas Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel Reliabel Sangat Reliabel
33
3.4.3 Korelasi Kanonikal Terdapat dua hal utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan model analisis. Pertama, proses pembentukan inovasi melalui pendayagunaan pengetahuan melibatkan banyak variabel yang konstelasi hubungannya kompleks dan bekerja secara simultan. Kedua, sebagian besar dari variabel tersebut adalah variabel kualitatif. Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini akan digunakan analisis korelasi kanonikal. Analisis korelasi kanonikal merupakan suatu analisis atau teknik yang digunakan untuk menentukan tingkat hubungan antara dua kelompok variabel yang masing-masing terdiri dari beberapa variabel. Pemilihan metode korelasi kanonikal dengan justifikasi sebagai berikut (Hair et al, 1998): 1.
Korelasi kanonikal merupakan perluasan yang logis dari regresi berganda yang mampu mengkorelasikan secara simultan beberapa variabel tak bebas Y dengan beberapa variabel bebas X;
2.
Korelasi kanonikal dapat digunakan untuk mencari suatu set bobot untuk variabel tak bebas Y dan variabel bebas X yang dapat menghasilkan korelasi sederhana yang maksimum (sekuat mungkin) antara suatu set variabel tak bebas Y dan suatu set variabel bebas X. Menurut Hair et al (1998) tahap analisis korelasi kanonikal mencakup
enam langkah yang bersifat sekuensial ditampilkan pada Gambar 5, yaitu: 1.
Masalah penelitian a. Tentukan tujuan b. Menspesifikasikan variabel dependen c. Menspesifikasikan variabel independen
2.
Masalah desain penelitian a. Jumlah observasi per variabel b. Keseluruhan ukuran sampel
3.
Asumsi-asumsi a. Korelasi linier b. Hubungan linier c. Kenormalan ragam
34
4.
Pemilihan dan estimasi fungsi kanonikal a. Menurunkan fungsi kanonikal b. Memilih fungsi untuk interpretasi c. Signifikansi secara statistik d. Besaran hubungan
5.
Interpretasi variabel dan fungsi kanonikal a. Berat kanonikal b. Beban kanonikal c. Bobot silang kanonikal
6.
Validasi hasil a. Sampel berganda b. Analisis sensitivitas komposisi ragam Dalam penelitian ini yang menjadi gugus peubah dependen (Y) adalah
proses penciptaan pengetahuan dan yang menjadi gugus peubah independen (X) adalah aset-aset pengetahuan. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi peran aset-aset pengetahuan yang dimiliki organisasi terhadap proses penciptaan pengetahuan sehingga membentuk perilaku inovatif, yang diamati yaitu aset pengetahuan eksperiensial, aset pengetahuan konseptual, aset pengetahuan sistemik, dan aset pengetahuan rutin. Peubah proses penciptaan pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah empat variabel, yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Prinsip dari metode ini yaitu membentuk kombinasi linear dari setiap gugus peubah (dependen dan independen) sedemikian sehingga korelasi diantara kedua gugus peubah tersebut menjadi maksimum. Nilai korelasi kanonikal didapat dari operasi aritmatika matriks korelasi kedua himpunan variabel (variabel kanonikal). Interpretasi koefisien variat kanonikal, dapat dilihat pada bobot kanonikal (canonical weights) dan beban kanonikal (canonical loadings). Bobot kanonikal merupakan koefisien kanonik yang telah dibakukan, dapat diinterpretasikan sebagai besarnya kontribusi variabel asal terhadap variat kanonikal.
35
Masalah Penelitian Tentukan Tujuan: o Menentukan hubungan antar variabel o Memperoleh korelasi maksimal o Menjelaskan asas hubungan antar variabel Menspesifikasikan variabel dependen Menspesifikasikan variabel independen
Masalah Desain Penelitian Jumlah observasi per variabel Keseluruhan ukuran sampel
Asumsi-asumsi Korelasi linier Hubungan linier Kenormalan ragam
Pemilihan dan Estimasi Fungsi Kanonikal Menurunkan fungsi kanonikal Memilih fungsi untuk interpretasi Signifikansi secara statistik Besaran hubungan
Interpretasi Variabel dan Fungsi Kanonikal Berat kanonikal Beban kanonikal Bobot silang kanonikal
Validasi hasil Sampel berganda Analisis sensitivitas
Gambar 5. Tahap Analisis Korelasi Kanonikal
36
Semakin besar nilai koefisien ini menyatakan semakin besar kontribusi variabel yang bersangkutan terhadap variat kanonikal. Muatan kanonikal dapat dihitung dari korelasi antara variabel asal dengan masing-masing variabel kanoniknya. Semakin besar nilai loading atau muatan mencerminkan semakin dekat hubungan fungsi kanonik yang bersangkutan dengan variabel asal. Prosedur korelasi kanonikal ini akan menghasilkan diagram jalur yang disajikan pada Gambar 5. Eksperiensial
Sosialisasi 1
1
Konseptual
Sistemik
Kombinasi 2
Eksternalisasi
Rutin
2
Internalisasi
Gambar 6. Diagram Jalur Analisis Korelasi Kanonikal Variabel independen mempunyai indikator yang dinotasikan dengan Xi, meliputi: X1 = Eksperiensial X2 = Konseptual X3 = Sistemik X4 = Rutin Variabel dependen mempunyai indikator yang dinotasikan dengan Yi, meliputi: Y1 = Sosialisasi Y2 = Eksternalisasi Y3 = Kombinasi Y4 = Internalisasi
37
Canonical loadings variabel independen diperoleh dengan rumus sebagai berikut: RXW = RXX AZ
.......................................................................................
(3)
Canonical loadings variabel dependen diperoleh dengan rumus sebagai berikut: RVY = RYY BZ
.........................................................................................
(4)
Fungsi kanonik yang dianggap cukup dalam menerangkan struktur hubungan Y dan X dilihat dari koefisien R-square. Nilai ini didapat dengan mengkuadratkan korelasi kanonik atau dinotasikan sebagai berikut: R2=
.................................................................................................
(5)