III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang dituju yaitu PT. Bank OCBC NISP Tbk Cabang Bogor. Visi PT. Bank OCBC NISP Tbk, Cabang Bogor dapat diketahui bahwa tujuan awal di luncurkannya suatu produk Giro yang saat-saat ini merupakan pelopor giro termurah dibanding dengan pesaing-pesaingnya, sehingga dengan dipelajari hal-hal tersebut dapat diidentifikasi strategi awal yang diterapkan perusahaan tersebut. Setelah tahap pertama dilakukan dapat dilanjutkan dengan melakukan analisis lingkungan perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan strategi perusahaan tersebut.
Analisis lingkungan ini terbagi dalam analisis lingkungan eksternal
perusahaan dan analisis lingkungan internal perusahaan.
Analisis lingkungan
eksternal bertujuan untuk menganalisis peluang, ancaman, persaingan industri dan analisis persaingan bisnis bagi suatu perusahaan. Sedangkan analisis lingkungan internal
bertujuan
untuk
mengenali
kekuatan
(weaknesses) dari segi internal perusahaan.
(strengths)
dan
kelemahan
Dengan mengenali kekuatan dan
kelemahan tersebut akan diketahui sumber-sumber yang menjadi keunggulan bersaing perusahaan. Kedua analisis tersebut akan disajikan dalam bentuk EFE untuk analisis lingkungan eksternal dan IFE untuk analisis lingkungan internal dimana kedua matriks tersebut akan membentuk matriks IE yang akan saling terintegrasi. Penggunaan model IE ditujukan untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat korporat secara detail. Selain itu matriks IE ini akan lebih banyak membantu analisis SWOT, hal ini dapat diketahui bahwa melalui analisis SWOT dapat diketahui faktorfaktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Hasil yang akan didapatkan dari analisis SWOT ini yaitu alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk memaksimalkan bauran pemasaran.
28 Tahap selanjutnya yang dapat dilakukan setelah mencocokkan matriks IE dan SWOT yaitu tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) yaitu suatu model pendekatan yang memberikan kesempatan bagi setiap individu atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan atau ide dan mendefinisikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara membuat asumsi-asumsi dan selanjutnya mendapatkan pemecahan yang diinginkan. Setelah mendapatkan hasil dari AHP maka akan ditemukan strategi bauran pemasaran yang baru.
29 Visi dan Misi PT. Bank OCBC NISP, Tbk
Bauran Pemasaran telah dilakukan PT. Bank OCBC NISP, Tbk
Analisis Bauran Pemasaran
Product
People
Promotion
Productivity
Price
Process
Place
Physical Evidance
Analisis Lingkungan PT. Bank OCBC NISP, Tbk
Analisis Lingkungan Internal
Analisis Lingkungan Eksternal
Input Matriks IFE & EFE
Pencocokan Matriks IE & SWOT
Pengambilan keputusan dengan AHP
Strategi Bauran Pemasaran Baru Gambar 4. Kerangka pemikiran
30 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Bank OCBC NISP, Tbk Cabang Pajajaran Bogor yang beralamat di Jl. Raya Pajajaran No. 101 Bogor. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada periode Desember – Maret 2011. 3.3. Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan untuk penelitian ini terdiri dari 2(dua) sumber yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data Primer merupakan suatu data atau informasi yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu yang sedang dihadapi. Data ini diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa wawancara, observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai tujuannya. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan Manager Marketing Giro dan pihak staf serta observasi langsung dengan
menyebar
kuesioner. Melalui wawancara diajukan pertanyaan mengenai gambaran umum, visi dan misi, tujuan promosi, serta pelaksanaan promosi produk Giro. Responden yang dipilih untuk mengisi kuesioner penelitiannya sebagai berikut: a. Manager Cluster Head OCBC NISP Pajajaran (1 Orang) b. Manager Marketing Giro (1 Orang) c. Officer Farmer dan Hunter Giro (1 Orang) d. Nasabah Produk giro (1 Orang) 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan kumpulan data yang berisikan informasi yang telah ada dan sebelumnya telah dikumpulkan untuk tujuan yang lain. Data ini biasanya berupa data dokumentasi, arsip-arsip, studi pustaka, buku-buku, artikel dari media cetak maupun internet dan lain sebagainya. Pencarian data sekunder ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan teori-teori yang berhubungan dan mendukung permasalahan yang dibahas, sehingga peneliti dapat memahami permasalahan secara lebih mendalam.
Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari studi pustaka, buku-buku, internet, skripsi-skripsi terdahulu.
31 3.4. Analisis Matriks evaluasi Faktor intrernal dan Eksternal 3.4.1 Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) Menurut Rangkuti (2006) matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktorfaktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data Internal perusahaan dapat diambil informasi dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek sumber daya manusia, pemasaran, produksi, keuangan, sistem informasi dan organisasi. Menurut David (2009) tahapan kerja matriks IFE adalah sebagai berikut: a. Membuat daftar faktor-faktor sukses kritis untuk aspek internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). b. Membuat bobot dari masing-masing faktor-faktor sukses kritis tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak –penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0. c. Member rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai : 1 = Kelemahan Utama 2 = Kelemahan Kecil 3 = Kekuatan Kecil 4 = Kekuatan utama d. Mengalihkan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skor. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. jika nilai dibawah 2,5 menandakan secara internal perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai berada diatas 2,5 menandakan bahwa posisi internal perusahaan yang kuat. Matrik IFE dapat dilihat di Tabel 3.
32 Tabel 3. Matriks IFE No. 1. 2. 3. 4.
Faktor strategi Internal
Rating
Bobot
Skor
Total Sumber : Rangkuti (2006) 3.4.2 Analisis External Factor Evaluation (EFE) Menurut Rangkuti (2006) matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor eksternal perusahaan. Faktor eksternal yang dikumpulkan menyangkut persoalan ekonomi, sosial, lingkungan, politik, teknologi dan ekologi.
Masalah
tersebut penting karena faktor eksternal perusahaan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. Matrik EFE dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 4. Matriks EFE No. Faktor strategi Eksternal 1. 2. 3. 4. Total Sumber : Rangkuti (2006)
Rating
Bobot
Skor
Tahapan kerja matriks EFE adalah sebagai berikut : a. Membuat daftar key sucess factor (KSF) untuk eksternal. Faktor key success factor adalah menyangkut faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting bagi kesuksesan atau kegagalan usaha.
Cakupan perilah masalah eksternal
adalah opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) bagi perusahaan. b. Tentukan bobotnya dimulai dari skala yang lebih tinggi menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam industri begitu pula sebaliknya. Jumlah bobot keseluruhan harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya. c. Tentukan rating dari setiap faktor.
Member rating antara 1 sampai 4 bagi
masing-masing faktor yang memiliki nilai: 1 = dibawah rata-rata (respon jelek) 2 = Rata-rata
33 3 = Diatas Rata-rata 4 = Sangat bagus (respon luar biasa) d. Nilai bobot tersebut dikalikan dengan nilai rating guna mendapatkan skor dari KSF. e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Skor total 4 = angka tersebut menunjukkan perusahaan merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yanga da dan menghindari ancamanancaman di pasar industrinya. Skor 1 = angka tersebut menunjukkan perusahaan tidak memanfaatkan peluangpeluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal diantaranya adanya kompetitor baru, kebijakan pemerintah, kondisi politik dan persaingan harga. 3.5. Analisis Matriks Internal – Eksternal (IE) Analisis IE merupakan analisis penggabungan dari faktor internal dan eksternal. Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail.
Posisi
sebuah perusahaan di dalam matriks IE akan ditempatkan ke dalam sebuah tabel yang terdiri dari sembilan sel seperti pada Gambar 2. Kekuatan Internal Bisnis. Matriks IE berguna untuk memposisikan suatu strategic business unit (SBU) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari sembilan sel. Matriks IE terdiri dari dua dimensi: b. Dimensi X : Total skor dari matriks IFE c. Dimensi Y : Total skor dari matriks EFE Matriks IE memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda yaitu : a. SBU yang berada pada sel I, II atau IV dapat digambarkan sebagai Grow and Build. intensif
Strategi-strategi yang cocok bagi SBU ini adalah strategi
(market
penetration,
market
development
and
product
development) atau strategi terintegrasi (backward, forward and horizontal integration).
34 b. SBU yang berada pada sel III, V atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi hold and maintain. Strategi yang umum dipakai adalah market penetration and product development. c. SBU yang berada pada sel VI, VIII atau XI dapat menggunakan startegi harvest atau divestiture. SKOR TOTAL IFE Kuat
Rataan
Lemah
I
II
III
Grow and Build
Grow and Build
Hold and Maintain
IV
V
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Harvest and Divestiture
VII
VIII
IX
Hold and Maintain
Harvest and Divestiture
Harvest and Divestiture
Gambar 5. Matriks IE (Umar, 2003) Matriks IE menurut David (2009) didasarkan pada dua dimensi kunci : total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y. Total nilai yang telah dibobot pada setiap divisi, dapat disusun matriks IE pada tingkat korporasi. Penilaian total IFE dari sumbu matriks X adalah sebagai berikut : 1. Jika total nilai IFE berada pada bobot 1,0 sampai 1,99 maka posisi tersebut menunjukkan posisi internal yang lemah. 2. Jika total nilai IFE berada pada bobot 2,0 sampai 2,99 maka posisi tersebut dianggap sedang. 3. Jika total nilai IFE berada pada bobot 3,0 sampai 4,0 maka posisi tersebut dianggap kuat. Demikian halnya dengan sumbu y, jika nilai EFE yang diberi bobot 1,0 sampai 1,99 dianggap lemah nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat.
35 3.6. Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan alat penganalisis suatu evaluasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi suatu perusahaan guna melengkapi persaingan usaha dengan pesaing sejenis.
Menurut Rangkuti (2006) SWOT
singkatan dari lingkungan internal strength dan weakness serta lingkungan eksternal opportunities and threats yang dihadapi dunia bisnis. Matriks SWOT ini dapat menghasilkan 4(empat) kemungkinan alternatif strategis yaitu : 1. Strategi SO (Strength-Opportunities) memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. 2. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. 3. Strategi ST (Strength-Threats) menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. 4. Strategi WT (Weaknesses-Threats) merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Walaupun matriks SWOT digunakan secara luas dalam perencanaan strategis, analisis ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni : 1. SWOT tidak menunjukkan cara untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif. 2. SWOT merupakan penilaian yang statis (atau terpotong-potong) dan tunduk oleh waktu. 3. Analisis SWOT bisa membuat perusahaan memberi penekanan yang berlebih pada satu faktor internal atau eksternal tertentu dalam merumuskan strategi. Terdapat interelasi di antara faktor-faktor internal dan eksternal utama yang tidak ditunjukkan dalam SWOT namun penting dalam penggunaan strategi. 3.7. Analytical Hierarchy Process (AHP) Secara teoritis AHP adalah suatu model pendekatan yang memberikan kesempatan bagi setiap individu atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan atau ide-ide dan mendefiniskan persoalan-persoalan yang ada dengan cara membuat asumsi-asumsi dan selanjutnya mendapatkan pemecahan yang diinginkannya.
36 Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagianbagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. 3.7.1 Langkah-Langkah Penggunaan AHP Langkah-Langkah penggunaan metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahkan persoalan menurut Saaty (1993) adalah sebagai berikut : 1.
Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah mengidentifikasi persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi dan yang ingin dipecahkan, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki. Setelah itu dapat dilakukan pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives dan scenario dalam struktur AHP nantinya. Dalam AHP tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem seperti tujuan, kriteria dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.
2.
Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario. Penyusunan hirarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak, hirarki
37 hanya terdiri dari satu elemen yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat berikut dibawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogency, agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.
Gambar 6. Struktur Hirarki AHP (Fewidarto, 2007) 3.
Menyusun matriks banding berpasangan.
Matriks banding berpasangan
berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Matriks banding berpasangan ini dimulai dari puncak hirarki yang merupakan dasar untuk melakukan pembanding berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah kanan suatu elemen di puncak matriks. 4.
Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks pada langkah 3. Setelah matriks pembanding berpasangan antarelemen dibuat, langkah selanjutnya adalah dilakukan pembanding berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Pembanding berpasangan antarelemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan “seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j?”. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah “seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j sehubungan dengan
38 elemen di puncak hierarki?”. Skala banding yang digunakan untuk mengisi matriks banding berpasangan, tertera pada Tabel 5. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah. Tabel 5. Nilai skala banding berpasangan Intensitas
Definisi
Penjelasan
Pentingnya 1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu
3
Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit penting
daripada
elemen
yang menyokong satu elemen atas yang
lainnya. 5
lainnya.
Elemen yang satu sangat penting Pengalaman dan pertimbangan dengan daripada elemen yang lainnya.
kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya.
7
Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat disokong daripada elemen yang lainnya.
dan dominannya telah terlihat dalam praktek.
9
Satu elemen mutlak lebih penting Bukti yang menyokong elemen yang daripada elemen lainnya.
satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8
Nilai-nilai
di
antara
pertimbangan yang berdekatan. Kebalikan
dua Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan.
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber : Saaty, 1993. 5.
Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama.
Angka 1 sampai 9 digunakan bila F, lebih mendominasi atau
mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat x dibandingkan Fj,
39 maka digunakan angka kebalikannya. Contoh bila elemen F24 memiliki nilai 7, maka nilai elemen F24 adalah 1/7. 6.
Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks Pembanding Pendapat Individu (MPI) dan (2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks pendapat individu X
A1
A2
A3
...
An
A1
A11
A12
a13
...
a1n
A2
A21
A22
a23
...
a2n
A3
A31
A32
a33
...
a3n
...
...
...
...
...
...
An
an1
an2
an3
...
ann
Matriks pendapat gabungan adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal
dari
rata-rata
geometrik
pendapat-pendapat
individu
yang
rasio
inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap elemen pada baris dan kolom yang smaa dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPI dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks pendapat gabungan X
G1
G2
G3
...
Gn
G1
G11
G12
g13
...
g1n
G2
G21
G22
g23
...
g2n
G3
G31
G32
g33
...
g3n
...
...
...
...
...
...
Gn
gn1
gn2
gn3
...
gnn
40 Rumusan rataan geometrik adalah sebagai berikut: n
gij
aij (k ) ...................................................................
n
(1)
k 1
7.
Dengan : n
= jumlah responden (pakar)
aij
= Sel penilaian setiap pakar
Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkab vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus: VE
VP (Vektor Prioritas) =
n
n
i
dimana : VE (Vektor Eigen) = dengan : aij n 8.
n
............................ (2) 1 aij
n i
1 aij ......................... (3)
= elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j = jumlah elemen yang diperbandingkan
Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap indeks
konsistensi
dengan
prioritas
kriteria
yang
bersangkutan
dan
menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masingmasing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus 10% atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisisan ulang kuesioner atau lebih baik dalam mengarahkan responden yang mengisi kuesioner. Namun batasan diterima atau tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, seperti Fewidarto (2007) menjelaskan bahwa jika tingkat
41 inkonsistensi sebesar 10% ke bawah tidak dicapai maka dapat digunakan batas yang lebih besar atau bahkan rataan CR penilaian pakar. Rumus untuk perhitungan uji-konsistensi adalah sebagai berikut: CI (Indeks Konsistensi) CI =
max n .......................................................................... (4) n 1
dengan : CI
= Indeks Konsistensi = eigen value maksimum
maks
n dimana :
= jumlah elemen yang diperbandingkan VB ………………………………………… (5) n
=
maks
VB (Nilai Eigen) =
VA ................................................................... (6) VP
VA (Vektor Antara) = aij x VP ......................................................... (7) Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya (CR) yaitu: CR (Rasio Konsistensi) CR =
CI ......................................................................................... (8) RI
RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY, dari matrik berorde 1 sampai 15 dengan menggunakan sample berukuran 100. Tabel RI tersebut seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Indeks acak N
1
2
3
4
5
6
7
8
RI
0,00
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
N
9
10
11
12
13
14
15
R
1,45
1,49
1,51
1,48
1,56
1,57
1,59
Sumber : Fewidarto, 2007