III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016.
B. Desain Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik survei. Metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data - data sesuai dengan keadaan sebenarnya, kemudian disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada (Surakhmad, 2008). Teknik pelaksanaanya dengan teknik survei, yaitu cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan melalui alat pengukur berupa daftar pertanyaan yang berbentuk kuisioner (Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu tahap pra survei yaitu bertujuan untuk menentukan lokasi penelitian dan tahap survei dilakukan untuk mendapatkan data - data dari responden.
C. Teknik Penentuan Sampel Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei (survey method) terhadap peternak sapi potong di Kabupaten Boyolali. Menurut Singarimbun san Effendi (1995), penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok. 1. Metode Penentuan Lokasi Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta jangkauan peneliti. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, 15
Kabupaten Boyolali yang memiliki jumlah peternak cukup banyak yakni 4.228 orang serta populasi sapi potong 7.579 ekor (BPS Boyolali, 2013). Kecamatan Nogosari terletak pada kondisi yang strategis dari sisi pemasaran ternak karena dekat dengan pasar hewan yaitu Pasar Simo, Pasar Sunggingan serta Pasar Kliwon. Jumlah peternak dan ternak sapi potong di Kabupaten Boyolali serta di Kecamatan Nogosari dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah peternak dan ternak sapi potong di Kabupaten Boyolali 2013 No Kecamatan Jumlah pemilik (orang) Populasi sapi (ekor) 1
Andong
5489
10575
2
Wonosegoro
5489
8447
3
Klego
4568
9182
4
Kemusu
4405
8609
5
Nogosari
4228
7570
6
Sambi
3557
6886
7
Simo
3477
6554
8
Mojosongo
2900
6625
9
Juwangi
2798
5527
10
Ampel
2565
6892
11
Karanggede
2298
4519
12
Musuk
2053
6114
13
Teras
1850
4193
14
Selo
1284
1765
15
Ngemplak
1191
2140
16
Boyolali
721
1426
17
Cepogo
560
892
18
Banyudono
397
836
19
Sawit
224
687
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2013 Penelitian ini dilakukan dengan mengambil tiga desa sebagai sampel penelitian. Desa - desa tersebut diambil berdasarkan jumlah peternak pada tahun 2012 yang dikategorikan besar, sedang, dan kecil. Desa yang terpilih berdasarkan jumlah peternak sapi potong adalah Glonggong, Tegalgiri dan Jeron. Jumlah peternak di desa - desa tersebut dapat dilihat di Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah peternak dan ternak sapi potong di Kecamatan Nogosari 2012 No Desa Jumlah pemilik (orang) Populasi sapi(ekor) 1
Glonggong
422
471
2
Bendo
417
475
3
Pulutan
412
624
4
Keyongan
402
577
5
Pojok
325
556
6
Potronayan
281
673
7
Tegalgiri
279
429
8
Rembun
236
485
9
Ketitang
217
455
10
Sembungan
183
496
11
Kenteng
182
562
12
Guli
176
344
13
Jeron
165
407
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kecamatan Nogosari, 2012 2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) yaitu dengan cara pengambilan sampel dengan maksud dan tujuan tertentu. Metode pengambilan data sampel responden peternak sapi potong sebanyak 60 orang diambil secara sengaja terhadap peternak yang masing - masing responden mempunyai ternak minimal 2 ekor sapi dan melakukan penjualan sapi potong selama satu tahun terakhir. Persyaratan tersebut dilakukan karena dapat memudahkan peneliti dalam pengambilan data. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitinya (Sunyoto, 2009). Pengambilan sampel untuk masing - masing desa dilakukan dengan proporsional menggunakan rumus:
Keterangan: Ni : Jumlah sampel peternak sapi pada desa ke - i Nk : Jumlah peternak sapi pada masing - masing desa N : Jumlah peternak sapi dari semua desa
Responden dari desa yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah peternak sapi potong di desa sasaran Nama desa Peternak (orang) Responden (orang) Glonggong
422
29
Tegalgiri
279
19
Jeron
165
12
866
60
Jumlah
Sumber : Data sekunder terolah, 2012
D. Jenis dan Sumber Data
1. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner dan wawancara langsung dengan responden. 2. Data sekunder diperoleh dari instansi - instansi terkait sebagai data pendukung serta studi literature. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Boyolali dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Lapangan Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap lokasi atau daerah yang menjadi obyek lapangan. Observasi lapangan termasuk dalam jenis data primer. 2. Wawancara Wawancara (interview) yaitu mengadakan tatap muka langsung dengan
responden
untuk
mengumpulkan
data
yang
diperlukan.
Wawancara termasuk dalam data primer.
3. Pencatatan Pencatatan yaitu metode pengumpulan data dengan mencatat berbagai informasi yang dibutuhkan. Pencatatan termasuk dalam data sekunder.
F. Metode Analisis Data 1. Analisis Finansial Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian ditabulasi selanjutnya dengan menggunakan model analisis finansial. a. Benefit Ratio (BCR)
Net B/C Ratio adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang (present value) arus manfaat dan jumlah sekarang arus biaya berdasarkan opportunity cost of capital yaitu keuntungan jika modal tersebut diinvestasikan pada kemungkinan yang terbaik dan termudah. Menurut Raharjo (2007), rumus yang digunakan untuk menghitung Benefit Cost Ratio adalah
Keterangan : Bt = Benefit kotor pada tahun ke - t (Rp) Ct = Biaya kotor pada tahun ke - t (Rp) i
= Tingkat bunga (discount rate) (%)
t
= Umur ekonomis (tahun) Kriteria yang sering digunakan dalam menilai suatu usaha
ditentukan oleh : Net B/C > 1
: usaha layak dilaksanakan (menguntungkan)
Net B/C = 1
: usaha tidak untung tidak rugi (impas)
Net B/C < 1
: usaha tidak layak dilaksanakan (merugikan)
( Kadariah, 1999) b. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih bersih antara present value (nilai sekarang) dari manfaat dan present value dari biaya. NPV dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : Bt : Jumlah penerimaan kotor dari usaha pada tahun ke t (Rp) Ct : Jumlah pengeluaran kotor dari usaha pada tahun ke t (Rp) n
: Jumlah ekonomis (tahun)
i
: Tingkat bunga (discount rate) (%)
Kriteria yang sering dipakai dalam menilai suatu usaha ditentukan oleh: NPV > 0 : Usaha tersebut layak dilaksanakan NPV = 0 : Usaha tersebut mengembalikan modal sama dengan biaya yang dikeluarkan NPV < 0 : Usaha tersebut ditolak karena tidak menguntungkan ( Kadariah, 1999) c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah suatu tingkat bunga yang akan menjadikan NPV suatu proyek sama dengan nol. IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan return of capital (kembali modal) atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. IRR dihitung dengan rumus (Kadariah, 1999):
Keterangan : NPV1
= NPV pada tingkat discount rate tertinggi (Rp)
NPV2
= NPV pada tingkat discount rate terendah (Rp)
i1
= Discount rate NPV 1 (%)
i2
= Discount rate NPV 2 (%)
Kriteria yang seringdipakai dalam menilai suatu usaha ditentukan oleh: IRR > Cost of capital maka proyek dianggap layak. IRR < Cost of capital maka proyek dianggap tidak layak. d. Payback Period of Credit (PPC) PPC adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan mengunakan aliran kas. Metode ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (period) pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan ini diperoleh setiap tahun, semakin cepat waktu pengembalian maka semakin baik untuk diusahakan (Pudjosumarto, 2002) :
Keterangan : I
: Besarnya biaya investasi usaha yang diperlukan (Rp)
Ab
: Arus kas yang diperoleh usaha pada setiap tahunya (Rp) Kriteria yang sering dipakai dalam menilai suatu usaha yaitu
jika Payback Period lebih pendek dari maksimum Payback Period, maka usaha dapat diterima. Proyek akan ditolak jika Payback Period lebih lama dari maksimum Payback Period. 2. Break Event Point (BEP) BEP adalah suatu keadaan yang menunjukkan perusahaan tidak untung tidak rugi. BEP dihitung dengan rumus (Gittinger, 1990). a.
BEP Atas dasar unit ternak
b.
BEP Atas dasar penjualan dalam rupiah
Keterangan : FC : Biaya tetap (fixed cost) (Rp) VC : Biaya variabel (variable cost) (Rp) P : Harga unit (volume penjualan) (Rp)
G. Definisi dan Batasan Operasional 1. Peternak yang dijadikan responden adalah peternak yang memiliki sapi potong berjumlah minimal 2 ekor dan sudah mempunyai pengalaman beternak sapi minimal 1 tahun. 2. Discount rate yang digunakan adalah 12% disesuaikan dengan tingkat bunga yang berlaku pada usaha saat penelitian.
3. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat sapi potong belum menghasilkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah. 4. Biaya operasional adalah pengeluaran yang diperlukan agar kegiatan operasi dan produksi berjalan lancar yang dinyatakan dalam satuan rupiah. 5. Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang dinyatakan dalam satuan rupiah. 6. Penerimaan adalah penerimaan per tahun selama usaha penggemukan sapi potong (penjualan ternak dan limbah ternak) yang dinyatakan dalam satuan rupiah. 7. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam satuan rupiah. 8. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah semua pengeluaran yang harus dibayarkan untuk setiap bulan dan merupakan biaya yang tidak tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan rupiah. 9. Biaya variabel (Variable Cost) adalah biaya yang akan dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki dinyatakan dalam satuan rupiah.