29
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan permasalahan yang ada dan merupakan masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2004). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei. Teknik survei merupakan teknik pengumpulan dan analisis data berupa opini dari subjek yang diteliti (responden) melalui tanya jawab secara mendalam (indepth interview) (Indriantoro dan Supomo, 2002). B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu melalui pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki calon sampel/responden dengan kriteria tertentu yang ditetapkan/dikehendaki oleh peneliti dan sesuai tujuan penelitian (Mardikanto, 2009). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pacitan dengan pertimbangan Kabupaten Pacitan sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki sumberdaya besar dari subsektor perikanan khususnya perikanan tangkap yaitu komoditas ikan tuna dengan hasil produksi sebesar 1.455.970 kg pada tahun 2014. Jumlah produksi ikan tuna di Jawa Timur yaitu : Tabel 3. Jumlah Produksi Ikan Tuna di Jawa Timur Tahun 2010-2014 No
Kabupaten
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pacitan Trenggalek Blitar Malang Jember Pasuruan
2010 1.589.989 9.100,82 4.596,2 -
2011 1.629.540 338,41 9.581,88 5.680,8 -
Produksi (Kg) 2012 2013 2.390.586 4.024.424 205 502,17 45.664 9.905,76 10.556,56 6.357,6 7.565,3 7.807,64
2014 1.455.970 283,770 14.676 10.684,04 8.075,2 8.123,82
Sumber : Bappeda Jawa Timur, 2015 Berdasar data Tabel 3 dapat dilihat bahwa kabupaten yang memiliki produksi ikan tuna paling tinggi adalah Kabupaten Pacitan dibanding 29
30
dengan kelima kabupaten yang lain.
Hal ini membuka peluang bagi
agroindustri di Kabupaten Pacitan untuk mengolah ikan tuna dengan campuran bahan baku tahu sehingga menghasilkan produk tahu tuna yang kini marak dikembangkan. Keberadaan agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan tersebar di tiga Kecamatan yaitu Kecamtan Pacitan, Ngadirojo, dan Kecamtan Pringkuku dengan masing masing Kecamatan memiliki agroindustri sebanyak 27 unit, 3unit, dan 1 unit. Kecamatan Pacitan memiliki agroindustri terbanyak dibanding dua kecamatan yang lain. Hal ini terjadi karena kegiatan agroindustri tahu tuna mulai dirintis pertama kali di Kecamatan Pacitan, sehingga banyak memotivasi orang lain di wilayah tersebut untuk mengikuti kegiatan yang sama. 2. Metode Pengambilan Sampel a) Penentuan informan kunci untuk identifikasi faktor-faktor kunci strategis Faktor strategis adalah faktor-faktor yang dijadikan sebagai komponen dalam melakukan perumusan strategi. Prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) yang memiliki informasi sesuai dengan fokus penelitian. Pemilihan informan kunci lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive) (Bungin, 2003). Informan kunci memiliki beberapa kriteria dimana pihak tersebut mengetahui dan memahami tentang agroindustri tahu tuna, memiliki pengalaman usaha minimal 4 tahun, serta masih terlibat aktif pada kegiatan
yang
menjadi
perhatian
penelitian
sehingga
mampu
memberikan informasi sesuai kebutuhan penelitian. Responden dalam penelitian strategi pemasaran tahu tuna ini total berjumlah 15 responden, terdiri dari 4 produsen tahu tuna, pemasar 3 responden, pemasok ikan tuna 1 responden, konsumen 4 responden, pesaing 1 responden, dan pemerintah 2 responden. Kegiatan wawancara dilakukan dengan alat bantu kuisioner kepada responden dan diperoleh faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat diidentifikasi menjadi
31
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pemasaran tahu tuna di Kabupaten Pacitan. Jumlah responden tidak dibatasi karena bukan soal keterwakilan yang ditentukan tetapi kredibilitas dan kekayaan informasi dari responden. Apabila dalam pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka penelitian tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, sehingga proses pengumpulan informasi dianggap sudah selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel yang digunakan (Raco, 2010). b) Penentuan bobot, rating pada matriks IFE-EFE dan Nilai Daya Tarik / Atractiveness Score (AS) dalam Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Penyusunan kuisioner diperlukan terlebih dahulu untuk dapat dilakukan penentuan bobot dan Nilai Daya Tarik (AS). Kuisioner berisi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) serta alternatif strategi yang akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas strategi dalam proses pemasaran agroindustri tahu tuna. Kuisioner tersebut diwawancarakan kepada informan kunci yang dipilih secara purposive dan responden memberikan bobot dan rating terhadap faktor strategis yang telah diuraikan. Informan kunci yang digunakan dalam penentuan bobot dan AS yaitu: 1) Pengusaha agroindustri tahu tuna 2 responden, yang memiliki pengalaman lebih dalam mengusahakan tahu tuna minimal 4 tahun, memiliki kontinyuitas produksi minimal 5 kali produksi dalam satu minggu dan kapasitas produksi dalam sekali proses minimal menghasilkan 10 kilogram tahu tuna. 2) Instansi
pemerintah
2
responden,
yaitu
Dinas
Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pacitan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan.
32
C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara langsung di lapang dengan menggunakan kuisioner. Sumber data primer adalah pelaku agroindustri tahu tuna, pemasar, pemasok, konsumen akhir tahu tuna, pesaing dan instansi pemerintah. Data primer terdiri dari proses produksi, proses distribusi, data harga, dan faktor-faktor strategis dari lingkungan internal maupun eksternal agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga di Kabupaten Pacitan yang terkait dengan penelitian ini dengan cara pencatatan, seperti data jumlah agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan dan keadaan agroindustri tahu tuna yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan serta keadaan umum dan data monografi daerah penelitian yang diperoleh dari BPS Kabupaten Pacitan. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan wawancara ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai atau narasumber mengenai kejadian, kegiatan, organisasi, dan sebagainya. Teknik ini dilakukan dengan mewawancara secara langsung kepada responden yang terdiri dari pengusaha tahu tuna, pemasar, konsumen akhir, pesaing, pemasok, serta pihak dari instansi pemerintah yaitu Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pacitan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Daftar pertanyaan yang disiapkan mengenai faktor-faktor strategis lingkungan
33
internal dan eksternal agroindustri agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan. 2. Observasi Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas seperti proses produksi, kegiatan pemasaran, dan proses distribusi sehingga didapatkan gambaran yang jelas tentang faktorfaktor internal dan eksternal strategi pemasaran tahu tuna di Kabupaten Pacitan. 3. Pencatatan Teknik
pencatatan
digunakan
untuk
mencatat
data
hasil
wawancara, mencatat hasil pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, serta mencatat data sekunder dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian strategi pemasaran tahu tuna di Kabupaten Pacitan. Data sekunder yang dibutuhkan diantaranya adalah data jumlah agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan dan keadaan agroindustri tahu tuna yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, data volume produksi setiap kali melakukan kegiatan produksi, data harga tahu tuna dari pengusaha tahu tuna, serta keadaan umum dan data monografi daerah penelitian yang diperoleh dari BPS Kabupaten Pacitan. E. Metode Analisa Data 1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal a. Matriks IFE IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation) Analisis faktor internal dan eksternal dimasukkan kedalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation). Matriks IFE dan EFE merupakan alat dalam merumuskan strategi pemasaran. Matriks IFE bertujuan mengetahui faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam agroindustri seperti produksi, bauran pemasaran, sumberdaya manusia,
34
sumberdaya keuangan, dan manajemen. Sedangkan matriks EFE bertujuan mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi pemasaran tahu tuna seperti kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah, sosial budaya, lembaga pemasaran, pesaing, pemasok, teknologi, dan konsumen. Adapun tahapan dalam membuat matriks IFE dan EFE yaitu : 1) Menentukan faktor-faktor yang penting dari lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang bagi agroindustri tahu tuna. 2) Penentuan bobot masing-masing faktor ditentukan dengan skala 0,20 untuk faktor yang sangat kuat, 0,15 untuk faktor yang kuat, 0,10 untuk faktor rata-rata, dan 0,05 untuk faktor yang lemah. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Bobot mengindikasikan signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan agroindustri. 3) Masing-masing faktor diberi peringkat mulai dari 1 sampai 4 yang menggambarkan seberapa besar efektifitas strategi yang dimiliki agroindustri tahu tuna saat ini dalam memberikan respon terhadap faktor tersebut. Pada matriks IFE faktor kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Sedangkan untuk matriks EFE baik peluang maupaun ancaman dapat menerima peringkat 1, 2, 3, atau 4. 4) Mengalikan bobot dan rating untuk menentukan skor. 5) Menjumlahkan skor untuk memperoleh total skor pembobotan agroindustri tahu tuna. Skor menunjukkan bagaimana agroindustri tahu tuna bereaksi terhadap faktor strategi internal dan eksternal. Tabel 4. Matriks IFE Faktor-Faktor Internal Utama Kekuatan Kelemahan Total Sumber : David, 2011
Bobot Rating
Skor=Bobot x Rating
35
Tabel 5. Matriks EFE Faktor-Faktor Eksternal Utama Peluang Ancaman Total
Bobot
Rating
Skor=Bobot x Rating
Sumber : David, 2011 Tabel 6. Bobot Nilai Matriks IFE dan Matriks EFE Nilai 0,20 0,15 0,10 0,05
Bobot Sangat kuat Kuat Rata-rata Lemah
Sumber : David, 2011 Tabel 7. Rating Nilai Matriks IFE dan Matriks EFE Nilai 4 3 2 1
IFE Sangat kuat Kuat Lemah Sangat lemah
EFE Respon sangat bagus Respon diatas rata-rata Respon rata-rata Respon dibawah rata-rata
Sumber : David, 2011 Menurut David (2011), dalam matriks IFE total skors pembobotan berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 berarti kondisi internal agroindustri tahu tuna tergolong lemah. Jika total skor pembobotan IFE diatas 2,5 berarti kondisi internal agroindustri tahu tuna tergolong kuat. Dalam matriks EFE total skors pembobotan berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE dibawah 2,5 berarti kondisi eksternal agroindustri tahu tuna tergolong lemah. Jika total skor pembobotan IFE diatas 2,5 berarti kondisi eksternal agroindustri tahu tuna tergolong kuat. Total skor 4,0 menunjukkan agroindustri tahu tuna merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan baik. Sedangkan apabila total skor 1,0 menunjukkan agroindustri tahu tuna tidak memanfaatkan peluang yang ada dan tidak menghindari ancaman dengan baik.
36
b. Analisis matriks I-E (Matriks Internal Eksternal) Matriks IE (Internal–Eksternal) merupakan gabungan dari matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IE berisi sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IE dianalisis guna mengetahui posisi agroindustri saat ini dan merumuskan suatu
strategi yang dapat diterapkan oleh
agroindustri. Matriks ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Tinggi 3,004,00 Total Nilai EFE
Sedang 2,002,99
Tinggi 3.00-4,00 I Tumbuh Dan Membangun
Total Nilai IFE Sedang 2,00-2,99 II Tumbuh Dan Membangun
Rendah 1,00-1,99 III Menjaga dan Mempertahan kan VI Panen atau Disvestasi
IV V Tumbuh Menjaga Dan dan Membangun Mempertahankan Rendah VII VIII IX 1,00Menjaga Panen atau Panen atau 1,99 dan Disvestasi Disvestasi Mempertahan kan Gambar 2. Matriks Internal – Eksternal (I-E) (Rangkuti, 2006)
Pada matriks IE sumbu horizontal menunjukkan skor total IFE dan sumbu vertikal menunjukkan skor total matriks EFE. Pada sumbu horizontal skor matriks IFE mulai 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah. Skor 2,00 sampai 2,99 menunjukkan posisi faktor internal yang sedang dan skor 3,00 sampai 4,00 menunjukkan posisi faktor internal yang kuat. Sumbu vertikal yang menunjukkan skor total matriks EFE pada skor mulai 1,00 sampai 1,99 menunjukkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang tidak terkoordinir dengan baik oleh agroindustri sehingga termasuk kriteria kemampuan merespon yang rendah. Skor mulai 2,00 sampai 2,99 menunjukkan kemampuan agroindustri untuk merespon peluang dan ancaman termasuk sedang, dan skor 3,00 sampai 4,00
37
menunjukkan kemampuan agroindustri untuk merespon peluang dan ancaman termasuk tinggi. Matriks Internal dan Eksternal (I-E) dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi berbeda. Pertama meliputi bagian sel I, II, dan IV termasuk bagian tumbuh dan membangun, strategi yang sesuai adalah strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Selain itu dapat pula dilakukan strategi integrasi kedepan, kebelakang, dan strategi horizontal. Strategi integrasi kedepan yaitu strategi yang menjalankan arus kendali bidang distribusi mulai dari distributor hingga retailer. Strategi integrasi kebelakang yaitu strategi yang meningkatkan kendali atas keberadaan pemasok. Sedangkan stratgei integrasi horizontal yaitu strategi yang meningkatkan kendali atas agroindustri pesaing. Kedua meliputi bagian sel III, V, dan VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga atau memelihara dan mempertahankan seperti penetrasi pasar dan pengembangan produk. Ketiga meliputi bagian sel VI, VIII, dan IX yang termasuk bagian panen atau divestasi (David, 2002). 2. Alternatif Strategi Pemasaran Perumusan alternatif strategi pemasaran agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan digunakan alat analisis Matriks SWOT. David (2012), menyatakan bahwa matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting karena dapat menggambarkan secara jelas faktor eksternal agroindustri berupa peluang dan ancaman yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis ini dapat membantu mengambil keputusan dalam mengambangkan suatu agroindustri dengan empat tipe strategi yaitu : strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan–peluang (W-O strategies), strategi kekuatan–ancaman (S-T strategies) dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies). Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut : a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci agroindustri tahu tuna.
38
b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci agroindustri tahu tuna. c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci agroindustri tahu tuna. d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci agroindustri tahu tuna. e. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan peluang faktor eksternal dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan. f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor eksternal dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan. g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan. h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan. Faktor Internal Faktor Eksternal
Strenght (S) Menentukan faktorfaktor kekuatan internal
Weakness (W) Menentukan faktorfaktor kelemahan internal
Opportunities (O) Menentukan faktorfaktor peluang eksternal
Strategi S-O Strategi W-O Menciptakan strategi Menciptakan strategi yang yang menggunakan meminimalkan kekuatan untuk kelemahan memanfaatkan untuk memanfaatkan peluang peluang Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T Menentukan Menciptakan strategi Menciptakan strategi faktor-faktor yang yang ancaman eksternal menggunakan meminimalkan kekuatan untuk kelemahan dan mengatasi ancaman menghindari ancaman Gambar 3. Matriks SWOT (Rangkuti, 2000). Matriks ini merupakan alat pencocokan yang penting bagi manajer atau agroindustri untuk mengambil keputusan : a. Strategi SO (Strength Opportunities) adalah strategi yang digunakan agroindustri untuk memanfaatkan kekuatan internal agroindustri yang dimiliki untuk mendapat keuntungan dari peluang yang ada. b. Strategi WO (Weakness Opportunities) adalah strategi yang digunakan agroindustri untuk meminimalkan kelemahan internal yang dimiliki dan
39
memperbaiki kelemahan tersebut untuk mengambil keuntungan dari peluang eksternal yang ada. c. Strategi ST (Strength Threats) adalah strategi yang digunakan agroindustri untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki untuk mengatasi atau mengurangi ancaman eksternal yang ada. d. Strategi WT (Weakness Threats) adalah strategi yang digunakan agroindustri untuk mengurangi kelemahan internal yang dimiliki agroindustri sehingga dapat mengatasi dan menghindari ancaman eksternal yang ada. 3. Prioritas Strategi Pemasaran Penentuan prioritas strategi dalam pemasaran tahu tuna menggunakan alat analisis Quantitative Strategic Palnning Matrix (QSPM). Matriks QSPM merupakan alat untuk mengevaluasi dan memilih strategi yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal agroindustri yang telah diidentifikasi pada matriks IFE dan EFE sebelumnya. QSPM merupakan tahap akhir dalam kerangka kerja analisis formulasi strategi. Teknik ini dapat menunjukkan secara jelas strategi alternatif yang paling baik untuk dipilih (David, 2011). Tabel 8. Matriks QSPM Faktor kunci
Bobot
Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Jumlah Total Nilai Daya Tarik
Sumber : David, 2011 Keterangan : AS : Attractive Score (Nilai Daya Tarik) TAS : Total Attractive Score (Total Nilai Daya Tarik) Enam tahapan dalam pembuatan QSPM yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
40
a.
Membuat daftar peluang atau ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan atau kelemahan faktor internal sesuai Matriks IFE dan EFE.
b.
Memberi bobot pada setiap faktor yang diambil dari bobot Matriks IFE dan Matriks EFE.
c.
Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi.
d.
Menentukan Nilai Daya Tarik (AS) yang didefinisikan sebagai nilai numerik yang mengindikasikan daya tarik relatif dari strategi di rangkaian alternatif tertentu. Skor Daya Tarik ditentukan dengan mengamati setiap faktor internal dan eksternal utama satu per satu. Nilai skor ini harus diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif satu strategi atas strategi yang lain dengan memepertimbangkan faktor tertentu. Kisaran Skor Daya Tarik adalah 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tariknya sedang, 4 = daya tariknya tinggi.
e.
Menghitung Skor Daya Tarik Total (TAS) yang didefinisikan sebagai hasil kali antara bobot dengan Skor Daya Tarik (AS). Total Nilai Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi alternatif tersebut.
f.
Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik di setiap kolom strategi dari QSPM. Jumlah Total Nilai Daya Tarik menunjukkan strategi yang paling menarik dalam rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin menarik strategi tersebut.