III.
3.1
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah data rumah tangga, khususnya untuk enam provinsi di Pulau Jawa, yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) periode pencacahan bulan Maret, dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Pada tahun 2007 – 2010 jumlah sampel Susenas yang berhasil dicacah berturut-turut adalah sebanyak 65.663, 66.724, 67.174, dan 66.516 rumah tangga dengan tingkat estimasi terendah sampai pada level provinsi (total 266.077 rumah tangga). Untuk Pulau Jawa, jumlah sampel yang ada pada tahun 2007 hingga tahun 2010 berturut-turut adalah 29.715, 30.209, 30.376, dan 30.268 rumah tangga. Total dari tahun 2007 sampai dengan 2010 adalah 120.568 rumah tangga. Susenas mengumpulkan data kor dan data modul konsumsi/pengeluaran dan pendapatan rumahtangga. Data yang dikumpulkan dalam kor antara lain keterangan anggota rumah tangga, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan sosial ekonomi lainnya. Sedangkan susenas modul berisi tentang kuantitas dan nilai konsumsi makanan yang mencakup 215 komoditi dengan sub kelompok sebanyak 14 sub kelompok komoditi. Ke-14 sub kelompok komoditi tersebut adalah: padipadian, umbi-umbian, ikan/udang/kerang, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbubumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Pengeluaran/konsumsi rumahtangga untuk non makanan mencakup 108 item pengeluaran dengan sub kelompok sebanyak 6 sub kelompok item yaitu: perumahan dan fasilitas rumahtangga, barang dan jasa, pakaian/alas kaki dan tutup kepala, barang-barang tahan lama, pajak dan asuransi, serta keperluan pesta dan upacara serta berisikan pendapatan, penerimaan, dan pengeluaran bukan konsumsi. 3.2
Metode Analisis Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis
ekonometrika dengan menggunakan model LA-AIDS (Linear approximation –
22
Almost Ideal Demand System). Analisis deskriptif bertujuan untuk mengeksplorasi dan menelusuri struktur dan pola data rumah tangga di enam provinsi di Pulau Jawa, khususnya mengenai pola konsumsinya dari tahun 2007 – 2010. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan Excel 2007, StataIC 10, dan SAS 9.0. 3.2.1
Model LA-AIDS Salah satu model untuk mempelajari fungsi konsumsi dengan variabel
sosial ekonomi adalah model Almost Ideal Demand System (AIDS). Model AIDS merupakan pengembangan dari kurva Engel dan persamaan Marshall yang diturunkan dari teori maksimisasi kepuasan. Deaton dan Muellbauer (1980) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan (pengeluaran) dengan tingkat konsumsi yang dinyatakan dalam bentuk budget share, sebagai berikut: wi = αi + β ilog x .................................................................................(3.1) Model permintaan AIDS dibangun berdasarkan fungsi biaya yang didefinisikan sangat spesifik sehingga dapat mewakili struktur preferensi individu. Dengan struktur preferensi ini dimungkinkan dilakukannya agregasi preferensi dari tingkat mikro sampai level yang lebih tinggi secara konsisten. Deaton dan Muellbauer (1980) membangun model permintaan AIDS berdasarkan fungsi biaya yang
menunjukkan
biaya
minimum
dari
kebutuhan
konsumen
dalam
memaksimalkan utilitasnya pada tingkat dan harga tertentu. Fungsi biaya dapat dinyatakan dengan: ln c(u, p) = (1− u) ln[a( p)]+ u ln[b( p)] ...............................................(3.2) dengan c menunjukkan total pengeluaran, u dan p menunjukkan nilai utilitas dan vektor harga. Pada persamaan 3.2 fungsi a(p) dan b(p) bersifat linear positif dan homogen berderajat satu terhadap harga. Fungsi a(p) bernilai antara 0 dan 1 sehingga dapat diinterpretasikan sebagai biaya subsisten jika nilai u adalah 0. Sedangkan b(p) merupakan biaya “kenikmatan” (cost of bliss) jika nilai u adalah 1. Dalam bentuk logaritma dengan sejumlah k komoditi persamaan 3.2 dapat ditulis menjadi: lnc(u, p) = α0 + ∑
ln pj + ∑ ∑
ln
ln
∏
.......(3.3)
keterangan: α, β, dan γ adalah parameter. Derivasi parsial terhadap harga ∂ ln c(u, p) / ∂ ln pi= qidan dengan asumsi nilai u yang konstan serta mengalikan kedua sisi dengan
⁄
,
, maka
23
⁄
,
, sehingga persamaan 3.3 menghasilkan fungsi permintaan
berupa budget share komoditi i atau dinotasikan wi :
∑
ln
∏
...........................................(3.4)
Dalam memaksimalkan kepuasaan konsumen, total pengeluaran X sama dengan c(u, p) , sehingga u dan budget share dapat dinyatakan sebagai fungsi dari pengeluaran dan harga dalam bentuk:
∑
ln
ln
....................................................(3.5)
Persamaan 3.5 dikenal sebagai model AIDS Deaton & Muellbauer (1980). P adalah indeks harga, dengan bentuk fungsional : ln P = α0 + ∑
ln pj + ∑ ∑
ln
ln
...................................(3.6)
Indeks harga dalam bentuk fungsional tersebut akan membentuk persamaan AIDS yang cenderung non linear, sehingga nilai P (Price indeks) diestimasi dengan Stone’s Price indeks : ln P = ∑
ln pi
dengan demikian persamaan 3.6 menjadi model Linear Approximation AIDS :
∑
ln
log x
∑
ln
....................(3.7)
Model AIDS dapat bersifat restricted atau unrestricted. Model yang restricted mengharapkan terpenuhinya beberapa asumsi dari fungsi permintaan, yaitu: Adding Up :∑ Homogeneity :∑
1, ∑
1, ∑
0, ∑
0
0, untuk setiap i
Symmetry :γij= γji Fungsi biaya AIDS yang berbentuk fleksibel mengakibatkan fungsi permintaan persamaan 3.7 merupakan first order approximation dari prilaku konsumen dalam memaksimumkan kepuasaannya. Dalam hal maksimasi kepuasaan tidak terpenuhi atau tidak diasumsikan terjadi, fungsi permintaan AIDS tetap merupakan fungsi yang berhubungan dengan pendapatan dan harga, sehingga tanpa restriksi homogeneity dan symmetry, fungsi tersebut masih merupakan first order approximation terhadap fungsi permintaan secara umum.
24
Beberapa kelebihan model AIDS, di antaranya: 1) Dapat digunakan untuk mengestimasi sistem persamaan yang terdiri atas beberapa kelompok komoditi yang saling berkaitan, 2) Model lebih konsisten dengan data pengeluaran konsumsi yang telah tersedia, sehingga estimasi permintaan dapat dilakukan tanpa data kuantitas, 3) Karena model merupakan semilog, maka secara ekonometrik model akan menghasilkan parameter yang lebih efisien artinya dapat digunakan sebagai penduga yang baik, 4) Secara umum konsisten dengan teori permintaan karena adanya restriksi yang dapat dimasukkan dalam model dan dapat digunakan untuk mengujinya. Perilaku konsumsi masyarakat pada kenyataannya tidak selalu rasional yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti rutinitas dan kebiasaan hidup sehari-hari, sehingga asumsi homogenitas dan simetri sulit terpenuhi. Asumsi kehomogenan dan simetri sangat tergantung dari kekonsistenan data, dan asumsi tersebut perlu diuji (Daud, 2006). 3.2.2 SUR (Seemingly Unrelated Regression) Untuk melakukan estimasi dengan model AIDS dapat digunakan pemodelan SUR dan diestimasi dengan prosedur GLS (Generalized Least Square). Model SUR terdiri atas suatu kumpulan peubah-peubah endogen yang dipertimbangkan sebagai suatu kelompok karena memiliki hubungan yang erat satu sama lain, sehingga SUR diartikan sebagai regresi yang seolah-olah tidak berkaitan satu sama lain yang disebabkan oleh kedekatan secara teoritis antar persamaan tersebut. Suatu ketidakefisienan terjadi karena metode seperti 2SLS dan peubah instrumental tidak mempertimbangkan korelasi antar sisaan dari persamaanpersamaan yang dibentuk. Untuk itu SUR terdiri atas sekumpulan persamaan yang masing-masing variabel endogen saling berhubungan satu sama lain karena adanya korelasi antar sisaan untuk setiap kelompok persamaan. Model SUR menggunakan prosedur GLS dan dapat meningkatkan efiensi dugaan dengan cara mempertimbangkan secara eksplisit bahwa terdapat korelasi sisaan. Model SUR ini pertama kali diperkenalkan oleh Zellner pada tahun 1962, yang pada intinya
25
melakukan iterasi dua tahap. Prosedur GLS digunakan dalam kasus bahwa asumsi klasik OLS seperti homosedasticity (ragam konstan) dan non-autokorelasi (sisaan tidak berkorelasi) tidak terpenuhi. Substitusi antar barang menunjukkan permintaan setiap komoditi memiliki hubungan satu sama lain sehingga estimasi parameter lebih efisien menggunakan GLS. 3.3
Model Penelitian Model penelitian dibentuk untuk masing-masing kelompok, yakni kelompok
rumah tangga dan kelompok industri. Adapun model-modelnya adalah sebagai berikut:
∑
ln
ln
…………….(3.8)
dengan asumsi E(ei) = 0 dan E(eiej) = σij I untuk setiap i,j selanjutnya persamaan di atas diestimasi dengan Seemingly Unrelated Regression (Zellner,1962). keterangan: i, j
= 1,2,...(komoditi/kelompok komoditi)
wi
= proporsi/budget share pengeluaran kelompok komoditi ke-i
ln pj
= logaritma natural estimasi harga kelompok komoditi ke-j
ln (y/ P)
= ln total pengeluaran yang dideflasi dengan indeks harga Stone
P
= indeks harga Stone , dengan ln P = ∑
d
= dummy, dengan d = 0 untuk desa dan d = 1 untuk kota
t
= tren waktu, dengan t = 0, 1, 2, dan 3 berturut-turut untuk tahun
ln pi
2007 – 2010 ei
= error term. Adapun kelompok komoditi yang digunakan dalam analisis ada enam
kelompok, yakni kelompok komoditi energi (terdiri atas energi listrik; LPG, gas kota, dan briket/batu bara; minyak tanah; bensin, dan solar), kelompok komoditi makanan, dan kelompok komoditi non makanan lainnya. Analisis dilakukan secara menyeluruh serta dibedakan antara desa dan kota. Pengolahan dilakukan dengan mengurangi satu persamaan untuk memenuhi restriksi adding up. Pengukuran respon perubahan variabel di sini merupakan besaran elastisitas yang meliputi respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat perubahan harga (elastisitas harga sendiri), respon perubahan permintaan suatu
26
komoditi akibat perubahan harga komoditi lainnya (elastisitas silang), respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat terjadinya perubahan tingkat pendapatan (elastisitas pendapatan/pengeluaran). Elastisitas pendapatan diukur melalui pendekatan elastisitas pengeluaran (total pengeluaran untuk komoditi terpilih). Bentuk umum elastisitas harga pada permintaan yang tidak terkompensasi dari model LA-AIDS adalah:
/
/
……………………………………(3.9)
keterangan: δij = 1 untuk i = j dan δij = 0 untuk i ≠ j. dalam penurunan ini diasumsikan dlnP/dlnPj = wj (Chalfant, J, 1987) Berdasarkan penurunan di atas, bisa dituliskan rumusan elastisitasnya adalah sebagai berikut:
b. Cross-Price Elasticity : c. Income Elasticity : 3.4
a. Own-Price Elasticity :
1 …………………….(3.10)
…..………………….(3.11)
1 ……………………………….(3.12)
Cakupan Penelitian Penelitian ini mencakup rumah tangga di Pulau Jawa yang menjadi sampel
Susenas tahun 2007 – 2010 periode pencacahan bulan Maret. Ada enam provinsi yang ada di Pulau Jawa, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Rentang waktu yang diteliti adalah selama sesuai rentang waktu data yang digunakan, yakni tahun 2007 – 2010. Rumah tangga sampel tersebut dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Sehingga analisis bisa dilakukan secara menyeluruh dan juga terpisah untuk perkotaan dan perdesaan. Selain itu, juga dilihat perkembangannya dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Oleh karena tidak semua rumah tangga mengkonsumsi setiap kelompok komoditi sesuai asumsi dari model, maka dilakukan justifikasi nilai konsumsi terhadap beberapa rumah tangga yang dalam penelitian ini tidak mengkonsumsi seluruh kelompok komoditi dimaksud. Selain itu, karena penelitian ini menggunakan data dari tahun 2007 sampai tahun 2010, nilai pengeluaran tiap
27
komoditi dibagi dengan indeks harga konsumen pada bulan dan tahun yang bersesuaian, sehingga perbedaan nilai akibat pengaruh inflasi bisa dihilangkan. Nilai harga kelompok komoditi energi merupakan harga implisit yang dihasilkan dari proksi total pengeluaran terhadap total konsumsi (unit value). Untuk kelompok komoditi energi dilakukan konversi satuan, sehingga setiap kelompok persamaan memiliki satuan yang sama. Berbeda dengan komoditi energi, proksi harga untuk komoditi non makanan memang berbeda karena tidak semua komoditi ini dikonsumsi secara rutin oleh rumah tangga, sehingga proksi harga juga dicoba didekati dengan harga implisit. Analisis konsumsi dilakukan dengan mengelompokkan komoditi yang dikonsumsi rumah tangga menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok makanan, kelompok energi, dan kelompok non makanan lainnya. Adapun kelompok energi dibagi lagi menjadi empat sub kelompok, yaitu listrik; lpg, gas kota, dan batu bara; minyak tanah, bensin dan solar. 3.5
Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan Penentuan status atau kategori suatu wilayah ke dalam desa atau kota yang
dilakukan oleh BPS menggunakan skoring berdasarkan karakteristik wilayah tersebut.Variabel kepadatan penduduk,persentase rumah tangga bekerja di sektor pertanian, jarak ke fasilitas sosial ekonomi terdekat masih mendominasi penentuan skoring. Desa/kelurahan yang memilikiskor lebih dari atau sama dengan 10 digolongkan sebagai daerah perkotaan, sebaliknya skor kurang dari 10 digolongkan sebagai daerah perdesaan. Metodologi penentuan skoring berdasarkan hasil pendataan PODES (PotensiDesa) yang dilaksanakan menjelang Sensus Penduduk. Berikut secara ringkas penentuan skoring daerah perkotaan : a. Variabel kepadatan penduduk: ≤ 500 = skor 1, 500-4000 = skor 2-4, 4000-8500 = skor 5-7, ≥ 8500 = skor 8 b. Persentase rumahtangga pertanian: ≥ 70 = skor 1, 50-20 = skor 2-4, 20-5 = skor 5-7, ≤ 5 = skor 8 c. Akses fasilitas umum ≤ 2,5 km (ada = skor 1) : Taman kanak-kanak, SMP, SMU
28
d. Akses fasilitas umum ≤ 2 km (ada = skor 1) : pasar, pertokoan e. Akses fasilitas umum ≤ 5 km (ada = skor 1) : bioskop, rumah sakit f. Hotel/bilyard/diskotek/panti pijat/salon (ada = skor 1) g. Persentase pengguna telepon ( ≥8 = skor 1) h. Persentase pengguna listrik ( ≥ 90 = skor 1) 3.6
Simulasi Perubahan Harga dan Pendapatan Rumah Tangga Selain memberikan gambaran deskriptif pola konsumsi energi rumah
tangga di Pulau Jawa dan estimasi elastisitas permintaan komoditi-komoditi yang dianalisis berdasarkan karakteristik wilayah dan perkembangannya dari waktu ke waktu, akan dilakukan juga simulasi perubahan jumlah barang yang diminta jika beberapa variabel mengalami perubahan. Berdasarkan nilai elastisitas permintaan yang diperoleh untuk rumah tangga di Pulau Jawa pada tahun 2007 – 2010 (total), akan dilakukan simulasi dengan beberapa skenario. Skenario pertama adalah kenaikan harga bbm (bensin dan solar) sebesar 11 persen dan harga listrik sebesar 15 persen. Kenaikan harga bbm tersebut dikaitkan dengan opsi meningkatkan harga premium sebesar 500 rupiah dari 4500 rupiah (persentase kenaikan adalah 11,11 persen, untuk simulasi digunakan hanya 11 persen (dibulatkan)). Kenaikan harga listrik terkait dengan wacana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (tdl) pada tahun 2012 sebesar 15 persen. Skenario yang kedua adalah kenaikan harga yang sama untuk bbm dan listrik seperti pada skenario pertama, namun diiringi dengan peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar 4 persen (terkait dengan laju pertumbuhan pengeluaran rumah tangga pada tahun 2011 (BPS)). Adapun bentuk matematis simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: ln ln
ln E
ln
…..……………………………………….(3.13)
29
Keterangan: x dan z adalah komoditi makanan, listrik, lpg, gas kota, dan batu bara, minyak tanah, bensin dan solar, non makanan lainnya E adalah matrik 6 x 7 elastisitas harga dan elastisitas pengeluaran rumah tangga. p dan r adalah harga komoditi y adalah pengeluaran rumah tangga