26
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2008 sampai Mei 2009 di : 1. Laboratorium dan green house Balai Penelitian Kehutanan Makassar. 2. Laboratorium Pengolahan Kimia dan Energi Biomassa Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. 3. Laboratorium Kimia Instrumen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 4. Laboratorium Servis SEAMEO Biotrop, Bogor 5. Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempurung kemiri untuk pembuatan arang dan arang aktif serta benih tanaman melina yang masingmasing diambil dari Kabupaten Maros dan Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Bahan kimia yang digunakan adalah ethanol (C2H5OH), benzene (C6H6), toluene (C6H5CH3), diklorometan (CH2Cl2), asam sulfat (H2SO4), asam clorida (HCl), iodium (I2), natrium thiosulfat (Na2S2O3) dan kanji, polybag, tanah, pasir dan pupuk kandang (kotoran ayam). Alat-alat yang digunakan antara lain tungku drum kapasitas 90 kg, retort listrik kapasitas + 300 g dan steamer, willey mill, ayakan (40, 60 dan 100 mesh), cawan porselin, timbangan, oven, tanur, desikator, water bath, peralatan gelas, meteran, kaliper, Scanning Electron Microscope (SEM), X-Ray Difractometer (XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR), Pyrolisis Gas Chromatograph Mass Spectrometer (GCMS) dan Atomic Absorption Spectrometer (AAS). 3.3 Prosedur 3.3.1. Analisis Komponen Kimia Tempurung Kemiri Bahan baku tempurung kemiri digiling menggunakan willey mill kemudian diayak untuk mendapatkan serbuk. Serbuk yang lolos ayakan 40 mesh
27 dan tertahan 60 mesh digunakan untuk analisa komponen kimia, sedangkan yang lolos ayakan 100 mesh digunakan untuk analisa struktur. Komponen kimia bahan baku tempurung kemiri yang akan dianalisa terdiri dari lignin dan holoselulosa, pentosan dan ekstraktif. Penetapan lignin dilakukan mengikuti standar TAPPI T13 wd-74 (TAPPI, 1993), penetapan pentosan dilakukan dengan metoda gravimetri menggunakan
phloroglusinol (Wise, 1944),
penetapan holoselulosa dengan
NaClO2 (Young, 1972). Sedangkan penetapan ekstraktif merujuk standar TAPPI (1993) yang meliputi kelarutan dalam air (TAPPI T 207 om-93), kelarutan dalam NaOH 1% (TAPPI T 212 om-93), dan kelarutan dalam ethanol – benzene 1 : 2 (TAPPI 204 om-88).
3.3.2 Pengolahan Tempurung Kemiri Menjadi Arang 3.3.2.1 Proses pembuatan arang Proses pembuatan arang dilakukan dengan menggunakan tungku drum kapasitas 90 kg. Tungku drum diisi dengan 75 kg tempurung kemiri untuk setiap pembakaran. Tempurung kemiri tersebut diletakkan diatas potongan kayu kecil yang telah dimasukkan dan diletakkan lebih dulu pada dasar tungku drum. Pembakaran dilakukan pada suhu yang meningkat secara bertahap sampai mencapai + 500 °C dalam waktu sekitar 8 jam. Selama pembakaran tempurung kemiri di dalam tungku drum perubahan suhu diamati dan diukur menggunakan thermostat yang dilengkapi dengan besi penghubung ke dalam tungku. Setelah semua tempurung kemiri di dalam tungku terbakar dengan sempurna, yang dicirikan oleh asap yang keluar dari dalam tungku telah berkurang dan berwarna kebiruan, maka pembakaran dihentikan dengan menutup rapat semua jalan yang dilalui udara ke dalam tungku. Proses pendinginan arang dalam tungku dilakukan selama 20 jam. Arang yang dihasilkan ditimbang bobotnya. 3.3.2.2 Analisis sifat-sifat arang Arang digiling menggunakan willey mill dan serbuk diayak dengan ayakan berukuran 100 mesh. Selanjutnya sifat-sifatnya dianalisis berdasarkan SNI 01-1682-1996 (BSN, 1996) yang meliputi rendemen, kadar air. zat terbang, abu, karbon terikat, daya serap terhadap iodium dan benzena.
28 1. Rendemen arang Rendemen arang ditetapkan dengan menghitung perbandingan bobot arang terhadap bobot bahan baku.
bobot arang x 100 bobot bahan baku
Rendemen arang (%) =
2. Kadar air Contoh ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 24 jam. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar air contoh (%) =
bobot contoh awal - bobot contoh akhir x 100 bobot contoh akhir
3. Kadar zat terbang Contoh kering oven ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya, !alu dimasukkan ke dalam tanur listrik pada suhu 950 °C selama 10 menit. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar zat terbang contoh (%) =
bobot contoh yang hilang x 100 bobot contoh awal
4. Kadar abu Contoh kering oven ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya, lalu dimasukkan ke dalam tanur listrik pada suhu 700 °C selama 5 jam. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar abu contoh (%) =
bobot contoh sisa x 100 bobot contoh awal
5. Kadar karbon terikat Kadar karbon terikat dalam contoh dihitung dengan jalan pengurangan dari kadar abu dan zat terbangnya. Kadar karbon contoh (%) = 100% - (% kadar abu + % kadar zat terbang)
29 6. Daya serap contoh terhadap larutan iodium Contoh kering oven ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup dan ditambahkan 25 ml larutan iodium 0,1 N serta dikocok selama 15 menit. Larutan disaring dan dipipet 10 ml, dan dititer dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning, lalu ditambahkan larutan kanji 1% sebagai indikator sehingga larutan berwarna biru. Selanjutnya larutan dititer kembali sampai wama biru hilang. Daya serap iodium (mg/g) =
{10 (vol. contoh x N Na2S2O3)} x 216,93 x fp bobot contoh (g)
7. Daya serap contoh terhadap uap benzena Contoh kering oven ditimbang 1 gram dan dimasukkan ke dalam petri dish, lalu ditimbang lagi dengan teliti. Kemudian di letakkan di dalam desikator
yang berisi uap benzena. Diamati pada jam ke-24 dengan cara mengangkat petri dish, lalu dibiarkan ± 15 menit, dan selanjutnya ditimbang.
Daya serap uap benzena (%) =
Bobot contoh akhir - bobot contoh awal x 100 bobot contoh awal
Struktur arang dikarakterisasi seperti yang dilakukan terhadap bahan baku tempurung kemiri.
3.3.3 Pembuatan Arang Aktif 3.3.3.1 Proses pembuatan arang aktif
Untuk menghasilkan arang aktif maka arang hasil karbonisasi tempurung kemiri dalam tungku drum diaktivasi dalam retort listrik. 1. Aktivasi dengan panas Arang ditimbang sebanyak 300 g, la!u dimasukkan ke dalam retort dan dipanaskan sesuai perlakuan Tabel 1. 2. Aktivasi dengan uap H2O Arang ditimbang sebanyak 300 g, lalu dimasukkan ke dalam retort dan dipanaskan sambil dialiri uap H2O panas secara kontinyu sesuai perlakuan pada Tabel 1.
30 Tabel 1 Kombinasi perlakuan pembuatan arang aktif Perlakuan
Kode Perlakuan
Aktivator
Waktu (menit)
Suhu (oC)
A1W1S1
Panas
90
550
A1W1S2
Panas
90
650
A1W1S3
Panas
90
750
A1W2S1
Panas
120
550
A1W2S2
Panas
120
650
A1W2S3
Panas
120
750
A2W1S1
Uap H2O
90
550
A2W1S2
Uap H2O
90
650
A2W1S3
Uap H2O
90
750
A2W2S1
Uap H2O
120
550
A2W2S2
Uap H2O
120
650
A2W2S3
Uap H2O
120
750
Keterangan : A1 = aktivasi dengan panas A2 = aktivasi dengan uap H2O Wl = waktu aktivasi 90 menit W2 = waktu aktivasi 120 menit
S1 = suhu aktivasi 550 °C S2 = suhu aktivasi 650 °C S3 = suhu aktivasi 750 °C
3.3.3.2 Analisis sifat-sifat arang aktif (BSN, 1995)
Arang aktif yang dihasilkan pada setiap perlakuan di atas digiling menggunakan willey mill dan serbuknya diayak dengan ayakan berukuran 100 mesh. Selanjutnya sifat-sifatnya dianalisis berdasarkan SNI 06-3730-1995 (BSN, 1995) yang meliputi rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat, dan daya serap terhadap iodium dan benzena. 1. Rendemen arang aktif Rendemen arang aktif yang dihasilkan pada semua perlakuan aktivasi ditetapkan dengan menghitung perbandingan bobot arang hasil aktivasi terhadap bobot arang sebelum aktivasi. Rendemen arang aktif (%) =
bobot arang hasil aktivasi x 100 bobot arang sebelum aktivasi
31 2. Kadar air arang aktif Serbuk arang aktif ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 24 jam. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar air (%) =
bobot arang aktif awal - bobot arang aktif akhir x 100 bobot arang aktif awal
3. Kadar zat terbang arang aktif Serbuk arang aktif kering oven ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya, lalu dimasukkan ke dalam tanur listrik pada suhu 950 °C selama 10 menit. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar zat terbang (%) =
bobot arang aktif yang hilang x 100 bobot arang aktif awal
4. Kadar abu arang aktif Serbuk arang aktif kering oven ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya, lalu dimasukkan ke dalam tanur listrik pada suhu 700 °C selama 5 jam. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar abu (%) =
bobot arang aktif sisa x 100 bobot arang aktif awal
5. Kadar karbon arang aktif Kadar karbon yang dikandung arang aktif dihitung dengan jalan pengurangan dari kadar abu dan zat terbangnya. Kadar karbon (%) = 100% - (% kadar abu+ % kadar zat terbang) 6. Daya serap arang aktif terhadap larutan iodium Serbuk arang aktif ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup dan ditambahkan 25 ml larutan iodium 0,1 N serta dikocok selama 15 menit. Larutan disaring dan dipipet 10 ml, dan dititer dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning, lalu ditambahkan larutan kanji 1% sebagai indikator sehingga larutan berwarna bini. Selanjutnya larutan dititer kembali sampai wama biru hilang.
32 Daya serap iodium (mg/g) =
{10 (vol. contoh x N Na2S2O3)} x 126,93 x fp bobot contoh (g)
7. Daya serap arang aktif terhadap uap benzena Serbuk arang aktif kering oven ditimbang 1 gram dan dimasukkan ke dalam petri dish, lalu ditimbang lagi dengan teliti. Kemudian diletakkan di dalam desikator yang berisi uap benzena. Diamati pada jam ke-24 dengan cara mengangkat petri dish, lalu dibiarkan ± 15 menit, dan selanjutnya ditimbang. Daya serap benzena (%) =
Bobot arang aktif akhir - bobot arang aktif awal x 100 bobot arang aktif awal
3.3.3.3 Karakterisasi struktur tempurung kemiri, arang dan arang aktif
Untuk mengetahui struktur arang aktif, arang dan bahan bakunya dikarakterisasi dengan menggunakan peralatan sebagai berikut: 1. Gugus fungsi Analisis dengan FTIR untuk mengetahui perubahan gugus fungsi contoh akibat kenaikan suhu pada proses pirolisis dan/atau aktivasi. Analisis ini dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk contoh dengan KBr menjadi bentuk pelet. Selanjutnya diukur serapannya pada bilangan gelombang 600-4000 cm-1. 2. Porositas Analisis dengan SEM untuk mengetahui topografi permukaan dan ukuran pori contoh. Pengukuran ini mengikuti metode Smisek & Cerny (1970) dalam Pari (2004) dan Kim et al. (2001) yang dilakukan dengan cara melapisi contoh dengan platina. 3. Kristalinitas Analisis dengan XRD untuk mengetahui derajat kristalinitas, tinggi, lebar, jarak dan jumlah lapisan aromatik pada contoh. Analisis ini dilakukan dengan cara menginterpretasi pola difraksi dari hamburan sinar X pada contoh. Penetapan derajat kristalinitas, tinggi (Lc), lebar (La), jarak (d) dan jumlah lapisan aromatik (N) pada contoh dilakukan sesuai dengan prosedur yang dikembangkan Kercher & Nagle (2003); Han et al. (2003); Yusa & Watanuki (2005) dengan perhitungan sebagai berikut:
33 Derajat kristalinitas (X) =
bagian kristalin x 100 bagian kristalin + bagian amorf
Jarak antar lapisan aromatik d(002) : λ = 2 d sin Ө dan d =
Kλ
λ
Tinggi lapisan aromatik (Lc) pada Ө 24-25 : Lc(002) = β coc Ө 2 Sin Ө Kλ Lebar lapisan aromatik (La) pada Ө 43 : La(100) = β coc Ө Jumlah lapisan aromatik (N) : N =
Lc d
λ = 0,15406 nm (panjang gelombang dari radiasi sinar Cu) β = intensitas ½ tinggi dan lebar intensitas difraksi (radian) K = tetapan untuk lembaran graphene (0,89) Ө = sudut difraksi X = derajat kristalinitas 4. Komponen penyusun Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponenkomponen campuran di mana sampel berkesetimbangan diantara dua fasa, fasa gerak yang membawa sampel dan fasa diam yang menahan sampel secara selektif (Hendayana, 1994). Pemisahan dengan kromatografi didasarkan pada perbedaan kesetimbangan komponen-komponen campuran diantara fasa gerak (fasa mobil) dan fasa diam. Analisa komponen tempurung kemiri, arang dan arang aktif di dalam penelitian ini menggunakan kromatografi Pyr-GCMS dengan gas Helium (He) sebagai fasa gerak. Sampel berbentuk serbuk sebanyak 10 mg dimasukkan kedalam kuvet (sel) dan dipanaskan dengan menggunakan suhu terprogram yang secara bertahap meningkat dari 100 – 250 0C dengan waktu analisa dilakukan selama 60 menit.
3.3.4. Aplikasi Arang Aktif pada Tanaman Melina 3.3.4.1 Persiapan media dan pemeliharaan tanaman
1. Persiapan media perkecambahan Untuk media perkecambahan digunakan tanah dan pasir sungai dengan perbandingan 1 : 2. Media kemudian dimasukkan ke dalam bak perkecambahan.
34
2. Perkecambahan benih tanaman melina Benih yang akan digunakan sebagai bibit berasal dari tanaman melina yang tumbuh pada kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Borisallo kabupaten Gowa, propinsi Sulawesi Selatan yang telah berumur 16 tahun. Benih direndam dalam air dingin selama 5 menit, benih yang terapung dibuang, dan yang tenggelam disemai di atas bak kecambah yang telah terisi media dan ditutup kembali dengan media. Waktu perkecambahan dilakukan selama 17 hari, dan penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi media kecambah. 3. Persiapan media tanam Tanah yang digunakan sebagai media diambil dari kebun bekas tanaman singkong. Tanah kemudian dicampur dengan arang aktif dan pupuk kandang (kotoran ayam) sesuai perlakuan dan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10 x 15 cm. Setiap polybag berisi 1.000 gram media. 4. Penanaman dan pemeliharaan Penyapihan
bibit
dari
bak
kecambah
dilakukan
setelah
benih
dikecambahkan selam 17 hari. Waktu penyapihan bibit dilakukan pada sore hari untuk menghindari terkena sinar matahari, sehingga tidak terjadi dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian pada bibit. Bibit yang disapih langsung ditanam pada polybag yang telah berisi media. Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari yang dilaksanakan pada sore hari. 3.3.4.2 Pengumpulan data pertumbuhan
Untuk mengetahui pengaruh arang dan arang aktif terhadap pertumbuhan bibit tanaman melina dilakukan pengukuran terhadap variabel-variabel tinggi, diameter batang dan bobot biomassa bibit. Tinggi dan diameter batang bibit diamati selama 70 hari dan pengukuran dilakukan setiap interval 10 hari. 1. Tinggi semai (cm) Tinggi semai diukur menggunakan mistar dari bagian pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi dari semai. 2. Diameter semai (mm) Data diameter semai didapatkan dengan mengukur diameter semai jarak 1 cm dari leher akar dengan menggunakan kaliper.
35
3. Berat kering total tanaman (g) Bagian tajuk dan akar tanaman dipisahkan dan dikeringkan dalam oven selama 48 jam pada temperatur 70 0C (Salisbury dan Ross, 1995). Setelah kering bagian tajuk dan akar masing-masing ditimbang beratnya (bobot bimassa). 4. Kualitas bibit Indeks mutu bibit (Q) = BK Tajuk (g) + Tinggi (cm) + Diameter (mm)
BK Akar (g) BK Tajuk (g) BK Akar (g)
Keterangan : BK = berat kering Kriteria yang digunakan adalah anakan dengan nilai Q kurang dari 0,09 kurang baik untuk bisa bertahan hidup pada kondisi lapang. Untuk yang lebih dari 0,09 anakan bisa bertahan hidup dengan baik di lapangan (Bickelhaupt, 1980). 5. Analisis serapan hara tanaman Umumnya daun mengandung lebih banyak nitrogen, fosfor dan kalium dibandingkan dengan keseluruhan sistem tajuk (Salisbury & Ross, 1995). Analisa serapan hara tanaman melina dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan kering daun. Analisa serapan hara tanaman melina dilakukan pada beberapan makrohara dan mikrohara esensial yaitu unsur N, P dan beberapa mineral alkali lainnya. Analisa N dilakukan dengan metode Kjeldahl dan analisa P dilakukan dengan metode pengabuan kering (Harjono dan Warsito, 1992). Sedangkan beberapa mineral alkali ditetapkan dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).
3.3.4.3 Analisa kesuburan tanah media tanaman melina.
Media bekas tumbuh tanaman melina akan dianalisa kandungan unsur haranya (unsur
N, P dan beberapa unsur alkali lainnya).
Analisa nitrogen
dilakukan dengan metode Kjeldahl dan analisis Posfor dilakukan menggunakan spektrofotometer berdasarkan metode vanadium yang berwarna kuning di dalam asam nitrat (Sutedjo, 2004). Beberapa unsur alkali akan ditetapkan dengan menggunakan alat AAS.
Selanjutnya media bekas tumbuh dianalisa juga
kandungan total mikroba dan funginya.
36 3.3.5. Bagan Alir Penelitian
Kegiatan penelitian konversi arang tempurung kemiri menjadi arang aktif dan aplikasinya pada tanaman melina dapat digambarkan secara sistematis pada bagan alir penelitian seperti tertera pada Gambar 1.
TEMPURUNG KEMIRI Karbonisasi (500 0C)
Aktivasi Aktivator : Panas dan Uap H2O Suhu : 550, 650 & 750 0C Waktu : 90 & 120 menit
ARANG
ARANG AKTIF
Analisa : Lignin, Holoselulosa, kelarutan dalam beberapa pelarut. Karakterisasi struktur: Gugus fungsi, kristalinitas, Porositas, komponen penyusun
Analisa : Rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat, daya serap iodium dan benzena. Karakterisasi struktur: Gugus fungsi, kristalinitas, Porositas, komponen penyusun
ARANG AKTIF OPTIMAL
Tanah + Pupuk kandang MEDIA TUMBUH
TANAMAN MELINA
Gambar 1. Bagan alir penelitian
Analisa : Hara media & Total mikrobia dan fungi media
Uji data : Pertumbuahan & Biomassa. Analisa : Serapan hata tanaman
37 3.4 Rancangan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan aktivator, waktu dan suhu aktivasi terhadap kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat dan daya jerap terhadap iodin dan benzena dari arang aktif yang dihasilkan, maka percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial ( Mattjik & Sumertajaya 2006). Faktor-faktor perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Aktivator, yaitu panas (Al) dan uap H2O (A2); 2. Waktu, yaitu 90 menit (Wl) dan 120 menit (W2); 3. Suhu, yaitu 550 °C (SI), 650 °C (S2) dan 750 °C (S3) Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijkl = µ + Ai + Wj + (AW)ij + Sk + (WS)jk + (AWS)ijk + εijkl Yijkl
= Pengamatan karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor W, dan taraf ke-k faktor S, yang terdapat pada ulangan ke-k
µ
= Nilai rata-rata umum
Ai
= Pengaruh perlakuan A pada taraf ke-i
Wi
= Pengaruh perlakuan W pada taraf ke-i
Si
= Pengaruh perlakuan S pada taraf ke-i
(AW)ij
= Pengaruh sebenarnya dari interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor W
(AS)ik
= Pengaruh sebenarnya dari interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-k faktor S
(WS)jk
= Pengaruh sebenarnya dari interaksi antara taraf ke-j faktor W dan taraf ke-k faktor S
(AWS)ijk = Pengaruh sebenarnya dari interaksi antara taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor W dan taraf ke-k faktor S
εijkl
= Pengaruh galat dari taraf ke-i faktor, ke-j faktor W dan ke-k faktor S pada ulangan ke-1
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan arang aktif pada pertumbuhan dan bobot biomassa tanaman melina dilakukan penelitian dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 7 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah :
38 P0 = 90% tanah + 10% pupuk kandang P1 = 80% tanah + 5% arang + 10% pupuk kandang P2 = 80% tanah + 10% arang + 10% pupuk kandang P4 = 80% tanah + 15% arang + 10% pupuk kandang P5 = 80% tanah + 5% arang aktif + 10% pupuk kandang P6 = 80% tanah + 10% arang aktif + 10% pupuk kandang P7 = 80% tanah + 15% arang aktif + 10% pupuk kandang Model rancangan yang digunakan (Gasperz, 1994) adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + εij Yij = Pengamatan pertumbuhan tanaman ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i µ
= Nilai tengah umum pertumbuhan tanaman
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Pengaruh galat percobaan tanaman ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh berdasarkan rancangan percobaan di atas dianalisis secara sidik ragam. Jika hasilnya menunjukkan signifikansi pada taraf α = 0,05, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji perbandingan berganda Duncan (DMRT, Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dan interaksinya (Mattjik & Sumertajaya 2006).