III. METODE PENELITIAN
3.1. Lingkup Penelitian
Pengendalian kebakaran hutan/lahan di Indonesia melibatkan banyak organisasi, baik yang secara langsung menangani tindakan-tindakan pengendalian maupun yang secara tidak langsung menangani hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan. Hasil identifikasi terhadap organisasiorganisasi yang dimaksud mendapatkan sebanyak 40 organisasi dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten yang terlibat. Semua organisasi tersebut menjadi obyek pengamatan bagi analisis posisi dan peranan organisasi dan mekanisme hubungan antar organisasi, sedangkan untuk efektivitas organisasi hanya dilakukan terhadap organisasi-organisasi pemerintah yang menangani secara langsung pengendalian kebakaran hutan/lahan. Organisasi-organisasi tersebut memiliki visi, misi, tugas dan fungsi yang berbeda-beda, namun selama ini terlibat dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan. Pengukuran efektivitas terhadap masing-masing organisasi tersebut didasarkan pada kriteria yang sama agar dapat dilakukan pembandingan efektivitas. Kriteria yang dimaksud yaitu kondisi yang mendukung efektivitas organisasi dalam menjalankan keseluruhan fungsi pengendalian kebakaran hutan/lahan yang mencakup pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data di tingkat nasional dilaksanakan di Jakarta dan sekitarnya di mana kantor dari organisasi atau instansi-instansi tersebut berada (Lampiran 2). Pengumpulan data pada organisasi atau instansi di tingkat provinsi dilakukan di dua lokasi yaitu Riau dan Kalimantan Barat dan untuk organisasi atau instansi tingkat kabupaten/kota dipilih dua kabupaten/kota di masing-masing provinsi tersebut yaitu Kota Dumai dan Kabupaten Inderagiri Hulu di Riau dan Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat.
50 Kedua provinsi tersebut dipilih karena termasuk dalam kategori Daerah Rawan Kebakaran I (paling rawan kebakaran hutan/lahan) menurut klasifikasi dari Dit PKH. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh jumlah akumulasi titik panas (hotspot) selama 10 tahun terakhir di mana kedua provinsi tersebut termasuk di antara lima provinsi dengan jumlah titik panas tertinggi (Lampiran 1) dan dianggap sebagai sumber dari polusi asap kebakaran hutan/lahan di negara-negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Kedua provinsi tersebut telah mengembangkan pengelolaan pengendalian kebakaran hutan/lahan, termasuk dalam hal pengorganisasian yang relatif lebih baik. Kabupaten Inderagiri Hulu dan Kota Dumai di Provinsi Riau dipilih karena keduanya merupakan daerah rawan kebakaran hutan/lahan baik dari segi frekuensi kebakaran yang tinggi dengan indikasi tingginya jumlah titik panas maupun dari segi kondisi daerahnya yang memiliki obyek penting rawan kebakaran yaitu banyaknya kilang-kilang dan jaringan pipa minyak. Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kubu Raya juga merupakan daerah rawan kebakaran di Kalimantan Barat. Kabupaten Ketapang memiliki kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Gunung Palung, sedangkan Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah yang penting di mana terdapat Bandar Udara Supadio Pontianak yang operasinya dipengaruhi oleh kondisi udara yang berkaitan antara lain dengan kebakaran hutan/lahan.
Hal tersebut telah memberikan data dan informasi yang lebih
lengkap bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain terutama untuk analisis peranan organisasi dan hubungan antar organisasi. Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan mulai Juni 2009 sampai dengan Juni 2010. Kegiatannya mencakup tiga tahapan yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.
3.3. Bahan dan Alat
3.3.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar daftar pertanyaan (kuisioner atau angket penelitian) yang terdiri atas tiga macam yaitu:
51
1.
Angket penelitian untuk mengumpulkan pendapat pakar tentang posisi dan peranan organisasi, dan bobot komponen pengukuran efektivitas organisasi;
2.
Angket penelitian untuk mengumpulkan data berupa pendapat dari responden praktisi organisasi tentang peranan dan mekanisme hubungan antar organisasi;
3.
Angket penelitian mengumpulkan data berupa pendapat responden praktisi organisasi untuk pengukuran efektivitas organisasi.
3.3.2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat tulis, perekam suara (recorder), kamera, dan seperangkat komputer.
3.4. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer baik berupa data kuantitatif maupun data kualitatif. a.
Data sekunder adalah berupa dokumen tertulis, gambar, film, dan file komputer yang
berisi profil organisasi,
laporan-laporan, peraturan
perundang-undangan, prosedur-prosedur, dan sebagainya. Data tentang profil organisasi meliputi nama organisasi,
landasan pembentukan
organisasi; visi dan misi; struktur organisasi; jumlah dan komposisi sumber daya manusia menurut tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, dan daftar absensi; dan jenis dan jumlah sarana dan prasana yang dimiliki. Di samping itu, data sekunder juga mencakup data tentang kondisi umum lokasi penelitian, jumlah akumulasi titik panas dan data cuaca selama 10 tahun terakhir di seluruh Indonesia, di Provinsi Riau dan Provinsi Kalimantan Barat, serta di empat kabupaten/kota yang menjadi lokasi pengamatan.
52 b.
Data primer meliputi hasil pengamatan terhadap situasi dan kondisi terkini dari organisasi, pendapat tentang posisi dan peranan organisasi, hubungan antar organisasi, dan kapasitas dari organisasi-organisasi yang diamati .
3.5. Populasi dan Sampel
Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah organisasi-organisasi yang terkait dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan. Hasil identifikasi awal mendapatkan sebanyak 40 organisasi yang terdiri dari 19 organisasi di tingkat nasional, dua organisasi swasta tingkat nasional, sembilan organisasi pemerintah di tingkat provinsi dan 10 organisasi pemerintah di tingkat kabupaten/kota. Jumlah organisasi inilah yang digunakan pada awal pengumpulan data, tetapi dalam perkembangannya selama proses pengumpulan didapatkan beberapa organisasi lain yang perlu diamati juga sehingga pada akhirnya jumlah organisasi adalah 46 sebagaimana disajikan dalam daftar organisasi pada Lampiran 2. Analisis posisi dan peranan organisasi dan mekanisme hubungan antar organisasi dilakukan terhadap semua organisasi sebagai obyek pengamatan, sedangkan untuk analisis efektivitas organisasi dipilih organisasi-organisasi yang secara langsung menangani pengendalian kebakaran hutan/lahan. Di tingkat nasional yaitu Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan (Dit PK), Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian (Dit Linbun), Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Kerusakan Hutan dan Lahan Kementerian Negara Lingkungan Hidup (Asdep PKHL), Direktorat Tanggap Darurat BNPB (Dit TD). Di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota yaitu instansi-instansi yang menangani kehutanan, pertanian, perkebunan, dan lingkungan hidup. Responden untuk analisis posisi dan peranan organisasi diambil dari dua kategori yaitu responden praktisi dan responden pakar. Responden praktisi adalah pegawai yang bekerja di organisasi-organisasi yang terkait dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan yang dipilih secara purposive sampling yaitu dengan menetapkan secara sengaja responden yang akan diwawancarai atau diberikan daftar pertanyaan. Sampel yang dipilih adalah para pejabat pada eselon IV s/d II
53
atau yang setara dari masing-masing organisasi yang terkait dengan kebakaran hutan/lahan. Responden praktisi tersebut juga dipilih dalam pengumpulan data untuk analisis hubungan antar organisasi. Responden pakar dipilih berdasarkan bidang keahliannya sebanyak lima orang yaitu tiga orang di bidang kebakaran hutan/lahan dan dua orang di bidang kelembagaan. Jumlah responden untuk analisis efektivitas organisasi ditetapkan dengan teknik pengambilan contoh stratifikasi di mana populasi pada tiap organisasi yang diamati dibagi berdasarkan stratanya, dalam hal ini adalah tingkatan jabatan yang meliputi pimpinan dan staf. Responden dari strata pimpinan, yakni para pejabat dari tingkat eselon II sampai dengan eselon IV dipilih secara purposive sampling, yaitu mereka yang menangani masalah yang terkait dengan kebakaran hutan/lahan, sedangkan staf dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) di mana setiap staf diberi nomor, kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara acak dengan menggunakan undian. Jumlah sampel ditetapkan 50% dari jumlah staf pada tiap eselon IV yang terpilih pada purposive sampling tersebut di atas.
3.6. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dibagi ke dalam lima kegiatan analisis yang meliputi: (1) analisis posisi dan peranan organisasi, (2) analisis hubungan antar organisasi, dan (3) analisis efektivitas organisasi, (4) analisis terhadap kondisi kebakaran hutan/lahan, dan (5) analisis terhadap sistem pengorganisasian pengendalian kebakaran hutan/lahan di berbagai negara. Di dalam rancangan penelitian ini, masing-masing kegiatan tersebut akan diuraikan mengenai metode pengumpulan data, variabel yang diamati, dan metode analisisnya.
3.6.1.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner atau daftar pertanyaan atau angket penelitian untuk diisi oleh responden. Peneliti tidak menemukan angket penelitian dari penelitian-penelitian terdahulu yang dapat
54 langsung digunakan untuk penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti menyusun sendiri angket penelitian tersebut. Untuk meyakinkan bahwa angket penelitian yang digunakan memiliki ketepatan yang memadai sebagai alat ukur dalam pengertian cukup akurat dan konsisten dalam mengukur apa yang diukur, dan memiliki ketepatan yang memadai tentang apa yang ingin diukur, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas (Nazir 2003; Sevilla et al. 1993). Uji validitas dan reliabilitas angket penelitian dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha (Nazir 2003). Prosedur yang ditempuh adalah dengan meminta responden untuk mengisi angket yang sama dua kali dalam tenggang waktu yang tidak lama. Pengulangan tersebut memperoleh dua data, yang kemudian diolah dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 (Statistical Package for Social Science) untuk mendapatkan indeks korelasi (r). Nilai r-hasil kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabel yang sudah tersedia. Jika r-hasil bernilai positif (> 0) dan r-hasil
> r-tabel, maka butir atau variabel tersebut adalah valid.
Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara yang sama dan memperoleh nilai ralpha. Sebuah pertanyaan dinyatakan andal jika r-alpha positif dan r-alpha > rtabel. Suatu angket dinyatakan sah (valid) jika pertanyaan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut dan angket dinyatakan andal (reliable) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
3.6.2.
Analisis Posisi dan Peranan Organisasi Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa banyak organisasi yang terlibat
dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan baik di tingkat nasional, tingkat provinsi
maupun tingkat
kabupaten.
Masing-masing
organisasi tersebut
semestinya memiliki posisi dan peranan dan para pimpinan organisasi tersebut mengetahui dan memahami posisi dan peranan tersebut. Analisis posisi dan peranan organisasi ini dimaksudkan untuk dua hal yaitu (a) mengetahui tingkat keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders) atau organisasi di tingkat nasional, tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota dalam perumusan kebijakan dan masing-masing bidang pengendalian kebakaran hutan/lahan yaitu pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca-kebakaran, dan (b) mengetahui
55
posisi organisasi-organisasi dalam pengorganisasian pengendalian kebakaran hutan/lahan. Peranan merupakan sekumpulan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dalam sebuah pekerjaan (McNamara 2010), dan dalam penelitian ini peranan organisasi dilihat berdasarkan pada: (1) profil organisasi yang terdiri dari visi dan misi, struktur organisasi, berbagai macam rencana yang mencakup rencana strategis (renstra) dan rencana kerja (renja), dan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab; (2) bidang yang diemban dalam pengorganisasian pengendalian kebakaran hutan/lahan; dan (3) pendapat responden dari organisasi yang bersangkutan mengenai peranan organisasinya dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan. Posisi organisasi ditentukan berdasarkan pada tingkat pengaruh dan kepentingannya dalam hal-hal sebagai berikut: (i) perumusan kebijakan pengendalian kebakaran hutan/lahan (ii) sistem peringatan dan deteksi kebakaran hutan/lahan, (iii) pencegahan kebakaran hutan/lahan, (iv) pemadaman kebakaran hutan/lahan, (v) rehabilitasi kawasan bekas kebakaran hutan/lahan, dan (vi) tindakan yustisi kebakaran hutan/lahan. Metode pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan berstruktur (Nazir 2003) di mana aspek-aspek dari aktivitas yang akan diamati yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian telah diketahui. Data yang akan dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah berupa profil organisasi seperti tersebut di atas dan catatan tentang keterlibatan organisasi dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan/lahan selama 10 tahun terakhir. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menyalin dokumendokumen yang mengandung data yang dimaksud. Data primer yang dikumpulkan adalah berupa pendapat atau persepsi responden. Pengumpulan data primer untuk analisis tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap peranan organisasi dilakukan dengan angket penelitian pada Lampiran 3 sub A. Angket diisi oleh responden yang terdiri dari para pimpinan organisasi.
56 Data primer untuk mengetahui posisi dan peranan organisasi dikumpulkan melalui pengisian angket penelitian oleh para pakar seperti pada Lampiran 4. Lima orang pakar dipilih sebagai responden yang mewakili masing-masing dua orang untuk bidang kelembagaan, dua orang bidang kebakaran hutan, dan seorang bidang bencana alam. Setiap pakar diminta untuk mengisi angket penelitian dengan memberikan penilaian perbandingan antara organisasi-organisasi pada masing-masing tingkatan (nasional, provinsi, dan kabupaten) dalam hal: (a) tingkat pengaruhnya dalam perumusan kebijakan pengendalian kebakaran hutan/lahan; (b) tingkat kepentingannya dalam sistem peringatan dan deteksi dini kebakaran hutan/lahan; (c) tingkat kepentingannya dalam upaya pencegahan kebakaran hutan/lahan; (d) tingkat kepentingannya dalam operasi pemadaman kebakaran hutan/lahan; (e) tingkat kepentingannya dalam program rehabilitasi kawasan bekas kebakaran hutan/lahan; (f) tingkat kepentingannya dalam tindakan yustisi kebakaran hutan/lahan. Analisis data. Analisis data dilakukan untuk menjawab kedua tujuan dari analisis posisi dan peranan organisasi. (1)
Tingkat pengetahuan dan pemahaman organisasi terhadap peranannya dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan. Data diolah dengan metode analisis desktiptif. Analisis data dilakukan dengan menafsirkan data sekunder dan hasil wawancara. Data yang terkumpul diedit untuk melihat kelengkapan dan konsistensinya, dan dikodifikasi untuk memudahkan analisis dan menafsirkan data tersebut. Penafsiran data akan menunjukkan hal-hal antara lain sebagai berikut: •
Persentasi jumlah organisasi yang secara eksplisit menyatakan peranannya terkait dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan;
•
Persentasi jumlah pejabat yang memahami peranan organisasinya dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan;
•
Persentasi jumlah organisasi atau pejabat dalam organisasi yang telah memberikan perhatian terhadap informasi yang berkaitan dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan;
57 •
Persentasi jumlah organisasi atau pejabat dalam organisasi yang sering terlibat dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan/lahan; dan sebagainya.
(2)
Posisi dan peranan organisasi-organisasi dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan. Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para pakar diolah dan
dianalisis dengan Interpretive Structural Modeling (ISM) yang dilengkapi program komputernya. Hasil analisis tersebut akan memberikan gambaran mengenai posisi organisasi-organisasi yang terkait dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan berdasarkan variabel-variabel seperti tersebut di atas. Hasil analisis tersebut juga dapat memberikan gambaran mengenai organisasiorganisasi yang berperanan dalam aspek-aspek dari pengendalian kebakaran hutan/lahan yakni: (a) perumusan kebijakan, (b) sistem peringatan dan deteksi dini, (c) pencegahan kebakaran, (d) pemadaman kebakaran, (e) rehabilitasi kawasan bekas kebakaran, dan (f) tindakan yustisi kebakaran hutan/lahan.
3.6.3. Analisis Hubungan Antar Organisasi Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui dua hal yaitu (1) pola hubungan antar organisasi dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan, dan (2) tingkat pengetahuan dan pemahaman pemangku kepentingan mengenai hubungan antar organisasi di Indonesia. Hubungan antar organisasi yang dimaksud sebenarnya dapat diuraikan secara lebih rinci untuk masing-masing kegiatan pengendalian kebakaran yang meliputi pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca kebakaran dan untuk masing-masing tingkatan yaitu nasional, provinsi dan kabupaten serta kombinasi antara kegiatan dan tingkatan tersebut. Oleh karena keterbatasan waktu dan kurangnya urgensi dari kerincian tersebut, maka penelitian ini hanya mengambil tingkatan, tanpa merinci kegiatan pengendalian kebakaran. Oleh karenanya, untuk tujuan analisis yang pertama akan diamati variabel-variabel sebagai berikut: a.
Hubungan kerja antar organisasi di level nasional;
b.
Hubungan kerja antar organisasi di level provinsi;
58 c.
Hubungan kerja antar organisasi di level kabupaten;
d.
Hubungan kerja antar organisasi antar level;
Metode Pengumpulan Data. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder terdiri dari profil organisasi yang berisi struktur organisasi dan prosedur-prosedur yang berisi garis-garis komando dan koordinasi internal maupun eksternal. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara menyalin, memfotokopi, atau mengopi file dokumen-dokumen yang berisi data tersebut. Data primer untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman pemangku kepentingan mengenai mekanisme hubungan antar organisasi adalah berupa pendapat atau persepsi responden. Data tersebut diperoleh dari pengisian angket penelitian pada Lampiran 3, sub B, yang menggambarkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang ada tidaknya mekanisme hubungan secara terstruktur di dalam internal organisasinya maupun antara organisasinya dengan organisasiorganisasi lain dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan. Data primer untuk mengetahui pola hubungan antar organisasi adalah berupa pendapat atau persepsi responden, yang diperoleh dari pengisian angket penelitian pada Lampiran 3, sub C, mengenai hubungan organisasinya dengan organisasi-organisasi lain. Untuk hal tersebut, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
Mengidentifikasi 40 organisasi yang dipandang terlibat dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten, sebagaimana tertuang di dalam Lampiran 2;
(2)
Memilih secara purposive para pimpinan (eselon II – IV) dari masingmasing organisasi tersebut dengan meminta mereka menjawab beberapa pertanyaan pada angket penelitian hubungan antar organisasi. Secara spesifik mereka diminta menyebutkan hubungan organisasinya dengan organisasi-organisasi lain yang diamati dengan menjawab pertanyaanpertanyaan: a)
Apakah organisasi anda memberikan bantuan layanan kepada organisasi lain tersebut?
b)
Apakah organisasi anda menerima bantuan layanan dari organisasi lain tersebut?
59
c)
Seberapa jauh organisasi lain tersebut telah membantu organisasi anda dalam mencapai tujuannya? Para responden diminta menjawab pertanyaan a) dan b) dengan “ya”
atau “tidak”, dan untuk pertanyaan c) dengan menggunakan skala Likert 5 tingkatan yaitu mulai dari ‘sangat membantu’ sampai dengan ‘sangat tidak membantu’. Selain itu, kepada responden ditanyakan jenis-jenis layanan yang dapat ditawarkan oleh organisasinya kepada organisasi lain dalam kaitannya dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan. (3)
Responden diminta menyebutkan nama dan jabatan orang-orang yang mereka kenal dan pernah bekerja sama dari organisasi-organisasi lain dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan.
Analisis Data. Analisis data untuk mengetahui pola hubungan antar organisasi dilakukan dengan prosedur analisis jejaring (network analysis procedure) yang digunakan Bolland dan Wilson (1994). Adapun prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut: Bantuan
Layanan.
Analisis
untuk
bantuan
layanan
dilakukan
dengan
menganalogikan pendapat Bolland dan Wilson (1994) yakni mengukur rujukan klien (client referrals). Dalam menganalisis bantuan layanan tersebut, digunakan kombinasi pertanyaan a) dan b) dari kuisioner hubungan antar organisasi untuk memperoleh sebuah ukuran dari bantuan layanan yang terkonfirmasi. Untuk itu, disusun sebuah adjacent matrix 39x39 dari bantuan layanan A (L) = a (L)[ij] , sedemikian rupa sehingga a (L)[ij] = 1 jika organisasi i terindikasi memberikan bantuan layanan ke organisasi j dan j terindikasi menerima bantuan layanan dari i, jika sebaliknya, maka a (L)[ij] = 0. Administratif. Seperti dikemukakan Bolland dan Wilson (1994), hubungan administratif antar organisasi biasanya melibatkan transaksi sumberdaya yang memungkinkan organisasi tersebut lebih efektif dalam mencapai tujuannya. Jenis sumber daya yang ditransaksikan bisa bermacam-macam. Dalam analisis ini, transaksi semua jenis sumber daya dikombinasikan dalam satu pertanyaan yaitu pertanyaan c) yang dijawab responden dengan skala lima tingkat. Dari respon tersebut dibuat matrik 39x39 dengan G = g [ij] , yang menunjukkan sejauh mana organisasi i bergantung pada organisasi j untuk mencapai tujuannya. Hubungan
60 antar organisasi kemudian dilihat dengan membuat adjacent matrix A (G) = a (G)[ij] , dengan a (G)[ij] = 1 jika g [ij] + g [ji] > 2,50, yang menyatakan bahwa dua organisasi saling membantu dalam mencapai tujuan, dan jika sebaliknya maka a (G)[ij] = 0, yang artinya kedua organisasi tidak saling membantu dalam mencapai tujuan. Perencanaan. Bolland dan Wilson (1994) melihat bahwa hubungan antar organisasi dalam hal perencanaan atau agenda setting dapat dicermikan oleh adanya pertukaran gagasan dan informasi antar dua individu. Namun perhatian terhadap organisasi merupakan determinan penting dari agenda bersama, oleh karenanya diasumsikan bahwa level hubungan antar individu mencerminkan hubungan level organisasi. Nama orang-orang yang disebutkan oleh responden saling dicocokkan antar organisasi-organisasi tersebut untuk melihat ada tidaknya di antara mereka yang saling mengenal. Untuk itu, analisis ini melihat afiliasi dari orang-orang tersebut, kemudian ditetapkan kaitan antara dua organisasi i dan j dengan cara jika sedikitnya satu orang yang berafiliasi dengan organisasi i memiliki hubungan agenda setting dengan sedikitnya satu orang dari organisasi j, maka dikatakan bahwa terdapat hubungan planning antara organisasi i dengan organisasi j. Dari langkah pengumpulan data primer nomor (3) tersebut dibuat adjacent matrix 39x39 A (A) = a (A)[ij] , di mana a (A)[ij] = 1 jika ada hubungan, dan jika sebaliknya maka a (A)[ij] = 0. Analisis untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman responden terhadap hubungan organisasinya dengan organisasi lain dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Data yang terkumpul diedit dan dikodifikasi untuk melihat kelengkapan dan konsistensinya. Data ditabulasi dengan bantuan program komputer SPSS dan diinterpretasi untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: (1)
Persentasi banyaknya organisasi yang telah memiliki mekanisme hubungan kerja yang terstruktur yang meliputi: a)
hubungan antar organisasi internal;
b)
hubungan
antar
organisasi
pada
tingkatan
organisasi
yang
bersangkutan; c) (2)
hubungan dengan organisasi-organisasi pada tingkatan-tingkatan lain;
Persentasi banyaknya pejabat atau pemimpin yang telah mengetahui dan memahami mekanisme hubungan kerja yang meliputi butir-butir a) sampai dengan c) tersebut pada nomor (1) di atas.
61
(3)
Hubungan antara pengetahuan dan pemahaman pejabat atau pemimpin organisasi tersebut dengan keberadaan mekanisme hubungan yang terstruktur.
3.6.4. Analisis Efektivitas Organisasi Analisis efektivitas organisasi dimaksudkan untuk dua hal yaitu: (1) mengetahui tingkat efektivitas dari organisasi-organisasi pengendalian kebakaran hutan/lahan, dan (2) mengetahui faktor-faktor yang paling berperan bagi efektivitas organisasi pengendalian kebakaran hutan/lahan. Metode Pengumpulan Data. Data untuk analisis efektivitas organisasi diperoleh dari pengisian angket penelitian pada Lampiran 5. Angket diisi oleh responden yang dipilih melalui proses pengambilan sampel seperti dijelaskan pada sub bab 3.5 di atas. Angket penelitian berisi unsur-unsur dari lima komponen efektivitas organisasi seperti tersebut di bawah ini. 1.
Visi dan misi: a.
Pernyataan visi dan misi organisasi.
b.
Keterkaitan visi dan misi organisasi dengan pengendalian kebakaran hutan/lahan.
c.
Tingkat pemahaman terhadap visi dan misi organisasi.
d.
Rencana strategis dan rencana kerja.
e.
Tingkat pemahaman terhadap keterkaitan antara rencana kerja jangka pendek dengan rencana strategis.
2.
Struktur organisasi: a.
Departementasi yang menggambarkan fungsi-fungsi pengendalian kebakaran hutan/lahan.
b.
Standar kompetensi orang-orang (pejabat) yang menduduki posisiposisi dalam struktur organisasi.
c.
Uraian tugas posisi-posisi dalam struktur organisasi.
d.
Tingkat pemahaman terhadap uraian tugas posisi-posisi dalam struktur organisasi secara menyeluruh.
62 e.
Kesetaraan wewenang dan tanggung jawab (equal authority and responsibility) untuk tiap-tiap posisi dalam struktur organisasi.
3.
f.
Ketepatan rentang pengelolaan (span of management).
g.
Ketepatan kesatuan komando (unity of command)
Sumber daya manusia (SDM): a.
Staffing - rasio jumlah anggota organisasi yang pernah mengikuti pelatihan dalkarhutla dari jumlah keseluruhan anggota.
b.
Human Resource Development (HRD) - tingkat kepuasan anggota organisasi terhadap sistem pengembangan SDM
c.
Compensation - tingkat kepuasan anggota organisasi terhadap sistem penghargaan dan hukuman
d.
Health and safety – tingkat kepuasan anggota organisasi terhadap layanan kesehatan dan keselamatan kerja
e. 4.
Tingkat kepuasan terhadap hubungan atasan dan bawahan
Sarana dan prasarana: a.
Ketersediaan sarana dan prasarana untuk menjalankan organisasi
b.
Kemampuan organisasi dalam sistem pengembangan sarana dan prasarana organisasi.
5.
Mekanisme kerja: a.
Kelengkapan prosedur kerja
b.
Pemahaman terhadap prosedur kerja
c.
Tingkat kelancaran pelaksanaan prosedur kerja
d.
Tingkat ketepatan tindakan yang diambil dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan
e.
Tingkat keterlibatan dengan organisasi-organisasi lain
f.
Tingkat kelancaran dalam keterlibatan dengan organisasi-organisasi lain.
Kelima komponen atau kriteria efektivitas organisasi tersebut tentunya memiliki tingkat kepentingan atau pengaruh yang berbeda-beda terhadap efektivitas. Urutan tingkat kepentingan kriteria-kriteria tersebut ditentukan berdasarkan pendapat para responden pakar dengan AHP melalui angket penelitian pada Lampiran 6.
63
Tingkat kepentingan tersebut kemudian digunakan dalam penghitungan skor kriteria efektivitas organisasi seperti diuraikan dalam prosedur penghitungan pada Lampiran 7.
3.6.5. Analisis Titik Panas (Hotspot) Analisis titik panas dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan perkembangan jumlah akumulasi titik panas pada periode tertentu, dalam hal ini 10 tahun terakhir yakni dari tahun 2000 sampai dengan 2009 dan hubungan antara jumlah
akumulasi
titik
panas
dengan
kondisi
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, terutama kondisi cuaca, serta prediksi perkembangan jumlah titik panas ke depan. Perkembangan jumlah titik panas tersebut dikaitkan dengan kinerja organisasi dalam pengendalian kebakaran hutan/lahan. Metode Pengumpulan Data. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa data selama 10 tahun terakhir yang terdiri atas rekapitulasi jumlah titik panas tahunan, jumlah titik panas bulanan, kondisi curah hujan dan kelembaban udara bulanan dan tahunan dari seluruh provinsi di Indonesia, terutama dari Provinsi Riau dan Provinsi Kalimantan Barat serta empat kabupaten/kota lokasi penelitian. Pengumpulan data titik panas dilakukan di kantor Dit. PKH di Jakarta, sedangkan data cuaca diperoleh di kantor Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nasional di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyalin atau mengopi dokumen yang berisi data tersebut di atas. Analisis Data. Data diolah dengan analisis statistik untuk mengetahui tren perkembangan jumlah titik panas pada periode tertentu dan korelasi antara jumlah titik panas dengan kondisi faktor-faktor yang memengaruhinya, terutama curah hujan dan kelembaban udara.
3.6.6. Analisis Terhadap Sistem Pengorganisasian di Beberapa Negara Analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan menarik pelajaran dari sistem pengorganisasian pengendalian kebakaran hutan/lahan yang diterapkan di beberapa negara.
64 Metode Pengumpulan Data. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa dokumen, publikasi, artikel atau laporan yang berisi profil, kegiatan, dan pendapat-pendapat
mengenai
pengorganisasian
pengendalian
kebakaran
hutan/lahan di beberapa negara antara lain Amerika Serikat, Kanada, Australia, Thailand, dan Malaysia. Data diperoleh dari instansi pemerintah yang sering berhubungan dengan negara-negara tersebut dalam kaitannya dengan kebakaran hutan/lahan, yaitu Dit. PKH-Kemenhut dan Asdep PKHL-KLH. Di samping itu, data juga diperoleh dari internet. Pengumpulan data dilakukan dengan menyalin atau mengunduh dokumen-dokumen tersebut. Analisis Data. Analisis dilakukan dengan metode deskriptif-kualitatif menggunakan bahan dokumen (Bungin 2007). Keabsahan dokumen dicek dengan asumsi bahwa dokumen yang diperoleh dari instansi pemerintah dan situs resmi dari instansi yang bersangkutan merupakan dokumen yang sah. Analisis dilakukan terhadap isi dokumen dan diperkaya dengan bahan-bahan lain berupa artikelartikel yang berkaitan dan pengalaman pribadi peneliti.