18
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Sayuran sebagai salah satu produk dari salah satu sub sektor pertanian, yaitu hortikultura, merupakan produk yang sudah banyak diekspor ke luar negeri. Dengan diekspornya sayuran, secara tidak langsung berpengaruh
pada
penghasilan
devisa
negara,
penyumbang
dalam
pertumbuhan dan peningkatan perekonomian negara. Dengan melihat potensi sumberdaya alam hayati negara kita ini, maka sayuran bisa menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan. Tingginya potensi sayuran ini yang membuat PT Saung Mirwan tetap bertahan dalam bisnis ini. Dan hal ini pula yang memicu munculnya para pesaing dalam agribisnis sayuran. Munculnya para pesaing, ditambah dengan harga pesaing yang lebih murah, menuntut pihak PT Saung Mirwan untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif. Setiap perusahaan juga perlu melakukan analisis lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal sehingga mampu merumuskan strategi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Peranan strategi di perusahaan sangat penting, terutama dalam mengendalikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan sehingga mampu mencapai visi dan misi perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 5. 3.2. Tahapan Penelitian Penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian, yaitu tahapan pra penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian. Tahapan pertama dimulai dari pengidentifikasian minat penelitian, kemudian pemilihan topik yang disertai dengan diskusi dengan dosen pembimbing juga dengan melakukan studi pustaka untuk mencari literatur-literatur yang terkait dengan topik-topik yang akan dipilih. Hasilnya adalah berupa topik penelitian. Langkah selanjutnya adalah berupa perumusan masalah yang
19
nantinya menjadi tujuan penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan membuat rancangan pengumpulan data. Tahap kedua pada penelitian ini adalah dengan melakukan studi pendahuluan ke tempat penelitian untuk memastikan ketersediaan dari datadata yang dibutuhkan. Selain itu, data dari perusahaan juga didapat dari opini pakar yang diperoleh dengan cara kuesioner dan wawancara. Untuk mendukung data-data tersebut, juga dilakukan studi pustaka. Data-data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis pada tahapan analisis data. Analisis data ini sesuai dengan perumusan masalah dan dilakukan dengan alat-alat analisis yang sesuai. Tahapan terakhir yaitu interpretasi hasil dari analisis data. Dari tahapan akhir ini dapat dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan dan saran. Tahapan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6. Potensi agribisnis sayuran Ketatnya persaingan Perusahaan harus mampu mempertahankan keunggulan kompetitif Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif Menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal sahaan Merumuskan strategi yang tepat Keunggulan kompetitif Gambar 5. Gambaran kerangka pemikiran penelitian
20
Identifikasi minat penelitian Studi pustaka dan diskusi
Pemilihan topik penelitian
Penentuan topik penelitian
Pra penelitian
Perumusan Masalah 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi keunggulan kompetitif pada agribisnis sayuran? 2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing PT Saung Mirwan? 3. Bagaimana rumusan strategi peningkatan daya saing berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT Saung Mirwan? 4. Apakah prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing PT Saung Mirwan?
Rancangan Pengumpulan Data Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan analisis data Studi pendahuluan, Studi pustaka, Opini pakar Pengumpulan data Pengumpulan data lapangan Identifikasi faktor keunggulan kompetitif
Porter’s Diamond Model
Analisis lingkungan dan perumusan strategi
IFE-EFE Matrix dan SWOT Analysis
Analisis Prioritas Strategi Analisis data
Pairwise Comparison Nilai Eigen Vektor ANP Hitung CI dan CR Tidak
Konsisten ? Ya
Bobot prioritas tiap elemen Prioritas Strategi Kesimpulan dan Saran
Gambar 6. Tahapan penelitian
Hasil
21
3.3. Metode Penelitian 3.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung
Pasir
Muncang,
Desa
Sukamanah,
Kecamatan
Megamendung, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), hal ini dikarenakan PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang paling lama berkiprah dalam bisnis sayuran ini dibandingkan dengan pesaingnya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2012. 3.3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui faktor daya saing, faktor internal dan eksternal perusahaan, serta untuk perumusan strategi. Kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh pihak perusahaan. Selain itu, juga dilakukan studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku, jurnal, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan topik bahasan penelitian ini. Secara lebih terperinci, jenis data yang dikumpulkan sumbernya diperlihatkan Tabel 1. Tabel 1. Jenis data dan sumber data yang dikumpulkan Data
Jenis Data Sifat Data
Visi, misi, kondisi umum perusahaan, Strategi bersaing Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing Kondisi internal dan eksternal
Sekunder
Kualitatif
Primer Primer
Perumusan Strategi
Primer
Kualitatif Kualitatif dan Kuantitatif Kualitatif dan Kuantitatif Kuantitatif
Primer
Metode Pengumpulan Data Studi literatur Indepth Interview Indepth Interview dan Kuesioner Indepth Interview dan Kuesioner Indepth Interview dan Kuesioner
22
3.3.3 Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan salah satu metode non probability sampling
(pengambilan sampel non
acak/disengaja), yaitu purposive sampling. Kriteria responden yang akan
diteliti
yaitu
memiliki
pengetahuan
dan/atau
memiliki
pengalaman tentang obyek yang diteliti. Responden yang dipilih mewakili perusahaan yang dianggap memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi persaingan dan kondisi perusahaan secara keseluruhan. Dalam metode ANP, jumlah responden tidak penting, yang paling penting adalah responden yang dipilih merupakan orang yang menguasai dan kompeten di bidangnya. Penelitian ini mengambil tiga responden, yaitu Direktur Utama, Purchasing Manager, dan Kepala Divisi Kemitraan. 3.3.4 Pengolahan dan Analisis data Penelitian ini menggunakan Porter’s Diamond Model untuk mengidentifikasi faktor daya saing sayuran. Untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing perusahaan, digunakan metode SWOT Analysis. Data kuantitatif dari Porter’s Diamond Model dan SWOT Analysis diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Kemudian untuk menyusun dan memetakan strategi peningkatan daya saing perusahaan yang telah diperoleh, digunakan Analytic Network Process (ANP) yang diolah dengan menggunakan Software Superdecisions 2.0.8. 1. Porter’s Diamond Model Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif Porter’s Diamond Model (Model Berlian Porter) untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif sayuran secara deskriptif atau menggunakan tiap komponen dalam Porter’s Diamond Model (Model Berlian Porter). Teori Berlian Porter dapat digunakan untuk mengetahui daya saing suatu komoditas berdasarkan kondisi dari komponen-komponen yang saling mendukung dan menguatkan di suatu negara terkait dengan
23
komoditas tersebut. Terdapat empat komponen utama dan dua komponen penunjang yang membentuk model seperti berlian. Komponen utama tersebut terdiri dari kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, serta struktur, persaingan, dan strategi perusahaan. Sedangkan komponen penunjang Berlian Porter merupakan faktor pemerintah dan faktor kesempatan. Berikut ini adalah penjelasan dari setiap komponen yang terdapat pada Teori Berlian Porter: a. Kondisi Faktor Sumberdaya Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu: 1) Sumberdaya Fisik atau Alam Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya aksesibilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi), ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan (termasuk sumberdaya pertanian laut lainnya), peternakan, serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain. 2) Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), dan etika kerja (termasuk moral). 3) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumberdaya
IPTEK
mencakup
ketersediaan
pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, dan pengetahuan
24
ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan dan teknologinya. 4) Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembayaran (sumber modal), aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter dan fiskal, serta peraturan moneter dan fiskal. 5) Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari jenis, mutu, dan ketersediaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan. Hal tersebut termasuk ketersediaan sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, pembayaran transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain. b. Kondisi Permintaan Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu daya saing industri, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing di pasar global. Mutu permintaan (persaingan ketat) di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapan terhadap persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing nasional, yaitu:
25
1) Komposisi Permintaan Domestik Karakteristik
permintaan
domestik
sangat
mempengaruhi daya saing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi: a) Struktur
segmen
permintaan
domestik
sangat
mempengaruhi daya saing nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh daya saing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan struktur segmen yang sempit. b) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan
tekanan
kepada
produsen
untuk
menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features, dan pelayanan. c) Antisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan bersaing. 2) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan Jumlah
atau
besarnya
permintaan
domestik
mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan melakukan penetrasi lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika industri dilakukan dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal
dengan
membangun
fasilitas
skala
besar,
pengembangan teknologi, dan peningkatan produktivitas. 3) Internasionalisasi Permintaan Domestik Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong daya saing industri nasional karena
26
dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengunjungi
suatu
negara
juga
dapat
mendorong
meningkatnya daya saing produk negara yang dikunjungi tersebut. c. Industri Terkait dan Industri Pendukung Keberadaan indutri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki daya saing global juga akan mempengaruhi daya saing industri utamanya. Industri hulu yang memiliki daya saing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang relatif murah, mutu lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama, sehingga industri tersebut juga akan memiliki daya saing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki daya saing global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh daya saing global. d. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan Struktur industri dan perusahaan juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikanperbaikan serta inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri bersaing. Struktur persaingan yang berada pada suatu industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan tersebut dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri yang bersangkutan.
27
1) Struktur Pasar Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukkan tipe pasar. Degree of competition of market share (derajat persaingan struktur pasar) dipakai untuk menentukan sejauh mana
perusahaan-perusahaan
individual
mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuanketentuan lain dari produk yang dijual di pasar. Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan, jumlah penjual dan keragaan produk (nature of the product) adalah dimensi-dimensi yang penting dari struktur pasar. Dimensi
lainnya
adalah
mudah
atau
sulitnya
memasuki industri (hambatan masuk pasar), kemampuan perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan, dan lain-lain. Beberapa struktur pasar yang ada, antara lain pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni. Biasanya struktur pasar yang dihadapi industri seperti monopoli dan oligopoli lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang bergerak dalam suatu industri. 2) Persaingan Tingkat persaingan dalam suatu industri merupakan salah satu faktor pendorong bagi perusahaan-perusahaan yang
berkompetisi
untuk
terus
melakukan
inovasi.
Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu memberikan
dan
tekanan
sebagai pada
motor penggerak untuk perusahaan
lain
dalam
meningkatkan daya saingnya. Perusahaan-perusahaan yang telah teruji pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional
28
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang belum memiliki daya saing yang tingkat persaingannya rendah. 3) Strategi Perusahaan Dalam menjalankan suatu usaha, baik perusahaan berskala besar maupun perusahaan berskala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau manajer dipastikan memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya dalam lingkup yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha. Penyusunan suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan semua faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. e. Peran Pemerintah Peran
pemerintah
sebenarnya
tidak
berpengaruh
langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh pada faktor-faktor penentu daya saing global. Daya saing global akan dipengaruhi secara langsung oleh perusahaanperusahaan yang berada dalam industri tersebut. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan
dalam
melakukan
dan
perbaikan
industri peningkatan
agar daya
senantiasa saingnya.
Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi. Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan daya saing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik baik secara langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkannya, maupun secara langsung melalui perannya
29
sebagi pembeli barang dan jasa. Kebijakan penetapan bea keluar dan bea masuk, tarif pajak, dan lain-lainnya juga menunjukkan terdapat
peran
tidak
langsung
dari
pemerintah
dalam
meningkatkan daya saing global. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing melalui kebijakan yang melemahkan faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan daya saing global. Peran pemerintah adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu daya saing, sehingga perusahaanperusahaan
yang
berada
dalam
industri
mampu
mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara efektif dan efisien. f. Peran Kesempatan Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan dan pemerintah, tetapi dapat meningkatkan daya saing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang mampu meningkatkan naiknya daya saing global industri nasional adalah penemuan baru murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut (misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang), peningkatan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain, serta berbagai faktor kesempatan lainnya. 2. Analisis SWOT Dalam kajian ini, pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis daya saing
adalah dengan
menggunakan analisis SWOT (strength – weakness – opportunity – threat). Penentuan
komponen SWOT dieliminir dari faktor-
faktor daya saing berdasarkan hasil wawancara dan brainstorming dengan responden. Analisis SWOT terdiri atas analisis kondisi internal dilakukan dengan melakukan mengidentifikasi kekuatan-
30
kekuatan (strengths) dan kelemahan-kelemahan (weaknesses) perusahaan.
Sedangkan
analisis
kondisi
eksternal
adalah
mengidentifikasi peluang-peluang (opportunities) dan ancamanancaman (threats) yang terkait daya saing agribisnis sayuran. Dari analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dihasilkan empat jenis strategi, yakni strategi SO, ST, WO, dan WT. Strategi SO merupakan gabungan antara kekuatan dan peluang, memanfaatkan kekuatan internal dari perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal, dikenal juga sebagai strategi agresif. Strategi ST merupakan gabungan kekuatan dan ancaman, menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal, dinamakan juga dengan strategi diversifikasi. Strategi WO merupakan gabungan antara kelemahan dan peluang, memperbaiki kelemahan perusahaan dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal, dinamakan strategi orientasi putar balik. Strategi WT merupakan gabungan antara kelemahan dan ancaman, mengurangi kelemahan perusahaan serta menghindari ancaman eksternal, disebut sebagai strategi defensif. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyusun Matriks SWOT: a. Tentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan. b. Tentukan
faktor-faktor
peluang
dan
ancaman
eksternal
perusahaan. c. Tentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman strategis perusahaan. d. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan SO Strategy. e. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan ST Strategy. f. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan WO Strategy.
31
g. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan WT Strategy. 3. Analytic Network Process (ANP) Metode ANP digunakan untuk merumuskan strategi demi meningkatkan
daya
saing
dengan
memerhatikan
tingkat
ketergantungan antar kelompok atau cluster. Adapun tahapan yang dilakukan dalam ANP adalah: a. Pembuatan Konstruksi Model Langkah pertama adalah membuat model yang akan dievaluasi dan menentukan satu set lengkap jaringan kelompok (komponen) dan elemen-elemen yang relevan dengan tiap kriteria kontrol. Selanjutnya untuk masing-masing kriteria kontrol, tentukan semua elemen di tiap kelompok dan hubungkan mereka sesuai dengan pengaruh ketergantungan dari luar dan dari dalam kelompok. Hubungan tersebut menunjukkan adanya aliran pengaruh antar elemen. Anak panah yang menghubungkan suatu kelompok dengan kelompok yang lain menunjukkan pengaruh elemen suatu kelompok terhadap elemen kelompok yang lain. Selain itu, kelompok dari elemen memiliki loop di dalam diri mereka sendiri jika elemen-elemennya saling bergantung satu sama lain. Hubungan saling ketergantungan antar kriteria dapat ditentukan dengan membuat check list seperti Tabel 2. di bawah ini dan selanjutnya meminta para pakar/ahli untuk mengisi check list tersebut. Tabel 2. Check List Hubungan Saling Ketergantungan Antar Kriteria A1
A2
...
An
A1
a11
a12
…
a1n
A2
a21
a22
…
a2n
:
:
:
…
:
Am
am1
am2
…
amn
Selanjutnya hasil kuesioner dari beberapa responden digabung untuk menentukan ada tidaknya hubungan saling
32
ketergantungan antar kriteria tersebut dengan menggunakan rumus berikut: Q = N / 2 .............................. (1.1) Jika Vij > Q, maka ada hubungan saling ketergantungan antar kriteria Vij < Q, maka
tidak
ada
hubungan
saling
ketergantungan antar kriteria dimana: N = Jumlah responden atau pengambil keputusan Q = Nilai tengah dari jumlah responden atau pengambil keputusan Vij = Jumlah responden yang memilih adanya hubungan saling ketergantungan antar kriteria pada sel yang menghubungkan baris i dengan kolom j. b. Pembuatan Matriks Kelompok/Elemen
Perbandingan
Berpasangan
antar
Pada tahap kedua ini, dipilih kelompok dan elemenelemen yang akan dibandingkan sesuai dengan kriteria kontrol (apakah mereka mempengaruhi kelompok dan elemen lain yang berkaitan dengan kriteria kontrol atau dipengaruhi oleh kelompok dan elemen lainnya?). Pergunakan jenis pertanyaan yang sama untuk membandingkan elemen dalam kelompok, yang berkaitan dengan elemen spesifik dalam suatu kelompok (kriteria kontrol); pasangan elemen mana yang berpengaruh lebih besar? Pergunakan jenis pertanyaan yang sama untuk membandingkan
kelompok.
Kemudian,
gunakan
skala
perbandingan fundamental pada Tabel 3, lakukan perbandingan berpasangan berikut matriks antara kelompok/elemen untuk menurunkan eigen vector dan untuk membentuk supermatriks.
33
Tabel 3. Skala Perbandingan Fundamental Intensitas Definisi Kepentingan Sama 1 Penting Sedikit 3 Lebih Penting Lebih 5 Penting Sangat 7 Lebih Penting Mutlak 9 Lebih Penting Nilai 2, 4, 6, 8 tengahan Perbandingan
Keterangan Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya Pengalaman dan penilaian sedikit lebih baik dari yang lain Pengalaman dan penilaian lebih kuat dari yang lain Kegiatan sangat disukai dan dominan dibanding yang lain Yang satu lebih penting dari yang lain dan berada pada posisi tertinggi Dipakai untuk mengkompromikan nilai-nilai di antara nilai di atas
berpasangan
yang dilakukan
adalah
sebagai berikut: 1) Perbandingan Kelompok Melakukan
perbandingan
berpasangan
pada
kelompok yang mempengaruhi masing-masing kelompok yang saling terhubung, yang berkaitan dengan kriteria kontrol yang diberikan. Bobot yang diperoleh dari proses ini akan digunakan untuk memberikan bobot pada elemenelemen yang sesuai dengan kolom blok dari supermatriks. Tetapkan nol bila tidak ada pengaruh. 2) Perbandingan Elemen Melakukan perbandingan berpasangan pada elemenelemen dalam kelompok mereka sendiri berdasarkan pengaruh mereka pada setiap elemen dalam kelompok lain yang saling terhubung (atau elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri).
34
3) Perbandingan untuk Alternatif Membandingkan semua alternatif yang berkaitan dengan masing-masing elemen di
dalam
komponen.
Perbandingan berpasangan dilakukan dengan membuat matriks
perbandingan
berpasangan,
dengan
nilai
aij
merepresentasikan nilai kepentingan relatif dari elemen pada baris (i) terhadap elemen pada kolom (j); misalkan aij = wi / wj. Jika ada n elemen yang dibandingkan, maka matriks perbandingan A didefinisikan sebagai :
Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus: Aw = λmax w .................................... (1.2) dimana
λmax
adalah eigen value terbesar pada matriks A
dan w adalah eigen vector. Indeks Konsistensi/Consistency Index (CI) dan Consistency
Ratio
(CR)
dari
matriks
perbandingan
berpasangan dapat dihitung dengan rumus : ............................ (1.3) Jika CI < 0,1 maka penilaian dianggap konsisten. c. Pembuatan Supermatriks Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masing-masing cluster diturunkan menjadi suatu supermatriks. Jika diasumsikan suatu sistem memiliki N cluster dimana elemen-elemen dalam tiap cluster saling berinteraksi atau memiliki pengaruh terhadap
35
beberapa atau seluruh cluster yang ada. Jika cluster dinotasikan dengan Ch, dimana h = 1, 2, …, N, dengan elemen sebanyak nh yang dinotasikan dengan eh1, eh2, …, ehnh. Pengaruh dari satu set elemen dalam suatu cluster pada elemen yang lain dalam suatu sistem dapat direpresentasikan melalui vektor prioritas berskala rasio yang diambil dari perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang membentuk matriks W yang berukuran hxh. Misalkan apabila Ci dibandingkan dengan Cj, maka aij merupakan nilai matriks pendapat berpasangan yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan Ci terhadap Cj. Sedangkan nilai untuk wji = 1/wij yaitu nilai kebalikan dari nilai matriks wij. Untuk i = j menunjukkan nilai matriks wij = wji = 1, perbandingan elemen terhadap elemen itu sendiri adalah 1. Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain di dalam jaringan dapat digambarkan mengikuti supermatriks pada Gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7. Supermatriks dari hierarki (Saaty dalam Nugroho, 2008)
36
Masing-masing kolom dalam Wij adalah eigen vector yang menunjukkan kepentingan dari elemen pada komponen kei dari jaringan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen yang menghasilkan nilai kepentingan bukan nol (Saaty dalam Nugroho, 2008). Ketika level paling bawah/dasar mempengaruhi level paling atas dari suatu hierarki, bentuk jaringan holarki terbentuk. Supermatriksnya akan seperti pada Gambar 9. Perhatikan bahwa komponen pada baris terakhir dan kolom dari supermatriks pada Gambar 8 adalah matriks identitas I yang sesuai dengan adanya loop pada level dasar dari hierarki. Hal ini merupakan aspek „necessary‟ dari suatu hierarki dipandang dari konteks supermatriks. Sementara itu, komponen dari baris pertama kolom terakhir suatu holarki pada Gambar 10 adalah tidak nol, yang menunjukkan bahwa level paling atas tergantung kepada level yang paling bawah. Secara umum, ketika ada pengaruh feedback, supermatriksnya terbentuk dengan menata semua cluster dan semua elemen dalam setiap cluster secara vertikal di kiri dan secara horisontal di atas, seperti pada Gambar 11 (Ascarya dalam Susilo, 2008).
37
Gambar 8. Supermatriks hierarki (Ascarya dalam Susilo, 2008)
Gambar 9. Supermatriks holarki (Ascarya dalam Susilo, 2008)
Gambar 10. Supermatriks dari jaringan (Ascarya dalam Susilo, 2008)
38
Gambar 11. Komponen supermatriks dari jaringan (Ascarya dalam Susilo, 2008) Dimana i dan j menunjukkan cluster yang dipengaruhi dan mempengaruhi, dan n adalah elemen dari cluster yang bersangkutan. Komponen dari sub-matriks dalam Wij adalah merupakan skala rasio yang diturunkan dari pembandingan pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada cluster yang lain (outer dependence) atau elemen-elemen dalam cluster yang sama (inner dependence). Hasilnya yang berupa unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan angka satu (unity) untuk mendapatkan supermatriks stokastik. Bobot yang diperoleh digunakan untuk membobot elemenelemen pada blok-blok kolom (cluster) yang sesuai dari supermatriks, yang akan menghasilkan weighted supermatrix yang juga stokastik. Sifat stokastik diperlukan dengan alasanalasan yang akan dijelaskan di bawah ini. Karena suatu elemen dapat mempengaruhi elemen kedua secara langsung dan tidak langsung melalui pengaruhnya pada elemen ketiga dan kemudian dengan pengaruh dari elemen ketiga pada elemen kedua, setiap kemungkinan dari elemen ketiga harus diperhitungkan. Hal ini tertangkap dengan mengalikan matriks terbobot pangkat dua. Namun, elemen ketiga juga mempengaruhi elemen keempat, yang selanjutnya mempengaruhi elemen kedua.
39
Pengaruh-pengaruh ini bisa diperoleh dari pangkat tiga weighted
supermatrix.
Selama
proses
berjalan
secara
berkesinambungan, akan didapatkan deret tak terbatas dari matriks pengaruh yang dinyatakan dengan Wk , k = 1, 2,… Menurut Ascarya (2006), dalam ANP terdapat tiga jenis supermatriks: (1) unweighted supermatrix yang asli dari eigen vector-eigen
vector
kolom
diperoleh
dari
matriks
pembandingan pasangan dari elemen-elemen; (2) weighted supermatrix dimana setiap blok dari eigen vector kolom dari suatu cluster dibobot dengan prioritas dari pengaruh dari cluster tersebut, yang membuat weighted supermatrix kolom stokastik; dan (3) limiting supermatrix diperoleh dengan memangkatkan weighted supermatrix dengan pangkat yang besar. Hasil dari pengolahan ANP dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.