21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yakni petani yang berusaha tani kulit manis di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Daerah Penelitian ini terpilih karena merupakan salah satu sentra produksi kulit manis dan karena keterbatasan biaya dan waktu untuk meneliti. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa didaerah ini usaha tani kulit manis cukup menjanjikan yang berlokasi di daerah penelitian.
3.2 Metode Penarikan Sampel Populasi responden dalam penelitian ini adalah petani yang berusaha tani. Dari jumlah populasi tersebut diambil 16 sampel penelitian yang terdiri dari dua desa yaitu desa Parpulungan dan desa Surung Mersada. Desa
ini dipilih
menjadi daerah penelitian karena mempunyai luas lahan tanaman yang belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan yang tinggi, dengan metode penarikan sampel dilakukan secara Sensus. Tabel 3. Jumlah Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2009 Desa Parpulungan Surung Mersada Jumlah Sumber: BPP Kerajaan 2009
TBM 5 5 10
Luas Lahan (Ha) TM 6 3 9
KK Jumlah 11 8 19
11 5 16
Universitas Sumatera Utara
22 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekuder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar kuesioner. Data sekunder diperoleh dari informasi lembaga atau literature yang mendukung penelitian. Jenis data dan sumber data yang akan dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Metode Pengumpulan Data No
Jenis Data
1.
Identitas Responden Deskripsi Wilayah Penelitian Sistem Usahatani Kulit Manis Kelayakan Usahatani Kulit Manis Masalah yang dihadapi petani Upaya yang dilakukan
2. 3. 4. 5. 6.
Sumber Data Responden
Metode Pengumpulan Data Observasi Wawancara Lain-Lain √
Kantor Kepala Desa
√
√
Responden
√
√
Responden
√
Responden
√
BPP
√
√
3.4 Metode Analisis Data Untuk masalah 1 dianalisis secara deskriptif dengan melihat sistem usaha tani kulit manis secara tradisional di daerah penelitian. Hipotesis 1 diterima apabila sistem usaha tani kulit manis masih dilakukan secara tradisional daerah penelitian. Untuk masalah 2 mengenai pendapatan yang diperoleh dalam usahatani kulit manis dengan rumus : Pp = R-C
Universitas Sumatera Utara
23 Keterangan : Pp = Pendapatan petani kulit manis R = Penerimaan C = Biaya Total Untuk melihat kelayakan usaha tani kulit manis dengan menggunakan analisis R/C. Kelayakan usaha tani dapat diuji dengan menggunakan analisis R/C dan ROI. •
R/C (Cost Ratio) a = R/C R= Py. Y C = FC + VC a = { (Py.y)/(FC+ VC) }
Keterangan : R = Penerimaan C
= Biaya
Py = Harga Output Y = Output FC= Biaya Tetap (fixed Cost) VC= Biaya Variabel (Variabel Cost) Apabila : R/C = 1 → usaha tidak untung dan tidak rugi R/C < 1 → usaha tidak layak R/C > 1 → usaha layak (Soekartawi, 1995). •
ROI ( Return on Investment atau tingkat pengembalian modal) ROI = Laba Modal
x 100 %
ROI ≥ suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak di kembangkan
Universitas Sumatera Utara
24 ROI < suku bunga berlaku maka usaha tidak layak di kembangkan Usaha tani kulit manis dikatakan layak dikembangkan bila analisis ekonomi menunjukan hasil layak, adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan dikembangkannya usaha adalah Return Cost (R/C) dan Return on Investment (ROI) (Soekartawi, 1995). 3.5 Defenisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi 1. Harga pokok adalah perbandingan antara total biaya produksi dengan jumlah produksi. 2. Pendapatan bersih adalah penerimaan setelah dikurangi total biaya produksi …(Rp) 3. Analisis ekonomi adalah suatu analisis untuk menentukan kelayakan suatu usaha dikembangkan dari segi ekonomi. 4. (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan penjualan kuli manis dengan total biaya yang dikeluarkan. Usaha tani
kulit manis akan
menguntungkan apabila nilai R/C >1. 5. Prospek pengembangan yaitu kesempatan untuk mengembangkan usaha dan memperkenalkan produk pertanian kemasyarakat luas, dalam negeri hingga keluar negeri.
Universitas Sumatera Utara
25 Batasan Operasional Penelitian dilakukan di Desa Parpulungan dan Desa Surung Mersada Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009. Sampel penelitian adalah petani yang berusaha tani komoditi kulit manis.
Universitas Sumatera Utara
26
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 1) Letak dan Geografis Kecamatan Kerajaan dangan Ibukota Sukaramai adalah salah satu kecamatan diantara 8 kecamatan di daerah hukum kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara dengan luas wilayah 147,61 km2 yang terdiri dari 10 desa. Kecamatan ini terletak di bagian tengah Kabupaten Pakpak Bharat, 18 km jarak dari Kecamatan Salak ( Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat ) dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Dairi
Sebelah Timur
: Kecamatan Tinada
Sebelah Selatan
: Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut
Sebelah Barat
: Kecamatan Setellu Tali Urang Jehe
2) Keadaan Alam Kecamatan Kecamatan pada umumnya adalah berbukit-bukit yang terletak diantara 98.00 – 4.98.30 Lintang Utara dan 25 – 30 Bujur Timur dengan kemiringan yang bervariasi antara 700 – 1.400 m sehingga terjadi iklim hujan tropis yang dipengaruhi angin musim. Tabel 5. Keadaan Topografi Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 Keterangan Luas (ha) - Datar 1.824 - Berombak 1.520 - Bergelombang 7.904 - Curam 912 - Terjal 18.240 Sumber : Kecamatan Kerajaan Kabupaten pakpak Bharat Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
27 Iklim di Kecamatan ini mempunyai musim penghujan san adakalanya musim kemarau. Pada umumnya di kecamatan ini mempunyai udara dingin hanya sebagian kecil desa yang udaranya agak panas yaitu desa Majanggut II ( Kuta Liang). 3) Luas Wilayah Jenis dan Penggunaan Tanah Di Kecamatan ini terdapat berbagai jenis lahan hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 Jenis-jenis dan Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian Tahun 2008 No
Jenis Penggunaan Tanah
Luas (Ha) 1. Tanah Sawah 438 2. Tanah Kering 4.172 3. Bangunan / Pekarangan 353 4. Lainnya 9.798 Jumlah 14.761 Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009
Persentase (%) 2,97 28,26 2,39 66,38 100
Pada tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan untuk tanah Sawah seluas 438 Ha, sedangkan tanah Kering seluas 4.172 Ha, bangunan atau Pekarangan seluas 353 Ha, dan Lainnya seluas 9.798 Ha. Dengan jumlah keseluruhan adalah seluas 14.761 Ha. Dapat kita simpulkan bahwa jenis penggunaan tanah lainnya lebih besar yakni 9.796 Ha atau (66,38%), sementara penggunaan tanah kering 4.172 Ha (28,26%), dan tanah untuk sawah yaitu 438 Ha (2,97%), sedangkan lahan untuk bangunan / pekarangan adalah 353 Ha 9 2,39%). Dari uraian di atas dapat dikemukakan masih ada tanah yang belum diketahui atau yang dikelola yaitu 66,38% lagi, keadaan ini sebenarnya menjadi peluang yang besar bagi masyarakat jika mau membuka lahan dan mengolahnya untuk lahan pertanian. Hal ini membuktikan bahwa daerah penelitian ini memiliki lahan yang luas dan dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Universitas Sumatera Utara
28 4) Etnis / Suku Adapun Etnis/suku yang ada di Kecamatan Kerajaan adalah sebagai berikut: Tabel 7. Etnis/suku yang ada di Kecamatan Kerajaan tahun 2009 No.
Etnis/suku
Jumlah (Jiwa) 1. Batak Pakpak 1.597 2. Batak Toba 188 3. Batak Karo 37 4. Batak Simalungun 43 5. Lain-lain 10 Jumlah 1.879 Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009
Persentase (%) 85 10 2 0,5 2,5 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa suku yang paling banyak jumlah penduduknya adalah suku batak pakkpak dengan jumlah 1.597 jiwa, suku btak Toba sebanyak 188 jiwa,, batak simalungun 37 jiwa, batak simalungun 43 jiwa, dan yang paling sedikit adalah lain-lain sebanyak 10 jiwa. Dengan total keseluruhan adalah sebanyak 1.879 jiwa. 5) Keadaan Penduduk Penduduk di daerah penelitian berjumlah 8.536 jiwa atau 1824 KK seperti tertera pada tabel 8 Tabel 8. Keadaan Penduduk di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008 No
Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa) 1. Laki-laki 4.187 2. Perempuan 4.349 Jumlah 8.536 Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2008
Persentase (%) 49,05 % 50,95 % 100 %
Dari tabel 8 menunjukkan keadaan penduduk daerah penelitian terdiri dari Laki-laki berjumlah 4.187 Jwa (49,05%) dan Perempuan berjumlah 4.349 Jiwa (50,95%). Dengan demikian data menunjukkan bahwa di daerah penelitian ini jumlah penduduk Perempuan lebih banyak daripada jumlah Laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
29 Selanjutnya distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 9 Tabel 9. Disribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 No 1. 2. 3. 4.
Umur (Tahun) 0-4 5-19 20-59 >60
Jumlah Sumber: BPS Pakpak Bharat Tahun 2009
Jumlah Penduduk (Jiwa) 5.789 15.615 16.468 3.189 41.061
Persentase (%) 14,10 38,03 40,11 7,76 100
Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-4 tahun terdapat 5.789 jiwa (14,10%), kelompok umur 5-19 tahun sebanyak 15.615 jiwa (38,03%), kelompok umur 20-59 tahun sebanyak 16.468 jiwa (40,115%), serta kelompok uumur >60 tahun sebanyak 3.189 jiwa (7,76%). Berdasarkan data di atas dapat dikemukakan bahwa penduduk menurut umur 20-59 tahun adalah penduduk yang jumlahnya paling tinggi yaitu 16.468 jiwa (40,115%). Hal ini menunjukkan bahwa di daerah ini memiliki tenaga kerja yang produkeif yang masih dapat menghasilkan pendapatan bagi keluarga. Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di daerah penelitian terdiri dari Petani, PNS, Lain-lain, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata pencaharian Di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008 No
Uraian
Jumlah Penduduk (KK) 1. PNS & TNI/POLRI 111 2. Petani 1.340 3. Lainnya 428 Jumlah 1.879 Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009
Persentase (%) 5,91 71,31 22,78 100
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di daerah penelitian adalah bermata pencaharian sebagai petani yaitu 1.340 KK atau 71,31%,
Universitas Sumatera Utara
30 sementara penduduk yang mata pencaharian lain 428 KK atau 22,78% dan penduduk yang bermata pencaharian PNS&TNI/POLRI sebanyak 111 KK atau 5,91%. Selanjutnya gambaran penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 11 Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kerajaan Tahun 2008 No
Uraian
Jumlah (jiwa) 1. Tidak Sekolah 361 2. SD 1.520 3. SMP 504 4. SMA 505 JUMLAH 2.890 Sumber : Data Monografi Kecamatan Kerajaan Tahun 2009
Persentase (%) 12 53 17 18 100
Dari tabel 11 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tidak sekolah adalah sebanyak 361jiwa (12%), dan yang SD sebanyak 1.520 Jiwa (53%), SMP sebanyak 504 jiwa (17%), sedangkan yang SMAsebanyak 505 jiwa (18). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah ini masih banyak yang bersekolah di tingkat SMP dan SMA, dan memandang pendidikan formal sangat penting untuk mengubah pola pikir dan cara pandang dalam menanggapi masalah dalam masyarakat. 6) Perekonomian Kecamatan Kerajaan yang lahannya cukup luas dan subur sehingga sebagian besar penduduk bekerja di sector pertanian, perkebunan rakyat dan sebagian kecil hidup dari usaha perdagangan, industri, galian batu atau pasir. Tanaman yang sering diusahakan pada lahan kering adalah cabe, kacang panjang, terung, bayam, jengkol, petai, dan lain-lain. Tanaman perdagangan bahan eksport seperti kopi, kemenyan, kulit manis, jahe, coklat dan gambir.
Universitas Sumatera Utara
31 Kecamatan kerajaan juga memiliki potensi alam yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Potensi Unggulan Daerah Di Wilayah Kecamatan kerajaan terdapat sungai yang dapat diolah untuk irigasi persawahan dan juga dapat diprgunakan sebagai pembangkit Listrik seperti saat ini sudah ada pembangkit LISTRIK Tenaga mikro Hidro (PLTMH) Kombih II di Desa Perduhapen. b. Potensi Pariwisata Kecamatan Kerajaan memiliki banyak potensi wisata alam antara lain: 1.Panorama (Delleng Mehembur) kilometer 14 di desa Kuta Meriah 2.Goa/Liang karing di Desa Pardomuan 3.Panorama/ Pemandian Lae Kombih di Desa Perduhapen 4.Pemandian Lae Leam di Desa Surung Mersada 5.Panorama/jampalan Kerajaan di Desa Kuta Saga. 4.2 Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sample dalam penelitian ini terdiri dari luas lahan yang dikelola petani, umur petani, pendidikan petani, dan jumlah tanggungan keluarga, dan lama bertani dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel di Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 No Uraian 1. Luas Lahan ( Ha) 2. Umur( tahun) 3. Pendidikan( Thn) 4. Pengalaman Bertani 5. Jumlah tanggungan (jiwa) Sumber: Analisis data primer, lampiran 1
Rata-rata 0,598125 50,875 8,25 20,625 8,25
Range 0,08-1 39-78 6-12 10-33 2-9
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan petani sampel adalah 9.57 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani
Universitas Sumatera Utara
32 sample memiliki lahan yang cukup luas untuk dapat mengembangkan usahatani kulit manis dalam memenuhi kebutuhan keluarga petani. Umur rata-rata petani sampel adalah 51 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani sampel tergolong pada usia produktif, sehingga dapat dikatakan masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengusahakan usaha tani kulit manis. Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani.
Responden
petani
dalam
hal
menerima
teknologi
untuk
mengoptimalakan usahataninya erat dengan pendidika formal. Lama pendidikan yang dialami petani sampel adalah rata-rata 8,25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan petani sampel setingkat SMP. Pengalaman bertani sampel adalah rata-rata 20,625 tahun. Pengalaman bertani adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengelola usahatani. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel rata-rata 8 jiwa, jumlah tanggungan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga untuk dapat membantu dalam kegiatan usahatani kulit manis.
Universitas Sumatera Utara
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Budidaya Tanaman Kulit Manis Beberapa kegiatan budidaya usahatani kulit manis yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian berdasarkan observasi secara langsung dan hasil wawancara yaitu sebagai berikut: 1. Pembibitan (Persemaian) Petani yang menanam kulit manis pada umumnya memulai dengan pembibitan sebelum dilakukan penanaman di lahan. Pembibitan kulit manis tidak membutuhkan tempat khusus karena bibit tumbuh langsung di sisi pokok utama dari kulit manis. Bibit diperoleh dari biji , biji yng kering langsung menyebar disekitar pokok kulit manis, kemudian tumbuh . 2. Persiapan Lahan Sebelum diadakan penanaman maka perlu adanya pegolahan lahan, yaitutelebih dahulu membersihkan dahulu lahan yang akan ditanam, dan pembabatan rumput-rumput liar supaya tidak mengganggu proses penanaman dan lahan tampak bersih.proses pembabatan dapat dilakukan dengan sabit, persiapan lubang dengan ukuran 1X1 meter dan jarak satu lubang tanam dengan lubang tanaman lainnya sekitar 5-7 meter, hal ini dibuat karena tanaman ini setiap tahunnya akan bertambah tinggi dan melebar kesamping. 3. Penanaman Proses penanaman yaitu proses pemindahan bibit tanaman kulit manis dari samping pokok utama kulit manis ke lahan yang sudah disiapkan. Akan tetapi pada penanaman perlu diperhatikan harus ada pelindung, biasanya tanaman kulit
Universitas Sumatera Utara
34 manis tumpang sari terhadap tanaman lain seperti kopi, karet dan lain-lain. Karena hal in akan mempermudah proses pertumbuhan tanaman. Setelah tanah diolah maka bibit langsung ditanam atau dimasukakan ke tempat yang sudah disediakan. 4. Pemeliharaan, Penyiangan, Pemberantasan hama dan Penyakit Tanaman Pemeliharaan pada tanaman sangat penting, namun khusus untuk tanaman kulit manis tidak membutuhkan perawatan khusus seperti tanaman lainnya karena tanaman ini merupakan tanaman pohon pelindung yang apabila sudah ditanam akan cepat tumbuh. Pemeliharaan tanaman kulit manis tidak membutuhkan perhatian khusus bagi petani karena tanaman kulit manis ini merupakan tanaman sampingan yang dijadikan tanaman pagar atau pembatas lahan satu petani dengan petani lainnya, pemeliharaan difokuskan pada tanaman utama yaitu kopi dan karet. Sehingga tidak membutuhkan biaya pemeliharaan dalam perhitungan usaha tani kulit man 5. Panen Proses pemanenan merupakan proses menghasilkannya tanaman dan petani akan memetik hasilnya setelah berumur 8 tahun. Kulit manis yang biasa dipanen adalah yang sudah tua dan kulitnya sudah berwarna cokelat .pemanenan dilakukan secara manual yaitu dengan penebangan dengan parang.dalam pemanenan perlu ketelitian yang tinggi dan hati-hati karena pokok kulit mannis cukup besar dan panjang, agar tidak kena timpa, tahapan pemanenan kulit manis dapat dilihat pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
35 Gambar Tahapan Pengupasan Kulit Manis
Gambar 5. Pohon kulit manis yang sudah siap dipanen
Gambar 6. Awal pengikisan kulit manis.
.
Gambar 7. lingkaran batang dikikis dari atas kebawah.
Gambar 8. Potong horijontal seluruh lingkaran bawah.
Gambar 9. Potong horijontal seluruh lingkar batang atas.
Gambar 10. Tarik potongan vertikal ke bawah.
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 11. Tarik kulit yang telah di potong sesuai ukuran.
Gambar 13. Kulit manis yang telah di kikis dan sudah dikuliti.
Gambar 12. Kulit sudah bias dilepas dari batang.
Gambar 14. Kulit manis yang siap untuk dijemur.
Gambar 15. Kulit kayu manis yang telah di jemur sudah mulai menggulung dijemur selama 4 hari, hingga berwarna cokelat.
Universitas Sumatera Utara
37 Tabel 13. Sistem Usahatani Anjuran dan dilapangan No 1.
Uraian Pembibitan
3.
Penanaman
4.
Pemeliharaan
5.
Panen
Anjuran - Biji - Tunas - Monokultur - Sistem tumpang sari * Jarak tanam: - 1,5m x1,5m - 2m x 2m - 3m x3m - 4m x 4m - 5m x 5m * Pemangkasan Rumput teratur - Sistem tebang sekaligus - Sistem Situmbuk - Sistem dipukuli ditebang - Sistem Vietnam
Keadaan dilapangan - Anakan - Biji -Sistem Tumpang Sari *Jarak tanam: - 7m x 7m *Tidak ada pemangkasan rumput
Keterangan Sama
- Sistem tebang sekaligus
Ada kesamaan
Ada kesamaan Jarak tanam berbeda
Dari penjelasan tentang usahatani kulit manis maka tujuan 1 dapat dijawab yaitu kulit manis di daerah penelitian dilakukan pengusahaannya masih tergolong sederhana dan tradisional, hal in dapat dibuktikan yaitu selama proses pengolahan lahan, perawatan tanaman hingga ke pemanenan dikerjakan secara sederhana atau tidak menggunakan teknologi yang modern dalam usahatani kulit manis ini.
Universitas Sumatera Utara
38 Analisis Ekonomi Usahatani Kulit Manis 1. Lahan Ketersediaan lahan dalam usahatani adalah faktor yang sangat penting dalam usahatani. Demikian juga dalam usahatani kulit manis, lahan juga menjadi hal yang penting diperhatikan oleh petani kulit manis. Lahan untuk tanaman kulit manis ini adalah milik sendiri. Lokasi usahatani kulit manis ada yang dekat dengan permukiman warga dan ada juga yang jauh dari pemukiman petani. Jika tanaman kulit manis ditanam dekat dengan rumah , biasanya kulit manis ditanam dalam jumlah yang sedikit dan ditanam dengan tumpang sari dengan tanaman kopi, karet, karena seperti diketahui bahwa tanaman kulit manis membutuhkan pelindung pada saat masih muda. Biasanya tanaman kulit manis sekarang ini hanya ditanam hanya sebagai pembatas arel petani saja, bukan untuk tanaman pokok. Tetapi apabila sudah berumur 3 tahun , tanaman kulit manis tidak bisa ditumpang sarikan dengan tanaman muda, karena akar tanaman kulit manis sangat rakus terhadap air, sehingga tanaman yang muda tidak bisa bertahan hidup. Sehingga petani kulit manis kewalahan apabila hanya membudidayakan kulit manis saja. Dan apabila tanaman kulit manis semakin tua maka kesuburan tanah semakin berkurang , oleh karena ini jugalah maka petani tidak memfokuskan lahannya untuk membudidayakan kulit manis. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usahatani karena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan dari usahatani di daerah penelitian. Dalam pengelolaan usahatani kulit manis terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga . Tapi untuk tanaman kulit manis tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
39 tidak dibutuhkan terlalu banyak , tenaga kerja yang dibutuhkan adalah pada saat menanam dan panen saja, karena untuk pemeliharaan dan pemupukan tidak ada perlakuannya. Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kulit Manis di daerah Penelitian Tahun 2009 No 1. 2.
Jenis Pekerjaan Penanaman & Pemeliharaan Panen Total
Fisik (HKP) 3.94
Nilai ( Rp)
39.81
995,313 1,093,750
43,75
98,437
Sumber: Data siolah dari lampiran 5a,5b dan 7a Dari tabel 14 dapat dikemukakan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam mengelola usahatani kult manis adalah berasal dari tenaga kerja dalam keluarga. Dalam setiap kegiatan usahatani yang terdiri dari pemeliharaan, pemupukan dan panen jumlah tenaga kerja yang digunakan berbeda-beda. Rata-rata tenaga kerja per petani untuk penanaman dan pemeliharaa adalah 3,94 HKP dengan nilai Rp.98,437 dan kebutuhan tenaga kerja untuk panen adalah 39,81 HKP dengan nilai Rp. 995.313 . Sehingga total keseluruhan tenaga kerja adalah 43,75 HKP dengan nilai Rp. 1,093,750. 3. Sarana Produksi a. Pupuk Pemupukan adalah proses yang dilakukan oleh petani dengan pemberian unsur hara baik secara kimia maupun organic. Tujuannya adalah untuk meningkatkan unsure hara pada lahan dan juga tanman akan semakin mempunyai produksi yang baik. Pemupukan dangat baik dilakukan terhadap tanaman jika petani mempunyai modal untuk menggunakan pupuk dengan dosis yang cocok untuk perkembengan tanaman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
40 Petani kulit manis di daerah penelitian ini sama sekali tidak melakukan pemupukan sama sekali. Alasannya petani sampel apabila dilakukan pemupukan maka akan mengalami kerugian yang sangat besar atau tidak sesuainya pendpatan bila dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani. b. Obat-obatan Obat-obatan merupakan pembasmi hama dan penyakit pada kulit manis Hama dan penyakit yang ada akan menggangu dari tanaman itu sendiri. Tanaman yang terserang hama dan penyakit juga akan menurunkan kualitas dari tanaman itu sendiri. Tapi sejauh ini petani mengatakan tanaman kulit manis itu sendiri tidak banyak membutuhkan obat-obatan karena jarang terserang hama dan penyakit yang sering dijumpai bercak putih pada batang kulit manis. Obat-obatan pada pembudidayaan kulit manis oleh petani sampel tidak juga dipergunakan karena tanaman kulit manis merupakan tanaman hutan yang apabila sudah ditanam tidak membutuhkan perawatan khusus. Perawatan difokuskan pada tanaman utama saja seperti karet dan kopi. c. Alat-alat Pertanian Alat- alat pertanian adalah sarana yang sangat penting dalam usahatani karena dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman dan kegiatan pemanenan diperlukan peralatan seperti cangkul, pisau, parang.petani biasanya dengan mudah mendapatkan peralatan tersebut di pasar kecamatan kerajaan , yaitu tepatnya di ibukota kecamatan, dimana pada umumnya permintaaan terhadap sarana tersebut tidak banyak karena pemakaian tersebut bisa mencapai 510 tahun, sehingga ketersediaan peralatan di pasar sangat baik.
Universitas Sumatera Utara
41 Tabel 15. Rata-rata biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Kulit Manis Per Petani di daerah Penelitian, Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 No 1. 2. 3.
Jenis Peralatan Cangkul Pisau Parang Total Sumber: Analisis data primer, lampiran 4a
Nilai (Rp) 11,796,88 5,023.44 8,750 25,570.31
Tabel 15 menunjukkan rata-rata biaya penyusutan peralatan dalam usahatani kult manis untuk cangkul Rp11,796.88 untuk pisau adalah Rp 5,023.44 dan untuk parang adalah Rp. 8,750 dengan total biaya penyusutan untuk semua peralatan adalah Rp. 25,570.31. Dalam hasil penellllitian yang dilakukan bahwa di desa penelitian menyatakan tidak kesulitan memperoleh alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani kulit manis. Artinya semua peralatan yang dibutuhkan selalu tersedia di daerah penelitian. Secara keseluruhan dapat disimpulkan total biaya produksi usahatani kulit manis dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Biaya Produksi Usahatani Kulit Manis di Desa Penelitian, Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 No
Uraian
Perpetani (Rp)
1. 2. 3. 4. 5.
Bibit 47,812.00 Penyusutan 25,570.00 PBB 14,500.00 Transportasi 64,562.50 Tenaga Kerja 1,090,625.00 Jumlah 1,246,195.31 Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 7a
Persentase (%) 3,84 2,06 1,20 5,20 87,70 100
Dari tabel 16 dapat dikemukakan bahwa persentase komponen biaya produksi tunai bibit adalah 3,84 %, biaya Penyusutan Peralatan adalah 5,80 %,biaya untuk PBB 1,20%, biaya untuk tranportasi 5,20 % dan biaya untuk Tenaga Kerja adalah yang paling besar yaitu 87,70%.
Universitas Sumatera Utara
42 4. Produksi dan Penerimaan Usahatani Kulit Manis Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi fisik yang dihasilkan atau merupkan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual, dalam hal ini adalah perkalian produksi kulit manis dengan harga jual kulit manis. Berdasarkan hasil wawancara dari petani bahwa produksi yang diperoleh petani bervariasi, biasanya kulit manis yang dihasilkan berkisar 1Kg -10 Kg, dengan harga jual petani adalah Rp. 2.500- Rp. 4.000.,/ Kg. Tabel 17. Rata-rat Produksi dan Penerimaan Usahatani Kulit Manis di Daerah Penelitian , Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 No
Uraian
1.
Produksi ( Kg)
2.
Penerimaan (Rp)
Perpetani 1,587.50 5,868,750.00
Sumber: Analisis data primer, Lampiran 8a
Tabel 17 menunnjukkan rata-rata produksi dan penerimaan uasahatani kulit manis. Produksi yang dihasilkan sebesar 1,587.50 Kg dengan total penerimaan Rp. 5,868,750. 5. Pendapatan Bersih Petani dari usahatani Kulit Manis Pendapatan usahatani merupakan total penerimaan usahatani tersebut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Dalam hal ini pendapatan petani dari usahatani kulit manis adalah total penerimaan petani dikurang dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Penerimaan usahatani didapat dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam kulit manis. Tabel 18. menyajikan pendapatan petani dari usahatani kulit manis dalam tahun ini di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
43 Tabel 18. Rata-rata Pendapatan Bersih Per Petani Usahatani Kulit Manis di Daerah Penelitian , Kecamatan Kerajaan Tahun 2009 No Uraian 1. Penerimaan ( Rp) 2. Biaya Produksi (Rp) 3. Pendapatan Bersih (Rp) Sumber: Analisis data primer, Lampiran 8a,9
Perpetani 5,871,875.00 1,246,195.31 4,730,273.44
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan rata-rata penerimaan tiap petani adalah Rp.5,871,875.00, dengan biaya produksi usahatani kulit manis adalah sebesar Rp. 1,246,195.31, maka pendapatan bersih yang diterima oleh petani adalah sebesar Rp. 4,730,273.44. - R/C Analisis kelayakan dikembangkannya usahatani sangat perlu dilakukan dalam setiap usahatani yang akan dijalankan ataupun yang sedang dijalankan. Dari analisis ini dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pendapatan bersih ynng diperoleh. Analisis R/C ratio adalah analisis yang membandinngkan nilai penerimaan (revenue) usahatani kulit manis dengan total biaya produksi (cost) yang dikorbankan. Untuk mengetahui nilai R/C pada usahatani kullit manis di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Analisis rata-rata R/C Ratio Usahatani Kulit Manis Perpanen Tahun 2009 Keterangan
Rata-rata Penerimaan Perpanen 5.868.750 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 10
Rata-rata Total produksi 1.587,5
Nilan R/C 4,10
Dari tabel diatas dapat dillihat bahwa nilai rata-rata R/C adalah 4,10 perpanennya artinya menunjukkan bahwa dari Rp.1,00 biaya yang dikelurkan
Universitas Sumatera Utara
44 akan diperoleh keuntungan sebesar 4,10. hal ini berarti R/C ratio lebih besar dari 1 yang artinya usahatani kullit manis didaerah penelitian layak untuk dikembangkan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa usahatani kulit manis layak untuk dikembangkan dapat diterima. -ROI Berdasarkan nilai ROI
(tingkat pengembalian modal) dapat diketahui
bagaimana peluang usahatani kulit manis didaerah penelitian. Nilai ROI perpetani rata-rata perpanen sebesar 3,10 % artinya setiap penanaman modal sebesar Rp. 100 akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 3,10. denagn demikian Hiipotesis yang menyatakan usahatani kulit manis adalah usahatani yang menguntungkan dapat diterima. Nilai ROI diatas tingkat suku bunga (6,25%) menunjukkan bahwa usahatani kulit manis layak diusahakan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan usahatani kulit manis adalah usaha yang dan layak untuk diusahakan ditolak. Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Kulit Manis Masalah internal yang dihadapi masalah yang berasal dari petani itu sendiri menyangkut kesulitan yang dihadapi dalam mengusahakan tanaman kulit manis. Tanaman kulit manis bukan seperti tanaman lainnya yang mudah diusahakan. Dalam pengembangan usahatani kulit manis didaerah penelitian, banyak ditemukan berbagai masalah yang dihadapi oleh petani. Adapun masalah-masalah yang dihadapi petani adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
45 * Harga yang relatif rendah. Harga yang relatif rendah sudah lama dirasakan oleh petani kulit manis, sehingga banyak petani yang tidak mengusahakan tanaman kulit manis ini sebagai pendapatan pokok mereka. Hingga saat ini harga kulit manis masih sebesar Rp. 3.500-Rp. 4.000/Kg. Ini menunjukkan bahwa masih kurang seimbanngnya antara biaya produksi yang dikeluarkan petani dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Apalagi masa panen kulit manis yang relatif lama, bisa dipanen pada umur 8 tahun. Upaya –upaya yang dilakukan untuk Mengatasi Masalah Usahatani Kulit Manis Untuk
mengatasi masalah internal yang dihadapi petani dalam
mengusahakan tanaman kulit manis dengan cara petani berusaha belajar dari pengalaman kulit manis lain yannnnnnnng telah sukses sebelumnya, mereka berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama-sama yang berkaitan dengan tanaman kulit manis. Petani juga mencari informasi dari daerah lain yang berada di sekitar daerah penelitian tentang pengembangan tanaman kulit manis. Selain itu diantara petani harus mempunyai kerjasama yang baik supaya dapat saling berbagi tentang metode dan teknik budidaya tanaman kulit manis dengan demikian
ada
keseragaman
dalam
hal
budidaya
tanaman
dan
bias
mempraktekkannya mulai dari penanaman hingga pemanenan tanaman. Adapun upaya yang tetap dilakukan petani di daerah penelitian adalah : 1. Walaupun harga yang relatif rendah mereka tetap menjual kulit manis, dan penanaman tidak dilakukan seperti semula dikarenakan modal yang tidak seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
46
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari analisis yang dilakukan usahatani kulit manis di daerah penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem usahatani kulit manis di daerah penelitian masih tergolong sederhana dan tradisional. Ini dapat dilihat dari petani yang berusahatani kulit manis tidak menanam kulit manis sebagai tanaman pokok tetapi menjadikan tanaman kulit manis sebagai tanaman sampingan. 2. Total pendapatan petani kulit manis perpanennya adalah Rp. 75,734,375.00 dengan rataan sebesar Rp 4,733,398.44 . 3. Nilai ROI perpetani rata-rata perpanen sebesar 3,10% artinya setiap penanaman modal sebesar Rp 100 akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 3,10. Dan R/C adalah 4,10 perpanennya artinya menunjukkan bahwa dari Rp.1,00 biaya yang dikelurkan akan diperoleh keuntungan sebesar 4,10. hal ini berarti R/C ratio lebih besar dari 1 yang artinya usahatani kullit manis didaerah penelitian layak untuk dikembangkan. 4. Adapun masalah –masalah yang dihadapi oleh petani kulit manis di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya tanaman kulit manis dan teknologi kulit manis yang baik
Universitas Sumatera Utara
47 5. Upaya- upaya dilakukan oleh petani dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani adalah mencari informasinya. Mengadakan kerjasama dengan petani kulit manis bahkan dengan petani di daerah lain dan berdiskusi memecahkan setiap masalah yang menyangkut kulit manis Saran A. Kepada Petani 1.Sebaiknya petani membentuk kelompok tani kulit manis, karena hal ini sangat membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani kulit manis 2. Dengan adanya kelompok tani maka petani mendapat informasi tentang pengembangan tanaman kulit manis di Pusat Penelitian, Dinas Pertanian, sebagai sumber informasi yang lengkap dan akurat bagi petani, sehingga dari informasi yang diperoleh dapat didiskusikan dengan petani kulit manis lain sehingga
bisa
dipelajari
secara
bersama-sama
dengan
petani
yang
mengusahakan kulit manis. B. Kepada Pemerintah 1. Pemerintah melalui Dinas Pertanian ataupun Penyuluh Pertanian sebaiknya melakukan perhatian khusus tentang pengembangan budidaya tanaman kulit manis sehingga dapat dibuat kesimpulan tentang budidaya, kesulitan yang dihadapi petani dan akhirnya ada suatu informasi yang jelas dan akurat yang dapat dijadikan sebuah arsip bagi petani di daerah penelitian secara khusus dan Kabupaten Pakpak Bharat secara umum 2. Pemerintah memfasilitasi masyarakat untuk membentuk koperasi pertanian yang dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat sekitar dalam hal penyediaan saprodi, ketersediaan modal dan kemudahan dalam pemasaran
Universitas Sumatera Utara