III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang untuk didirikannya industri skala menengah sampai skala besar karena sampai saat ini industri cokelat batangan masih terbatas di Indonesia (produk cokelat batangan dominan berasal dari luar negeri atau impor). Peluang tersebut masih terbuka lebar bagi pengusaha dan investor yang berminat menanamkan modalnya pada sektor industri pengolahan cokelat menjadi cokelat batangan. Sebelum proyek pendirian industri cokelat batangan diimplimentasikan, terlebih dahulu dilakukan rencana bisnis yang meliputi rencana dari berbagai aspek. Hal ini dilakukan untuk memberikan rekomendasi kepada pihak pengambil keputusan. Dalam membuat perencanaan bisnis untuk pendirian industri berbasis cokelat (chocolate bar) harus mempertimbangkan beberapa faktor perencanaan, antara lain rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana manajemen dan organisasi, serta rencana keuangan. Hasil dari perencanaan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan-permasalahan yang mungkin ada, sehingga dapat disusun solusi pengembangannya. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek manajemen dan organisasi, aspek keuangan. Apabila data yang dikumpulkan belum cukup, maka kembali dilakukan pengumpulan data. Namun, jika data dan informasi yang dibutuhkan sudah mencukupi, selanjutnya dilakukan tabulasi data dan analisis data pada setiap aspek. Setelah dilakukan analisis data, dilakukan penyusunan laporan lengkap. Setelah disusun dalam bentuk laporan, penelitian dinyatakan selesai. Teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan perencanaan bisnis ini adalah dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, baik data primer maupun data sekunder. Data yang terkumpul kemudian diolah, dihitung perencanaan dan perincian biaya investasi, dan dibuat perencanaan strategi yang tepat pada setiap faktor perencanan. Sebelum dilakukan perincian biaya, terlebih dahulu ditentukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan seperti umur ekonomis usaha, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, jumlah produk yang dijual, dan sebagainya.
20
Diagram alir kerangka pemikiran penelitian yang merupakan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 : Mulai
Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri
Pengumpulan data (primer dan sekunder) dan tabulasi data
• •
Rencana pasar dan pemasaran Potensi pasar Strategi pemasaran (Segmenting, Targetting, Positioning, dan Bauran Pemasaran)
• • • • • • •
Rencana teknik dan teknologi Spesifikasi bahan baku Ketersediaan bahan baku Perencanaan kapasitas produksi Teknologi proses produksi Penentuan lokasi pabrik Perencanaan tata letak dan kebutuhan ruang pabrik Aspek lingkungan
• • • •
Rencana manajemen dan organisasi Aspek legalitas Kebutuhan tenaga kerja Struktur organisasi Deskripsi dan spesifikasi pekerjaan
• • • • • • • • •
Rencana keuangan Asumsi perhitungan finansial Biaya investasi Perhitungan depresiasi Prakiraan biaya produksi dan penerimaan Proyeksi laba rugi Proyeksi arus kas Kriteria kelayakan investasi Analisis sensitivitas Risiko nilai tukar
Penyusunan laporan Selesai
Gambar 3.1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian
21
3.2. TATA LAKSANA Tahapan analisa yang harus dilakukan pada perencanaan bisnis adalah melakukan analisis masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perencanaan bisnis tersebut yaitu rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana manajemen dan organisasi, dan rencana keuangan. Perencanaan bisnis ini terdiri dari pengumpulan data dan analisis data.
3.2.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yaitu perencanaan bisnis. Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah pengambilan suatu keputusan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait serta para pakar pada bidang teknik dan teknologi yang sesuai. Untuk data sekunder diperoleh melalui laporan, artikel, jurnal, dan statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya. Contoh data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 :
22
Tabel 3.1. Jenis data, sumber, dan metode pengumpulan data yang diperlukan Jenis Data
Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
1. Rencana Pasar dan Pemasaran a. Harga jual kakao dan chocolate bar b. Jumlah produksi kakao
Swalayan, internet, chocolate shop
Survei
Badan Pusat Statistik (BPS)
Pengumpulan dokumen
c. Jumlah permintaan kakao
Badan Pusat Statistik (BPS)
Pengumpulan dokumen
d. Jenis chocolate bar terlaris
Swalayan, internet, konsumen
Survei dan wawancara
Kementerian Perindustrian, internet
Pengumpulan dokumen
Internet
Pengumpulan dokumen
a. Daftar lokasi bahan baku chocolate bar
Internet
Pengumpulan dokumen
b. Daftar spesifikasi dan ketersediaan bahan baku chocolate bar
Dosen ahli, internet
Wawancara dan pengumpulan dokumen
c. Kapasitas produksi bahan baku chocolate bar
Dosen ahli, internet
Pengumpulan dokumen
d. Teknologi dan proses produksi pembuatan chocolate bar
Dosen ahli dan internet
Wawancara
e. Mesin dan chocolate bar
Dosen ahli dan pakar mesin dan alat chocolate bar
Wawancara
Ahli peruntukan wilayah pemerintah setempat
Wawancara
e.Daftar industri chocolate pesaing dan pendatang baru
bar
f. Daftar industri chocolate bar lokal dan impor 2. Rencana Teknik dan Teknologi
alat
f. Lokasi pendirian chocolate bar
pembuatan
industri
g. Metode perencanaan tata letak pabrik
Buku dan dosen ahli
dan
Wawancara
23
Tabel 3.1. Jenis data, sumber, dan metode pengumpulan data yang diperlukan (lanjutan) Jenis Data
Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
3. Rencana Manajemen dan Organisasi a. Daftar jenis bentuk usaha
Undang-undang
Pengumpulan dokumen
b. Perizinan
Pemerintah setempat
Pengumpulan dokumen
c. Jenis struktur organisasi
Undang-undang
Pengumpulan dokumen
Buku, diktat, dan jurnal
Pengumpulan dokumen
Buku, diktat, dan jurnal
Pengumpulan dokumen
Produsen penghasil mesin, dosen ahli, internet
Wawancara dan pengumpulan dokumen
c. Metode perhitungan kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan BEP)
Buku, diktat, dan jurnal
Pengumpulan dokumen
d. Analisis sensitivitas
Dosen ahli, buku
Wawancara dan pengumpulan dokumen
e. Risiko nilai tukar
Dosen ahli, buku
Wawancara dan pengumpulan dokumen
d. Spesifikasi karyawan
dan
deskripsi
kerja
4. Rencana Keuangan a. Daftar penentuan asumsi b. Daftar harga produksi
mesin
dan
alat
3.2.2. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana manajemen dan organisasi, rencana keuangan, analisis risiko. 3.2.2.1. Rencana Pasar dan Pemasaran Aspek-aspek yang dikaji rencana pasar dan pemasaran meliputi potensi pasar, strategi pemasaran yang meliputi bauran pemasaran (marketing mix), dan STP (segmenting, targeting, positioning).
24
Langkah-langkah dalam rencana pemasaran dapat dilihat pada Gambar 3.2 : Mulai
Pencarian data sekunder
Tidak
Data cukup
?
Ya
Potensi pasar cokelat batangan Penentuan strategi pemasaran cokelat batangan
Penentuan STP (segmenting, targeting, positioning) dan bauran pemasaran (strategi produk, strategi harga, strategi distribusi, dan strategi promosi)
Selesai Gambar 3.2. Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran 3.2.2.2. Rencana Teknik dan Teknologi Rencana teknik dan teknologi meliputi spesifikasi dan ketersediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, neraca massa, dan perencanaan tata letak serta kebutuhan luas ruang produksi dari pabrik tersebut. Aliran proses rencana teknis dan teknologis dapat dilihat pada Gambar 3.3 :
Mulai
Bahan baku (spesifikasi bahan baku dan ketersediaan bahan baku)
Perencanaan kapasitas produksi
Teknologi proses produksi
A
25
A
Penentuan lokasi pabrik
Perencanaan tata letak dan kebutuhan ruang pabrik
Aspek lingkungan
Selesai Gambar 3.3. Diagram alir proses rencana teknik dan teknologi Pemilihan jenis teknologi proses produksi didasarkan pada kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output masing-masing komponen bahan pada setiap proses. Perencanaan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antar aktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area. Untuk menganalisis keterkaitan antar aktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan aktivitas. Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda sandi sebagai berikut : •
A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan.
•
E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.
•
I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan.
•
U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat, dan
•
X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak boleh saling berdekatan (Apple, 1990).
Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak bagan keterkaitan antar aktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada bagan keterkaitan antar aktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antar aktivitas.
26
Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan. 2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan. 3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya. 4. Menentukan faktor atau sub faktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan aliran informasi), dan 5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antar aktivitas. 6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelah kiri bagan keterkaitan antar aktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan menurut logika ketergantungan kegiatan. 7. Memasukkan derajat hubungan antar aktivitas di dalam kotak yang tersedia. Bagan keterkaitan antar aktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi diagram keterkaitan antar aktivitas. Berikut ini tahapan proses pembuatan diagram keterkaitan antar aktivitas : 1. Mendaftar semua kegiatan pada template kegiatan diagram keterkaitan antar aktivitas. 2. Memasukkan nomor kegiatan dari bagan keterkaitan antar aktivitas pada sisi pojok dan tengah setiap template kegiatan diagram keterkaitam antar aktivitas untuk menunjukkan derajat kedekatan antar aktivitas. 3. Melanjutkan prosedur untuk setiap template yang tersedia sampai keseluruhan kegiatan tercatat. 4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkan yang A terlebih dahulu, kemudian E dan seterusnya, dan 5. Menggambarkan pola aliran sementara. Dari hasil lembar kerja diagram keterkaitan antar aktifitas yang telah dilakukan, kemudian dilakukan pengalokasian aktifitas dengan menggunakan metode Total Clossness Rating (TCR) yang dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan : V (rij) = derajat hubungan aktifitas yang diberikan pada aktifitas i dan j m = jumlah aktifitas Perancangan tata letak pabrik didasarkan atas diagram alir proses produksi dan diagram keterkaitan aktifitas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, tata letak pabrik disusun dengan denah yang efektif dan efisien serta disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Keefektifan dan keefisienan perancangan tata letak pabrik ini diperoleh dari minimalnya jarak perpindahan bahan, keteraturan tempat kerja, dan runutnya aliran proses. Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi. Metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan luas ruang produksi adalah
27
metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi serta luasan untuk melaksanakan operasi. 3.2.2.3. Rencana Manajemen dan Organisasi Kajian terhadap rencana manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan (aspek legalitas), kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja. Aliran rencana sumber daya manusia pada Gambar 3.4 :
Mulai
Aspek legalitas
Kebutuhan tenaga kerja
Struktur organisasi
Deskripsi kerja (job description)
Selesai Gambar 3.4. Diagram alir rencana manajemen dan organisasi 3.2.2.4. Rencana Keuangan Aspek-aspek yang digunakan dalam rencana keuangan meliputi asumsi perhitungan finansial, biaya investasi, prakiraan harga dan penerimaan, proyeksi laba dan rugi, proyeksi arus kas, dan kriteria kelayakan investasi. A. Kriteria Investasi Kadariah et al., (1999) mengungkapkan bahwa dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi (investment criteria). Pada umumnya kriteria investasi terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Setiap kriteria dipakai untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu proyek atau layak tidaknya suatu proyek atau usaha untuk dijalankan. 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu (Husnan dan Suwarsono, 2005). Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.
28
Keterangan : Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga (%) t = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n) n = umur ekonomis proyek Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal. 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen (Gray et al., 1993). IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.
[
-
]
Keterangan : NPV (+) = NPV bernilai positif NPV (-) = NPV bernilai negatif i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif Jika IRR dari suatu proyek atau usaha sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ I, maka proyek atau usaha layak untuk dijalankan, begitu pula sebaliknya. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut.
Net B/C = NPV B-C Positif / NPV B-C Negatif Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999). 4. Break Even Point (BEP) dan Pay Back Period (PBP) Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler (1995) hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut :
29
BEP = Total Fixed Cost / (Harga Per Unit – Variabel Cost Per Unit) Pay Back Period (PBP) merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan meliputi periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut
Keterangan : n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun) m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp) Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp) Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp) B. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial yang berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tersebut berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya, bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto, 2000). Analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Suatu proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama, yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi (Gittinger, 1986). C. Risiko Nilai Tukar Perubahan nilai tukar (foreign exchange rate exposure) merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Dengan adanya globalisasi, pasar semakin terbuka terhadap perdagangan dan teknologi, sehingga perusahaan akan terpengaruh secara langsung terhadap nilai tukar. Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi perusahaan melalui berbagai cara seperti perusahaan berproduksi di dalam negeri untuk kebutuhan penjualan domestik dan luar negeri (ekspor) dan perusahaan berproduksi dengan menggunakan bahan baku impor.
30