III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang serta masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2004:140). Data yang diperoleh digambarkan untuk kondisi saat ini dan berlaku saat penelitian dilaksanakan. Teknik pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian adalah teknik survey. Menurut Surakhmad (2004:141-143) menyatakan bahwa teknik survey yaitu teknik pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan. Teknik survey dapat berupa sensus maupun sampling tergantung jumlah data yang akan diteliti. B. Metode Pengambilan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1989:169). Lokasi penelitian yang sengaja dipilih adalah Kabupaten Klaten dengan pertimbangan bahwa daerah ini terdapat suatu agroindustri olahan ikan yang mengolah belut menjadi keripik belut dan masih terus berproduksi hingga saat ini. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten Tahun 2015 (Tabel 1), agroindustri keripik belut di Kabupaten Klaten merupakan agroindustri olahan ikan yang memiliki volume terbanyak dalam peredaran ikan olahan dan memiliki harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Klaten. Adanya industri pengolahan belut menjadi keripik belut di Kabupaten Klaten dapat menghasilkan nilai tambah bagi produsen.
31
32
Tabel 3. Jumlah Kelompok Sentra Industri, Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja Industri Pangan di Kabupaten Klaten, 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Bidang Usaha
Sentra (Unit) Gula Merah 7 Karak 7 Tembakau Rajang 9 Tembakau Asepan 6 Emping Melinjo 9 Soon 2 Roti/Kue kering 3 Tempe 6 Tahu 6 Aneka Keripik 8 Keripik Belut 2 Kacang Asin/Oven 2 Pati Aren/Midro 2 Pengeringan Tembakau 11 Jamu Jawa 4 Kue Basah 2 Kecambah 1
Jumlah (Usaha) 128 134 164 103 277 72 39 164 98 94 20 22 72 156 74 21 10
Tenaga Kerja (Orang) 256 405 773 1005 420 434 113 431 397 290 80 31 434 1.558 229 64 25
Sumber : Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten, 2015 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah industri keripik belut di Kabupaten Klaten sebanyak 25 unit usaha agroindustri dan hingga saat ini masih memproduksi keripik belut. Jumlah industri keripik belut di Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun hanya meningkat sedikit dan hampir stagnan dikarenakan adanya kekurangan modal dalam pengusahaannya dan kesulitan dalam mencari bahan baku utama berupa belut pada saat musim kemarau. 2. Metode Pengambilan Responden Pengambilan responden dilakukan dengan cara sensus yaitu dengan cara mencatat elemen yang diselidiki. Jadi dalam hal ini menyelidiki semua gejala, semua kejadian atau peristiwa. Hasil dari sensus adalah karakteristik yang sesungguhnya (true value). Kumpulan dari seluruh elemen (responden) dinamakan populasi atau universe (Marzuki, 2002:41).
33
Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan sensus pada kecamatan penghasil keripik belut di Kabupaten Klaten. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten tahun 2015, diketahui agroindustri keripik belut yang masih berproduksi di Kabupaten Klaten sebagai berikut: Tabel 4. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Keripik Belut di Kabupaten Klaten, 2015 No 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan Wedi Gantiwarno Karanganom Delanggu Polanharjo Jumlah
Desa Kalitengah, Canan, Gambiran Ceporan Troso Pacaran Trucuk
Produsen 10 4 3 6 2 25
Sumber: Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten, 2015 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa agroindustri keripik belut yang masih berkembang di Kabupaten Klaten, tersebar di lima kecamatan yaitu Kecamatan Wedi, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Karanganom, Kecamatan Delanggu dan Kecamatan Polanharjo. Dari data tersebut, pengambilan data dari penelitian ini dilakukan pada seluruh produsen keripik belut yang ada di lima kecamatan tersebut dan semua produsen keripik belut yang berjumlah 25 orang diambil sebagai responden. Hal itulah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk menggunakan metode sensus dalam pengambilan responden agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan sesungguhnya. C. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar kuesioner yang sudah dipersiapkan. Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data primer dalam penelitian ini meliputi, identitas responden,
34
biaya produksi keripik belut, penggunaan tenaga kerja dalam pengolahan, jumlah produksi keripik belut, harga jual keripik belut, serta data-data lain yang menunjang tujuan penelitian ini melalui kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi, kondisi umum lokasi penelitian dan jumlah produsen keripik belut di tingkat Kecamatan serta data-data lain yang menunjang tujuan penelitian yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten, BPS Kabupaten Klaten dan Kantor Kecamatan Wedi, Kantor Kecamatan Gantiwarno, Kantor Kecamatan Karanganom, Kantor Kecamatan Delanggu, Kantor Kecamatan Polanharjo beserta masingmasing Kepala Desa. D. Teknik dan Pengumpulan Data 1. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer melalui wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 2. Observasi Observasi
adalah
pengumpulan
data
dengan
melakukan
pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. 3. Pencatatan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
35
E. Metode Analisis Data 1. Analisis keuntungan, profitabilitas dan efisiensi agroindustri keripik belut a. Analisis keuntungan agroindustri keripik belut Menurut Soekartawi (1994:73), keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaanya yang terbaik. Rumus : π = TR – TC Keterangan : π
= Keuntungan usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan)
TR = Penerimaan usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan) TC = Biaya total usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan) Untuk biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Rumus : TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Biaya total usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan) TFC = Biaya tetap usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan) TVC = Biaya variabel usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan) (Boediono, 2002:81) Untuk menghitung penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus : TR = Q x P Keterangan : TR = Penerimaan total agroindustri keripik belut (Rp/bulan) P
= Harga produk keripik belut (Rp)
Q
= Jumlah produk keripik belut (kg/bulan)
(Firdaus, 2008:64) b. Analisis profitabilitas dan efisiensi usaha agroindustri keripik belut 1) Profitabilitas Menurut Riyanto (2001:37), profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan kekayaan yang ada untuk menghasilkan laba selang periode tertentu. Nilai
36
profitabilitas dihitung dengan membandingkan antara keuntungan pada industri keripik belut yang diperoleh dengan total biaya yang telah dikeluarkan dan dikalikan 100%. Secara matematis profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut: Profitabilitas = = Keuntungan usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan) TC
= Biaya total agroindustri keripik belut (Rp/bulan)
Kriteria yang diperhitungkan dalam profitabilitas adalah : Profitabilitas > 0 berarti industri yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0 berarti industri yang diusahakan mengalami BEP Profitabilitas < 0 berarti industri yang diusahakan tidak memberi menguntungkan 2) Efisiensi Usaha Efisiensi agroindustri keripik belut yang telah dijalankan selama ini dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan “R/C” yaitu singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan biaya. Efisiensi industri keripik belut dapat dihitung dengan membandingkan besarnya penerimaan industri keripik belut dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : R/C = Keterangan : TR = Penerimaan total agroindustri keripik belut (Rp/bulan) TC = Biaya total usaha agroindustri keripik belut (Rp/bulan) Kriteria : R/C > 1 berarti agroindustri keripik belut efisien R/C = 1 berarti agroindustri keripik belut belum efisien atau mencapai titik impas R/C < 1 berarti agroindustri keripik belut tidak efisien. (Soekartawi, 2001:70)
37
2.
Analisis nilai tambah belut menjadi keripik belut Nilai tambah suatu produk adalah hasil dari nilai produk akhir dikurangi dengan biaya antara yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong (Tarigan, 2004:28). Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi a. Nilai Tambah Bruto NTb
= Na – BA = Na – (Bb + Bp)
Keterangan : NTb
= Nilai tambah bruto (Rp)
Na
= Nilai produk akhir keripik belut (Rp)
BA
= Biaya antara (Rp)
Bb
= Biaya bahan baku keripik belut (Rp)
Bp
= Biaya bahan penolong (Rp)
b. Nilai Tambah Netto (NTn) NTn
= NTb – NP
NP
=
Keterangan : NTn
= Nilai tambah netto (Rp)
NTb
= Nilai tambah bruto (Rp)
NP
= Nilai penyusutan (Rp)
c. Nilai Tambah per Bahan Baku NTbb
= NTb : Σ bb
Keterangan : NTbb
= Nilai tambah per bahan baku yang digunakan (Rp/kg)
NTb
= Nilai tambah bruto (Rp)
Σ bb
= Jumlah bahan baku yang digunakan (kg)
d. Nilai Tambah per Tenaga Kerja NTtk
= NTb : Σ TK
38
Keterangan : NTtk
= Nilai tambah per tenaga kerja (Rp/JKO)
NTb
= Nilai tambah bruto (Rp)
ΣTK
= Jumlah jam kerja (JKO)
3. Pola Saluran Pemasaran Pada penelitian ini untuk mengetahui pola saluran pemasaran keripik belut di Kabupaten Klaten dilakukan dengan menelusuri saluran pemasaran keripik belut di Kabupaten Klaten. Penelusuran pola saluran pemasaran melibatkan produsen keripik belut, lembaga pemasaran sampai konsumen keripik belut di dalam Kabupaten Klaten. 4. Analisis Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Untuk mengetahui biaya pemasaran dan marjin pemasaran keripik belut di tingkat lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran di Kabupaten Klaten, digunakan analisis biaya dan marjin pemasaran yaitu dengan menghitung besarnya biaya, keuntungan, dan marjin tiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran terpilih. a. Biaya pemasaran Bp = Bp1 + Bp2 + ... + Bpn Keterangan : Bp
= Biaya pemasaran keripik belut (Rp/Kg)
Bp1, Bp2, ... Bpn = Biaya pemasaran keripik belut di tiap lembaga pemasaran (Rp/Kg) (Soekartawi, 1993:156) b. Keuntungan pemasaran Kp = Kp1 + Kp2 + ... + Kpn Keterangan : Kp
= Keuntungan pemasaran keripik belut (Rp/Kg)
Kp1, Kp2,...Kpn = Keuntungan pemasaran keripik belut di tiap lembaga pemasaran (Rp/Kg) (Soekartawi, 1993:157)
39
c. Marjin pemasaran M = Pr – Pf Keterangan : M = Marjin pemasaran keripik belut (Rp/Kg) Pr = Harga keripik belut yang ditingkat konsumen (Rp/Kg) Pf = Harga keripik belut yang ditingkat produsen (Rp/Kg) Marjin
pemasaran
merupakan
penjumlahan
pemasaran dan keuntungan pemasaran M = Kp + Bp Keterangan : M = Marjin pemasaran keripik belut (Rp/Kg) Kp = Keuntungan pemasaran keripik belut (Rp/Kg) Bp = Biaya pemasaran keripik belut (Rp/Kg) (Sudiyono, 2004:94)
dari
biaya