24
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kebun kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Secara umum, areal yang diteliti adalah areal bervegetasi alam (areal hutan dan semak belukar), areal lingkungan kebun sawit (kebun sawit inti, kebun sawit plasma dan areal di sekitar pemukiman) dan kebun karet. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2007. Lokasi Penelitian
Keterangan :
= Sawit inti
= Sawit plasma
= Sekitar pemukiman
= Areal hutan
= Semak belukar
= Kebun karet
Gambar 1 Sketsa lokasi penelitian.
25
3.2 Batasan Penelitian Mamalia yang diamati tidak meliputi mamalia ordo Chiroptera.
3.3 Alat dan Bahan Ada beberapa peralatan yang digunakan saat pengambilan data. Alat yang digunakan dalam pengambilan data disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian No Nama Barang Fungsi 1 Binokuler
Membantu identifikasi jenis
2 Kompas Brunton
Menentukan arah transek
3 Kamera digital
Dokumentasi
4 Buku panduan lapangan yakni :
Membantu identifikasi jenis
a. A Field Guide to The Mammals of Borneo b. Panduan Lapang Rodent di Jawa
5 Pencatat waktu
Menentukan waktu perjumpaan dengan satwa
6 Perangkap mamalia kecil, yakni Perangkap hidup dan perangkap mati 7 Caliper dan neraca pegas tipe EUS
Pengamatan mamalia kecil Ordo Rodensia dan Scandentia Pengukuran morfometri mamalia Kecil
Bahan yang digunakan dalam pengambilan data meliputi : 1. Kelapa bakar, nenas dan ikan
5. Tally sheet untuk memudahkan
asin sebagai umpan perangkap.
pendataan hasil pengamatan.
2. Gibs untuk dokumentasi jejak.
6. Plastik transparansi
3. Tali rafia dan tambang.
7. Alkohol 70 %.
4. Meteran
untuk
mengukur
8. Kloroform
panjang transek.
3.4 Jenis Data Data yang dikumpulkan meliputi : a. Jenis dan jumlah jenis yakni mencatat semua jenis mamalia yang ditemukan.
26
b. Jumlah individu yang ditemukan dan dapat diidentifikasi di sepanjang jalur transek dan titik konsentrasi. c. Penyebaran jenis satwa mamalia, meliputi data lokasi tempat ditemukannya satwa mamalia, jejak, sarang atau tanda keberadaannya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Orientasi Lapangan Orieantasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengenal areal yang akan diteliti.
3.5.2 Pengamatan Pengambilan data di lapangan menggunakan tiga metode, yakni transek jalur (Stripe transect), titik terkonsentrasi (Consentration count) dan pemerangkapan (Trapping). Transek Jalur (Stripe Transect) Pengamatan dengan metode ini menggunakan garis transek sebagai jalur pengamatan. Panjang rata-rata jalur ± 895 m. Tiap lokasi penelitian dibuat 2 jalur pengamatan. Arah jalur transek disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan lebar 35 m kiri kanan jalur pengamatan. Hal ini didasarkan saat observasi lapangan, jarak optimal pengamat dapat melihat satwa dan mampu mengidentifikasi jenis adalah maksimal pada jarak 35 m. Pengamat berjalan di sepanjang jalur transek dan mencatat semua kontak yang ditemukan. S3
S1 35 m
To
Arah Lintasan
Ta S2
Keterangan : To = Titik awal, Ta = Titik akhir jalur pengamatan , S = Posisi jejak satwaliar
Gambar 2 Ilustrasi metode transek jalur. Pengamatan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari (07.00 WIB – 09.00 WIB) dan sore hari (15.30 WIB – 18.00 WIB). Pencatatan data melalui kontak langsung ataupun tidak langsung, meliputi pencatatan perjumpaan jejak kaki, tempat untuk bersarang, kotoran/feses dan bekas lain yang ditinggalkan.
27
Perjumpaan langsung dan tidak langsung tersebut dicatat waktu, dan keterangan lain yang berkaitan seperti kondisi habitat dan tutupan lahan.
Titik Terkonsentrasi (Consentration Count) Dilakukan terkonsentrasi pada areal tertentu yang ditetapkan melalui studi pendahuluan (observasi lapang). Titik konsentrasi pengamatan berupa tempat mencari makan dan tempat tidur (beristirahat) satwa mamalia. Pengamatan dilakukan pagi hari (06.00-07.00 WIB) dan malam hari (19.00-20.30 WIB).
Pemerangkapan (Trapping) Metode ini digunakan untuk mamalia kecil ordo Rodensia dan ordo Scandentia. Banyak perangkap yang digunakan sebanyak 57 buah (27 buah life trap, 30 snape back trap). Rinciannya ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah perangkap yang dipasang pada tiap lokasi penelitian Tipe Habitat I Pl AT S AH Jumlah perangkap
KK
12 lt,
12 lt,
12 lt,
12 lt,
12 lt,
12 lt,
12 dt
12 dt
12 dt
12 dt
12 dt
12 dt
Keterangan: I = Kebun sawit inti, Pl = Kebun sawit plasma, AT = Arel di sekitar pemukiman, S = Semak belukar, AH = Areal hutan, KK = Kebun karet, lt = life trap, dt = snape back trap
Perangkap dipasang secara sistematik dan disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan jarak antar perangkap 25 m. Terdapat dua jalur perangkap tiap tipe habitat. Jalur untuk penempatan perangkap adalah jalur yang digunakan untuk pengamatan dengan metode transek jalur.
35 m
S3
S1
Ta
To 70 m
Keterangan :
S2
Arah Lintasan
= Perangkap, To = Titik awal, Ta = Titik akhir jalur pengamatan , S = Posisi jejak satwaliar
Gambar 3 Ilustrasi penempatan perangkap pada jalur.
28
3.6 Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan deskriptif. Pendugaan kepadatan populasi, kekayaan jenis, kelimpahan jenis, kemerataan jenis, penyebaran jenis dan kesamaan jenis tiap komunitas dianalisis secara kuantitatif. Sedangkan sebaran ekologis, tingkat tropik, data gangguan manusia dan status konservasi satwa mamalia yang ditemukan di areal penelitian dianalisis secara deskriptif. 3.6.1 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kepadatan populasi dugaan, kekayaan jenis, kelimpahan jenis, kemerataan jenis, penyebaran jenis dan kesamaan komunitas. Pendugaan Kepadatan Populasi Pendugaan kepadatan populasi mamalia tiap lokasi studi dianalisis melalui data yang diperoleh dengan menggunakan metode transek jalur (Strip transeck). Rumus yang digunakan adalah persamaan King (King Methods). Bentuk persamaan pendugaan kepadatan populasi sebagai berikut n
Dj =
∑ xi i =1
a
Keterangan : Dj = Pendugaan kepadatan populasi (ind/ha) xi = Jumlah individu yang dijumpai pada kontak ke-i (individu) a
= Luas jalur setiap pengamatan (km² atau ha)
Kekayaan Jenis (Species Richness) Kekayaan jenis ditentukan langsung dengan melihat jumlah jenis yang dijumpai sebab pengukuran jumlah jenis merupakan pengukuran kekayaan jenis yang jelas dan nyata.
Kelimpahan Jenis (Spesies Abundance) Dihitung menggunakan Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener. Konsep ini merupakan ukuran keanekaragaman yang relatif paling dikenal dan paling banyak digunakan (Magurran 1998).
29
Rumus Indeks Keanekargaman Jenis Shannon-Wiener adalah H’ = − ∑
n n ln N N
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis ln = Logaritma natural n = Jumlah individu tiap jenis N = Jumlah total individu seluruh jenis Untuk menentukan keanekaragaman jenis mamalia, maka digunakan klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wieners (Tabel 3).
Tabel 3 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 1988) Nilai indeks Shanon Kategori >3
Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu Tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
1–3
Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu Tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang
<1
Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu Tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah
Kemerataan Jenis (Evenness) Nilai kemerataan jenis dihitung menggunakan Indeks Kemerataan Jenis dengan rumus (Ludwig dan Reynolds 1988) sebagai berikut : E=
H' ln S
Keterangan : E = Indeks kemerataan jenis S = Jumlah jenis H’ = Indeks keanekaragaman jenis Kisaran nilai Indeks Kemerataan Shannon-Wiener (E) : 0 < E < 0,5
= Komunitas dalam keadaan tertekan
0,5 < E < 0,75 = Komunitas dalam keadaan agak seimbang 0,75 < E < 1
= Komunitas dalam keadaan seimbang
30
Penyebaran Jenis Penyebaran jenis mamalia secara horizontal pada masing-masing lokasi yang diamati dianalisis dengan rumus sebagai berikut : Frekuensi Jenis (Fj)
= Jumlah tipe habitat ditemukan suatu jenis Total tipe habitat
Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi jenis x 100 % Total frekuensi
Kesamaan Komunitas Kesamaan komunitas dihitung dengan menggunakan Indeks Smilaritas Jaccard yang digunakan untuk mengetahui kesamaan antar tipe habitat berdasarkan jenis yang ditemukan. Rumus Indeks Smilaritas Jaccard sebagai berikut : IS =
c a+b+c
Keterangan: IS = Indeks Smilaritas Jaccard c
= Jumlah jenis yang sama di kedua lokasi
a
= Jenis yang ditemukan di a tetapi tidak ditemukan di b
b
= Jenis yang ditemukan di b tetapi tidak ditemukan di c
3.6.2 Analisis Deskriptif Selain analisis kuantitatif beberapa hal diuraikan dalam bentuk deskriptif, antara lain : sebaran ekologi, tingkat tropik, data gangguan manusia dan status konservasi. Status konservasi didasarkan pada Peraturan Pemeritah No.7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, Red list IUCN dan CITES.