29 III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
bahwa
kawasan
tersebut
dicadangkan
menjadi
areal
pembangunan HTR sejak tahun 2009 namun sampai sekarang baru terdapat 1 ijin HTR sehingga diperkirakan terdapat permasalahan yang menghambat pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang
tersebut.
Selain itu di areal tersebut terdapat permasalahan perambahan yang sudah terjadi sejak tahun 1997 sampai sekarang dan belum mendapatkan solusi yang memadai. Penelitian lapangan dilakukan selama 3 bulan yaitu bulan Maret sampai Mei 2012.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian deskriptif yang menurut Nazir (2009) digunakan dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk memperoleh deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yaitu metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data (Irawan 2007).
Metode survey ini digunakan
untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketerangan secara aktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Selain itu metode juga dapat digunakan untuk mengenal secara mendalam,
mengevaluasi dan perbandingan dalam
mengatasi permasalan yang dihadapi (Nazir 2009).
30 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik yaitu. 1.
Pengamatan secara langsung melalui observasi lapangan dan partisipatif
2.
Interview atau wawancara langsung
dengan menggunakan pedoman
wawancara semi terstruktur dan kuisioner yang telah disusun 3.
Focus group discussion (FGD) yang digunakan untuk mengidentifikasi akar permasalahan, mencari alternatif-alternatif strategi pemecahan masalah dan merumuskan strategi pemecahan masalah yang efektif dan efisien
4.
Pencatatan data sekunder dari dokumentasi data pada instansi yang terkait dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
3.3 Jenis Data dan Instrumen Penelitian Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang dikumpulkan melalui observasi secara langsung di lapangan, kuisioner dan melalui wawancara mendalam terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan HTR. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: 1.
Kondisi/karakteristik sosial ekonomi masyarakat/komunitas
2.
Karakteristik individu
3.
Persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR
4.
Unsur modal sosial masyarakat yang diadopsi dari konsep unsur modal sosial Uphoof (2000) dan Hasbullah (2006). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari institusi atau lembaga
tertentu. Data sekunder ini diperoleh melalui studi literatur dan studi data-data dari hasil-hasil penelitian dan instansi terkait, lembaga informal dan sebagainya. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Kondisi umum lokasi penelitian
2.
Dukungan infrastruktur dalam pembangunan HTR
3.
Kebijakan dan dukungan program pembangunan hutan tanaman rakyat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner
modifikasi Social Capital Asessment Tool atau SCAT (Krishna dan Shrader 1999) dengan Measuring Social Capital an Integrated Questionnaire atau SC-IQ (Grootaert et al. 2004), kuisioner untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR serta pedoman wawancara untuk analisis SWOT
31 dan QSPM.
SCAT menilai unsur modal sosial melaui penelitian pada
tiga
komponen yaitu komunitas, rumah tangga dan organisasi. SCAT Menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif untuk melakukan pengukuran dimensi modal sosial yang kompleks. Unit analisa SCAT adalah rumah tangga dan komunitas, serta variabel yang berhubungan dengan modal sosial yang mungkin diciptakan dan diakses individu, rumah tangga dan institusi lokal. SCAT mengukur modal sosial pada tiga level yang menghasilkan profil komunitas, profil rumah tangga dan profil organisasi karena SCAT tidak mengukur modal sosial pada level makro nasional tapi pada level mikro komunitas. a.
Profil Komunitas Profil komunitas ditentukan dengan melakukan FGD yang diadakan dalam komunitas selama awal masa penelitian, studi pustaka, observasi lapangan dan metode partisipatory. Profil komunitas yang digali dalam penelitian ini yaitu kondisi karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya komunitas, modal sosial komunitas, data lapangan (identitas aset komunitas, aksi kolektif dan kesetiakawanan, pengambilan keputusan dalam komunitas, organisasi dalam komunitas, hubungan organisasi dengan komunitas, jaringan kelembagaan
dan
kepadatan
organisasi)
dan
permasalahan
dalam
komunitas. b.
Survey Rumah Tangga Survey rumah tangga dimaksudkan untuk memformulasikan indikator yang bersifat kognitif dan struktural dari dimensi modal sosial sehingga mampu mengukur potensi rumah tangga, stok pada tingkat individu dan serta akses pada modal sosial. Untuk survey rumah tangga ini data dikumpulkan dari responden yang jumlahnya ditentukan dengan rumus slovin dengan metode wawancara, observasi lapangan dan partisipatif. Data yang diambil adalah data karakteristik individu dan tingkatan unsur modal sosial yang diukur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dimodifikasi dari SCAT dan SC-IQ.
C. Profil Organisasi Profil organisasi menggambarkan hubungan dan jaringan yang ada diantara institusi lokal formal maupun informal serta untuk mengukur karakteristik internal
organisasi
yang
mungkin
mendukung
atau
menghalangi
pembentukan modal sosial. Profil organisasi ini di tentukan dengan
32 melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci terkait dengan kepemimpinan organisasi, identitas organisasi dan kebijakan/program pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Pokok penelitian, jenis data, sumber data dan metode pengumpulan data dapat dilihat dalam Lampiran 1.
4.4
Penentuan Responden Responden rumah tangga dalam penelitian adalah anggota masyarakat
yang berada di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang merupakan calon peserta dalam program pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Responden rumah tangga dipilih secara acak. Jumlah responden ditentukan berdasarkan Rumus Slovin (Nazir 2009): n = N/(1 + Ne2)
dimana:
n
= Ukuran sampel
N
= Ukuran populasi
E
= Galat pendugaan
Populasi masyarakat yang berada di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang berdasarkan data Dinas Kehutanan Kabupaten OKI adalah 2.837 Kepala Keluarga dan galat/tingkat kesalahan yang masih ditolelir adalah 9% maka jumlah responden sampel adalah 119 responden. Selain wawancara
dari
responden,
mendalam
dengan
data
penelitian
informan
juga
kunci
dilengkapi
yang
terkait
dengan dengan
pembangunan HTR. Informan kunci tersebut antara lain Kepala Desa, tokoh masyarakat, pihak dinas Kehutanan, BPPHP Wilayah V, pendamping HTR, LSM dan Badan Penyuluh Kabupaten.
4.5
Variabel Pengamatan dan Definisi Operasional Variabel yang diamati dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok
variabel yaitu kelompok variabel karakteristik individu yang diduga akan mempengaruhi tingkatan unsur-unsur modal sosial yang terdiri dari: umur (X1), pendidikan formal (X2), pendidikan non-formal (X3), tingkat pendapatan (X4), kondisi kesehatan (X5), luas lahan garapan (X6), lama tinggal (X7) dan status sosial (X8). Kelompok variabel yang kedua yaitu kelompok variabel kelompok variabel yang merupakan unsur unsur dari modal sosial yang terdiri dari: kepercayan (Y1.1), jaringan (Y1.2), norma (Y1.3), tindakan yang proaktif (Y1.4) dan kepedulian (Y1.5). Kelompok Variabel ketiga yaitu kelompok variabel persepsi
33 masyarakat terhadap pembangunan HTR yang terdiri dari persepsi terhadap alokasi lahan HTR (Y2.1), pola pembangunan HTR (Y2.2), pemanfaatan Hasil HTR (Y2.3),
jenis tanaman HTR (Y2.4), persyaratan perijinan HTR (Y2.5), proses
perijinan HTR (Y2.6), jangka waktu dan luas pengusahaan ijin HTR (Y2.7), pewarisan ijin HTR (Y2.8), hak dan kewajiban HTR (Y2.9), pasar hasil HTR (Y2.10), kelembagaan HTR (Y2.11), sosialisasi HTR(Y2.12), pendampingan dan penyuluhan (Y2.13). Untuk memudahkan penelitian maka konsep-konsep dan variabel-variabel tersebut dibatasi dan ditentukan terlebih dahulu paramaternya pengukurannya sesuai dengan rencana penelitian yang dilakukan. 1.
Konsep modal sosial dalam penelitian ini adalah norma dan hubungan sosial yang melekat dalam struktur masyarakat sehingga membuat komunitas petani di lokasi pencadangan HTR dapat bekerjasama dalam bertindak untuk mencapai tujuan bersama.
2.
Karakteristik individu adalah keadaan atau sifat baik bawaan maupun yang diperoleh dari pengaruh lingkungan yang terdapat pada individu tersebut, yang mendorong individu tersebut untuk berpartisipasi.
3.
Persepsi masyarakat adalah pandangan masyarakat terhadap ketentuanketentuan dalam proses pembangunan HTR. Variabel, indikator dan parameter pengukuran unsur karakteristik individu,
unsur modal sosial
dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR
dapat dilihat dalam Lampiran 2.
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul berupa data karakteristik sosial, karakteristik individu dan tingkatan unsur-unsur modal sosial dipadukan dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut: 3.6.1 Analisis Deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan: (1) karakteristik sosial, ekonomi dan budaya pada level komunitas; (2) kebijakan dan dukungan pihak-pihak terkait pada kegiatan pembangunan hutan tanaman rakyat; (3) karakteristik individu; (4) unsur-unsur modal sosial dan (5) penilaian tingkatan unsur-unsur modal sosial dalam masyarakat area Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang.
Untuk mendeskripsikan karakteristik sosial, ekonomi dan
34 budaya masyarakat pada level komunitas, karakteristik individu dan tingkatan unsur-unsur modal sosial dilakukan dengan persamaan:
Adapun jumlah kelas disesuaikan dengan kategori tingkatan yang diinginkan yaitu 3 kelas untuk karakteristik sosial, ekonomi dan budaya komunitas (rendah, sedang dan tinggi), 3 kelas untuk karakteristik individu (rendah, sedang dan tinggi) dan 4 kelas untuk tingkatan modal sosial (minimum, rendah, sedang dan tinggi).
3.6.2 Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel karakteristik individu (X) terhadap variabel unsur-unsur modal sosial masyarakat (Y) dengan menggunakan uji koefisien Peringkat Spearman: 1
6∑ 1
Dengan RS (Koefisien Rank Spearman), di (selisih peringkat X dan Y) dan n (banyaknya sampel). Apabila Rs bernilai nol, maka tidak ada korelasi, apabila Rs bernilai +1,00 atau -1,00 maka terdapat korelasi sempurna.
2.3.4
Analisis Strategi Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Proses penyusunan perencanaan strategis menurut Rangkuti (2008)
melalui tiga tahapan analisis yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis dan (3) tahap pengambilan keputusan sebagimana tergambar dalam gambar 4.
1. Tahap Pengumpulan data Evaluasi Faktor Matrik Profil Kompetitif Evaluasi Faktor Eksternal Eksternal 2. Tahap Analisis Matrik SWOT 3. Tahap Pengambilan Keputusan Quantitave Strategic Planning Matrix (QSPM) Gambar 4 Kerangka formulasi strategis (dimodifikasi dari Rangkuti 2008)
35 1 Tahap Pengumpulan data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data, pengklasifikasian dan praanalisis data. Data yang dikumpulkan terbagai menjadi dua kategori yaitu data internal dan data eksternal. Data internal merupakan data yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang terdapat didalam masyarakat terkait dengan pembangunan
HTR.
Sedangkan
data
internal
merupakan
data
yang
menggambarkan peluang dan ancaman yang berasal dari luar masyarakat terkait dengan pembangunan HTR. Pada tahap pengumpulan data ini dilakukan pengumpulan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang diperoleh dari identifikas lapangan terhadap karakteristik sosial, karakteristik individu, modal sosial, persepsi masyarakat dan dukungan infrastruktur dalam pembangunan HTR. Faktor-faktor tersebut diidentifikasi berdasarkan penilaian beberapa stakeholders yang terkait dengan pembangunan HTR yaitu tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, BPPHP Wilayah V, Dinas Kehutanan Kabupaten OKI dan pendamping HTR. Pada tahap ini terdapat dua model matrik analisi data yang dipakai untuk mengkalsifikasikan dan membuat pra-analisis yaitu a.
Matrik Faktor strategi Eksterna/External factor evaluatian (EFE) Matrik EFE disusun untuk meringkas faktor faktor eksternal terkait dengan
peluang dan ancaman dari luar komunitas masyarakat. Matrik EFE disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Menyusun kolom 1 yang berisi peluang dan ancaman (5 s.d 10 kolom)
2.
Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2 dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting)
3.
Menghitung rating dalam kolom 3 dengan skala 0 (Poor) sampai 4 (outstanding)
4.
Menghitung skor pembobotan pada kolom 4 dengan mengalikan kolom 2 dengan kolom 3
5.
Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tersebut dipilih dan bagaimana mendapatkan bobot perhitungannya.
6.
Menjumlahkan skor pembobotan total pada kolom 4. Skor ini menunjukkan bagaimana reaksi masyarakat terhadap faktor-faktor eksternal.
36 b.
Matrik Faktor strategi Internal/Internal factor evaluatian (FE) Matrik IFE ini digunakan untuk meringkas faktor-faktor internal yang terkait
dengan kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam masyarakat. Tahapan penyusunan matrik IFE ini sama dengan tahapan penyusunan matrik EFE. 1.
Tahap Analisis Tahapan analisis ini memanfaatkan semua informasi yang terkumpul
dalam model-model kuantitatis perumusan strategi. Alat analisis yang dipakai adalah matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal (Rangkuti 2008). Matrik analisis ini menghasilkan empat kemungkinan strategi yaitu. a.
Strategi kekuatan-peluang. Strategi ini berusaha memanfaatkan kekuatan yang ada untuk merebut dan memanfaatkan peluang secara optimal.
b.
Strategi kekuatan-ancaman Strategi ini berusaha untuk memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghadapai ancaman yang datang.
c.
Strategi kelemahan-peluang Strategi ini digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki.
d.
Strategi kelemahan-ancaman Strategi
ini
merupakan
strategi
defensif
yang
berusaha
untuk
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. 2.
Tahap Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan atas berbagai pilihan strategi diatas dilakukan
dengan menggunakan metode analisi Quantitave Strategic Planning Method (QSPM). Analis QSPM dilakukan dengan memberikan skor daya tarik (Atractiveness Score) pada setiap faktor dalam pilihan strategi yang terdapat dalam matrik SWOT. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan bobot pada masing-masing faktor dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting) kemudian mengalikannya dengan skor daya tarik dengan skala 1 (kurang baik) sampai dengan 4 (sangat baik) untuk mendapatkan total skor daya tarik (total atractiveness score) atau TAS. Strategi yang dipilih adalah strategi dengan nilai TAS yang paling tinggi (David 2002).