III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. WOM Finance merupakan salah satu perusahaan pembiayaan (finance), dimana bidang usahanya memberikan pembiayaan kepada konsumen dengan konsentrasi penjualan motor Honda, Yamaha dan Suzuki. PT. WOM Finance mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan konsumennya. Visi, misi dan tujuan tersebut harus terjabarkan dengan baik, agar tercapai efektivitas dan efisisensi organisasi. Penjabaran tujuan tersebut berasal dari tujuan organisasi dan selanjutnya dijabarkan pada tingkat divisi, dan unit kerja, yang nantinya bermuara pada pengukuran kinerja, baik tingkat karyawan dan perusahaan. Perencanaan SDM dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis pekerjaan yang menjabarkan deskripsi dan spesifikasi pekerjaan. Untuk mendukung analisis pekerjaan digunakan analisis beban kerja dan kebutuhan tenaga kerja. Adanya kesesuaian antara analisis pekerjaan dan beban kerja, dapat dihasilkan pelaksanaan pekerjaan efektif dan efisien, serta tercapainya kinerja karyawan yang baik pula. Sejalan dengan penjabaran visi dan misi yang dimiliki sebuah organisasi, maka salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui perencanaan SDM. Perencanaan SDM merupakan faktor terpenting yang dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan organisasi, serta menghasilkan karyawan yang cakap dan baik pula. Menurut Siagian (2008), karyawan yang baik adalah bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki menurut kebutuhan perusahaan. Alur kerangka pemikiran yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 1.
16
Visi dan Misi PT. WOM Finance
Tujuan PT. WOM Finance
Perencanaan SDM
Deskripsi Pekerjaan dan Spesifikasi pekerjaan
Jumlah Beban Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja
Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Kerja
Efisiensi dan Efektivitas Tenaga Kerja
Kinerja Karyawan
Kinerja Perusahaan
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
17
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di PT. WOM Finance cabang Depok Jalan Kartini No. 17 Depok yang dilaksanakan pada Bulan November 2011 – Januari 2012 3.3. Pengumpulan Data Data diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan perusahaan, yaitu bagian berkaitan dengan SDM, dan diperoleh melalui pengisian kuesioner (Lampiran 1) oleh responden. Data sekunder diperoleh melalui arsip-arsip perusahaan dan berbagai literatur seperti bukubuku teori, hasil penelitian terdahulu, jurnal dan data yang ada di perusahaan. Populasi penelitian adalah karyawan yang bekerja di PT. WOM Finance cabang Depok khususnya pada Divisi Marketing dan Kredit. Jumlah populasi karyawan adalah 37 orang, yang mengisi dan mengembalikan sebanyak 31 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner dengan teknik satu (1) Rated contoh (sampling), yaitu semua populasi tertentu pada bagian atau divisi yang akan dijadikan contoh yaitu pada bagian marketing dan kredit. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Uji coba Kuesioner Pelaksanaan uji coba kuesioner harus melalui dua (2) tahapan yang harus dilalui secara berurutan, yaitu : a. Uji validitas Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan sudah mengukur apa yang harus diukur oleh alat tersebut, yaitu kuesioner (Nasution, 2001). Asumsi pokok dari uji validitas ini adalah bahwa setiap pertanyaan berhubungan dengan obyek yang akan diteliti (Anastasi dan Urbina, 1997), dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment :
18
N ( Σ XY ) – ( Σ X Σ Y)
r= √(NΣ
-(Σ
) )(NΣ
........................(1)
- (Σ ) )
Keterangan : N = Jumlah responden X = Skor masing-masing perta yaan dari tiap-tiap responden Y = Skor total semua pertanyaan dari tiap responden
Kriteria pengujian uji validitas : Dengan tingkat kepercayaan 95%, atau α = 0,05 Bila nilai r-hitung > r-tabel berarti peubah tersebut valid Bila nilai r-hitung ≤ r-tabel berarti peubah tersebut tidak valid.
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk menetapkan apakah instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali atau untuk jawaban lebih dari 2 (Umar, 2010). Keterandalan ditentukan dengan menggunakan alpha cronbach berikut :
=
[ 1- Σ ] ........................................................ (2)
Keterangan : = Koefisien alpha cronbach k
= Butir pertanyaan yang valid
Σ
= Jumlah ragam butir pertanyaan yang valid = Ragam skor total
19
Kriteria pengujian uji reliabilitas : Dengan tingkat kepercayaan 95%, atau α = 0,05 Bila nilai r-hitung > r-tabel berarti peubah tersebut reliabel Bila nilai r-hitung ≤ r-tabel berarti peubah tersebut tidak reliabel Perhitungan koefisien alpha cronbach diperoleh dari penggunaan program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 15. 3.4.2 Skala Likert Skala ini mengukur tingkat persetujan atau ketidaksetujuan responden terhadap serangkaian pernyataan yang mengukur sesuatu obyek (Istijanto, 2005). Skala Likert digunakan untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif (Tabel 1). Tabel 1. Bobot nilai jawaban responden Jawaban Responden
Bobot Nilai
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Cukup Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mwenjelaskan data dari hasil sebaran kuesioner secara umum dengan menggunaan presentase dan rataan skor dengan rumus :
Rs =
...............................................(3), dimana
m adalah jumlah alternatif jawaban tiap item, maka : Rs =
(
)
Rs = 0, 8 Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang (Tabel 2).
20
Tabel 2. Nilai skor rataan Skor Rataan
Penilaian
1,0 - 1,8
Sangat Tidak Setuju
1,8 – 2,6
Tidak Setuju
2,6 – 3,4
Cukup Setuju
3,4 – 4,2
Setuju
4,2 – 5,0
Sangat Setuju
Intepretasi untuk skor rataan tabel di atas adalah apabila nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 1,0 - 1,8, maka permasalahan yang dihadapi karyawan dikatakan sangat tidak baik. Apabila nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 1,8 - 2,6, maka permasalahan yang dihadapi karyawan dikatakan tidak baik. Kemudian, jika nilai skor rataan berada pada rentang 2,6 - 3,4 maka permasalahan yang dihadapi karyawan dikatakan cukup baik. Dalam kategori cukup baik terdapat 2 pesepsi, yaitu cukup baik dengan persepsi yang mengarah pada kecenderungan penilaian tidak baik, jika terdapat pada skala penilaian 2,6 – 2,99 dan persepsi yang mengarah pada kecendrungan baik dengan skala penilaian dari 3,00 – 3,4. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada dalam rentang 3,4 4,2, maka permasalahan yang dihadapi karyawan dapat dikatakan baik. Sementara apabila nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 4,2 - 5,0, maka permasalahan yang ada dapat dikatakan sangat baik. 3.4.3 Menganalisis Beban Kerja Proses pengolahan data tersebut memiliki beberapa tahapan proses, yaitu : a. Menghitung waktu kerja efektif yang tersedia bagi karyawan selama satu tahun. Perhitungannya menurut Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (2004) : Hari Kerja Efektif = X1 - (X2 + X3 + X4 + X5)..................(4)
21
Keterangan : X1 = Jumlah hari menurut kalender X2 = Jumlah hari Sabtu dan Minngu dalam satu tahun X3 = Jumlah hari Libur dalam satu tahun X4 = Jumlah Cuti dalam satu tahun Jam kerja efektif/hari = jam kerja/hari – Waktu boros Waktu Boros = 30% x jam kerja/hari Waktu Produktif 1 tahun = Hari kerja efektif x jam kerja efekif/hari b. Mengolah data dan menghitung beban kerja karyawan c. Menghitung jumlah karyawan yang efektif dan efisien ℎ
Jumlah karyawan efektif =
ℎ
.............(5)
3.4.4 Analisis PLS Menurut Ghozali (2008), Partial Least Square (PLS) merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan Structur Equation Modelling (SEM) berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh Wold dalam Ghozali (2008), metode ini merupakan metode yang sangat kuat, karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak harus besar.
Tujuan
dari
PLS
adalah
memprediksi
suatu
model
dan
mengkonfirmasi teori yang telah ada, tetapi bisa juga digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar peubah atau variabel laten. Pengolahan analisis PLS dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SmartPLS 2.0. Model PLS pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, diketahui peubah-peubah yang mencerminkan beban kerja, peubah-peubah ini bersifat reflektif. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencerminkan beban kerja dapat dilihat pada Tabel 3.
22
Tabel 3. Peubah-peubah reflektif yang mencerminkan beban kerja Konstruk Beban kerja (X)
Indikator Keterangan B1 Jumlah pegawai sudah cukup B2 Target yang harus dicapai sudah jelas B3 Waktu penyelesaian pekerjaan sudah cukup B4 Pekerjaan yang sama setiap harinya B5 Penyelesaian pekerjaan harus cepat B6 Pada jam istirahat mengerjakan pekejaan B7 Pada saat-saat tertentu menjadi sangat sibuk B8 Dapat menikmati pekerjaan yang dilakuakan B9 Beban kerja sudah sesuai dengan standar pekerjaan B10 Dapat meninggalkan kantor ketika waktu kerja telah selesai
Peubah-peubah yang mencerminkan kinerja bersifat reflektif. Artinya penilaian terhadap peubah-peubah tersebut mencerminkan kinerja karyawan. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencermikan kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Peubah-peubah reflektif yang mencerminkan kinerja Konstruk Kinerja (Y)
Indikator K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8
Keterangan Pelaksanaan tugas dan pekerjaan dengan tepat atau benar Mutu dan kuntitas pekerjaan sesuai standar Mutu dan kuantitas pekerjaan sesuai kompetensi pekerjaan Motivasi untuk tujuan perusahaan Loyal pada perusahaan Mampu bekerjasama dalam tim Kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pekerjaan Pelayanan kepada customer, atau masyarakat sudah baik
23
Lanjutan Tabel 4. Konstruk Kinerja (Y)
Indikator K9 K10
Keterangan Prosedur dan kebijakan dilaksanakan dengan baik Penampilan dan cara berpakaian sudah baik
Gambar 2. Model PLS
24
Pada metode PLS dikenal 2 (dua) evaluasi model. Pertama model pengukuran atau outer model. Outer model adalah model pengukuran hubungan antara indikator dengan konstruk. Dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dari masing-masing indikator. Pada model reflektif, kriteria validitas dan reliabilitas indikator diukur dengan convergent validity, discriminant validity dan composite reliability. Indikator dikatakan valid jika memiliki nilai loading diatas 0,7. Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup. Convergent validity dapat pula ditunjukkan oleh nilai Average Variance Extracted (AVE). Syarat untuk menjadi model yang baik adalah nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,50. Selain convergent validity , dilakukan juga pengujian discriminant validity. Discriminant validity dinilai berdasarkan cross loading antara indikator terhadap konstruk. Nilai korelasi indikator terhadap konstruknya harus lebih besar dibandingkan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya. Sementara reliabilitas konstruk diukur dengan composite reliability dan Cronbach Alpha. Konstruk dikatakan reliabel jika memiliki nilai composite reliability dan Cronbach Alpha di atas 0,70 (Ghozali, 2008). Sementara untuk pengujian validitas model formatif dilakukan dengan melihat koefisien regresi dan signifikansi dari koefisien tersebut. Pada dasarnya konstruk formatif merupakan hubungan regresi dari indikator ke konstruk. Kedua, model struktural atau inner model. Inner model menggambarkan hubungan antara peubah atau variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dan Uji-t untuk menentukan nyatanya koefisien parameter jalur struktural. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh peubah laten independen tertentu terhadap peubah laten dependen, apakah mempunyai pengaruh substantif.