49
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Dalam penelitian ini dipelajari upaya-upaya agar agroindustri halal di Indonesia mampu bersaing secara global dan mampu memenuhi pasar ekspor dan domestik. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah model pendekatan partisipan dan konsultatif. Para para pemimpin agroindustri halal dan para pembuat kebijakan yang terlibat menjadi partisipan aktif yang dilibatkan dalam analisis situasi. Kemudian dilakukan interpretasi terhadap temuan-temuan yang ada dan pemilihan formulasi serta inisiatif pengembangannya. Proses tersebut dilakukan terhadap para pelaku pemilik agroindustri dan pembuat kebijakan mengenai dampak dari program dan memastikan komitmen mereka terhadap pelaksanaan reformasi. Strategi pengembangan agroindustri halal dapat dianggap sebagai bagian dari strategi industri yang mengarahkan pada tujuan berupa kondisi ideal yang diinginkan di masa depan. Untuk itu, para pelaku seperti pemilik agroindustri, pembuat kebijakan dan pemimpin industri dilibatkan menjadi partisipan aktif untuk menganalisis situasi. Kemudian dilakukan interpretasi terhadap temuantemuan yang ada dan menentukan prioritas formulasi, dilanjutkan dengan menggali inisiatif pengembangan, dampak dari strategi yang dipilih serta memastikan komitmen pelaku terhadap strategi terpilih. Gambar 15 berikut menjelaskan kerangka pemikiran pengembangan agroindustri halal Indonesia.
Kebijakan agroindustri Halal
Peningkatan Kualitas
Kondisi masa depan agroindustri Halal yang diinginkan
Intervensi Pemerintah
Kondisi agroindustri Halal saat ini
Kondisi Tidak Ada Intervensi
Kondisi masa depan agroindustri Halal jika pemerintah tidak melakukan intervensi
Gambar 15. Kerangka Pemikiran Pengembangan Agroindustri Halal
50
Gambar 15 di atas menjelaskan bahwa kondisi ideal yang diinginkan di masa depan adalah menjadi tujuan umum (goal) yang ditetapkan berdasarkan sistem nilai yang berlaku di masyarakat dan ideologi pengembangan yang dianut oleh pembuat kebijakan. Goal tersebut kemudian dijabarkan menjadi deskripsi masa depan agroindustri serta kondisi masa kini yang diperlukan untuk mencapai kondisi masa depan tersebut. Berdasarkan perbedaan antara kondisi yang diperlukan dengan kondisi aktual saat ini, dan dengan memperhatikan keterbatasan dan kendala yang dihadapi, ditetapkan tujuan-tujuan khusus (objektif) kebijakan yang hendak dicapai dalam waktu tertentu (Tasrif, 2009). Salah satu kendala yang penting diperhatikan dalam menetapkan sasaran kebijakan adalah adanya keterbatasan kemampuan pemerintah dalam mengatasi permasalahan publik dan adanya masalah-masalah yang inheren pada intervensi pemerintah (government failure). Kegagalan pasar untuk menciptakan kondisi saat ini yang ideal tidak selalu harus diatasi dengan intervensi pemerintah, apabila pemerintah tidak mempunyai kemampuan untuk mengatasinya atau biaya untuk mengatasinya lebih tinggi dari manfaat perbaikan yang diharapkan. Model yang memenuhi syarat dan mampu dijadikan sarana analisis untuk merumuskan kebijakan haruslah merupakan suatu wahana untuk menemukan jalan dan cara intervensi yang efektif dalam suatu sistem (fenomena). Melalui jalan dan cara intervensi inilah perilaku sistem yang diinginkan dapat diperoleh dan perilaku sistem yang tidak diinginkan dapat diperoleh (Tasrif, 2009). Dalam mewujudkan kondisi ideal yang diinginkan di masa depan melalui suatu tujuan umum (goal) yang ditetapkan berdasarkan sistem nilai yang berlaku di masyarakat dan ideologi pengembangan yang dianut oleh pembuat kebijakan. Goal tersebut kemudian dijabarkan menjadi deskripsi masa depan serta kondisi masa kini yang diperlukan untuk mencapai kondisi masa depan tersebut. Berdasarkan perbedaan antara kondisi yang diperlukan dengan kondisi aktual saat ini, dan dengan memperhatikan keterbatasan dan kendala yang dihadapi, ditetapkan tujuan-tujuan khusus (objektif) strategi yang hendak dicapai dalam waktu tertentu untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
51
Permasalahan kompleks merupakan ciri khas dalam suatu sistem bisnis termasuk agroindustri halal. Kompleksitas tersebut terjadi karena interaksi dari berbagai pelaku usaha dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream), terlebih lagi interaksinya dengan berbagai hal termasuk kebijakan perdagangan dalam dan luar negeri serta peranan budaya yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini dikaji pelaksanaan bisnis halal di Indonesia dengan membandingkannya dengan negara-negara ASEAN dan internasional lainnya yang juga memiliki kepentingan bisnis halal global. Para pelaku agrondustri halal menghadapi kompleksitas antar pelaku dan fasilitas yang terdapat dalam sistem bisnis dan perdagangannya karena adanya perbedaan kepentingan dan tujuan, baik antara petani, peternak, pelaku bisnis, pemerintah ataupun pihak asing. Aspek pada agrondustri halal terjadi karena terjadi perubahan yang senantiasa berubah seiring dengan waktu. Perubahan tersebut terjadi pada konsistensi kebijakan, produk, fasilitas dan persaingan para pelaku usaha. Kompleksitas sistem agroindustri halal menjadi pendorong penggunaan pendekatan sistem. Seluruh entitas yang terdapat pada agroindustri halal mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda. Namun demikian, sebagai suatu sistem seluruh entitas tersebut dituntut untuk melakukan sinergi dalam mencapai satu tujuan dalam keseluruhan pengembangan agroindustri halal nasional yang memiliki keunggulan kompetitif. Strategi pengembangan agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis halal global diintegrasikan dengan analisis SWOT-kuantitif dan sistem pengukuran kinerja SWOT-Analytical Hierarchy Process (SWOT-AHP). Dalam mewujudkan hal tersebut dilakukan identifikasi struktur agroindustri halal yang terdiri dari proses bisnis, jaringan dan komponen agroindustri terkait. Berdasarkan interaksi dan kinerja agroindustri halal tersebut, dihasilkan suatu jawaban terhadap beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan, yaitu strategi apakah yang dapat diterapkan dalam melakukan pengembangan agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis halal global. Setelah tujuan dispesifikasikan, dikembangkan berbagai alternatif tindakan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui evaluasi alternatif yang tersedia, kemudian ditetapkan dan direkomendasikan tindakan kebijakan
52
yang dinilai paling tepat. Kerangka analisis kebijakan pengembangan agroindustri halal selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 16 berikut.
Tujuan Pengembangan Agroindustri Halal
Kondisi Masa Depan yang Diinginkan
Kondisi Masa Kini yang Diperlukan
Kondisi Masa Kini Aktual
Kesenjangan
Keterbatasan intervensi pemerintah
Kendalakendala Eksternal
Kendala-kendala Internal Agroindustri Halal
Spesikasi Tujuan
Spesifikasi Alternatif Strategi
Evaluasi Alternatif Strategi
Rekomendasi Strategi
Gambar 16. Kerangka Analisis Kebijakan Agroindustri Halal
3.2. Langkah-Langkah Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi tiga sub kajian utama, yaitu 1) kajian untuk menentukan posisi daya saing agroindustri halal dengan menggunakan analisis SWOT kuantitatif serta dengan metoda pengamatan langsung yang menganalisa tren perkembangan agroindustri halal internasional pada eksibisi halal internasional MIHAS tahun 2009 hingga 2011 di Malaysia, 2) kajian faktor intrisnik produk dan ektrinsik kelembagaan agroindustri halal pada enam negara
53
ASEAN dan 3) kajian dengan menentukan prioritas strategi yang dilakukan dalam pengembangan agroindustri dengan metode analisis SWOT-AHP. Secara lebih jelas alur pelaksanaan penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 17 berikut.
Analisis SWOT-AHP Strategi Pengembangan Agroindustri Halal
Perbandingan Kuantitatif Perbandingan Daya Saing Produk dan Kelembagaan
Perbandingan Langsung Analisis SWOT-Kuantitatif Identifikasi Bisnis dan Agroiindustri Halal
Lima Kelompok Agroindustri Halal dan MIHAS
ANALISIS DESKRIPTIF STUDI LITERATUR PERKEMBANGAN AGROINDUSTRI HALAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Nasional
Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Nasional
Agroindustri Halal Indonesia Bisnis Halal ASEAN dan Global
Prioritas Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Nasional
Identifikasi Strategi PENETUAN KRIITERIA PEMILIHAN STRATEGI EKSTERNAL DAN INTERNAL POSISI KEKUATAN AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA
PERBANDINGAN LANGSUNG MIHAS 2009-2011
PERBANDINGAN PRODUK DAN KELEMBAGAAN AGROINDUSTRI HALAL ENAM NEGARA ASEAN
ANALISIS PERKEMBANGAN DAN TREN HALAL GLOBAL
FAKTOR PRODUK DAN KELEMBAGAAN (PENGEMBANGAN DARI KRITERIA HASIL ANALISIS SWOT)
PEMILIHAN STRATEGI BERDASARKAN KRITERIA INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG DIHASILKAN OLEH ANALISIS SWOT KUANTITATIF
KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 17. Alur Pelaksanaan Penelitian
Kajian dimulai dengan mengidentifikasi agroindustri halal global, terutama kekuatan di negara-negara ASEAN dan dalam negeri, dengan menganalisis lima kategori produk halal. Kemudian dilakukan analisis SWOT kuantitatif untuk menentukan daya saing masing-masing negara dengan mengukur kekuatan agroindustri halal di kawasan ASEAN sehingga mendapatkan gambaran secara umum tentang potensi keunggulan dari masing-masing kategori produk dan negara.
3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan dara sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapang serta melakukan wawancara mendalam serta pengisian kuesioner dengan para
54
pemangku kepentingan agroindustri halal serta pakar. Pakar yang dilibatkan berjumlah 34 orang yang meliputi pakar dan pelaku agroindustri halal nasional, yang memiliki wawasan internasional terutama di enam negara ASEAN, pemangku kebijakan dan konsumen dengan perspektif halal internasional. Wawancara mendalam dan pengisian kuesioner terhadap para pelaku agroindustri halal dilakukan untuk memperoleh data tentang indikator kinerja utama usaha agroindustri halal. Wawancara mendalam terhadap pakar dilakukan untuk menentukan indikator kinerja kunci sebagai input pengukuran kinerja, yang nantinya akan menjadi karakteristik kebutuhan para pemangku kepentingan dan data tingkat kepentingan dari kebutuhan stakeholders pada tahap perbaikan kinerja. Wawancara mendalam terhadap para pakar dilakukan untuk memperoleh data karakteristik teknis dalam perbaikan kinerja dan data penilaian hubungan antar karakteristik teknis.
3.4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam mempelajari corak agroindustri halal. Proses indentifikasi aspek yang mempengaruhi akan dilakukan dengan memperhatikan proses tranformasi yang terjadi. Terdapat 5 (lima) aspek yang dibagi dan dikembangkan lagi menjadi elemen-elemen tertentu yang digunakan dalam instrumen penelitian, yakni 1) aspek bahan baku, 2) aspek proses, 3) aspek prasyarat
syariah,
4)
aspek
produk,
5)
aspek
pasar
dan
6)
aspek
pemerintah/lembaga terkait. Proses
identifikasi
aspek-aspek
yang
telah
disebutkan
di
atas
dikembangkan lagi menjadi variabel-variabel yang lebih spesifik yang kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam pengumpulan data karakteristik agroindustri halal. Dari variabel-variabel tersebut disusun pertanyaan-pertanyaan eksploratif untuk mendapatkan informasi mengenai variabel-variabel itu. Pertanyaanpertanyaan tersebut akan digunakan sebagai panduan dalam wawancara terhadap responden (Tabel 12). Dari hasil wawancara dan observasi, maka
diperoleh
kondisi aktual agroindustri halal untuk kemudian dibuatkan perumusan strategi pengembangannya.
55
3.5. Tahapan Penelitian Penelitian
diawali
dengan
perumusan
permasalahan
mengenai
perkembangan produk halal secara global terutama diantara negara-negara ASEAN dikaitkan dengan kondisi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar didunia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pelaku utama bisnis halal global. Masalah yang telah dirumuskan, diformulasikan dengan mempelajari masalah-masalah yang terkait dengan pengembangan agroindustri halal serta mengkaji alternatif instrumen yang dapat mendukung Indonesia sebagai pusat ASEAN Halal-Hub. Setelah melakukan perumusan permasalahan dan formulasi masalah, langkah penelitian selanjutnya adalah perumusan tujuan yang mencakup identifikasi struktur agroindustri halal ASEAN dan Indonesia, menganalisa kemampuan daya saing, merumuskan strategi pengembangan dan mengkaji alternatif instrumen yang mendukung tujuan penelitian. Untuk mencapai tujuan, pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan beberapa metode yakni, analisis deskriptif, benchmarking, analisis SWOT-kuantitatif dan Analisis SWOTAHP. Secara lebih jelas langkah-langkah penelitian diterangkan pada Gambar 18 berikut.
56
Permasalahan : 1. Perkembangan produk halal di dunia menjadi suatu trend yang berkembang dengan pesat. 2. Diantara negara-negara yang maju agroindustri halal-nya diantaranya adalah Malaysia dan negara-negara lain yang notabenene populasi muslim-nya adalah minoritas. 3. Indonesia sebagai pasar halal terbesar namun belum terdapat strategi yang mampumelindungi pasar dan meningkatkan daya saingnya sehingga, perlu dikembangkan strategi pengembangan produk halal nasional.
o o
Formulasi Masalah: Mempelajari masalah yang terkait dengan pengembangan produk agroindustri halal. Mengkaji alternatif instrumen yang dapat mendukung Indonesia sebagai pusat ASEAN Halal Hub.
Perumusan Tujuan : 1. Menghasilkan analisis perkembangan agroindustri halal Indonesia. 2. Menghasilkan analisis situasional dan kemampuan daya saing agroindustri halal Indonesia. 3. Menyusun strategi pengembangan agroindustri halal yang dapat mendukung Indonesia dalam mengembangkan produk agroindustri halal yang dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di ASEAN.
Pengumpulan dan Pengolahan Data Identifikasi bisnis agroindustri halal global
Regulasi dan kebijakan terkait
Persepsi Stake-holders dan Pelaku Halal ASEAN terhadap masalah
Analisis Deskriptif
Benchmarking
Analisis SWOT Kuantitatif
Analisis SWOT - AHP
Identifikasi Struktur Sistem Agroindustri Halal Eksisting Global, ASEAN, dan Indonesia
Pengamatan Tren Industri Halal Selama 3 Tahun pada Eksibisi Halal Internasional MIHAS Malaysia dan Kegiatan IMT-GT
Penilaian Stakeholders atas Posisi Agroindustri Halal Indonesia terhadap Negara Asean dan Internasional
Formulasi Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia
Identifikasi agroindustri Halal yang kini ada
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI HALAL DALAM MENGANTISIPASI BISNIS HALAL GLOBAL
Gambar 18. Langkah-Langkah Penelitian Tahapan pengolahan data dilakukan untuk melakukan analisis atas kondisi dan menyusun strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia dalam mengantisipasi bisnis halal global. Empat metode yang dilakukan adalah analisis deskriptif, perbandingan langsung, analisis SWOT-kuantitatif, dan Analisis
57
SWOT-AHP. Secara garis besar tahapan prosedur penelitian ini dijelaskan pada Gambar 19 berikut ini.
1. Perbandingan Langsung § Identifikasi perkembangan tren industri halal § Pengamatan perkembangan bisnis halal periode 20092011dengan kunjungan dan penelaahan di MIHASS Malaysia 2009-2011 § Penentuan daya saing agroindustri halal negara-negara ASEAN 2. Analisa SWOT kuantitatif agroindustri halal melibatkan 17 responden mewakili berbagai stakeholder dalam negeri dan ASEAN yang berwawasan internasional § Identifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi elemen SWOT § Pembobotan masing-masing elemen SWOT § Penentuan daya saing agroindustri halal 3. Perumusan strategi pengembangan agroindustri dalam matriks TOWS secara kuantitatif § Pembuatan strategi berdasarkan kuadran SO, ST, WO dan WT § Pembobotan masing-masing alternatif strategi § Pemilihan alternatif strategi yang memiliki bobot paling tinggi
5. Analisis perbandingan bobot nilai dari masing-masing strategi
Gambar 19. Alur tahapan prosedur penelitian strategi pengembangan agroindustri halal dalam mengantisipasi ASEAN Halal-Hub Pada tahapan pengolahan data pertama bertujuan untuk mengukur dan menganalisis kondisi agroindustri halal Indonesia dan ASEAN yang proses analsisnya dikelompokkan kedalam faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik Pada tahapan analisa ini dilakukan dengan metoda deskriptif analitik dan perbandingan langsung. Perbandingan dilakukan dengan pengamatan langsung agroindustri halal di dalam negeri dan perkembangan bisnis halal melalui pameran bisnis halal terbesar di dunia MIHAS periode 2009 sampai dengan 2011 serta perkembangan kerjasama IMT-GT ASEAN. Analisis SWOT-Kuantitatif dilakukan dengan melibatkan tujuh belas responden untuk mengukur tingkat pencapaian kebijakan, kesadaran, advokasi, inovasi, daya saing, kemampuan lembaga, riset dan teknologi, bahan baku,
58
jejaring kerjasama, sertifikasi dan kekuatan pelaku industri. Langkah kedua dilakukan dengan metode analisis SWOT-Kuantitatif dengan meninjau faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik terhadap enam negara ASEAN yakni, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam dan Flilipina. Langkah ke dua tersebut melibatkan enam pakar ASEAN dan Indonesia yang memiliki perspektif agroindustri halal Internasional. Analisis SWOT-AHP adalah metode yang digunakan pada tahapan pengolahan data kuantiatif yang ke tiga. Analisi SWOT-AHP dilakukakan untuk menentukan hierarki strategi pengembangan daya saing agroindustri halal Indonesia dengan kriteria yang dihasilkan merupakan hasil dari analisis SWOT yang mencakup kriteria Internal (Intrinsik dan Ekstrinsik) ditambah dengan kriteria Eksternal. Dalam penilaian kriteria ini dilibatkan enam repsonden pelaku agroindustri halal berwawasan internasional. Tahapan terkahir adalah tahapan penentuan tingkat keterkaitan altenatif strategi pengembangan agroindustri halal yang dilakukan dengan penyusunan hierarki AHP dan menganalisis hasil pembobotan SWOT-AHP pada masing-masing kriteria. Secara lebih jelas, Gambar 20 berikut menjelaskan tahapan pengolahan data kuantitatif yang dilakukan
TAHAPAN PENGOLAHAN DATA
PEMETAAN KONDISI 1
2) Transformasi
3) Produk
4) Pasar
3
2
KONDISI AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 1) Bahan Baku
Tujuan Penelitian
Agroindustri Halal ASEAN dan Global Perbandingan Daya Saing Perspektif Pakar dan Pelaku Agroindustri Halal ASEAN
5) Pemerintah
1) Indonesia
2) Malaysia
3) Thailand
4) Singapura
5) Brunei D.
6) Filipina
Prioritas Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Nasional
ANALISIS SWOT-AHP Pemilihan prioritas
DESKRIPTIF ANALITIKPERBANDiNGAN LANGSUNG
ANALISIS SWOT KUANTITATIF Rumusan Prinsip Kebijakan Berdasarkan Norton (2004)
Penentuan kriteria daya saing
A. Tinjuan Intrinsik Mikro Pembuatan struktur hierarki
Desk Study Pengelompokan lima kategori produk Perumusan elemen SWOT enam negara Pembuatan list pertanyaan
Pengolahan data dan pembahasan. Rumusan matriks alternatif strategi
1)Penampilan Produk 2)Rasa 3)Harga 4)Mutu 5)Variasi Produk 6)Cara Penyajian 7)Apresiasi Konsumen 8)Level of trust
B. Tinjauan Ekstrinsik KEGIATAN
Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah Tingkat Kesadaran Masyarakat Dan Industri Advokasi Internasional Dan Lokal Tingkat Inovasi Dan Daya Saing Produk Kemampuan Lembaga Sertifikasi Riset dan Pengusasaan Teknologi Ketersediaan Bahan Baku Potensi Pasar Jejaring Kelembagaan Infrastruktur Logistik Sistem Sertifikasi Halal Kekuatan Pelaku Industri Halal
Responden : Aspek Yang Perlu Dikembangkan (17 Responden dari Perusahaan dan Kelompok Produk (Persepsi – Analisis SWOT –kuantitatif)
Pengamatan langsung MIHAS periode 2009-2011 dan IMT-GT ASEAN
Responden :
Pembuatan dan investigasi kuesioner Pengolahan data dan pembobotan Penentun koordinat SWOT Analisis posisi daya
Kriteria Internal; Intrinsik Eksternal; dan Ekstrisik. PRIORITAS PEMILIHAN STRATEGI
Responden :
Lima Pakar Indonesia Dengan Perspektif Internasional
Enam Responden Pelaku Agorindustri Halal Berwawasan Internasonal
ANALISIS DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL DI ENAM NEGARA ANGGOTA ASEAN Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Nasional
Hierarki Penentuan Strategi Pengembangan Daya Saing Agroindustri Halal
Enam Pakar ASEAN
Menghasilkan analisis perkembangan agroindustri halal Indonesia. Menghasilkan analisis situasional dan kemampuan daya saing agroindustri halal Indonesia. Menyusun strategi pengembangan agroindustri halal yang dapat mendukung Indonesia dalam mengembangkan produk agroindustri halal yang dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di ASEAN.
Gambar 20. Tahapan Pengolahan Data Kuantitatif
59
60 3.6. Responden Agroindustri halal Indonesia memiliki beberapa stakeholders yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pengembangannya. Stakeholders Agroindustri halal Indonesia antara lain yang berasal dari produsen adalah pemegang saham pada industri-industri besar yang merupakan pemain utama agroindustri halal nasional, pihak manajemen dan karyawan dari perusahaanperusahan produsen produk halal, baik produk hewani, makanan olahan, obatobatan, kosmetik dan lainnya, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), masyarakat konsumen dan pemerhati halal serta, pembeli, pemasok (supplier), pesaing baik dari dalam dan luar negeri, asosiasi perusahaan, perusahaan ekspor impor, Majelis Ulama Indonesia (MUI), lembaga riset serta lembaga auditor halal nasional dan internasional dalam penelitian ini, para pemangku kepentingan yang dijadikan nara sumber berjumlah 34 orang yang mewakili lembaga masingmasing seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Responden Penelitian No.
Responden (Lembaga/Profesi)
Jumlah (Orang)
1
Pemerintah
4
2
MUI atau LSM
2
3
Asosiasi Industri
4
4
Industri
11
5
Konsumen Internasional
5
6
Asosiasi UKM
3
7
Perusahaan Importir dan Eksportir
2
8
Akademisi
3
Total Responden
34