17
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah
tangga
maupun
industri
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu di Kabupaten Takalar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan permintaan gula di Indonesia yang saat ini terus mengalami peningkatan. Kondisi saat ini menggambarkan bahwa kapasitas produksi yang tidak dapat mencukupi kebutuhan gula sehingga dilakukan impor gula. Pengembangan komoditas tebu memberikan pilihan bagi petani untuk menjual hasil panennya ke pabrik gula atau mengolahnya sendiri menjadi gula merah. Dengan teknologi pemerasan dan pemasakan dengan tungku hemat energi, petani dapat mengolah sendiri tebu menjadi gula merah. Pengembangan usaha ini dihadapkan pada pilihan petani, namun yang menentukan adalah pendapatan bersih yang akan diperoleh petani. Kondisi usaha gula merah tebu di Kabupaten Takalar saat ini merupakan suatu usaha baru dengan permintaan produk yang tinggi, terdapat kebun tebu yang hanya diperuntukkan sebagai bahan baku pabrik gula dan terdapat lahan luas yang potensial untuk ditanami tebu sebagai bahan baku pembuatan gula merah serta terdapat teknologi yang sederhana. UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah usaha pengolahan gula merah tebu dengan pabrik yang berlokasi di Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu per hari. Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 15 ton tebu perhari untuk memenuhi permintaan lokal dan akan dikembangkan ke pasar antarpulau dan ekspor.
18
Untuk mengembangkan suatu bisnis perlu dilakukan berbagai perencanaan yang matang terlebih dahulu. Agar rencana pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia, perlu dilakukan analisis studi kelayakan pengembangan usaha. Studi kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis kelayakan pengembangan usahanya yang ditinjau dari aspek finansial maupun non finansial. Dari hasil analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana
pengembangan usaha tersebut
layak untuk dijalankan atau tidak. Jika layak maka rencana pengembangan akan diimplementasikan, tetapi jika tidak layak rencana pengembangan akan dievaluasi baik itu dari aspek finansial maupun non finansialnya.
19
UD Julu Atia
Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu
Kondisi Existing: Pabrik Kapasitas Kecil (2 ton tebu per hari)
Identifikasi kondisi yang ada: - Kekurangan suplai gula - Gula merah sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan konsumsi gula - Terdapat potensi lahan - Permintaan pasar lokal dan antar pulau belum dapat dipenuhi - Potensi ekspor
Pengembangan Usaha dengan Pembangunan Pabrik Kapasitas Besar (15 ton tebu per hari)
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu
Aspek non finansial: - Aspek pasar - Aspek teknis - Aspek manajemen hukum - Aspek ekonomi dan sosial - Aspek lingkungan
Aspek finansial: - Kriteria investasi (NPV, IRR, Gross B/C. Net B/C, PBP, PR) - Analisis sensitivitas
Layak
Tidak Layak
Implementasi
Evaluasi
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian
19 Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan: • Harga • Produk • Manajemen • Teknik Produksi
Lingkungan: • Kebijakan Pemerintah • Iklim
Outcome
Wawancara Observasi Data/informasi aktual:
• Kondisi Saat Ini: • Permintaan gula meningkat • Terdapat lahan potensial • Harga gula cenderung meningkat • Terdapat teknologi pengolahan • Gula merah sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan gula
• • • • • Studi Literatur
Biaya produksi Biaya investasi Harga jual Modal Usaha Biaya lainlain Profil usaha
Proses: • Identifikasi Aspek Non finansial • Analsis Kelayakan Aspek Finansial • Analisis Sensitivitas
Parameter Kontrol:
• • • • • •
Faktor-faktor berpengaruh yang tidak dapat dikendalikan: • Kondisi Ekonomi • Kebijakan Pemerintah • Iklim • Permintaan
Hasil yang diharapkan: • Kelayakan aspek non finansial • Kelayakan aspek finansial • Tingkat sensitivitas bisnis
Rekomendasi langkah-langkah strategik bagi pengusaha tebu untuk rencana pengembangan usaha yang layak untuk di dijalankan
NPV > 0 Gross B/C > 1 Net B/C > 1 IRR ≥ discount rate PR >1 PBP < periode maksimum
Impact •Peningkatan produksi gula merah tebu berbasis petani •Peningkatan investasi pada industri gula merah tebu •Mengurangi impor gula •Mencukupi permintaan gula masyarakat
Feedback
20
Gambar 5. Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian
21
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada UD Julu Atia yang terletak di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan FebruariMaret 2012. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa UD Julu Atia adalah perusahaan yang pertama mengusahakan pengolahan gula merah dari tebu di Sulawesi Selatan dengan didukung ketersediaan bahan baku, skala produksi, teknologi produksi yang sudah dikuasai oleh pemilik dan pemasaran yang cukup besar.
3.3.
Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya. Data primer yang dibutuhkan diperoleh secara langsung dari pengusaha gula merah tebu melalui kegiatan wawancara dan observasi secara langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder bersumber dari studi pustaka, seperti buku, literatur, jurnal dan, internet.
3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan. Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan menghitung, Net Present Value (NPV), Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), Profitability Ratio (PR), dan Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas dengan bantuan aplikasi komputer Microsoft Excel 2007. Hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut.
22
3.4.1
Analisis Kriteria Investasi 1. Net Present Value (NPV) Menurut Nurmalina dkk (2010), kelayakan suatu bisnis dinilai dari total manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan. Bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol ( NPV > 0) yang berarti bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Rumus NPV dapat dinyatakan sebagai berikut: NPV = ∑
......................................................... (1)
Keterangan : Bt
= manfaat pada tahun t
Ct
= biaya pada tahun t
t
= tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2,3,…, n)
i
= diskon rate (%)
2. Gross Benefit – Cost Ratio (Gross B/C) Menurut Nurmalina dkk (2010), Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasanya digunakan dalam analisis bisnis. Perhitungan Gross B/C menggunakan nilai kotor baik dari manfaat maupun biaya. Kriteria ini akan menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai Gross B/C lebih dari 1 (Gross B/C > 1). Secara matematis rumus dari Gross B/C adalah sebagai berikut: Gross B/C =
∑ ∑
.................................................... (2)
Keterangan: Bt
= manfaat pada tahun t
Ct
= biaya pada tahun t
n
= umur bisnis
i
= diskon rate (%)
23
3. Net Benefit – Cost ratio (Net B/C) Menurut Ibrahim (2003), Net B/C adalah rasio antara nilai net benefit yang diskontokan positif dan dengan nilai net benefit yang didiskontokan negatif. Suatu bisnis dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1). Rumus dari Net B/C adalah sebagai berikut: Net B/C =
∑
....................................................... (3)
∑
Keterangan: Bt
= manfaat pada tahun t
Ct
= biaya pada tahun t
t
= tahun
i
= diskon rate (%)
4. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Nurmalina dkk (2010) IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NVP=0). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of capital. Berikut rumusan untuk IRR : +
IRR =
(
....................................... (4)
Keterangan: i1
= Diskon
rate yang menghasilkan NPV positif
i2
= Diskon
rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif. 5. Profitability Ratio (PR) Menurut Ibrahim (2003), profitability ratio adalah perbandingan antara manfaat dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah investasi dimana nilainya sudah didiskontokan Rumus: ∑
∑ ∑
……………………………………(5)
24
Keterangan:
6.
Bi
= Total benefit
Omi
= Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Ii
= Total Investasi
Payback Periode Menurut Nurmalina dkk (2010), metode ini mengukur kecepatan pengembalian investasi. Semakin cepat Payback Period yang dimiliki oleh suatu bisnis maka semakin baik bisnis tersebut untuk dijalankan. Berikut adalah rumusan dari Payback Periode: PBP =
3.4.2
N K
I M
B
x 1 tahun .................................. (6)
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan suatu bisnis terhadap perubahan beberapa variabel komponen. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase yang diprediksi. Dengan demikian analisis sensitivitas dapat membantu manajemen sehubungan dengan keputusan yang akan diambil berdasarkan evaluasi akhir hasil perhitungan studi kelayakan pengembangan yang dilakukan, yaitu untuk menentukan apakah rencana pengembangan disetujui atau ditolak (Nurmalina dkk, 2010). Variabel yang menjadi komponen sensitivitas dalam penelitian ini adalah harga bahan bakar minyak, jumlah produksi, rendemen tebu yang digunakan sebagai bahan baku dan penurunan harga jual gula merah tebu.