III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan periode tahun 2009-2010 pada kawasan pengembangan perhutanan sosial yaitu Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Pulau Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu tersebar pada ketiga Kabupaten di Pulau Lombok dengan ketentuan bahwa pada kebupaten tersebut dikembangkan Pembangunan Hutan Kemasyarakatan. Adapun wilayah kabupaten sampel tersebut adalah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. 3.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode gabungan atau kombinasi antara penelitian deskriptif - partisipatif - eksploratif.
Metode deskriptif
merupakan metode yang mengkaji dan memecahkan persoalan serta memberikan interpretasi dari fakta yang ada saat ini (Nazir 1998). Metode deskriptif ini dilengkapi dengan daftar pertanyaan dan melalui wawancara mendalam dilakukan secara reflektif/subyektif untuk menemukan faktor-faktor dominan yang menentukan persoalan atau permasalahan dan memberikan interpretasi terhadap permasalahan yang ada sekarang. Selanjutnya metode partisipatif merupakan metode penelitian yang memberikan kesempatan penuh pada responden pakar dalam memberikan pendapat sebagai masukan dalam penyusunan model. Kemudian penelitian eksploratif yaitu metode penelitian mengkaji dan mengungkapkan sesuatu dari lapangan sebagai suatu temuan.- temuan yang dapat digunakan untuk menyusun model dan menarik kesimpulan (Messerschmidt 1995). 3.2.1. Metode Pengumpulan Data 3.2.1.1. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi yaitu pengumpulan data melalui kunjungan dan penilaian langsung kelapangan terhadap kondisi biofisik kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada kawasan HKm.
80
b. Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu : •
Wawancara yaitu dengan menggunakan bantuan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Bentuk daftar pertanyaan yaitu tertutup dan terbuka serta semi-terbuka. Wawancara dilakukan dengan pihak (responden dan pakar) yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam pengembangan HKm yaitu para pihak (stakeholders) secara individual.
•
Wawancara Mendalam yaitu wawancara yang dilakukan pada responden dan pakar menggunakan arahan daftar pertanyaan (terbuka) yang berisikan kajian khusus mengenai permasalahan HKm dan sampai pada temuan faktor-faktor yang diduga sebagai faktor utama dalam penelitian ini.
•
Diskusi Kelompok Terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) yaitu pengumpulan data dan informasi melalui diskusi dengan pihak tertentu dalam kawasan HKm (key informan) yang mengetahui kondisi dan perkembangan HKm. Untuk memperoleh data melalui diskusi tersebut dilengkapi dengan arahan diskusi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c. Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu teknik pengumpulan data dengan
melibatkan
pakar
dalam
pengambilan
keputusan
(Messerschmidt 1995). Teknik PRA ini dipergunakan khususnya untuk memperoleh faktor atau elemen (sub elemen) yang
dipergunakan
dalam penyusunan model. Cara pengumpulan data dilakukan melalui diskusi dengan pakar yang memiliki pendidikan, pengetahuan dan pengalaman dibidang kehutanan. 3.2.1.2. Metode Penentuan Wilayah Sampel dan Responden a. Penentuan Wilayah Sampel Wilayah sampel ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan wilayah pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada Kawasan Hutan
Lindung yang tersebar dalam wilayah
administrasi di Pulau Lombok. Adapun kecamatan sampel terpilih yaitu
81
Kecamatan Narmada sebagai wilayah sampel Kabupaten Lombok Barat dengan Desa Sampel yaitu Desa Seaot, Desa Lebah Sempage dan Desa Sedau; Kecamatan Batukliang Utara merupakan wilayah sampel Kabupaten Lombok Tengah dengan Desa Sampel yaitu Desa Aikberik, Desa Setiling, Desa Lantan dan Desa Karang Sidemen dan Desa Kecamatan Jeroaru dengan Desa Sampel yaitu Desa Sekaroh. Untuk lebih jelasnya, wilayah sampel secara spasial disajikan pada gambar 9 berikut ini
HKm KMPH Sesaot
HKm OECF
Gambar 9. Peta Wilayah Sampel Penelitian Keterangan :
: Lokasi Penelitian
b. Penentuan Responden dan Pakar Jumlah responden secara keseluruhan ditentukan secara kuota samping sebesar 2 % dari jumlah petani HKm Hutan Lindung di Pulau Lombok. Dengan demikian, maka jumlah responden sebesar 107 orang dari jumlah 5350 orang. Jumlah responden sampel pada setiap kabupaten sampel ditentukan secara proporsional random sampling adalah 20 orang responden untuk Kabupaten Lombok Barat (HKm Hutan Lindung Sesaot), 80 orang untuk Kabupaten Lombok Tengah (HKm
82
Hutan Lindung Batukliang Utara) dan 7 orang untuk Kabupaten Lombok Timur (HKm Hutan Lindung Sekaroh). Sebaran responden pada setiap kabupaten disajikan pada tabel berikut. Tabel. 5. Distribusi Luas Areal HKm dan Jumlah Anggota (Pesangem) di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
No
Kabupaten
1 2 3 4 5 6
Luas (Ha)
Lombok Barat *) 2.146 Lombok Tengah*) 1.859 Lombok Timur*) 2.285 Sub Jumlah 6.290 Sumbawa 200 Dompu 510 Bima 850 Jumlah 7850 Keterangan: *). Lokasi Penelitian
Distribusi Areal HKm (%) 27,34 23,68 29,11 80,13 2,55 6,50 10,83 100,00
Jumlah Anggota (Org) 3.761 4.110 2.345 10.216 189 411 1.226 12042
Distribusi Anggota (%) 31,23 34,13 19,47 84,83 1,57 3,41 10,18 100,00
Tabel 6. Sebaran Wilayah Sampel dan Jumlah Responden Petani HKm di Pulau Lombok Lokasi
Nama KTH
1. Kabupaten Lombok Barat Sesaot-Kec. Narmada
Klp. Mitra Pelestari Hutan
2. Kabupaten Lombok Tengah Batukliang Utara
Keppontren Darusshiddiqien HKm OECF/JIFRO
3. Kabupaten Lombok Timur Sekaroh-Kec. Jeroaru TOTAL
Luas HKm (hektar)
Jumlah Anggota (orang)
Jumlah Responden (orang)
400
1.000
20
1809
4.000
80
350
350
7
1.839
5.350
107
Sumber.:Statistik Dinas Kehutanan Prov. NTB. 2006. Responden lainnya adalah pakar yang ditentukan dengan metode penelusuran. Jumlah pakar yang menjadi responden ditentukan kemudian berdasarkan keterlibatannya dalam pembangunan HKm dan bersumber dari pihak pemerintah, LSM, perguruan tinggi dan swasta. Responden yang termasuk dalam katagori pakar memiliki persyaratan memiliki pendidikan minimal S1 dan memiliki pengalaman dalam pembangunan
kehutanan.
Pakar
tersebut
berasal
dari
Instansi
Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi.
83
3.3.2. Variabel yang Diamati 1. Kebijakan berupa dokumen (Keputusan Menteri dan Peraturan Pemerintah)
yang
menempatkan
para
pihak
berupa
hak
dan
kewajibannya dalam pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm). 2. Mekanisme pelibatan masyarakat dan stakeholders lainnya dalam pembangunan Hutan Kemasyarakatan. 3. Kebutuhan
dan
Kepentingan
stakeholders
yang
terlibat
dalam
pembangunan Hutan Kemasyarakatan 4. Karakteristik kelembagaan HKm berupa struktur organisasi dan aturan main organisasi. 5. Faktor sosial ekonomi dan kelembagaan a. Faktor sosial
berupa tingkat usia, tingkat pendidikan, ukuran
rumahtangga, persepsi, pengetahuan tentang HKm, demografi,
kohesifitas
kepemimpinan/kelembagaan
ketua dan
dengan status
sejarah
anggota,
tipe
kepengurusan
dalam
kelembagaan b. Faktor
ekonomi
berupa
tingkat
kesejahteraan
rumahtangga,
pendapatan dari lahan HKm, luas lahan yang dikelola, jarak rumah dengan lokasi HKm. sejarah aktivitas ekonomi dan pekerjaan pokok sekarang serta keterlibatan perempuan dalam pengelolaan. 7. Tingkat partisipasi masyarakat pada tiga tahapan yaitu merupakan total nilai (skor) keterlibatan masyarakat dalam tahapan pembangunan HKm
8. Tipe partisipasi yaitu ragam kontrol keputusan partisipasi masyarakat dalam tahapan pembangunan HKm (perencanaan, implementasi dan evaluasi/monitoring) dinilai dalam skor. adapun sub variabel yang dikaji yaitu : a.
Contractual participation yaitu aktor sosial memberikan hak pengambilan keputusan pada aktor sosial lainnya.
b.
Consultative
participation
yaitu
sebagaian
besar
keputusan
dipengang oleh satu kelompok stakeholder tetapi penekanannya adalah pada konsultasi dan mengumpulkan informasi dari yang lain.
84
c.
Collaborative participation yaitu aktor yang berbeda berkolaborasi dan mengutamakan kesamaan hak melalui pertukaran pengetahuan, kontribusi dan distribusi kekuatan dalam pengambilan keputusan.
d.
Collegiate partisipation yaitu aktor yang berbeda berkerjasama sebagai kolega atau parner dalam pengambilan keputusan.
9. Bentuk partisipasi yaitu partisipasi masyarakat dalam bentuk aktif, kurang aktif dan tidak aktif (pasip) pada tahap perencanaan, implementasi
dan
evaluasi/monitoring.
Bentuk
aktif
dan
pasif
berhubungan dengan frekuensi kehadiran dan proses keputusan partisipan dalam tahapan perencanaan, implementasi dan evaluasi/monitoring. 10. Tingkat pertumbuhan tanaman berupa presentase tumbuh tanaman kayukayuan (hutan) dan MPTS (Multi-Purpose Tree Crop Species). 11. Elemen dan sub elemen penyusun rancangan model dan strategi yaitu elemen tujuan program HKm, kebutuhan program HKm dan kendala program HKm serta aktor terlibat dalam pembangunan HKm.. 3.3.3. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis yang berbeda pada setiap tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan pertama dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan analisis sebagai berikut : a. Analisis Isi (Content Analysis) yaitu mengkaji dan menganalisis kebijakan pemerintah tentang HKm.. b. Analisis Deskriptif untuk menganalisis mekanisme pelibatan masyarakat dalam kelembagaan HKm. c. Analisis Stakeholder yaitu untuk menganalisis kebutuhan dan kepentingan stakeholder dan menghasilkan posisi stakeholders yaitu kepentingan dan kekuatan (Antlov 2005; Suporahardjo 2005). 2. Tujuan kedua dianalisis dengan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut : a.
Tingkat partisipasi diukur dengan menggunakan tangga partisipasi Arnstein dan pemberian skoring menggunakan skala likert (1-5) sebagai berikut:
85
• • • • •
Nilai skor 1 (satu) diberikan bila masyarakat tidak dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat serta dalam pengambilan keputusan. Nilai skor 2 (dua) diberikan bila masyarakat dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan Nilai skor 3 (tiga) diberikan bila masyarakat dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat serta terlibat dalam pengambilan keputusan Nilai skor 4 (empat) bila masyarakat dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat serta masyarakat dapat bernegosiasi dalam pengambilan keputusan. Nilai skor 5 (lima) bila masyarakat dilibatkan dan kegiatan dan berpendapat serta masyarakat memegang kendali dalam pengambilan keputusan. Nilai
partisipasi
pada
tahapan
Pembangunan
Hutan
Kemasyarakatan (HKm) diukur seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 7. Nilai Skor Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Perencanaan, Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi No 1
2
3.
Tahapan Kegiatan
Nilai Skor
Perencanaan a. Sosialisasi b. Penataan batas c. Pembentukan kelembagaan d. Pemberdayaan e. Pengurusan ijin
1-5 1-5 1-5 1-5 1-5
Implementasi a. Penataan areal kerja b. Penyusunan rencana kerja c. Pemanfaatan d. Rehabilitasi hutan e. Perlidungan hutan
1-5 1-5 1-5 1-5 1-5
Monitoring dan Evaluasi a. Pengawasan/Monitoring b. Evaluasi
1-5 1-5
Total
12-60
Dari tabel di atas partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : • Partisipasi Tinggi, bila total nilai skor parisipasi berada pada jenjang nilai 44 sampai dengan 60. • Partisipasi Sedang, bila total nilai skor partisipasi berada pada jenjang nilai 28 sampai dengan 43.
86
• Partisipasi Rendah, bila total nilai skor partisipasi berada pada jenjang nilai 12 sampai dengan 27. b. Bentuk partisipasi dianalisis secara kualitatif berdasarkan kontrol keputusan pengambilan keputusan dalam partisipasi sebagai berikut :
• Partisipasi
Kontraktual,
bila
masyarakat
mendelegasikan
hak
pengambilan keputusan pada pihak lainnya.
• Partisipasi Konsultatif, bila masyarakat hanya berkonsultasi dalam pengambilan keputusan.
• Partisipasi Kolaboratif, bila masyarakat berkolaborasi dengan pihak lainnya dalam pengambilan keputusan
• Partisipasi Kolega, bila masyarakat dengan kolega lainnya bersama-sama dalam pengambilan keputusan. c. Bentuk partisipasi dapat dinyatakan dalam bentuk aktif dan tidak aktif, sehingga pengukurannya dapat berupa pernyataan kehadiran dalam setiap aktivitas atau kegiatan. Untuk pengukuran tipe partisipasi, dilakukan dengan penilaian terhadap tingkat kehadiran yang dinyatakan sebagai berikut : • Aktif, bila selalu hadir dalam setiap kegiatan (skor 3) • Kurang Aktit, bila kadang-kadang hadir dalam setiap kegiatan (skor 2) • Tidak Aktif, bila tidak pernah hadir dalam setiap kegiatan (skor 1) d. Analisis Regresi Logistik digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi dan kelembagaan terhadap bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan HKm (Farid 2008): Logit [P(Y≤j)] = α j +ß Xi ; j = 1, 2, 3, .....c-1. Keterangan : a) P(Y≤j) = Peluang peubah respon Y berada pada katagori : Peubah Y ini terdiri dari dua yaitu bantuk partisipasi dan tingkat partisipasi seperti bentuk partisipasi dinyatakan dalam
Aktif (3),
87
kurang aktif (2) dan tidak aktif (1). Sementara itu tingkat partisipasi dinayatakan sebagai berikut Partisipasi Tinggi = 3 Partisipasi Sedang = 2 Partisipasi Rendah = 1 b) Xi = Peubah penjelas yang terdiri dari X1 = Tingkat usia responden X2 = Tingkat pendidikan responden dengan katagori : 1=Tidak Tamat SD; 2 = Tamat SD; 3=Tamat SMP; 4=Tamat Perguruan Tinggi. X3 = Ukuran rumahtangga (jumlah anggota rumahtangga) X4 = Persepsi terhadap HKm (1 bila setuju dan 2 bila tidak setuju) X5 = Pengetahuan tentang HKm (2 bila paham HKm dan 1 bila tidak paham HKm). X6 = Sejarah demografi (2 bila migran/pendatang dan 1 bila penduduk setempat) X7 = Kohesififas anggota dengan ketua kelompok (2 bila dekat dengan ketua kelompok dan 1 bila tidak dekat dengan ketua kelompok) X8 = Tipe kepemimpinan (2bila karismatik dan 1 bila representatif) X9 = Kepengurusan ( 2 bila pengurus kelompok dan 1 bila bukan pengurus kelompok) X10 = Kesejahteraan Rumahtangga (1 bila miskin dan 2 tidak miskin) X11 = Pendapatan dari HKm (1 bila rendah, 2 bila sedang dan 3 bila tinggi) X12 = Luas lahan yang dikelola (1 bila sempit, 2 bila sedang dan 3 bila tinggi) X13 = Jarak rumah dengan lokasi HKm (1 bila jauh, 2 bila sedang dan 3 bila dekat) X14 = Sejarah aktivitas ekonomi sebelumnya (1 bila pertanian pangan dan 2 bila bukan pertanian pangan) X15 = Pekerjaan pokok sekarang (1 bila pertanian dan 0 bila bukan pertanian) X16 = Keterlibatan perempuan dalam pengelolaan (1 bila pengelola perempuan dan 2 bila pengelola laki-laki)
88
c) α = Intersep d) ß = Slope model garis regresi e. Kemudian untuk mengkaji hubungan partisipasi masyarakat dengan kondisi ekologi kawasan HKm digunakan Analisis Kolerasi Sperman sebagai berikut (Walpole 1995) : 6 ∑ di2 Rs = 1 - ------n(n2 – 1) Keterangan : di = Selisih antara peringkat bagi Xi dan Yi dan n adalah banyaknya pasanagan data. Xi= Skor partisipasi masyarakat/responden dalam program pembangunan HKm Yi= Persentase pencapaian tumbuh penanaman tanaman MPTS dan tanaman konservasi dalam kawasan HKm untuk setiap responden. 3. Tujuan ke tiga
dianalisis menggunakan sistem pakar
yang
memanfaatkan bantuan program yang telah tersedia sebagai berikut: a. Untuk tujuan ke tiga dan untuk memilih
hirarki pola HKm
eksisting digunakan Analysis Hierarchy Process (AHP) melalui langkah pengolahan horizontal dan vertikal dari matriks sebagai berikut (Marimin 2005) : Pengolahan Horizontal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan dengan tahapan berikut : • Perkalian baris Z dengan rumus Z = √ ∏aij j=1 • Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen dengan rumus : √ ∏aij j=1 eVPi = ----------- ; eVPi = elemen vektor prioritas ke i j=1 ∑ √ ∏aij i=1, •
Perhitungan nilai eigen maksimum dengan formula ; VA = aij x VP dengan VA = Vai VB = VA/VP dengan VB = Vbi
89
Imax = 1/n ∑ aij i=1 VBi, untuk i = 1,2,3, ...., n VA=VB= vektor antara Pengolahan Vertikal Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama. Bila NPpg didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke p pada tingkat ke q terhadap sasaran utama, maka : NPpg = NPHpq (t, q-1) x NPTt (q-1) Untuk p = 1,2,3, ...r dan T = 1,2,3, ..s NPpq
= nilai prioritas pengaruh elemen ke p pada tingkat ke q terhadap sasaran utama NPHpq = nilai prioritas elemen ke p pada tingkat ke q NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke t pada tingkat q-1 b. Untuk menyusun strategi model perhutanan sosial yang berkelanjutan digunakan analisis ISM (Interpretative Struktural Modelling). Langkahlangkah dalam analisis ISM sebagai berikut : Identifikasi elemen diperoleh melalui brainstorming dan penelitian Hubungan Kontekstual
membangun hubungan konstektual sesuai
dengan tujuan penelitian Structural
Self Interaction Matrix (SSIM) adalah matriks yang
mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. Terdapat empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan antar sud elemen sebagai berikut : V : menyatakan hubungan dari elemen Ei terhadap Ej, tidak sebaliknya A : menyatakan hubungan dari elemen Ej terhadap Ei, tidak sebaliknya X : menyatakan hubungan interelasi antara Ei dan Ej (dapat sebaliknya) O : menyatakan bahwa Ei dan Ej tidak berkaitan.
90
Tabel 8. Contoh Structural Self Interaction Matrix (SSIM) Sub-Elemen Tujuan ke- i T1 T2 T3 T4
Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai T1 X
T2 V X
T3 V V X
T4 A O X X
T5 T6 T7 T8 T9 T10
T5 O V X V
T6 X A O V
T7 X X A O
T8 V X X A
T9 V A V A
T10 A O V V
X
X X
V V X
X V V X
O O V V X
O X O X V X
Reachability Matrix (RM) merupakan matriks yang mengubah simbol dalam SSIM kedalam sebuah matriks biner. Adapun aturan konversi sebagai berikut : •
Jika hubungan Ei terhadap Ej = V dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji= 0 dalam RM
•
Jika hubungan Ei terhadap Ej = A dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji=1 dalam RM
•
Jika hubungan Ei terhadap Ej = X dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji= 1 dalam RM
•
Jika hubungan Ei terhadap Ej = O dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji= 0 dalam RM’
91
Tabel 9. Contoh Reachability Matrix (RM) Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai Sub-Elemen Tujuan ke- i
T1 T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9 T10
T1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
T2
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
T3
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
T4
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
T5
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
T6
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
T7
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
T8
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
T9
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
T10
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
Tingkat partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasikan elemenelemen dalam level yang berbeda dari struktur ISM.
Matriks Canonical merupakan pengelompokan elemen-elemen dalam level yang sama. Martiks resultan memiliki sebagian besar dari elemen-elemen tringular yang lebih tinggi adalah 1 dan terendah adalah 0.
Digraph dikembangkan dari Matriks Canonical yang menyatakan hubungan antara elemen secara langsung dan berhirarki.
ISM
(Interpretive
Structural
Modelling)
dibandingkan
dengan
memindahkan seluruh jumlah elemen melalui deskripsi elemen aktual.
92
ELEMEN KUNCI
Gambar 10. Contoh Grafik Hirarki dari Elemen-elemen dari Matriks Kanonikal
t1;t2;t3;t4;t5;t7;t8;t10,t11
Gambar 11. Contoh Grafik Hasil Analisis Interpretative Structural Modelling (ISM)