III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006 Januari 2007 dan Juli 2007 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi dengan sumber air berasal dari pegunungan di Kabupaten Rejang lebong, Propinsi Bengkulu melewati beberapa
Kabupaten
di
Kota
Palembang,
Propinsi
Sumatera
Selatan.
Pengambilan ikan contoh dilakukan pada 13 stasiun yang tersebar di sepanjang DAS Musi dari hulu hingga ke hilir.
Nama-nama stasiun pengambilan ikan
contoh dapat dilihat pada Tabel 1 dan beberapa peta titik stasiun pengambilan ikan contoh dapat dilihat pada Lampiran 1.
Analisis terhadap ikan contoh
dilakukan di Laboratorium Biomakro dan Laboratorium Biomikro bagian Laboratorium Ekobiologi Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tabel 1. Stasiun Pengambilan Ikan Juaro (P. polyuranodon) di Sungai Musi Titik Lokasi 1
Lokasi Tebing Tinggi
Posisi
Keterangan
3o35’29,5’’ LS – 103o5’1,8”BT
Hulu
2
Semangus
2o57’57,1’’ LS – 103o19’12,1”BT
Tengah
3
Bingin Teluk
2o36’53,6’’ LS – 103o6’35,9”BT
Tengah
4
Muara Rawas
2o42’41,8’’ LS – 103o24’57,7”BT
Tengah
5
Ds. Lingkungan 1
2o52’39,4’’ LS – 103o49’54,8”BT
Tengah
6
Ds. Teluk
2o53’17,5’’ LS – 104o2’13,3”BT
Tengah
7
Ds. Sukamerindu
3o3’36,4’’ LS – 104o16’41”BT
Tengah
8
S. P. Padang
3o16’9,4’’ LS – 104o52’44,8”BT
Tengah
9
Mandala
3o53’5,1’’ LS – 104o22’52,3”BT
Hilir
10
Rasuan
3o58’40,1’’ LS – 104o31’57,1”BT
Hilir
11
Jembatan Ampera
2o59’25,9’’ LS – 104o45’47,6”BT
Hilir
12
P. Burung
2o50’58,2’’ LS – 104o54’19,2”BT
Hilir
13
Muara Sungsang
2o20’20,3’’ LS – 104o54’41,7”BT
Hilir
(BRPPU Palembang, 2006)
11
3.2 Alat dan Bahan Untuk menangkap ikan digunakan jala dan jaring insang (experimental gillnet) dengan 4 ukuran mata jaring yaitu 0,5; 1; 1,5;dan 2 inci untuk contoh yang diambil pada bulan Juni 2006, Agustus 2006, dan Januari 2007. Sedangkan untuk mengambil contoh bulan Juli 2007 menggunakan 8 ukuran mata jaring yaitu 0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75; 2; 2,25 dan 2,5 inci, dengan panjang jaring masing-masing 10 meter. Beberapa jenis alat tangkap yang digunakan untuk pengambilan ikan contoh dapat dilihat pada (Lampiran 2), dan beberapa foto stasiun pengambilan ikan contoh dapat dilihat pada (Lampiran 3). Sedangkan alat yang digunakan pada saat penelitian adalah ember plastik, botol film/plastik, penggaris dengan ketelitian 0,1 cm, timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram, alat bedah, mikroskop binokuler, mikrometer okuler, pipet tetes, gelas ukur, gelas objek, dan gelas penutup. Bahan yang digunakan adalah ikan Juaro (P. polyuranodon) sebagai ikan contoh, formalin 10% untuk mengawetkan ikan contoh dan formalin 4% untuk mengawetkan gonad ikan contoh.
3.3 Pengambilan Ikan Contoh di Lapangan Pengambilan ikan contoh dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006, Januari 2007 dan Juli 2007 dengan cara fishing experiment menggunakan gillnet yang dioperasikan selama 4 jam, serta hasil tangkapan oleh nelayan dengan menggunakan jala.
Pengambilan pada bulan-bulan tersebut merupakan
perwakilan dari musim kemarau (Juni 2006), musim peralihan (Agustus 2006), musim hujan (Januari 2007), dan bulan Juli 2007 dimana bulan tersebut untuk perwakilan musim kemarau kembali, dimana tujuannya agar terlihat rentang satu tahun dari musim kemarau tahun 2006 sampai musim kemarau tahun 2007.
3.4 Pengamatan Ikan Contoh di Laboratorium 3.4.1 Pengukuran Panjang-Berat Ikan Contoh Panjang total ikan diukur dari ujung kepala terdepan sampai ujung sirip ekor paling belakang dengan menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm.
12
Berat total ikan ditimbang dengan timbangan digital dengan ketelitian sebesar 0,01 g.
3.4.2 Pembedahan Ikan Contoh Ikan contoh yang telah diawetkan di dalam larutan formalin 10% dibedah dengan menggunakan gunting bedah, dimulai dari anus menuju bagian atas perut sampai ke bagian belakang operculum kemudian ke arah ventral hingga ke dasar perut. Otot dibuka sehingga organ-organ dalamnya terlihat. Gonad dipisahkan dari organ-organ dalam lainnya kemudian diawetkan dengan larutan formalin 4%.
3.4.3 Penentuan Jenis Kelamin dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Jenis kelamin dan TKG ikan ditentukan secara morfologi menurut (Effendie, 1979) (Tabel 2). Tabel 2. Kriteria TKG Ikan Juaro (P. polyuranodon) Jantan dan Betina (Effendie, 1979) TKG I (Ikan muda)
II (Masa Perkembangan)
III (Dewasa)
IV (Matang)
Jantan Betina Gonad (testis) kecil, Gonad (ovarium) masih kecil dan memanjang, warna halus seperti benang, warna ovarium jernih. merah muda, memanjang di rongga perut. Testis berwarna putih Ukuran ovarium bertambah besar, susu, ukuran testis jauh warna ovarium berubah menjadi lebih besar dan panjang, coklat muda, butiran telur belum bentuk lebih jelas terlihat. daripada TKG I. Permukaan testis bagian ventral tampak berlekuk,warna semakin putih dan ukuran semakin besar. Testes makin besar dan pejal, berwarna putih susu.
Ukuran ovarium relatif besar dan mengisi hampir 1/3 rongga perut. Butir-butir telur terlihat jelas dan berwarna kuning muda. Gonad mengisi penuh rongga perut, semakin pejal dan warna butiran telur kuning tua. Butiran telur besarnya hampir sama dan mudah dipisahkan, kantung tubulus seminifer agak lunak.
Pengamatan secara histologi dilakukan dengan mengamati preparat histologi gonad yang dibuat dengan metode Banks (1986) ( Lampiran 4).
13
3.4.4 Penentuan Indeks Kematangan Gonad (IKG) Berat gonad ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gr. Kemudian berat gonad dibandingkan dengan berat tubuh dalam bentuk persen (%).
3.4.5 Pengukuran Diameter Telur Pengamatan diameter telur dilakukan pada tiga bagian dari gonad untuk melihat perbedaan sebaran ukurannya, yaitu bagian posterior, anterior, dan median sebagai gonad contoh. Masing-masing bagian gonad contoh tersebut diambil butir telurnya dengan jumlah total 200 butir telur, setelah itu diamati menggunakan mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer okuler.
3.4.6 Perhitungan Fekunditas Prosedur dalam perhitungan fekunditas dilakukan dengan metode gabungan antara gravimetrik dengan volumetrik. Gonad TKG III dan TKG IV diangkat dari dalam perut ikan lalu diawetkan dengan formalin 4%. Berat gonad contoh yang sudah ada dimasukkan ke dalam botol lalu diencerkan dengan air sebanyak 10 ml. Diambil 1 ml dari larutan tersebut, dihitung jumlah butir telur yang terdapat di dalamnya.
3.5 Analisis Data 3.5.1 Perhitungan Jumlah Kelas Ukuran Jumlah kelas ukuran dihitung dengan menggunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2003), (Lampiran 5) dengan tahapan-tahapan: • Menghitung rentang data/wilayah : Wilayah = Data terbesar – Data terkecil • Menghitung lebar kelas :
Wilayah Lebar kelas = Jumlah kelas • Menghitung jumlah kelas ukuran : K = 1+(3,32 x Log n) Keterangan : K = jumlah kelas ukuran n = jumlah data pengamatan
14
3.5.2 Hubungan Panjang-Berat Hubungan panjang dengan berat dianalisis menggunakan rumus Hile, 1963 in Effendie, 2002 : W = aLb Keterangan : W= berat tubuh ikan (gram) L = panjang total ikan (mm) a = intercept (perpotongan kurva hubungan panjang-berat dengan sumbu-y) b = slope (kemiringan) Nilai b yang didapat dari persamaan tersebut akan menunjukkan pola pertumbuhan isometrik atau allometrik. Pola pertumbuhan isometrik kalau b = 3, yang berarti pertumbuhan ikan seimbang antara pertumbuhan panjang dengan pertumbuhan beratnya. Tetapi jika nilai b < 3 berarti pertambahan panjangnya lebih cepat dari pada pertambahan beratnya (allometrik negatif) dan jika b > 3 maka pertambahan beratnya lebih cepat dari pertambahan panjangnya (allometrik positif). Uji-t dilakukan untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 , dengan hipotesis : Ho
: b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik
H1
: b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik,
Untuk pengambilan keputusan nilai thitung dibandingkan dengan ttabel pada selang kepercayaan 95%. Kaidah pengambilan keputusan yaitu: thitung > ttabel
: tolak hipotesis nol (H0)
thitung < ttabel
: gagal
thitung = Keterangan : b1 b0 Sb1
tolak hipotesis nol b1 − b0 Sb1
= b (dari hubungan panjang-berat) = 3 = simpangan koefisien b
15
3.5.3 Faktor Kondisi Faktor kondisi dihitung berdasarkan pola pertumbuhan panjang total dan berat total tubuh ikan. Bila diperoleh pola pertumbuhan yang isometrik maka faktor kondisi ikan dihitung dengan rumus (Effendie, 1979) : 105 W K= L3 Keterangan : K W L
= faktor kondisi = berat ikan (gr) = panjang total ikan (mm)
Sedangkan apabila pola pertumbuhannya allometrik maka faktor kondisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979) :
K=
W aLb
Keterangan : K = W = L = a dan b =
faktor kondisi berat ikan (gr) panjang total ikan (mm) konstanta yang diperoleh dari regresi
3.5.4 Aspek Reproduksi 3.5.4.1 Rasio Kelamin Rasio kelamin dihitung dengan rumus:
x=
M F
Keterangan : M = jumlah ikan jantan (ekor) F = jumlah ikan betina (ekor) Keseragaman sebaran rasio kelamin dianalisis dengan uji “Chi-Square” (Steel dan Torie 1980). X2 =
∑ (Oi − ei) ei
Keterangan : oi = frekuensi ikan jantan dan betina ke-i yang diamati, ei = frekuensi harapan yaitu frekuensi ikan jantan + frekuensi ikan betina dibagi dua,
16
X2 = nilai peubah acak X2 yang sebaran penarikan contohnya mendekati sebaran Chi-square. 3.5.4.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
TKG ditentukan secara morfologi berdasarkan analisis ukuran, bentuk, warna, butiran minyak dan pengisian dalam rongga perut yang dilakukan sendiri, dan secara histologi (Banks, 1986). Ukuran rata-rata ikan Juaro pertama kali matang gonad diduga dengan metode Spearman-Karber (Udupa in Yulianti, 2003). m = xk + [x / 2] – ( x ∑ pi )
√ x * 2 *∑ ((p * q ) / (n -1) )
antilog m = m ± 1.96
i
i
i
Keterangan : m = log panjang ikan pada kematangan gonad pertama xk = log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad x = log pertambahan panjang pada nilai tengah pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i qi = 1 – pi M = antilog m dari panjang ikan pertama kali matang gonad. 3.5.4.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Nilai indeks kematangan gonad (IKG) dihitung dengan rumus (Effendie, 1979) : IKG =
Bg × 100 % W
Keterangan : IKG = indeks kematangan gonad Bg = berat gonad (gram) W = berat tubuh total (gram)
17
3.5.4.4 Fekunditas
Fekunditas dihitung dengan menggunakan metode volumetrik dan gravimetrik (Effendie, 1979), rumusnya adalah :
F=
Keterangan :
F G V X Q
= = = = =
GxVxX Q
fekunditas berat gonad (gram) volume pengenceran (ml) jumlah telur tiap ml (butir) berat telur contoh (gram)