III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan Kabupaten Situbondo mempunyai potensi yang memungkinkan untuk pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan dan didukung dengan sarana dan prasarana umum yang memadai.
Kabupaten Situbondo yang merupakan lokasi penelitian (Gambar 9),
terlebih dahulu dikaji karekteristik wilayah yang akan mendukung pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan. Penetapan lokasi penelitian dipilih secara sengaja
(purposive) sebanyak 5 (lima) kecamatan dari 17 kecamatan, yaitu:
Kecamatan Asembagus, Jangkar, Arjasa, Kapongan, dan Mangaran dengan pertimbangan: 1. Sinergi dengan program pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah setempat. 2. Aksesibilitas
kawasan
telah
dihubungkan
oleh
jalan
arteri
yang
menghubungkan antar kabupaten. 3. Potensi lahan yang memungkinkan untuk pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan dan didukung dengan sarana dan prasarana umum yang memadai. 4. Peternakan merupakan komoditi unggulan daerah yang diharapkan memberikan kontribusi terhadap dinamika ekonomi daerah. 5. Peternakan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat setempat secara turun-temurun. 6. Ketersediaan sumber pakan dan tenaga kerja yang cukup untuk pengembangan peternakan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009, terhitung mulai dari penyusunan proposal sampai pelaksanaan penelitian, dilanjutkan dengan penulisan disertasi sampai saat ini bulan Juli 2010.
63
Gambar 9 Lokasi penelitian.
3.2. Teknik Penentuan Responden Teknik
penentuan responden dalam rangka
menggali
informasi dan
pengetahuannya ditentukan/dipilih secara sengaja (purposive sampling). Pemilihan responden disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah responden yang akan diambil yaitu responden yang dapat dianggap mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti. Penentuan responden dilakukan dua cara:
64
1. Responden dari peternak untuk survei sosial ekonomi di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
purposive
random sampling.
Data sosial ekonomi tersebut digunakan untuk analisis perilaku peternak dan menentukan status serta indeks keberlanjutan agropolitan berbasis peternakan. Jumlah responden (n) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: N n = ---------------1 + Ne2 Keterangan:
n = Jumlah responden. N = Jumlah populasi (kepala keluarga peternak). e = Galat yang dapat diterima (10 %).
Responden tersebut diambil dari 5 (lima) kecamatan di Kabupaten Situbondo, yaitu: Kecamatan Asembagus, Jangkar, Arjasa, Kapongan, dan Mangaran. 2. Responden dari kalangan pakar. Responden pakar dipilih secara sengaja (purposive sampling. Responden yang terpilih memiliki kepakaran sesuai dengan bidang yang dikaji. Syarat-syarat responden pakar antara lain: a) Mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai bidang yang dikaji. b) Memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya dengan bidang
yang dikaji dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai ahli
atau pakar pada bidang yang diteliti. c) Mempunyai komitmen terhadap permasalahan yang dikaji. d) Bersifat netral, bersedia menerima pendapat responden lain. e) Memiliki kredibilitas yang tinggi dan bersedia dimintai pendapat.
3.3. Metode Analisis Data a. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penetapan kawasan agropolitan berbasis peternakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Adapun data primer seperti total biaya dan penerimaan usahatani, serta data skoring dari pendapat pakar.
65
Data sekunder seperti data produksi peternakan, komoditas unggulan, jumlah penduduk, kegiatan utama masyarakat di sektor peternakan, aksesibilitas kawasan ke kawasan/daerah lainnya, kedekatan dengan pasar, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung, potensi lahan untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan, dan perolehan PDRB, fasilitas pendidikan latihan dan penyuluhan, fasilitas kesehatan hewan dan IB, fasilitas ibadah, fasilitas olah raga, fasilitas keamanan, fasilitas ekonomi seperti ketersediaan pasar dan Koperasi Unit Desa (KUD). Data sekunder ini diperoleh dari instansi-instansi terkait di Kabupaten Situbondo, seperti: Bappekab, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Kecamatan dan Desa dalam wilayah Kecamatan Asembagus, Jangkar, Arjasa, Kapongan, dan Mangaran. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis, sumber data, dan metode analisis model pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo No Tujuan Jenis Bentuk Sumber Metode Output yang Khusus Data Data Data Analisis Diharapkan 1.
2.
3.
4.
Identifikasi potensi wilayah Kabupaten Situbondo
Primer
Tingkat perkembangan wilayah Kabupaten Situbondo
Primer
Status keberlanjutan wilayah Kabupaten Situbondo
Primer
Model pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo
Sekunder
Sekunder
Hasil wawancara dan penyebaran kuisioner Laporan tahunan Dinas terkait Hasil wawancara dan penyebaran kuisioner Laporan tahunan Dinas terkait Hasil wawancara dan penyebaran kuisioner
Sekunder
Primer
Laporan tahunan Dinas terkait Hasil wawancara dan penyebaran kuisioner
Sekunder Laporan tahunan Dinas terkait
Dinas atau Instansi terkait. Responden terpilih.
LQ, analisis unggulan dan andalan, serta usahatani
Teridentifikasi potensi wilayah Kabupaten Situbondo
Dinas atau Instansi terkait. Pendapat pakar.
Analisis Tipologi, PCA, Cluster, Skalogram, Sentralitas
Diketahui tingkat perkembangan wilayah Kabupaten Situbondo
Dinas atau Instansi terkait. Pendapat pakar.
Multidimensional Scaling (MDS), Montecarlo, dan Prospektif
Diketahui status keberlanjutan wilayah Kabupaten Situbondo
Dinas atau Instansi terkait. Pendapat pakar.
Sistem Dinamik dengan Powersim
Terbangun model pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo
66
b. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara, diskusi, pengisian kuesioner, dan pengamatan langsung terhadap kegiatan di lokasi penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Responden di wilayah studi yang terdiri atas berbagai pakar dan peternak yang terkait dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber, seperti: hasil studi pustaka, hasil penelitian terdahulu, laporan, dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian. c. Metode Analisis Data Metode analisis data, dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) Studi potensi wilayah Kabupaten Situbondo. (2) Studi tingkat perkembangan wilayah Kabupaten Situbondo. (3) Studi status keberlanjutan wilayah Kabupaten Situbondo untuk pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu. (4) Membangun model pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu di wilayah Kabupaten Situbondo. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis data seperti: analisis location quotient (LQ), analisis komoditas unggulan dan andalan, analisis usahatani, analisis tipologi kawasan, principle component analysis (PCA), analisis cluster, analisis skalogram, analisis sentralitas, analisis keberlanjutan dengan multi dimensional scaling (MDS) modifikasi dari rapfish, analisis prospektif, dan analisis sistem dinamik dengan powersim. Adapun metode analisis data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 dan pada bab pembahasan setiap tujuan (Bab V, VI, VII, dan VIII). Adapun tahapan-tahapan penelitian dan metode analisis data yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 10.
67
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS PERTERNAKAN SAPI POTONG TERPADU
Perkembangan Kawasan
Potensi Kawasan
Berbasis Kegiatan
Location Quotient
Komoditas Usahatani Unggulan
Unggulan & Andalan
R/C Ratio
Karakteristik Kawasan
Sarana & Prasarana
Tipologi
Skalogram Sentralitas
PCA, Cluster
Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu * MDS (Rap-BANGKAPET) *Analisis Prospektif
Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Berkelanjutan Berbasis Perternakan Sapi Potong Terpadu * Sistem Dinamik (Visual Basic, Powersim) Gambar 10
Tahapan dan metode analisis data penelitian pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo
68
3.4. Definisi Operasional Definisi operasional menjelaskan kaidah-kaidah yang terkandung pada judul penelitian, sehingga setiap kata yang dipergunakan dapat dipahami secara baku oleh peneliti dan pembaca hasil penelitian. Definisi opersional tersebut adalah sebagai berikut. 1. Model adalah abstraksi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya. Model merupakan suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata (riil), yang akan bertindak seperti dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu (Marimin 2005). 2. Pengembangan kawasan adalah upaya adaptif mengembangkan kawasan yang dapat
menyesuaikan dengan lingkungan untuk mencapai keserasian
antarsektor dan antarwilayah, serta antarnegara yang bertetangga sehingga dapat mensejajarkan diri dengan negara yang lebih maju. 3. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 4. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 5. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 6. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 7. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiata utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya
alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
69
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 8. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 9. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 10. Agropolitan berasal dari kata Agro berarti pertanian dan Politan berarti kota, yaitu kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Agropolitan dapat juga diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota (Departemen Pertanian 2002). 11. Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi. Efisiensi usaha itu dapat tercermin dari efisiensi produksi, produkivitas pekerja, profitabilitas dan lain-lain (Pemkab Purbalingga 2003). 12. Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki keunggulan kompetitif, karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain. Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, dan daya saingnya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru maupun barang substitusi (Pemkab Purbalingga 2003).
70
13. Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai “upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup temasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”. Pembangunan berkelanjutan dapat juga didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (WCED 1987). 14. Kebijakan adalah serangkaian keputusan yang diambil oleh seorang aktor atau kelompok aktor yang berkaitan dengan seleksi tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut dalam situasi tertentu, dimana keputusan tersebut berada dalam cakupan wewenang para pembuatnya (Hardjosubroto dan Astuti 1993). 15. Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks (Marimin 2004). 16. SHE (sibernetik, holistik, dan efektifitas). Sibernetik dapat diartikan bahwa dalam penyelesaian masalah tidak berorientasi pada permasalahan (problem oriented) tetapi lebih berorientasi pada tujuan (goal oriented). Holistik lebih menekankan pada penyelesaian permasalahan secara utuh dan menyeluruh. Efektifitas berarti bahwa sistem yang telah dikembangkan tersebut harus dapat dioperasikan (Hardjomidjojo 2006). 17. Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya berada di ujung Timur Pulau Jawa bagian Utara yang terdiri atas 17 (tujuh belas) kecamatan (Bappekab dan BPS Situbondo 2008). 18. Peternakan adalah segala macam kegiatan pengusahaan untuk mengambil manfaat
yang lebih
besar dari ternak demi kepentingan manusia
(Hardjosubroto dan Astuti 1993).
71
19. Peternakan sapi potong terpadu adalah usaha peternakan sapi potong merupakan usaha basis utama, sedangkan penunjangnya adalah pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Semuanya terpadu dalam suatu siklus usaha. Dalam siklus usaha itu tidak ada lagi bahan yang terbuang, baik limbah peternakan maupun pertanian. Praktis seluruh mata usaha itu bersifat ramah lingkungan (Sarwono dan Arianto 2003).