III. METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
dilakukan di
dua lokasi
tangkapan labi-labi (Amyda
cartilaginea) yaitu di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Ketapang untuk tingkat pemancing dan tingkat pengumpul serta di Pontianak untuk tingkat eksportir. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret - April 2010.
SAMBAS
KETAPANG
Gambar 6 Peta lokasi penelitian 3.2
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: timbangan,
meteran fleksibel, kamera, senter, headlamp, sarung tangan karet, alat tulis, tally sheet, software SPSS 16.
15
3.3
Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: data morfometri dan
data parameter demografi (mortalitas, seks rasio, struktur umur berdasarkan panjang lengkung karapas) pada populasi panenan. Data lain yang dikumpulkan antara lain peta lokasi penelitian dan jumlah kuota labi-labi. 3.4
Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Parameter Demografi Populasi Panenan di tingkat: Pemancing Jumlah pemancing di Sambas yang terdata di pengumpul sebanyak 31 pemancing, yang dijadikan sampel sebanyak 12 pemancing (39%) di 11 lokasi tangkapan yaitu di Sungai Kajang, Seminis, Sungai Enau, Lumbang, Sungai Bening, Temajok, Sungai Baru, Sepandak, Tanjakan Sabung, Meriuk dan Perigi Parit. Di Ketapang sebanyak 7 pemancing di 7 lokasi tangkapan yaitu Ulak Medang, Tanjungpura, Tanjung Pasar, Negeri Baru, Pesaguan, Satong dan Kampung Mayak. Selama penelitian, diperoleh populasi panenan di tingkat pemancing di Sambas sebanyak 67 ekor dan di Ketapang 48 ekor. Populasi panenan tersebut kemudian ditentukan parameter demografinya (struktur umur, seks rasio dan mortalitas). Penentuan struktur umur didasarkan pada PLK. Di tingkat pemancing, struktur umur dilihat pada populasi panenan di tingkat pemancing. Hal itu mengacu pada Alviola et al. (2003) bahwa panjang karapas pada kura-kura (penyu) merupakan indikator yang baik bagi pertumbuhan dibandingkan dengan lebar karapas. Pembagian kelas umur mengacu Kusrini et al. (2007), dimana kelas umur labi-labi dibagi ke dalam empat (4) Kelas Umur sebagai berikut: Tabel 1 Struktur umur labi-labi berdasarkan hasil pengukuran PLK Kelas Umur I II III IV
PLK (cm) ≤ 5,9 6,0 cm – 19,9 20 cm – 24,9 ≥ 25
Struktur Umur Tukik Remaja Dewasa Muda Dewasa
Seks rasio dihitung dengan membandingkan jumlah jantan dan betina pada populasi panenan di tingkat pemancing. Jenis kelamin labi-labi ditentukan dengan
16
membandingkan panjang dan bentuk ekor. Betina umumnya memiliki ekor yang pendek dan gempal, sementara jantan memiliki ekor yang lebih panjang dan ramping dengan lubang anus di dekat ujungnya. Plastron pada jantan berwarna putih, sedangkan pada betina berwarna abu-abu (Ernest dan Barbour 1989). Mortalitas/laju kematian kasar labi-labi hasil tangkapan dihitung dengan membandingkan jumlah individu yang mati terhadap jumlah keseluruhan anggota populasi. Mortalitas/laju kematian spesifik dihitung dengan membandingkan jumlah individu yang mati dari kelas umur tertentu terhadap jumlah anggota dari kelas umur tersebut. Pada penelitian ini, mortalitas yang dihitung adalah mortalitas/laju kematian kasar yang dihitung dengan membandingkan jumlah labilabi yang mati terhadap jumlah keseluruhan anggota populasi tangkapan di tingkat pemancing. Data dihitung pada hasil panenan di tingkat pemancing, pengumpul dan eksportir. Pengumpul Penentuan parameter demografi labi-labi (struktur umur, seks rasio dan mortalitas) di tingkat pengumpul dilakukan seperti di tingkat pemancing. Di tingkat pengumpul, populasi yang diukur adalah populasi labi-labi hasil tangkapan yang masuk ke pengumpul. Eksportir Parameter demografi (struktur umur, seks rasio dan mortalitas) di tingkat eksportir dilakukan seperti di tingkat pemancing dan di tingkat pengumpul. Di tingkat eksportir, populasi yang diukur adalah populasi labi-labi hasil tangkapan yang masuk ke pengumpul yang kemudian dikirim dan sampai ke eksportir. 3.4.2
Parameter Morfometri Populasi Panenan Labi-labi yang tertangkap di dua lokasi yaitu di Sambas (67 ekor) dan di
Ketapang (48 ekor) ditimbang dengan ketelitian 0,5 kg. Pengukuran parameter morfometri dilakukan dengan metode curveline, yaitu mengukur mengikuti lengkung bagian tubuh yang diukur (Kusrini et al. 2007). Parameter morfometri yang diukur meliputi: (1) panjang lengkung karapas (PLK), (2) lebar lengkung karapas (LLK), (3) panjang plastron (PP), (4) lebar plastron (LP), (5) panjang ekor (PE) dan (6) berat badan. Pengukuran panjang lengkung karapas (PLK), lebar
17
lengkung karapas (LLK), panjang plastron (PP), lebar plastron (LP) dan panjang ekor (PE) menggunakan pita ukur dengan ketepatan 0,1 cm.
Foto oleh Lilly
Gambar 7 Pengukuran panjang lengkung karapas (PLK) dan lebar lengkung karapas (LLK) dengan metode curveline
Foto oleh Lilly
Gambar 8 Pengukuran panjang plastron (PP) dan lebar plastron (LP) dengan metode curveline
Foto oleh Lilly
Gambar 9 Pengukuran panjang ekor (PE) dan penimbangan berat badan (BB)
18
3.5
Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Analisis Data Parameter Demografi Untuk semua tingkat, parameter demografi ditentukan sebagai berikut: 1) Struktur umur diperoleh dengan membagi populasi labi-labi ke dalam kelaskelas umur berdasarkan ukuran PLK-nya. 2) Seks rasio diperoleh dengan membandingkan jumlah jantan dan betina 3) Mortalitas diperoleh dengan menghitung jumlah labi-labi yang mati, kemudian membandingkannya dengan total populasi. M = m/N x 100% dengan:
M = mortalitas/ laju kematian m = jumlah labi-labi yang mati N
= total populasi
Hasil penghitungan ketiga parameter demografi tersebut kemudian disajikan dalam tabel dan dianalisis secara deskriptif. Untuk menghitung ada tidaknya perbedaan jumlah populasi antar dua lokasi penelitian berdasarkan kelas umur dan berdasarkan jenis kelamin digunakan Uji Chi Square (Johnson & Bhattacharyya 1992). 3.5.2 Analisis Data Parameter Morfometri Data morfometrik yang diperoleh ditelaah dengan statistik deskriptif yang meliputi rerata (X), simpangan baku (STD) dan kesalahan baku (SE) dengan menggunakan software SPSS 16. Dimorfisme antar jenis kelamin, perbedaan antar lokasi tangkap dilakukan uji-Z (Z-test) dimana sebelumnya data tersebut dipastikan berdistribusi normal dengan uji normalitas. 3.5.3 Pendugaan Populasi di alam Dihitung dengan menggunakan data Catch per Unit Effort yang digunakan untuk menduga besarnya populasi yang kondisinya agak sulit dalam satu unit area. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan metode DeLury yang dianggap memadai terhadap satuan usaha yang variabel (Effendie 1997). Asumsi yang diperlukan untuk menggunakan metode ini adalah: 1) Populasi tertutup, pengaruh migrasi dan mortalitas diabaikan 2) Unit-unit usaha yang digunakan tidak saling bersaing dan konstan selama percobaan berlaku
19
3) Respon labi-labi terhadap alat penangkapan tetap konstan dalam periode penelitian 4) Tiap labi-labi mempunyai kesempatan yang sama untuk ditangkap Rumus yang digunakan adalah:
Dengan: Ct = ft = q = Nt =
hasil tangkapan satuan usaha sudut/coefisien catchability populasi pada waktu t
No
populasi awal
=
Bila populasi yang diambil/ditangkap per satuan usaha adalah kecil (q ≤ 0.02) maka:
Bila :
Logaritma natural persamaan tersebut adalah:
Jadi persamaan ini hubungannya linear, dan dengan memplotkan
terhadap
hasil tangkapan kumulatif sampai waktu t, merupakan garis lurus dengan suatu sudut catchability dan intersepnya ln (q No), maka:
20
3.5.4 Fluktuasi Panenan Per Periode Tangkap Fluktuasi panenan dihitung berdasarkan jumlah populasi tangkapan perperiode tangkap (minggu) dengan menggunakan Uji-Chi Square (Johnson & Bhattacharyya 1992) dengan persamaan: X2 hit = ∑ (O – E)2 E Keterangan:
O = frekuensi pengamatan E = frekuensi harapan
X2 tabel = X2 (α : k-1) Ketarangan:
α = taraf nyata 5% (0,05) k = jumlah periode tangkap
Kriteria untuk Uji- Chi Square adalah jika X2 hit > X2
tabel:
berarti jumlah
populasi tangkapan pada setiap periode tangkap (minggu) tidak sama pada masing-masing lokasi penelitian dan sebaliknya jika X2 hit ≤ X2 tabel berarti jumlah populasi tangkapan pada setiap periode tangkap (minggu) sama pada masingmasing lokasi penelitian.