30
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Rumahtangga merupakan salah satu unit pengambilan keputusan mengenai pendapatan dan penggunaannya untuk konsumsi. Dalam teori ekonomi, masalah keputusan produksi, konsumsi dan penawaran tenaga kerja biasanya dianalisis secara terpisah melalui perilaku produsen, konsumen dan pekerja. Namun demikian dalam teori ekonomi rumahtangga keputusan produksi, kunsumsi dan alokasi tenaga kerja dianalisis secara terintegrasi. Di bawah ini akan diuraikan mengenai perilaku ekonomi rumahtangga secara bertahap yang menyangkut masalah produsen, konsumen dan pekerja, yang selanjutnya dijelaskan model ekonomi rumahtangga petani secara umum dan memasukkan unsur risiko produksi dan risiko harga produk. 3.1.1. Pengambilan Keputusan Produksi Dua hal yang dapat menentukan respon produsen yaitu hubungan teknis antara kombinasi input dengan tingkat output serta perilaku produsen dalam memilih input, yang ditentukan oleh harga output dan harga input yang dapat diperdagangkan dan tersedianya faktor produksi tetap. Integrasi kedua hal tersebut berperan dalam memaksimumkan profit sebagai tujuan produsen dan secara langsung dapat menentukan keputusan yang optimal mengenai penawaran output dan permintaan input. Solusi penentuan penawaran output dan permintaan input optimal dapat ditentukan dengan mengetahui fungsi produksi dari usahatani. Apabila diasumsikan hanya dua input yang digunakan dalam proses produksi dengan
31 output tunggal (single product), maka fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Q = f (x1, x2, z ) …………….…………………………………………....[1] dimana : Q
= jumlah output (Q bersifat non negative atau Q ≥ 0 )
xi
= jumlah input untuk i = 1,2 (xi bersifat non negative atau xi ≥ 0)
z
= input tetap dan karakteristik usahatani
Apabila diasumsikan pasar output dan input yang dihadapi rumahtangga merupakan pasar persaingan sempurna dan yang menjadi kendala yaitu anggaran untuk pengeluaran input maka kendala anggaran dapat dituliskan sebagai berikut : C˚ = r1x1 + r2x2 …………… ……………………………………………[2] dimana : ri = harga input, untuk i = 1,2 C˚ = anggaran Untuk mencapai tujuan dalam kegiatan produksi, yaitu memaksimumkan profit dengan kendala anggaran, maka dalam penyelesaiannya digunakan fungsi Lagrangian sebagai berikut : L = pf(x1, x2, z) + λ (C˚ - r1x1 - r2x2 ) ………………… …………….... .[3] Dari persamaan [3] diperoleh first order conditions sebagai berikut : ∂L / ∂x1 = pf1 - λr1 = 0 atau pf1 = λr1 ……...……………………………[4] ∂L / ∂x 2 = pf2 - λr2 = 0 atau pf2 = λr2…………………….……………...[5] ∂L / ∂λ = C˚- r1x1 - r2x2 = 0………………………………………….......[6]
dimana : p = harga produk
32 Dari persamaan [4] dan [5] diperoleh : f1/ f2 = r1/r2 ………………………………………………...................... .[7] ∂Q / ∂x1 = r1/r2 …… ……………………………………………….........[8] ∂Q / ∂x 2 ∂x 2 / ∂x1 = r1/r2 ………………………………………….......................... [9]
Dengan
menyelesaikan
first
order
conditions
yaitu
dengan
mensubstitusikan persamaan [7] ke dalam persamaan [6] akan diperoleh fungsi permintaan input sebagai berikut : x1* = x1* (r1, r2 , p, z)…………………………………………………...[10] x2* = x2* (r1, r2 , p, z)…………………………………………………...[11] Selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan [10] dan [11] ke dalam persamaan [1] akan diperoleh fungsi penawaran output, yang merupakan fungsi dari harga input dan harga output, sebagai berikut : Q* = q*( r1, r2 , p, z)…………………………………………………....[12] Input variabel selain tenaga kerja diantaranya yaitu benih, pupuk, pestisida, pengairan dan lainnya yang dapat dibeli dalam jumlah yang diinginkan. Sedangkan input tetap dan karakteristik usahatani dapat mencakup barang pribadi seperti lahan, peralatan dan barang publik seperti infrastruktur dan penyuluhan atau faktor eksogen, seperti cuaca dan jarak ke pasar, yang tidak dapat diperoleh dalam jangka waktu analisis (Sadoulet dan de Janvry, 1995). Fungsi permintaan input dan penawaran output memenuhi properti sebagai berikut (Varian, 1992; Henderson dan Quandt, 1980; Sadoulet dan de Janvry, 1995) :
33 a. Homogeneity yang artinya fungsi permintaan input dan penawaran output bersifat homogenous derajat nol dalam semua harga, yang menunjukkan jumlah elastisitas setiap output atau input terhadap harga sama dengan nol. Apabila produksi menunjukkan constant return to scale maka fungsi tersebut homogenous derajat satu untuk semua input tetap yang juga menunjukkan jumlah elastisitas terhadap input tetap sama dengan satu. b. Symmetry
yang
artinya
fungsi
profit
bersifat
symmetry
apabila
∂qi / ∂p j = ∂q j / ∂pi . Ini juga menunjukkan elastisitas silang harga merupakan kebalikan dari proporsi share profit. 3.1.2. Pengambilan Keputusan Konsumsi
Konsep dasar teori perilaku konsumen menjelaskan mengenai bagaimana konsumen yang rasional memilih barang yang dikonsumsi ketika dihadapkan dengan harga dan pendapatan yang terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam analisis perilaku konsumen menyangkut tingkat permintaan barang yang dikonsumsi tidak hanya berhubungan dengan harga yang dihadapi dan pendapatan riil, tetapi juga karakterisitik individu seperti umur, pendidikan, pekerjaan, tipe rumahtangga dan lingkungan geografi (Sadoulet dan de Janvry, 1995). Adapun barang yang dikonsumsi konsumen dapat berupa barang pertanian maupun industri. Konsumen mempunyai tujuan memaksimukan utilitas yang berkenaan dengan jumlah barang yang dikonsumsi, dengan kendala ditentukan oleh harga pasar, pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income), karakteristik rumahtangga dan selera. Bila diasumsikan rumahtangga mengkonsumsi dua komoditas sebagai berikut :
34 U = f (q1, q2, z)……………………………………………………….....[13] dimana : U = utilitas qi = komoditas yang dikonsumsi, i = 1,2 z = karakteristik individu Sedangkan kendala yang dihadapi adalah pendapatan sebagai berikut : y˚ = p1q1 + p2q2 ………………………………………………………...[14] dimana : y˚ = pendapatan pi = harga komoditas yang dikonsumsi, i = 1,2 Untuk memaksimumkan utilitas dengan kendala pendapatan, maka : L = f(q1, q2, z ) + λ(y˚ - p1q1 - p2q2)………………………………..... [15] Dari persamaan [15] diperoleh first order conditions (FOC) sebagai berikut : ∂L / ∂q1 = f1 - λp1 = 0 atau f1 = λp1 ………….………………..……......[16] ∂L / ∂q 2 = f2 - λp2 = 0 atau f2 = λp2…………..………..…..……..........[17] ∂L / ∂λ = y˚- p1q 1 - p2q2 = 0…………………………………………...[18]
f1/ f2 = p1/p2 ………………………………………………...………......[19] ∂U / ∂q1 = p1/p2 ………………………………………………………..[20] ∂U / ∂q 2 ∂q 2 / ∂q1 = p1/p2 ……………………………………………………......[21]
Dengan menyelesaikan persamaan [16], [17] dan [18] akan diperoleh fungsi permintaan sebagai berikut : q1* = q1* (p1, p2 , y˚, z)……………………………………………........[22] q2* = q2* (p1, p2 , y˚, z)……………………………………………........[23]
35 3.1.3. Pengambilan Keputusan Tenaga Kerja
Pekerja mempunyai tujuan untuk memaksimumkan utilitas yang berkenaan dengan konsumsi waktu santai (leisure) dan pendapatan dengan kendala pendapatan dan total waktu yang tersedia dan dituliskan sebagi berikut : Max u (cl ,y, z)……….……………………………………………….. [24] s.t y = wls ………..……………………………………………….......[25] cl + ls = E…………………………………………………………….....[26] dimana: cl = waktu santai ls = waktu kerja E = total waktu yang tersedia z = karakteristik pekerja Kendala persamaan [25] dan [26] menjadi kendala full income sebagai berikut : y = w(E - cl ) w cl + y = wE ………………………………………………………….. [27] Solusi dari tujuan memaksimumkan utilitas dari pekerja adalah fungsi permintaan waktu santai sebagai berikut : cl = cl ( w, E, z)......................................................................................[28] Dalam penelitian ini keputusan tenaga kerja lebih memfokuskan pada penggunaan tenaga kerja pada kegiatan on farm, off farm dan non farm. 3.1.4. Model Umum Ekonomi Rumahtangga Petani
Menurut
Ellis
(1988)
model
ekonomi
pengambilan
keputusan
rumahtangga pertama kali dikemukakan oleh Chayanov, yaitu teori maksimisasi utilitas rumahtangga (theory of household utility maximisation). Teori tersebut
36 memfokuskan pada pengambilan keputusan rumahtangga yang berkenaan dengan jumlah tenaga kerja keluarga yang menjalankan produksi untuk memenuhi konsumsi. Keputusan menyangkut trade off antara pekerjaan dan pendapatan (Gambar 3). Faktor utama yang mempengaruhi trade off tersebut adalah struktur demografi rumahtangga yaitu ukuran dan komposisi anggota yang bekerja dan tidak bekerja. Beberapa asumsi yang digunakan diantaranya adalah : 1) tidak ada pasar tenaga kerja, dalam arti tidak ada tenaga kerja yang disewa maupun menyewakan tenaga kerja, 2) output usahatani disimpan untuk konsumsi rumahtangga atau dijual di pasar dan dinilai dengan harga pasar, 3) semua rumahtangga mempunyai akses terhadap lahan untuk penanaman dan 4) setiap komunitas petani mempunyai norma sosial untuk pendapatan minimum yang diterima setiap orang . Gambar 3 menunjukkan pengambilan keputusan rumahtangga model Chayanov mencakup aspek produksi dan konsumsi. Aspek produksi ditunjukkan oleh kurva fungsi produksi atau kurva pendapatan keluarga (kurva TVP) yang menggambarkan respon output atau pendapatan keluarga terhadap berbagai tingkat penggunaan input tenaga kerja. Perubahan pada fungsi produksi atau kurva pendapatan keluarga dapat disebabkan perubahan teknologi produksi, harga output atau sumberdaya lain yang berkombinasi dengan tenaga kerja. Aspek konsumsi ditunjukkan oleh kurva indiferen (I) yang menggambarkan total utilitas dari kombinasi leisure dan pendapatan.
Keseimbangan rumahtangga petani
terjadi pada titik A yang merupakan persinggungan fungsi produksi dan kurva indiferen. Sedangkan pada titik B, slope kurva indiferen menggambarkan perubahan pendapatan yang dikarenakan hilangnya satu unit leisure.
37
Output/ income Y I1
I2 TVP
A
B δY
Ye δH
Ymin
O
Le
Waktu kerja (L)
Lmax
L
Waktu Leisure (H)
Sumber : Ellis, 1988 Gambar 3. Model Rumahtangga Petani Chayanov Keterangan : TVP OL I Y A H L Lmax Ymin
: : : : : : : : :
Total value product Total waktu yang tersedia bagi rumahtangga Kurva Indiferen Income Keseimbangan rumahtangga Waktu yang digunakan untuk leisure Waktu yang digunakan untuk bekerja Waktu kerja maksimum dari anggota rumahtangga Standar hidup minimum
Beberapa variabel demografi yang menyangkut produksi dan konsumsi adalah ukuran keluarga, jumlah pekerja dalam keluarga, standar hidup minimum dan rasio konsumen/pekerja.
38 Selanjutnya pengembangan model rumahtangga petani telah dilakukan oleh Becker (1978) dengan menitikberatkan pada alokasi waktu (time allocation) rumahtangga. Konsep alokasi waktu rumahtangga tersebut menjadi dasar dari new home economics (Ellis, 1988). Gambar 4 menunjukkan bahwa alokasi waktu yang tersedia bagi rumahtangga terdiri dari waktu kerja di rumah (home work time), waktu kerja upahan (wage work time) dan waktu santai (leisure).
Home production Z
Home production Z
I1
w1
B C A H
F TPP
w
O
Home work
T1
Wage work
T2
Sumber : Ellis, 1988 Gambar 4. Home Production Model Keterangan : TPP OF ww1 T A B
: : : : : :
Kurva total physical product Total pendapatan riel Garis upah riel Waktu yang tersedia bagi rumahtangga Keseimbangan dalam produksi Keseimbangan dalam konsumsi
Leisure
T
39 Keseimbangan rumahtangga dalam produksi ditunjukkan pada titik A dimana marginal physical product dari kerja rumah (home work) sama dengan tingkat upah riel. Sedangkan keseimbangan dalam konsumsi ditunjukkan pada titik B dimana marginal rate of substitution leisure terhadap barang Z sama dengan rasio opportunity cost leisure terhadap harga pasar. Selanjutnya model rumahtangga (farm household model) Barnum dan Squire (Ellis, 1988) bersumber sebagian dari model new home economic. Rumahtangga mempunyai kebebasan menyewa tenaga kerja dari luar dan menyewakan tenaga kerja dalam keluarga dengan tingkat upah tertentu. Selain itu leisure dan produksi barang Z dari aktivitas rumah dikombinasikan sebagai barang konsumsi dan rumahtangga dihadapkan pada pilihan antara konsumsi dan menjual output untuk memenuhi konsumsi barang yang dibeli. Gambar 5 menunjukkan model rumahtangga Barnum - Squire. Rumahtangga memanfaatkan total waktu untuk pekerjaan usahatani yang berasal dari anggota keluarga (TF), tenaga kerja yang disewa (Tw) dan waktu anggota keluarga di rumah (TZ). Adanya perubahan pada tingkat upah dan harga secara terpisah akan mempengaruhi waktu kerja dalam usahatani, pendapatan, konsumsi rumahtangga dan penjualan di pasar. Peningkatan upah akan meningkatkan rasio harga atau upah riel (w/p) sehingga garis ww1 bergeser dengan slope yang curam. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan terhadap ouput, pendapatan, penggunaan tenaga kerja yang disewa dan penjualan di pasar serta menyebabkan peningkatan waktu kerja anggota keluarga pada usahatani dan konsumsi rumahtangga. Sedangkan peningkatan harga output akan mengurangi
40 upah riel sehingga garis ww1 akan bergeser dengan slope yang datar dan memberikan pengaruh yang berlawanan dengan peningkatan upah.
Output Y
Y I
w1 B
TPP F1
Q A C
F w
O Family TF
T1
Hired Tw Farm work
T2
T Family TZ Home work
Sumber : Ellis, 1988 Gambar 5. Model Rumahtangga Petani Barnum-Squire Keterangan : QC : OF : OT1 : T1T2 : T2T : Y : T : A : B : C : 1 F :
Penawaran output di pasar Total biaya tenaga kerja Waktu anggota keluarga untuk pekerjaan usahatani Waktu tenaga kerja sewa Waktu anggota keluarga di rumah (leisure dan pekerjaan rumah) Output usahatani Waktu yang tersedia bagi rumahtangga Keseimbangan konsumsi Keseimbangan produksi Konsumsi output Pendapatan
41 Singh et al. (1986) telah mengembangkan model dasar perilaku rumahtangga pertanian. Model rumahtangga pertanian tersebut mengasumsikan rumahtangga memaksimumkan fungsi utilitas dari komoditas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh rumahtangga dan komoditas yang dibeli, serta waktu santai (leisure). Adapun fungsi utilitas yang dihadapi sebagai berikut : U = U(Xa, Xm , Xl )……………………………..………..………….......[29] dimana : Xa = konsumsi komoditas pokok Xm = konsumsi barang yang dibeli di pasar Xl = konsumsi waktu santai Adapun kendala yang dihadapi pendapatan tunai sebagai berikut : pm Xm = pa (Q - Xa ) – w (L-F)………………………………................[30] dimana : pm
= harga barang yang dibeli di pasar
pa
= harga komoditas pokok
Q
= produksi rumahtangga dari komoditas pokok
w
= tingkat upah tenaga kerja
L
= total input tenaga kerja
F
= input tenaga kerja keluarga
Q- Xa = market surplus Selanjutnya rumahtangga petani juga menghadapi kendala waktu sebagai berikut : Xl + F = T atau F = T - Xl………………………...………………….. [31] dimana : T = total waktu yang tersedia bagi rumahtangga
42 Selain kendala pendapatan tunai dan waktu, rumahtangga petani menghadapi kendala teknologi produksi sebagai berikut : Q = Q(L, A)…………………………………………………………......[32] dimana A : Faktor produksi tetap Adapun asumsi lain yang juga digunakan dalam model rumahtangga pertanian tersebut diantaranya adalah penggunaan input variabel seperti pupuk dan pestisida dihilangkan dalam model. Model rumahtangga pertanian tersebut juga mengabaikan adanya pilihan antara tanaman yang bersaing, yang dihasilkan rumahtangga. Selanjutnya untuk tenaga kerja dalam keluarga dengan tenaga kerja luar keluarga yang disewa bersifat substitusi sempurna (perfect substitution) dan dapat ditambahkan secara langsung. Hal ini menunjukkan apabila terjadi kekurangan tenaga kerja dalam kegiatan produksi usahatani yang disebabkan tenaga kerja dalam keluarga mengalokasikan curahan waktunya pada kegiatan off farm atau non farm maka rumahtangga dapat menyewa tenaga kerja dari luar keluarga untuk menggantikan tenaga kerja dalam keluarga tersebut dengan memberikan upah. Kemudian model juga mengasumsikan bahwa rumahtangga petani bersifat sebagai price taker untuk ketiga pasar, yaitu pasar barang pokok (pm,), pasar barang yang dibeli di pasar (pa) dan pasar tenaga kerja (w ). Penyelesaian dalam memaksimumkan fungsi utilitas rumahtangga petani tersebut di atas dilakukan dengan mensubstitusikan kendala pada persamaan [31] dan persamaan [32] ke dalam kendala persamaan [30] sehingga diperoleh persamaan kendala sebagai berikut : pm Xm = paQ(L,A) - pa Xa – w (L-T + Xl) pm Xm = paQ(L,A) - pa Xa – wL + wT - w Xl
43 pm Xm + pa Xa + w Xl = paQ(L,A) - wL + wT……………..………...[33] Pada persamaan [33] tingkat keuntungan usahatani ditunjukkan oleh paQ(L,A) wL. Dengan demikian untuk memaksimumkan fungsi utilitas pada persamaan [29] dengan kendala persamaan [33] maka fungsi Lagrangian sebagai berikut : G = U(Xa, Xm , Xl ) + λ (pa Q(L,A) – wL+ wT - pm Xm - pa Xa - w Xl ).[34] Selanjutnya First Order Conditions (FOC) dari fungsi Lagrangian tersebut di atas menghasilkan sebagai berikut : pa ∂ Q/ ∂ L = w………………………………………..........…….........[35] ∂ U/ ∂ Xa = λ pa……..….…………….....…………………. ……......[36] ∂ U/ ∂ Xm = λ pm……….………………………..……………............[37]
∂ U/ ∂ Xl = λ w………………………………………....……………[38]
pa Q(L,A) – wL+ wT - pm Xm - pa Xa - w Xl = 0……..…………..……[39] Selanjutnya tingkat permintaan tenaga kerja (L*) sebagai fungsi dari harga output (pa) dan harga input (w), parameter teknologi dari fungsi produksi dan areal lahan yang tetap sebagai berikut: L* = L* (pa , w, A)…………………………………………………..... [40] Persamaan [40] disubstitusikan ke dalam RHS persamaan [33] untuk mendapatkan nilai full income (Y*). Persamaan [33] menjadi : pm Xm + pa Xa + w Xl = Y*…………………………………….....…[41] yang merupakan kondisi standar dari teori permintaan konsumen. Solusi persamaan [41] menghasilkan permintaan sebagai berikut : Xa = Xi (pa, pm , w, Y*). ….………………………..……………. …..[42] Xm = Xi (pa, pm , w, Y*)…………………….………..………………. [43] Xl = Xi (pa, pm , w, Y*)………………………………………………..[44]
44 Persamaan di atas menunjukkan bahwa permintaan tergantung pada harga (output dan input) dan full
income. Pada kasus rumahtangga pertanian, full income
ditentukan oleh aktivitas produksi rumahtangga baik pada usahatani (on farm), off farm maupun non farm. Apabila
diasumsikan
harga
bahan
pokok
pertanian
mengalami
peningkatan, maka efeknya pada konsumsi bahan pokok dapat dilihat pada persamaan [45] sebagai berikut :
∂X a ∂Y * ∂X a ∂X a + = ………………………………………...[45] ∂Y * ∂p a ∂p a ∂p a Model rumahtangga pertanian tersebut di atas dapat dimodifikasi dengan mengakomodasi adanya input variabel lain yang digunakan dalam kegiatan usahatani seperti penggunaan pupuk dan benih. Khususnya untuk input tenaga kerja juga dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Selain itu model rumahtangga pertanian juga dapat dimodifikasi dengan adanya keputusan pinjaman, tabungan dan investasi. Selama pemerintah dan lembaga lain menyediakan program kredit pedesaan dalam jumlah yang besar, pengembangan tersebut akan membuat kemungkinan untuk menerapkan model rumahtangga pertanian. Selain itu juga model perilaku rumahtangga petani antar waktu seperti yang dilakukan Mazzocco (2001) dan Iqbal (1986) dengan dua periode waktu yaitu periode pertama rumahtangga meminjam dan investasi dalam memperbaiki usahatani, dan periode kedua adalah pinjaman harus dibayar dengan tingkat bunga dan rumahtangga memperoleh profit usahatani yang tinggi sebagai hasil dari investasi periode pertama.
45 3.1.5. Pendekatan Model Ekonomi Rumahtangga Petani pada Kondisi Risiko
Sebagian besar rumahtangga petani melakukan pengambilan keputusan pada kegiatan produksi, konsumsi maupun tenaga kerja. Model rumahtangga petani digunakan sebagai kerangka pemikiran teoritis untuk menganalisis integrasi keputusan produksi, konsumsi dan tenaga kerja. Singh et al. (1986) telah mengembangkan model dasar perilaku rumahtangga petani. Model rumahtangga petani tersebut mengasumsikan rumahtangga memaksimumkan fungsi utilitas dari satu komoditas pertanian yang diproduksi dan dikonsumsi oleh rumahtangga dan satu komoditas non pertanian yang dapat dibeli, serta waktu santai (leisure). Namun demikian model dasar perilaku rumahtangga petani dapat dilakukan pengembangan dengan memasukkan unsur risiko dalam model perilaku ekonomi rumahtangga petani. Penelitian ini memasukkan unsur risiko produksi dan risiko harga produk dalam model perilaku ekonomi rumahtangga petani dengan mengikuti struktur yang dilakukan Beach et al. (2005), yang mengasumsikan petani memaksimumkan present value dari ekspektasi utilitas dengan kendala waktu, fungsi produksi dan anggaran. Rumahtangga petani mempunyai fungsi tujuan sebagai berikut : T
Max ∫ e − rt EU (t )dt ……………………………………………………..[46] 0
dimana r adalah discount rate dan interval [0,T] sebagai planning horizon. Jika harga dan produksi bersifat stochastic, maka utilitas rumahtangga petani tergantung pada ekspektasi dan variance tingkat konsumsi (C),
46 ketersediaan waktu untuk leisure (Tl) dan karakteristik rumahtangga (Zh) yang dapat dituliskan sebagai berikut : EU = U(E(C ), Var (C ), Tl ; Zh)………………………………………..[47] Diasumsikan
∂U > 0 dan ∂E (C )
∂U ≤ 0 . Rumahtangga menggunakan ∂Var (C )
sumberdaya tenaga kerja keluarga dan lahan untuk memproduksi kombinasi output dalam setiap periode dengan kendala sebagai berikut : 1. Kendala waktu T = Tf + To + Tl , To ≥ 0 ………………………..……...[48] 2. Fungsi produksi Q = Q(N, Tf , Hf ,X, ε) ……………………..…………….[49] 3. Kendala anggaran pq Q + wo To + V = wx X+ wh Hf + wn N+ pc C……..…[50] dimana : T
= total waktu yang tersedia bagi rumahtangga
Tf
= waktu rumahtangga yang dialokasikan untuk kerja usahatani
To
= waktu rumahtangga untuk kerja di luar usahatani
Tl
= waktu rumahtangga yang dialokasikan untuk leisure
Q
= vektor output usahatani
N
= luas lahan
Hf
= tenaga kerja sewa untuk usahatani
X
= vektor input produksi usahatani selain tenaga kerja dan lahan
ε
= risiko produksi
pq
= vektor harga output usahatani
pc
= vektor harga barang konsumsi
wo
= upah tenaga kerja di luar usahatani
wx
= vektor harga input usahatani selain tenaga kerja
wh
= upah tenaga kerja pertanian yang disewa
47 wn
= harga lahan
V
= pendapatan bukan dari kerja
C
= vektor barang konsumsi
Sumber ketidakpastian diasumsikan dari produksi dan harga. Harga saat panen tidak diketahui ketika keputusan alokasi luas lahan dibuat. Risiko produksi muncul seperti cuaca, gangguan hama dan penyakit tanaman. Jika diasumsikan tidak ada poduk bersama (joint production), fungsi produksi sebagai berikut : Qi = Qi (Ni , Tfi , Hfi , Xi , εi) ................................…................................[51] Dalam penelitian ini komoditas sayuran yang dianalisis dikhususkan pada dua komoditas yaitu kentang dan kubis. Kentang dan kubis merupakan dua komoditas dominan yang diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kedua komoditas sayuran tersebut merupakan komoditas yang menjadi unggulan di Kecamatan Pangalengan. Selanjutnya
jika
diasumsikan
ketidakpastian
produksi
merupakan
perkalian, maka fungsi produksi menjadi sebagai berikut : Qi = εi Qi (Ni , Tfi , Hfi , Xi,) ………………………................................[52] didefinisikan ekspektasi E(εi) = μ ; variance var (εi) = σ i2 Rumahtangga petani menghadapi permulaan musim dengan mengambil keputusan menyangkut total lahan untuk penanaman dan pembagian luas lahan untuk dialokasikan pada setiap komoditas. Dengan demikian kendala lahan sebagai berikut :
∑N i
i
≤ At −1 + ΔA …………………………………................................[53]
48 Total lahan produksi pada periode t lebih kecil dari atau sama dengan luas penanaman pada musim sebelumnya ditambah perubahan dalam luas antar musim. Selanjutnya sehubungan dengan fungsi produksi yang ditunjukkan persamaan [52], fungsi profit periode saat ini untuk aktivitas usahatani (on farm) dapat dituliskan sebagai berikut : π=
∑
(pqi εi Qi (•) - wf Tfi - wh Hfi -wx Xi -wn N ……...........................[54]
i
dimana wf menunjukkan nilai dari waktu yang digunakan untuk bekerja pada usahatani (on farm). Dengan asumsi risiko harga dan produksi adalah bebas dan ekspektasi harga didefinisikan sebagai E(Pi) = θi dan variance harga sebagai var(Pi) = ϕ i2 , maka espektasi profit dapat dituliskan sebagai berikut : E(π) =
∑
[ θi μi Qi (•) - wf Tfi - wh Hfi - wxXi - wn N] ……...................[55]
i
dan variance profit yang diharapkan dapat dituliskan sebagai berikut : Var (π) =
∑Q
2 i
(•)(ϕ i2σ i2 + ϕ i2 μ i2 + θ i2σ i2 ) …………………………….[56]
i
Lebih lanjut variabel dalam kurung sebelah kanan diganti dengan PVARi Pada kasus separability, keputusan produksi mempengaruhi keputusan konsumsi
melalui
profit
usahatani,
tetapi
keputusan
konsumsi
tidak
mempengaruhi keputusan produksi. Produksi bebas dari preferensi rumahtangga tentang konsumsi dan juga bebas dari pendapatan rumahtangga. Perilaku rumahtangga memaksimumkan pendapatan dengan kendala fungsi produksi dan memaksimumkan utilitas dengan kendala full income. Oleh karena nilai waktu maupun pendapatan bukan kerja (V) adalah choice variable, maksimisasi full
49 income sama dengan maksimisasi nilai output dikurangi variabel input (profit). Selanjutnya pada keberadaan risiko, keputusan konsumsi dan produksi mungkin tidak terpisah dimana mereka adalah rumahtangga petani risk averse. Selanjutnya fungsi Lagrangian dapat dituliskan sebagai berikut : L ≡ U(E(C ), Var (C ), Tl ; Zh) +λ [θi μi Q (N, Tf , Hf ,X ) - wx X- wn N - wh Hf + wo To + V - pc C] + τ[T - Tf - To - Tl ] + μTo......................[57] Penerapan kondisi Kuhn Tucker : ∂L ∂U ∂U = + − λp c = 0 , asumsi C > 0…….......................[58] ∂C ∂E (C ) ∂Var (C )
∂L ∂U = −τ = 0 ∂Tl ∂Tl
asumsi Tl > 0 …........……........[59]
⎛ ∂Q ∂Qi ∂L ∂U ∂U ∂Q ⎞⎟ = − τ + λ ⎜ ( pq PVARi 2Qi [θ i μ i ] i + =0 ⎜ ⎟ ∂T fi ∂E (C ) ∂T fi ∂Var (C ) ∂T fi ∂ T fi ⎝ ⎠ asumsi Tf > 0 ..........................................................................................[60]
∂L = −τ + λw0 + μ ≤ 0 , ∂T0
T0 ≥ 0……....……...................................[61]
⎛ ⎞ ∂Q ∂Q ∂L ∂U ∂U ∂Q = PVARi 2Qi i + λ⎜⎜ ( pqi [θ i μi ] i + − wn ⎟⎟ = 0 ∂Ni ∂E(C) ∂Ni ∂Var(C) ∂Ni ∂Ni ⎝ ⎠ asumsi N > 0 ...........................................................................................[62] ⎛ ⎞ ∂Q ∂Q ∂L ∂U ∂U ∂Q = PVARi 2Qi i + λ⎜⎜ ( pqi [θi μi ] i + − wx ⎟⎟ = 0 ∂X i ∂E(C) ∂X i ∂Var(C) ∂X i ∂X i ⎝ ⎠ asumsi X > 0 …….....………………………………………............….[63] ⎛ ⎞ ∂Q ∂Q ∂L ∂U ∂U ∂Q = PVARi 2Qi i + λ⎜( pqi − wh ⎟ = 0 [θi μi ] i + ⎟ ∂H fi ∂E(C) ∂H fi ∂Var(C) ∂H fi ⎜⎝ ∂H fi ⎠ asumsi Hf > 0 .....…………………………………………................….[64]
∂L ∂L = T0 ≥ 0, μ ≥ 0, μ = 0, ∂μ ∂μ
………………………….................[65]
50 Dengan kerja di luar usahatani (off farm) positif (T0 > 0), maka ekspektasi error term (μ) harus sama dengan 0 agar supaya memenuhi persamaan [61]. Rumahtangga dengan kerja di off farm akan mengalokasikan jam untuk kerja di off farm sampai ekspektasi marginal utility dari alokasi waktu tambahan terhadap kerja di off farm sama dengan 0. First order conditions (FOC) pada kondisi ada risiko mengimplikasikan bahwa pada saat optimum, marginal product dari tenaga kerja rumahtangga pada usahatani lebih rendah dari upah off farm.
Hal ini
berbeda dari kasus tanpa ketidakpastian, dimana waktu dialokasikan untuk usahatani sampai marginal return dari tenaga kerja usahatani sama dengan upah pada off farm, dan akan menghasilkan ketergantungan yang besar pada tenaga kerja off farm. Oleh karena risiko pendapatan dari kerja off farm lebih rendah daripada kerja usahatani, rumahtangga risk averse akan mengalokasikan lebih banyak tenaga kerja untuk bekerja pada off farm untuk mengurangi risiko, sekalipun ekspektasi konsumsi rendah. Selanjutnya apabila kerja off farm sama dengan nol (T0 = 0), maka kondisi optimal mempunyai struktur yang berbeda sebab μ tidak dapat diasumsikan sama dengan nol. Pada kondisi optimal, rumahtangga akan mengalokasikan jam kerja pada kegiatan on farm sampai ekspektasi marginal utility tenaga kerja on farm sama dengan shadow price leisure. Pada kasus tidak ada pekerja pada kegiatan off farm, tingkat upah on farm tidak melebihi shadow price dari waktu yang digunakan usahatani. Selanjutnya keputusan partisipasi angkatan kerja sangat tergantung pada besaran relatif dari upah tenaga kerja pada kegiatan off farm (w0) dan upah pada kegiatan usahatani (wh). Ketika tingkat upah off farm ditingkatkan, maka
51 partisipasi tenaga kerja off farm meningkat. Peningkatan pada pendapatan bukan kerja yang diekspektasi untuk meningkatkan marginal value waktu leisure, peningkatan harga output secara umum meningkatkan nilai waktu yang digunakan dalam kerja usahatani dan peningkatan harga input menurunkan shadow price dari tenaga kerja usahatani. Luas lahan yang dialokasikan untuk setiap tanaman meningkatkan fungsi ekspektasi harga sendiri dan produksi. Pengaruh cross price dan cross yield secara khusus bertanda negatif karena luas area satu tanaman secara umum bersubstitusi dengan luas area tanaman lain, meskipun mungkin menjadi komplementer pada pola rotasi.
Lagi pula lahan yang tidak dikerjakan, apabila sekarang untuk
usahatani, dapat digunakan untuk meningkatkan luas tanaman. Pada kondisi risk neutrality, goncangan harga dan hasil didominasi oleh perubahan dalam total luas lahan yang ditanami dan alokasi luas lahan diantara tanaman setiap waktu. Untuk goncangan harga atau hasil yang positif, petani risk neutral akan memperluas area tanaman lebih banyak daripada petani risk averse karena peningkatan dalam produksi tanaman tertentu meningkatkan variance dalam pendapatan tanaman tersebut. Sebagai tambahan, peningkatan variasi hasil atau harga diekspektasi untuk meningkatkan jumlah waktu yang teralokasi untuk kerja pada kegitan off farm. Sistem persamaan di atas, pada kondisi optimal dapat diturunkan fungsi permintaan input dan penawaran output sebagai berikut : Ni = Ni (θi, ϕ i2 , μi,, σ i2 , wh , px , wo , At-1 , Zh) …………………………[66] T fi = T fi (θi, ϕ i2 , μi,, σ i2 , wh , px , wo , At-1 , Zh) ………………………[67] To = To (θi, ϕ i2 , μi,, σ i2 , wh , px , wo , At-1 , Zh) ………………………...[68]
52 Hf = Hf (θi, ϕ i2 , μi,, σ i2 , wh , px , wo , At-1 , Zh) ……………………….[69] X = X (θi, ϕ i2 , μi,, σ i2 , wh , px , wo , At-1 , Zh) ………………………..[70] Fungsi permintaan input baik untuk luas areal lahan (Ni), tenaga kerja untuk usahatani (T fi), tenaga kerja di luar usahatani (To), tenaga kerja yang disewa pada usahatani (Hf) dan input variabel lain seperti pupuk, pestisida dan insektisida (X) dan penawaran output dipengaruhi oleh ekspektasi harga (θi), variance harga ( ϕ i2 ), ekspektasi variabel random (risiko produksi, μi,), variance variabel random ( σ i2 ), upah tenaga kerja yang disewa (wh), harga input variabel seperti pupuk, pestisida dan insektisida (px), upah tenaga kerja di luar usahatani (wo), luas areal penanaman periode sebelumnya (At-1) dan karakteristik khusus rumahtangga (Zh). Demikian halnya untuk fungsi permintaan terhadap ekspektasi barang konsumsi (C) dipengaruhi oleh variabel tersebut diatas, pendapatan bukan kerja (V) dan harga barang konsumsi (pc). Model ekonomi rumahtangga yang telah dijelaskan di atas, secara empirik masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa diantara pokok permasalahan (issue) terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dan saling terkait antara keputusan produksi dan konsumsi dan bersifat simultan. Hal tersebut seperti yang dilakukan Pradhan dan Quilkey (1985) dalam menganalisis model rumahtangga petani padi di Orissa India. Teori dikembangkan dengan pendekatan sistem yang mana keputusan produksi didasarkan pada hubungan input output yang tidak terlepas dari keterkaitan dengan keputusan konsumsi rumahtangga petani, khususnya di negara-negara berkembang. Pendekatan sistem digunakan untuk mengestimasi satu set
53 persamaan yang terkait yaitu keputusan produksi, konsumsi dan penggunaan input pada rumahtangga petani. Dengan menggunakan pendekatan ekonometrik dimungkinkan untuk melakukan proxy terhadap variabel sehingga model yang dikembangkan tidak hanya tepat dalam teori tetapi juga empiris. Dengan demikian model ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam penelitian ini dibangun dengan pendektan sistem yang mempertimbangkan teori dan karakteristik rumahtangga petani sayuran dengan melihat keterkaitan antar variabel-variabel yang menentukan perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Lebih lanjut model yang dibangun dalam penelitian ini akan dijelaskan pada bagian perumusan model. 3.1.6. Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk
Model ekonomi rumahtangga petani yang dibangun dalam penelitian ini memasukkan unsur risiko yaitu risiko produksi dan risiko harga produk. Risiko menunjukkan kemungkinan kehilangan (loss) yang mempengaruhi kesejahteraan individu (Harwood et al., 1999). Rumahtangga petani khususnya menghadapi harga input yang sudah dapat diketahui tetapi belum secara pasti mengetahui harga produk dan beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani menghadapi risiko produksi dan risiko harga produk (Patrick et al., 1985; Moschini dan Hennessy, 1999). Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1987). Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan digunakan dalam pengambilan keputusan.
54 Beberapa ukuran risiko didasarkan pada nilai variance, standard deviation dan coefficient of variation (Anderson et al., 1977; Calkin dan DiPietre, 1983; Elton dan Gruber, 1995). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti misalnya standard deviation merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient of variation merupakan rasio standard deviation dengan nilai ekspektasi. Pada umumnya rumahtangga mengusahakan lebih dari satu kegiatan usahatani. Oleh karena itu coefficient of variation sangat efektif mengukur perbandingan variasi produksi atau harga atau pendapatan dari dua atau lebih kegiatan. Risiko pada umumnya berhubungan dengan adanya suatu perubahan dalam setiap periode, sehingga risiko produksi dan risiko harga produk menggambarkan adanya fluktuasi pada produksi dan harga produk yang dialami rumahtangga petani. Adanya fluktuasi tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan variance produksi periode tertentu. Salah satu model yang dapat mengakomodasi kondisi tersebut yaitu model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH ) (Verbeek, 2000;
De Wet, 2005;
Moschini dan Hennessy, 1999). Model GARCH secara khusus didesain untuk model variance yang mana variance sebagai variabel dependent merupakan fungsi dari variabel dependent periode sebelumnya atau variabel independent atau eksogenous. Secara umum model GARCH dapat dituliskan sebagai berikut : p
q
j =1
j =1
σ t2 = ϖ + ∑ α j ε t2− j + ∑ β j σ t2− j ……………………………………....[71] Dalam prakteknya spesifikasi GARCH yang standar yaitu GARCH (1,1) sering dilakukan dan dapat dituliskan sebagai berikut :
55
σ t2 = ϖ + αε t2−1 + βσ t2−1 ……………………………………………..…[72] dimana :
σ t2
= variance error pada periode t ( σ t2 non negative)
ε t2−1
= error kuadrat periode sebelumnya
σ t2−1
= variance error pada periode sebelumnya
ω,α, β = parameter estimasi (ω,α dan β juga non negative) Persamaan [72] menunjukkan variance error pada periode t ( σ t2 ) ditentukan error kudarat periode sebelumnya ( ε t2−1 ) dan variance error pada periode sebelumnya ( σ t2−1 ). Variance error menunjukkan variance dari produksi. Terkait dengan analisis risiko model Just dan Pope (1979), fungsi produksi terdiri dari mean production dan variance production function. Kedua fungsi produksi dipengaruhi lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida. Penelitan ini
menggunakan model Just dan Pope (1979) dan model
GARCH yang standar yaitu GARCH (1,1) (Verbeek, 2000) sehingga persamaan [72] dapat dituliskan sebagai berikut : yit = θXit + ε ............................................................................................[73]
σ i t2 = ϖ + αε i t2−1 + βσ i t2−1 + γ Xit.............................................................[74] dimana : yit = produksi rumahtangga petani ke i pada musim t Xit = penggunaan input pada produksi ke i periode tertentu θ, γ = parameter Penelitian ini menggunakan data cross section rumahtangga petani sayuran dengan periode waktu tiga musim tanam atau data panel. Model GARCH
56 digunakan karena adanya variasi baik diantara musim tanam maupun rumahtangga petani. Diantara rumahtangga petani, variasi ditunjukkan oleh perbedaan penggunaan generasi kentang diantara rumahtangga petani. Adapun risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini khusus komoditas kentang dan kubis sebagai komoditas dominan yang diusahakan rumahtangga petani sayuran di Kecamatan Pangalengan. Oleh karena rumahtangga petani sayuran pada umumnya mengusahakan kegiatan usahatani lebih dari satu komoditas (diversifikasi) maka risiko portofolio (portfolio risk) dari kegiatan diversifikasi dihitung setelah diketahui risiko masing-masing kegiatan atau investasi (Anderson et al., 1977; Elton and Gruber, 1995). Selain risiko produksi, rumahtangga petani sayuran menghadapi risiko harga produk. Analisis risiko harga produk tidak dilakukan seperti analisis risiko produksi. Hal ini dikarenakan data yang tidak memadai sehingga tidak dimungkinkan dilakukan analisis seperti risiko produksi. Data yang tidak memadai disini mencakup variabel-variabel yang mempengaruhi harga produk, sementara rumahtangga petani sebagai price taker. Dengan demikian analisis risiko harga produk dianalisis dengan menggunakan perhitungan variance secara manual yang merupakan penjumlahan selisih kuadrat harga produk dengan ekspektasi harga dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. 3.2. Kerangka Pemikiran Konsepsional
Rumahtangga
petani
sayuran
dalam
mengelola
usahatani
sering
menghadapi masalah risiko, khususnya risiko produksi dan risiko harga produk. Dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk akan mempengaruhi perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Perilaku ekonomi rumahtangga
57 petani sayuran berkaitan dengan perilaku rumahtangga dalam pengambilan keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja. Kerangka pemikiran konsepsional tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan pada kerangka pemikiran teori, beberapa faktor yang diduga mempengaruhi risiko produksi sayuran diantaranya adalah penggunaan input seperti lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Selain penggunaan input, risiko produksi musim tertentu juga dipengaruhi oleh risiko produksi musim sebelumnya. Risiko produksi musim sebelumnya mempunyai pengaruh positif terhadap risiko produksi musim tertentu. Sedangkan pengaruh penggunaan input terhadap risiko produksi dapat bersifat sebagai risk reducing factors maupun risk inducing factors. Penggunaan input yang diduga sebagai risk reducing factors diantaranya adalah obat-obatan dan tenaga kerja. Obat-obatan dan tenaga kerja pada waktu yang tepat diduga mampu mempertahankan kestabilan produksi sehingga akan mengurangi variasi atau kesenjangan produksi. Sedangkan penggunaan input lainnya seperti pupuk, benih dan lahan diduga sebagai risk inducing factors, yaitu faktor yang menyebabkan adanya variasi atau kesenjangan produksi. Selanjutnya risiko produksi dan risiko harga produk dapat mempengaruhi penggunaan input produksi. Dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk maka penggunaan input diduga akan mengalami penurunan. Selain risiko produksi dan risiko harga produk, penggunaan input diduga dipengaruhi juga oleh harga masing-masing input dan ekspektasi harga output. Harga input akan memberikan pengaruh negatif terhadap penggunaan input. Sedangkan ekspektasi harga output akan memberikan pengaruh positif terhadap penggunaan input.
58
Risiko Produksi dan Harga
Penggunaan Input: lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja
Perilaku Rumahtangga Petani
Keputusan Tenaga kerja
Kegiatan Off Farm
Pendapatan Off Farm
Keputusan Produksi
Kegiatan Non Farm
Keputusan Konsumsi
Kegiatan On Farm ( Produksi)
Pendapatan Non Farm
Pendapatan On Farm
Pendapatan rumahtangga Pengeluaran rumahtangga
-Investasi -Tabungan
Konsumsi Pangan
Konsumsi Non Pangan
-Pendidikan -Kesehatan
Gambar 6. Kerangka Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran pada Kondisi Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk
59 Dalam pengembangan model, diantara penggunaan input juga dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Pengambilan
keputusan
produksi
mencakup
keputusan
dalam
mengalokasikan penggunaan input dan produksi yang dihasilkan. Pada kegiatan produksi usahatani (on farm), risiko produksi dan risiko harga produk akan mempengaruhi produksi usahatani yang dihasilkan rumahtangga petani. Dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk maka produktivitas sayuran yang dihasilkan diduga akan mengalami penurunan. Namun demikian produktivitas selain dipengaruhi oleh risiko produksi dan risiko harga produk, juga dipengaruhi oleh harga input dan ekspektasi harga produk. Harga input akan memberikan pengaruh negatif terhadap produktivitas, sedangkan ekspektasi harga output akan memberikan pengaruh positif. Dalam pengembangan model, produktivitas juga dipengaruhi oleh penggunaan input usahatani, yang mana penggunaan input akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas. Selanjutnya pada pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja mencakup keputusan untuk mengalokasikan tenaga kerja rumahtangga petani sayuran pada berbagai kegiatan. Terdapat tiga kegiatan yang dilakukan tenaga kerja rumahtangga petani sayuran yaitu kegiatan on farm, off farm dan non farm. Kegiatan on farm merupakan kegiatan yang dilakukan oleh rumahtangga dalam mengelola usahatani. Sedangkan kegiatan off farm merupakan kegiatan yang dilakukan rumahtangga petani di luar usahataninya sendiri atau yang dilakukan pada usahatani petani lain, seperti berburuh tani. Dan kegiatan non farm merupakan kegiatan yang dilakukan rumahtangga petani di luar pertanian seperti tukang ojek, buruh bangunan maupun berdagang.
60 Adanya alokasi tenaga kerja rumahtangga pada ketiga kegiatan tersebut dapat menimbulkan adanya keterkaitan antar rumahtangga khususnya untuk kegiatan on farm. Keterkaitan antar rumahtangga terjadi bila rumahtangga petani menghadapi kekurangan tenaga kerja pada kegiatan on farm. Kekurangan tenaga kerja tersebut dapat disebabkan curahan tenaga kerja rumahtangga tidak mencukupi kebutuhan pada kegiatan on farm, karena tercurahkan untuk kegiatan lainnya, sehingga rumahtangga petani harus menyewa tenaga kerja luar keluarga. Hal tersebut menunjukkan pada kegiatan on farm dapat terjadi substitusi antara tenaga kerja rumahtangga petani dengan tenaga kerja luar keluarga. Artinya bila terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on farm maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga akan mengalami penurunan, demikian pula sebaliknya. Selain berdasarkan sumbernya, tenaga kerja rmahtangga petani dibedakan berdasarkan gender yaitu tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Risiko produksi maupun risiko harga produk akan mempengaruhi alokasi tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on farm, off farm dan non farm. Adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga akan menurunkan penggunaan tenaga kerja pada kegiatan on farm. Sebaliknya dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk, penggunaan tenaga kerja pada kegiatan off farm dan non farm diduga akan mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga akan menggeser curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani dari kegiatan on farm menjadi kegiatan off farm dan non farm.
61 Dalam pengembangan model, curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani diantara ketiga kegiatan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh risiko produksi dan risiko harga produk tetapi faktor lain seperti upah, ekspektasi harga output, karakteristik rumahtangga (jumlah angkatan kerja) dan curahan waktu pada kegiatan lainnya. Upah pada masing-masing kegiatan diduga akan berpengaruh positif terhadap curahan waktu tenaga kerja rumahtangga pada masing-masing kegiatan. Sedangkan ekspektasi harga output diduga akan meningkatkan curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on farm tetapi akan menurunkan curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan off farm dan non farm. Selanjutnya curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani diantara ketiga kegiatan dapat saling mempengaruhi satu sama lain, artinya curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani untuk kegiatan on farm akan mempengaruhi curahan waktunya pada kegiatan off farm dan non farm, demikian pula sebaliknya curahan waktu pada kegiatan off farm dan non farm akan mempengaruhi kegiatan on farm. Selain mempengaruhi keputusan produksi dan alokasi tenaga kerja, risiko produksi dan risiko harga produk juga mempengaruhi perilaku rumahtangga petani dalam mengambil keputusan konsumsi. Pengambilan keputusan konsumsi rumahtangga petani menyangkut keputusan konsumsi untuk kebutuhan pangan, non pangan, pendidikan, kesehatan, tabungan dan investasi usahatani. Semua konsumsi yang dilakukan rumahtangga petani tersebut merupakan pengeluaran rumahtangga petani. Adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga dapat menyebabkan pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan, non pangan, pendidikan, kesehatan, tabungan dan investasi akan mengalami penurunan. Hal
62 ini terjadi karena pengeluaran rumahtangga sangat tergantung dengan pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani. Hubungan antara pengeluaran dengan pendapatan rumahtangga menunjukkan adanya keterkaitan antara pengambilan keputusan produksi dan konsumsi melalui tingkat pendapatan. Artinya pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani akan digunakan untuk membiayai pengeluaran rumahtangga. Jika adanya risiko produksi dan risiko harga produk menyebabkan pendapatan menurun maka akan berpengaruh terhadap penurunan pengeluaran rumahtangga petani. Pengeluaran
untuk
masing-masing
konsumsi
rumahtangga
juga
dipengaruhi oleh karakteritik rumahtangga (jumlah anggota rumahtangga, jumlah anak sekolah dan pendidikan anggota keluarga), pendapatan rumahtangga dan pengeluaran konsumsi lainnya. Diantara pengeluaran rumahtangga tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lain dan mempunyai pengaruh negatif. Terkait dengan pendapatan rumahtangga petani terdiri dari pendapatan on farm, off farm dan non farm. Output pada kegiatan on farm pada umumnya dijual ke pasar sehingga diperoleh pendapatan usahatani (on farm). Sementara itu kegiatan lain yang dilakukan rumahtangga petani, yaitu kegiatan off farm dan non farm, akan memberikan pendapatan off farm dan non farm. Ketiga kegiatan tersebut akan memberikan kontribusi pada total pendapatan rumahtangga petani. Total pendapatan rumahtangga petani akan digunakan untuk membiayai pengeluaran rumahtangga dan membiayai kegiatan usahatani.