III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di Perusahaan Parakbada yang terletak di Katulampa, Kota Bogor.
3.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya mengalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2007). Untuk melakukan kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek yang akan dipelajari. Banyak dan sedikit aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisis tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan. Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisis yang berbeda-beda (Husnan dan Suwarsono 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri dari : 1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). 2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional). 3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.
3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan bisnis, terlebih dahulu harus ditentukan aspek yang akan dianalisis. Banyak dan sidikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisis tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan (Husnan dan Suwarsono 2000). 1) Aspek Pasar Aspek pasar menempati kedudukan pertama dalam pertimbangan investor dan pendekatan yang digunakan oleh investor dalam memperebutkan konsumen.
13
Kadariah, Lien K, Clive G (1999) menyatakan bahwa aspek komersial berhubungan dengan penawaran input yang diperlukan proyek, baik saat membangun proyek maupun saat proyek sudah berproduksi dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi proyek. Untuk mendapatkan tanggapan dari pasar yang diinginkan, maka para pemasar membentuk bauran pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) atau disebut dengan 4P. Bauran pemasaran ini merupakan bauran yang paling sering digunakan. Menurut Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A (2009) aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang : 1. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan datang. 3. Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. 4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai. 2) Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Umar (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga hal pokok yang dihadapi suatu proyek terkait dengan aspek teknis yakni penentuan lokasi usaha atau posisi perusahaan (strategi produksi, kualitas produk), desain usaha (pemilihan teknologi, layout), dan operasional usaha (rencana produksi, penjadwalan kerja pegawai).
14
3) Aspek Manajemen Aspek manajemen berhubungan dengan bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan mengenai sesuai atau tidaknya proyek tersebut dengan susunan organisasi proyek. Hal yang diperlukan dalam aspek manajemen adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Suwarsono 1994). 4) Aspek Hukum Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumendokumen yang dimiliki. Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yng akan digunakan, jaminan dalam mengajukan pinjaman.selain itu aspek hukum dalam kegiatan bisnis dipelukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain. 5) Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Dalam aspek sosial ekonomi dan lingkungan yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial dan lingkungan terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial akan memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Pada analisis aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. 6) Aspek Finansial Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan atau mengoperasikan kegiatan bisnis. Gittinger (1986) menyatakan bahwa analisis aspek finansial merupakan proyeksi anggaran penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang pada setiap tahunnya. Pada perusahaan yang telah berjalan, analisis finansial atau keuangan didasarkan pada data historis perusahaan sejak
15
perusahaan tersebut dimulai, sedangkan untuk perusahaan yang baru berjalan, laporan tersebut akan digunakan untuk memproyeksikan perusahaan sampai umur proyek. Tujuan dari dilakukannya analisis finansial ini adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan menilai suatu proyek akan dapat berkembang sehingga secara finansial dapat beridiri sendiri.
3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat Pada analisis proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manafaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dikategorikan sebagai berikut. 1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang seperti: tanah, bangunan, pabrik, mesin. 2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja. 3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga,dan pinjaman. Manfaat juga dapat diartikan sebagi sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dilaksanakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja 2. Manfaat yang tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
16
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986).
3.1.4. Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Terdapat dua hal yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu (time preference) sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memilki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999)
3.1.5. Kriteria Kelayakan Investasi Menurut Kadariah et al. (1978), umumnya terdapat empat kriteria investasi yang dapat digunakan untuk penilaian kelayakan dari investasi suatu proyek, yakni sebagai berikut. 1) Net Present Value (NPV) NPV merupakan nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dan biaya. NPV ini menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha selama umur usaha pada tingkat suku bunga tertentu. • NPV > 0, artinya usaha tersebut sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan atau diteruskan. • NPV < 0, artinya usaha merugikan dan tidak dapat dilaksanakan. • NPV = 0, artinya usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2) Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat suku bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR
17
adalah tingkat rata-rata keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan. 3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. Metode ini digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang dengan nilai sekarang investasi. Nilai Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C > 1) artinya usaha dianggap layak untuk dilaksanakan secara finansial. Net B/C kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya usaha tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial. Net B/C sama dengan satu (Net B/C = 1) maka biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapatkan. 4) Payback Period (PP) Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan manfaat bersih setelah pajak. Discounted Payback Period (DPP) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian investasi dengan menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan tingkat suku bunga (Discount Rate).
3.1.6. Analisis Laba Rugi Usaha Analisi laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Menurut Umar (2007), proyeksi laba rugi disusun oleh datadata pendapatan dan biaya. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan dan juga digunakan untuk menghitung jumlah penjualan minimum baik dari kuantitas atau pun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi
18
atau penjualan tersebut merupakan titik impas. Selain itu, laporan laba rugi dapat dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow studi kelayakan bisnis (Nurmalina et al. 2009).
3.1.7. Analisis Sensitivitas Menurut Kadariah et al (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek jika terjadi suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan benefit, sedangkan Nurmalina et al. (2009) menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan.. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Perhitungan switching value mengacu pada berapa besar perubahan yang terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C = 1. Dengan melakukan analisis switching value, dapat dicari besar perubahan yang mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan, yaitu yang mengakibatkan nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga, dan Net B/C > 1.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis kelayakan pada Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang ini diawali dengan jumlah permintaan (benih ikan lele dan lele konsumsi) khususnya di daerah Bogor. keterbatasan modal menjadi sebab utama dalam melakukan usaha ini, karena dalam menjalankan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele sangkuriang ini membutuhkan modal yang tidak sedikit. Selain itu, adanya kecenderungan kenaikan biaya variabel (biaya input) yang menyebabkan terganggunya kegiatan produksi yang berakibat pada keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pentingnya melakukan analisis kelayakan Usaha ikan lele. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah Usaha ikan lele ini layak atau tidak untuk dilaksanakan. Dalam analisis kelayakan ini perlu memperhatikan beberapa aspek penting seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
19
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial. Setelah data terkumpul, maka melakukan identifikasi dan analisis data yang diperoleh, baik berupa data primer maupun data sekunder. Melakukan Identifikasi mengenai aspek non finansial dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Kemudian mengidentifikasi aspek finansial secara kuantitatif serta mengintrepetasikan hasilnya. Hasil dari seluruh analisis tersebut yang meliputi analisis non finansial dan finansial, akan digunakan untuk menentukan apakah usaha tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Jika layak, maka usaha tersebut dapat terus dijalankan dan dapat dilakukan upaya pengembangan. Namun jika tidak layak, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap usaha tersebut. Kemudian dapats ditarik kesimpulan dan saran bagi usaha pengembangan tersebut. Skema kerangka pemikiran operasional secara terstruktur dapat dilihat pada Gambar 1.
20
Ikan lele sangkuriang memiliki nilai ekonomis tinggi dan potensial untuk dikembangkan, serta memiliki keunggulan dibanding dengan ikan lele jenis lain.
Bogor merupakan sentra penghasil ikan Lele
Perusahaan Parakbada merupakan perusahaan tergolong baru bergerak di bidang pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang.
Permasalahan: • Permintaan yang tinggi, tetapi hasil produksi belum dapat mencukupi • Kurangnya modal untuk investasi • Kenaikan total biaya pakan
Analisis Finansial
Analisis Aspek Non Finansial 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen 4. Aspek Hukum 5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran) (Modal sendiri)
Skenario II (Pembeniha n ikan lele – modal pinjam)
Skenario III (Pembesara n ikan lele – modal pinjam)
Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran) (Modal pinjaman)
Kriteria kelayakan investasi 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C 4. Discounted Payback Period (DPP)
Tidak Layak
Layak
Analisis Sensitivitas dan Switching value
REKOMENDASI
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
21