III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pelaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang–orang. Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani beserta keluarganya, tanah beserta beserta fasilitas yang ada diatasnya seperti bangunan–bangunan atau saluran air serta tanaman ataupun hewan ternak (Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut Soekartawi (1986) menyatakan bahwa ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara–cara petani memperoleh dan memadukan sumber daya yang ada seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan (manajemen) yang terbatas ketersediaannya
untuk
mencapai tujuannya.
Sedangkan Suratiyah (2009) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan serta mengkoordinir faktor– faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik–baiknya. Pengertian lain bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu yang di dalamnya mempelajari bagaimana seseorang dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya secara efektif dan efisien agar mencapai tujuan dan memperoleh keuntungan yang tinggi. Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor–faktor yang bekerja dalam usahatani. Faktor–faktor tersebut menurut Suratiyah (2009) ialah faktor alam, tenaga kerja dan modal. Faktor alam dalam usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor tanah dan lingkungan alam sekitar. Faktor tanah yang berpengaruh misalnya ialah jenis tanah, sturktur tanah dan kesuburan tanah yang digunakan untuk usahatani. Tanah pun memiliki sifat yang tidak dapat dipindah– pindahkan, hanya bisa dipindah tangankan dan bersifat tetap. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka tanah dapat pula dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani meskipun di bagian lain juga dapat berfungsi sebagai faktor atau unsur pokok dari modal (Hernanto, 1991). Faktor alam sekitar yang dapat 42
mempengaruhi kegiatan usahatani yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu udara, musim hujan atau kemarau dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa usaha pertanian adalah salah satu usaha yang sangat peka dengan keadaan alam. Faktor lainnya yang penting ialah tenaga kerja dalam usahatani. Tenaga kerja tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini berkaitan dngan peranan tenaga kerja keluarga yang sangat menentukan biaya, jika kegiatan usahatani masih dapat dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga sendiri maka petani tidak perlu untuk mengupah tenaga kerja dari luar keluarga. Sehingga terjadi penghematan pada biaya tenaga. kerja. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga sangat tergantung pada luas usahatani, pendapatan keluarag petani (termasuk dari luar usahatani) dan jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Semakin luas usahatani, semakin besar pendapatan semakin besar pula kemampuan petani untuk membayar tanaga kerja luar. Modal dalam usahatani merupakan faktor bahkan syarat mutlak untuk menjalankan usahatani. Suratiyah (2009) menyatakan bahwa tanah dan alam sekitarnya merupakan faktor produksi asli, sedangkan modal serta peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia dan juga dapat dihemat. Dilihat dari sisi ekonomi perusahaan modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat digunakan pula untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Kegiatan usahatani dapat berjalan jika di dalamnya terdapat manajemen yang baik dari adanya peran petani itu sendiri sehingga petani dapat dikatakan sebagai manajer. Petani dengan kreativitas yang tinggi akan lebih mampu mengelola usahataninya dengan baik yang pada akhirnya dapat menentukan jumlah produksi dan keberhasilan suatu usahatani. Petani sebagai manajer harus benar–benar mengetahui dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam usahataninya sehingga seorang petani harus mampu mengambil keputusan untuk bertindak dalam mengatasi permasalahan.
4327
Usahatani memaksimumkan
dalam
kegiatannya
keuntungan
dan
dibedakan
menjadi
meminimumkan
dua
biaya.
yaitu Konsep
memaksimumkan keuntungan adalah mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu untuk memperoleh keuntungan yang maksimum sedangkan konsep meminimumkan biaya yaitu dengan menekan biaya produksi sekecil–kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu (Soekartawi, 1986). Adapun data yang perlu diketahui dalam usahatani adalah data mengenai penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani (biaya) dan pendapatan usahatani. 3.1.1.1. Penerimaan Usahatani Penerimaan tunai usahatani dapat didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi, 1986). Pinjaman dalam usahatani tidak termasuk kedalam penerimaan tunai begitu pula dengan bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok tidak termasuk ke dalam pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan usahatani yang didapat akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan atau keperluan petani itu sendiri seperti untuk biaya prduksi periode berikutnya, tabungan dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bentuk penerimaan tunai usahatani dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Besarnya proporsi penerimaan tunai dari total penerimaan termasuk natura dapat digunakan sebagai perbandingan keberhasilan petani satu terhadap yang lainnya (Hernanto, 1991). 3.1.1.2. Pengeluaran Usahatani Pengeluaran usahatani secara umum meliputi pengeluaran tunai dan tidak tunai atau biaya diperhitungkan. Terdapat pula pengeluaran usahatani total yang terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Perhitungan kedua biaya tersebut harus dipisahkan dalam perhitungannya hal ini akan berkaitan dengan kegiatan produksi pada waktu saat dan produksi yang akan datang. Pengeluaran tunai atau biaya tunai usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani baik secara tunai 4428
ataupun kredit, sedangkan pengeluaran tidak tunai atau biaya diperhitungkan ialah pengeluaran berupa nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda, seperti halnya jika usahatani menggunakan mesin–mesin maka nilai penyusutan dari mesin tersebut harus dimasukan kedalam biaya pengeluaran tidak tunai dan digunakan untuk menghitung pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai tenaga kerja keluarga diperhitungkan. Adapun Pengeluaran tidak tetap (variable cost) dapat didefinisikan sebagai biaya yang besar dan kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh sedangkan pengeluaran tetap (fixed cost) didefinisikan sebagai pengeluaran atau biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan meskipun produksi yang diperoleh jumlahnya banyak atau sedikit, sehingga biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan pengeluaran total usahatani dapat didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi kecuali biaya tenaga kerja keluarga petani. 3.1.1.3. Pendapatan Usahatani Kegiatan usahatani sebagai satu kegiatan untuk memperoleh produksi di lahan pertanian, akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Karena dalam kegiatan tersebut bertindak seorang petani sebagai pengelola, sebagai pekerja dan sebagai penanam modal dalam usahanya, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi (Soeharjo dan Patong, 1973). Pendapatan yang diperoleh petani memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta memberikan kepuasan agar dapat melanjutkan kegiatannya. Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisa pendapatan, yaitu (a) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (b) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi petani analisa pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahataninya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973). Berdasarkan analisa pendapatan usahatani akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikan 4529
pendapatannya untuk berbagai kegunaan, seperti biaya produksi periode berikutnya, tabungan serta pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani yang melakukan usahatani menginginkan kegiatannya dapat memberikan keuntungan, maka kegiatan usahataninya dapat dikatakan sukses atau berhasil. Menurut Soeharjo dan Patong (1973) suatu usahatani dikatakan sukses, jika situasi pendapatannya memenuhi syarat–syarat sebagai berikut: 1.
Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya angkutan dan biaya administrasinya.
2.
Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal.
3.
Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang di bayar atau bentuk–bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.
3.1.1.4. Ukuran Pendapatan Usahatani Kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai dapat diukur oleh adanya pendapatan tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran usahatani atau pendapatan usahatani meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor usahatani merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani sedangkan pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani (Soekartawi, 1986). Pendapatan kotor usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi. Sedangkan pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi atau pembayaran yang dilakukan dalam bentuk benda. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor– faktor produksi atau pendapatan bersih usahatani ini merupakan ukuran 4630
keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa usahatani lainnya, maka ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani ialah dengan penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan. 3.1.2. Efisiensi Pendapatan Usahatani Menurut Hernanto (1991), besarnya pendapatan usahatani yang diperoleh petani belum cukup menggambarkan tingkat efisiensi. Dengan demikian diperlukan ukuran-ukuran untuk mengetahui tingkat efisiensi penghasilan usahatani. Adapun ukuran efisiensi pendapatan usahatani diantaranya sebagai berikut: a.
Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria Penghasilan kerja usahatani per setara pria (farm labour earning per man
equivalent) dapat dikatakan sebagai imbalan kepada tenaga kerja (return to labour). Pengukuran tersebut juga dapat diaplikasikan untuk mengukur imbalan kepada tenaga keluarga (return to family labour). Menurut Soekartawi (1986), return to family labour dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan kepada tiap orang (return per man). Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja di luar usahatani. b.
Pendapatan per Unit Areal Usahatani Tingkat efisiensi pendapatan usahatani dapat dilihat dari pendapatan per
unit areal usahatani (net farm output per unit of farm area). Pendapatan per areal usahatani merupakan ukuran produktivitas tanah usahatani yang merupakan hasil perhitungan dari pendapatan usahatani dibagi dengan luas areal usahatani (return to land) (Hernanto, 1991). c.
Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Pendapatan usahatani yang besar bukanlah suatu petunjuk bahwa
usahatani tersebut efisien. Suatu usahatani dapat dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu (Soeharjo dan Patong, 1973). Kriteria kelayakan 47 31
usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Rasio) yang didasari pada perhitungan secara finansial. Rasio imbangan penerimaan dan biaya merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis ini menunjukkan berapa rupiah penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut. Semakin besar nilai R/C Rasio maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa usahatani menguntungkan untuk dilaksanakan. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah kerusakan lingkungan terutama yang menyebabkan tanah pertanian menjadi sakit atau miskin akan unsur hara, sehingga residu kimia yang berbahaya akan terkandung pada produk akhir pertanian dan ketergantungan petani terhadap input kimia yang tinggi adalah kendala jika harga input kimia memiliki harga relatif tinggi. Oleh karenanya diperlukan konsep pertanian yang dapat meningkatkan hasil produksi padi dengan tidak
menimbulkan
kerusakan
lingkungan
sehingga
dapat
memberikan
keuntungan usahatani bagi petani maupun keuntungan bagi masyarakat karena mengkonsumsi produk pertanian yang aman dan sehat. Konsep pertanian ramah lingkungan yang ada saat ini dapat mengatasi dari permasalahan tersebut. Salah satu sistem usahatani atau teknologi yang dilakukan secara organik yaitu System Rice Intensification (SRI). Konsep pertanian SRI telah dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Akan tetapi, konsep usahatani ini belum dapat diterapkan atau berkembang secara luas di daerah tersebut. Terdapat beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab penerapan usahatani SRI belum berkembang secara luas di daerah tersebut. Adapun faktor penyebabnya yaitu kegiatan usahatani (teknik budidaya) SRI dianggap sulit oleh petani, tingginya biaya usahatani SRI dan besarnya penggunaan tenaga kerja pada kegiatan usahatani SRI, sehingga diduga pula penerapan sistem usahatani SRI ini jika tidak dikelola dengan baik oleh petani akan mandapatkan kerugian pada usahataninya. 48 32
Selain itu, sulitnya merubah kebiasaan bertani dan cara pandang petani terhadap usahatani SRI, menyebabkan butuh waktu dan proses yang cukup lama agar petani mau mengadopsi sistem usahatani ini. Konsep usahatani SRI relatif berbeda dengan usahatani padi konvensional, perbedaan yang paling mendasar ialah dalam beberapa kegiatan budidaya pada usahataninya dan penggunaan input. Akan tetapi kondisi tersebut belum cukup menunjukkan pendapatan yang diperoleh petani berbeda. Oleh karena itu agar dapat melihat pendapatan usahatani padi SRI diperlukan data usahatani padi konvensional yang digunakan sebagai pembanding. Dengan adanya perbandingan kedua usahatani tersebut dapat terlihat perbedaan dari struktur biaya, penerimaan (output) yang dihasilkan dan pendapatan yang diperoleh Pendapatan usahatani yang diperoleh petani merupakan bentuk imbalan atas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam usahataninya, dengan mengukur pendapatan petani maka tingkat keberhasilan usahatani pun dapat terukur. Ukuran pendapatan dapat dilihat dari besarnya penerimaan yang diterima petani dan biaya usahatani yang dikeluarkannya. Dengan demikian petani harus melakukan tindakan yang efisien dalam menggunakan sumberdaya yang ada. Beberapa pengukuran tingkat efisiensi dapat diketahui dengan melihat penghasilan petani atas penggunaan tenaga kerja dan penghasilannya atas penggunaan lahan. Salah satu cara untuk melihat efisiensi pendapatan usahatani, dapat diketahui dengan melihat R/C rasio. Nilai ini menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran satu satuan biaya, analisis nilai R/C rasio masing–masing dihitung berdasarkan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Informasi lainnya yang didapat dari analisis ini yaitu untuk melihat apakah usahatani yang dilakukan petani menguntungkan secara ekonomi, kerena jika semakin besar nilai R/C rasio maka usahatani yang dilakukan akan semakin menguntungkan. Penelitian ini dapat menganalisis perbedaan keragaan usahatani padi SRI dan konvensional dari teknis budidayanya, penggunaan input, penerimaan dan biaya usahatani, tingkat pendapatan yang diperoleh dari kedua usahatani tersebut dan nilai efisiensi. Sehingga dari hasil analisis tersebut ini dapat mengetahui 49 33
penyebab kurang berkembangnya penerapan SRI di Desa Cipeuyeum serta mengetahui usahatani padi yang dilakukan, yaitu dengan cara usahatani mana yang sudah efisien dan layak untuk dijalankan. Namun, jika setelah dilakukan analisis ternyata usahatani yang dijalankan tidak layak atau tidak efisien maka pengkajian ulang terhadap analisis pendapatan dapat dilakukan kembali. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian yang dapat membandingkan konsep pertanian organik SRI dan konvensional ini diharapkan dapat membantu pihak terkait atau petani dalam pengambilan keputusan untuk menjalankan atau menerapkan sistem usahatani yang mana yang lebih menguntungkan sehingga sistem pertanian tersebut dapat berkembang. Adapun bagan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
5034
Usahatani padi SRI belum dapat diterapkan secara luas di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur
Penyebabnya diduga karena: 1. Teknik budidaya yang sulit 2. Kebutuhan input (kompos dan tenaga kerja) yang tinggi 3. Biaya usahatani SRI tinggi 4. Usahatani SRI tidak menguntungkan
Usahatani padi organik metode SRI
1. 2. 3. 4.
Usahatani padi konvensional
Analisis Usahatani: Analisis penerimaan Analisis penggunaan input dan biayanya Analisis pendapatan Analisis efisiensi pendapatan - Return to family labour - Return to land - Efisiensi R/C rasio
Efisiensi pendapatan usahatani
Efisien
Tidak efisien
Pengembangan usahatani
Gambar 1.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur 51 35