III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian usahatani gandum lokal ini menggunakan empat konsep utama, yaitu usahatani, pendapatan usahatani, anggaran parsial, dan sistem agribisnis. Pengertian usahatani secara mendasar perlu dipahami sebagai akar dari permasalahan penelitian ini. pendapatan usahatani merupakan inti dari penelitian ini yang dapat menunjukkan tingkat keuntungan petani gandum lokal. Anggaran parsial digunakan untuk mengindentifikasi perubahan input dan output usahatani gandum lokal karena adanya perubahan teknologi (mekanisasi) di salah satu proses usahatani, yaitu pemanenan. Sistem agribisnis digunakan untuk mengidentifikasi keterkaitan antar subsistem agribisnis yang tekait dengan komoditas gandum lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti: tubuh tanah, air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan atas tanah dan sebagainya (Mosher 1968). Rahim dan Diah (2007) menyatakan bahwa usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif, efisien dan berkelanjutan untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatannya dapat meningkat. Dikatakan efisien bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya dan dikatakan efektif bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output). Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah 2009).
Mubyarto (1995) mengemukakan bahwa dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Dalam pembicaraan sehari-hari kita sering menamakan usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi, secara teknis produktivitasnya merupakan perkalian antara efisiensi dan kapasitas tanah. Fungsi produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai : Y = f (x1, x2 ................xn) Keterangan : Y = Hasil produksi fisik x1 ................xn = Faktor-faktor produksi Dalam produksi pertanian misalnya produksi padi maka produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, yaitu: tanah, modal, dan tenaga kerja. Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi itu salah satu produksi dianggap variabel (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan. Misalnya, untuk menganalisa hubungan antara produksi padi dengan tanah. Modal dan tenaga kerja sebagai faktor produksi yang tetap (konstan). Dalam bentuk grafik fungsi produksi merupakan kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang setelah sampai titik tertentu kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan kemudian berbalik turun kembali seperti pada Gambar 3.
23
y
Produksi fisik
0
Faktor produksi tanah
x
Gambar 3. Kurva Fungsi Produksi Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk semua faktor produksi yang telah disebut, yaitu tanah, tenaga kerja, dan modal, selain faktor produksi keempat, yaitu: manajemen (koordinasi atau entrepreneurship) yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi (output). Efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Jika efisiensi fisik ini kemudian dinilai dengan uang maka sampai pada efisiensi ekonomi. Petani memperoleh penghasilan bersih (netto) dengan mengurangkan penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahatani suatu komoditas. Jika hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Semakin tinggi rasio ini berarti usahatani semakin efisien. Jika semua faktor produksi ditambah sekaligus maka hasil produksi akan naik. Ilmu ekonomi produksi berminat untuk mempelajari apakah kenaikan hasil produksi itu dengan laju yang menaik, konstan atau menurun. Jika laju kenaikan itu menaik maka peristiwa itu disebut efisiensi skala produksi yang menaik (increasing return to scale) dan jika efisiensi skala kenaikan produksi hanya sebanding atau tetap sama dengan hasil sebelumnya maka ini berarti efisiensi skala produksi adalah tetap (constant return to scale), sedangkan jika kenaikan hasil produksi menurun disebut efisiensi skala produksi yang menurun (decreasing return to scale). Efisiensi skala produksi menunjukkan perbandingan kurva (garis) hasil produksi padi (output) dengan efisiensi skala produksi yang menaik, konstan, dan menurun. Dalam jangka panjang perbedaan-perbedaan dalam skala efisiensi yang demikian tidak begitu signifikan. Tetapi sudah
24
disebutkan bahwa masalah demikian lebih mengenai fungsi produksi dalam jangka panjang dimana berbagai variasi dalam proporsi (perbandingan) faktorfaktor produksi sudah diterapkan sehingga akhirnya tinggal satu jalan lagi yang masih terbuka, yaitu perluasan skala produksi. Efisensi skala produksi secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.
y= Padi (Kw)
(a)
1
(b)
2 3 4 5
1
2 3 4 5
(c)
1
2 3 4 5
x = Tenaga Kerja (per Satuan)
Gambar 4. Efisiensi Skala Produksi Menaik (a), Konstan (b), dan Menurun (c) Di dalam usahatani kecil-kecil prinsip demikian dapat diterapkan pada keperluan adanya koperasi atau kerjasama di antara beberapa petani dalam menggunakan atau membeli alat-alat produksi tertentu, misalnya: alat semprot, pestisida, pompa air, dan lain-lain. Dalam hal ini dikatakan bahwa tidaklah ekonomis (tidak efisien) jika seorang petani (satu usahatani) harus membiayai satu alat yang mahal sendiri. Penggunaannya baru akan ekonomis jika skala usahatani diperbesar, artinya 10-20 petani bergabung dalam menggunakan alat semprot atau pompa air tersebut. Dengan demikian alat yang mahal tersebut (biaya tetap atau biaya variabel) dapat dibagi-bagi atau ditanggung oleh banyak usahatani. Efisiensi skala produksi ini tidak saja penting bagi petani perseorangan atau kelompok tani dalam sebuah desa tetapi penting pula bagi bangsa secara keseluruhan yang berkepentingan agar penggunaan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki seluruh bangsa dapat diatur seefisien mungkin. Suratiyah (2009) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: 1.
Alam Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani. Sampai
dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil mempengaruhi faktor alam.
25
Namun, pada batas selebihnya faktor alam adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan. Faktor alam sekitar yakni iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya. Alam mempunyai berbagai sifat yang harus diketahui karena usaha pertanian adalah usaha yang peka terhadap pengaruh alam. Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik tanaman maupun ternak. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat agar produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia. Iklim juga dapat berpengaruh pada cara mengusahakan serta teknologi yang cocok dengan iklim tersebut. Tanah sebagai faktor alam juga sangat menentukan keberhasilan usahatani. Ada tanah pasir yang sangat porous, ada tanah kuarsa yang berbutir halus, tanah liat yang susah penggarapannya pada waktu kering karena keras, ada tanah yang gembur dan subur sehingga sangat menguntungkan. Pada tanah yang ringan tenaga kerja dapat dimanfaatkan secara lebih baik. Penggarapan juga harus dilakukan lebih berat pada tanah keras. Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani keseluruhannya. Tentu saja faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya, yaitu: sinar matahari, curah hujan, angin dan sebagainya. Tanah mempunyai sifat istimewa, antara lain: bukan barang produksi, tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah. 2.
Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani
yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggotanya keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti dapat menghemat biaya usahatani.
26
Baik pada usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Peranan anggota keluarga yang lain sebagai tenaga kerja beserta tenaga luar yang diupah. Beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar, antara lain: komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap kegiatan tiap komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlahkan untuk seluruh usahatani. Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhannya. Jika terjadi kekurangan berdasarkan penghitungan maka tenaga luar keluarga dapat digunakan. Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah man days atau HKO8 (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang). Pemakaian HKO ada kelemahannya karena masing-masing daerah berlainan (satu HKO di daerah B belum tentu sama dengan satu HKO di daerah A) bila dihitung jam kerjanya. Seringkali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HKO maupun JKO-nya. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu jenis komoditas per satuan luas dinamakan Intensitas Tenaga Kerja. 3.
Modal Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya sebuah usaha, demikian pula
dengan usahatani. Penggolongan modal ini akan semakin rancu jika yang dibicarakan adalah usahatani keluarga. Dalam usahatani keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi yang lain. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dan modal pribadi. Tanah, alam sekitarnya, dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan 8 peralatan penggunaan tanah(2006), dan tenaga kerja dihemat.di Oleh Istilah HKOmaka diungkapkan oleh Suratiyah sedangkan istilahjuga yang dapat biasa digunakan
perkuliahan Agribisnis IPB adalah HOK (hari orang kerja)
27
dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat. Oleh karena itu, modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu land saving capital dan labour saving capital. Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penguasaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling padi (Rice Milling Unit, RMU) untuk memproses padi menjadi beras, pemakaian thresher untuk penggabahan, dan sebagainya. Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Pengertian tanah bukan modal atau modal sebenarnya lebih difokuskan pada perhitungan biaya usahatani (biaya tunai dan biaya diperhitungkan). Jika tanah dihitung sebagai modal maka bunga atas tanah dimasukkan dalam perhitungan usahatani. Namun, dalam usahatani keluarga pengeluaran bunga tanah tidak kelihatan karena termasuk dalam pendapatan usahatani. Bunga tanah baru kelihatan jika ingin mencari keuntungan usahatani, bukan pendapatan usahatani. 4.
Pengelolaan atau Manajemen Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam
sekitarnya, tenaga kerja, modal serta peralatan. Namun, beberapa pendapat memasukkan manajemen sebagai faktor produksi keempat walaupun tidak langsung. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja. Petani sebagai manajer atau peran petani sebagai manajer, meliputi: 1.
Aktivitas Teknis a) Memutuskan akan memproduksi apa dan bagaimana caranya. b) Memanfaatkan lahan. c) Membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan digunakan serta implikasinya pada penggunaan tenaga kerja. d) Menentukan skala usaha.
28
2.
Aktivitas Komersial a)
Menghitung berapa dan apa saja input yang dibutuhkan baik yang telah dipunyai maupun yang akan dicari.
b) Menentukan kapan, dari mana, dan berapa jumlah input yang diperoleh. c)
Meramalkan penggunaan input dan produksi yang akan diperoleh.
d) Menentukan pemasaran hasil, kepada siapa, di mana, kapan, dan kualitas produksi atau hasil. 3.
Aktivitas Finansial a)
Mendapatkan dana sendiri, dari pinjaman kredit bank atau kredit lain.
b) Menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. c)
Meramalkan kebutuhan dana untuk jangka panjang yang akan datang (investasi untuk penggantian alat-alat atau perluasan usaha).
4.
Aktivitas Akuntansi a) Membuat catatan tentang semua transaksi baik bisnis maupun pajak. b) Membuat laporan. c)
Menyimpan data tentang usahanya. Berdasarkan aktivitas-aktivitas tersebut, petani jelas sebagai manajer
dituntut mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan usaha yang terbaik. Manajemen yang melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam usatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer. Manajemen adalah suatu seni (art) maka sulit untuk mengkuantifikasinya. 3.1.2. Pendapatan Usahatani Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah 2008). Soekartawi (1995) mengungkapkan bahwa pada analisis usahatani, data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus tunai (cash flow analysis).
29
Penerimaan usahatani adalah perkalian produksi dengan harga jual. Penerimaan juga biasa disebut pendapatan kotor usahatani yang terbagi menjadi pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor diperhitungkan. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani gandum. pendapatan kotor diperhitungkan merupakan pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen gandum yang dikonsumsi dan bibit. Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk dan obat) dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan petani yang sebenarnya dengan memperhitungkan penyusutan alat dan nilai tenaga kerja dalam keluarga. Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) biaya tetap (fixed cost); dan (b) biaya tidak tetap (variable cost). Mubyarto (1995) mengungkapkan bahwa biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Biaya lain-lainya pada umumnya termasuk biaya variabel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya: pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah. Pajak dapat merupakan biaya tetap kalau besarnya ditentukan berdasarkan luas tanah (pajak tanah). Tetapi kalau pajak itu berupa iuran pembangunan daerah (Ipeda) yang besarnya misalnya ditentukan lima persen dari hasil produksi netto, maka biaya itu termasuk biaya variabel. Pengertian biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel, misalnya: sewa tanah, alat-alat pertanian dan bangunan dapat berubah. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan (tidak tunai) berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan tanah. Sedangkan untuk biaya variabel, yaitu biaya input produksi dan
30
tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya variabel adalah biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua, yaitu: pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) dimana biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total) dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya. Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani pada periode waktu tertentu untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat penggunaan faktor-faktor produksi. Analisis imbangan penerimaan dan biaya, dikenal dengan R/C (Return Cost Ratio), adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. R/C dihitung dengan cara membandingkan penerimaan total dengan biaya total. Secara teoritis dengan R/C=1 berarti usahatani tidak untung dan tidak pula rugi (impas). R/C > 1 menunjukkan bahwa usahatani mengalami keuntungan. R/C <1 menunjukkan bahwa petani mengalami kerugian. Biasanya, akan lebih baik jika analisis R/C ini dibagi dua, yaitu: (1) menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) yang secara riil dikeluarkan oleh petani dan (2) menghitung juga nilai tenaga kerja dalam keluarga, serta bibit yang dipersiapkan sendiri itu juga diperhitungkan. Dengan cara seperti ini, ada dua macam R/C, yaitu: a. R/C berdasarkan data apa adanya (R/C atas biaya tunai) b. R/C berdasarkan data dengan memperhitungkan tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan (andaikan lahan dianggap menyewa), alat-alat pertanian (andaikan alat pertanian dianggap sewa), dan sebagainya (R/C atas biaya total) 3.1.3. Anggaran Parsial Suratiyah (2009) mengemukakan bahwa analisis masing-masing cabang usahatani akan sangat bermanfaat dan membantu perencanaan anggaran. Hal ini menunjukkan secara jelas berapa kontribusi pendapatan dari masing-masing cabang usahatani pada pendapatan total usahatani secara keseluruhan. Dengan analisis tersebut petani sebagai manajer dapat mengambil keputusan untuk memilih cabang usahatani mana yang perlu dikembangkan, dikurangi atau bahkan tidak diusahakan lagi agar tidak menderita kerugian.
31
3.1.4. Konsep Agribisnis dan Kelembagaan Agribisnis dalam pengertian awam sering dicampuradukkan dengan bisnis pertanian. Sebenarnya terdapat suatu tahapan perkembangan bisnis dari kegiatan pertanian yang paling sederhana hingga menjadi agribisnis. Davis dan Goldbeck dalam Krisnamurthi (2001) mendefinisikan agribisnis sebagai “The sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations of the farm, processing, and distribution of farm commodities and items made from them”. Agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif dari beberapa subsistem, yaitu: (1) subsistem pengadaan sarana produksi pertanian, (2) subsistem produksi usahatani, (3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian (agroindustry), (4) subsistem pemasaran hasil pertanian, dan (5) subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian. Penanganan pembangunan pertanian tidak dapat lagi hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang berada dalam subsistem on farm saja tetapi juga harus melalui aspek-aspek off farm secara integratif sehingga agribisnis merupakan sistem yang memiliki lingkup lebih luas dibandingkan dengan pertanian dalam arti luas. Krisnamurthi dan Fausia (2006) mengungkapkan bahwa usaha agribisnis merupakan kegiatan produktif karena mempunyai rentang peluang sangat luas, mulai dari kegiatan penyediaan input hingga pascapanen dan pemasaran. Kelembagaan dapat didefinisikan dengan berbagai macam sudut pandang. Mubyarto (1995) mendefinisikan lembaga (institution) sebagai organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin seharihari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga ini mempunyai peranan tertentu yang diikuti dengan tertib oleh anggota-anggota masyarakat desa, dimana setiap penyimpangan akan disoroti dengan tajam oleh masyarakat. Arifin (2005) mengungkapkan bahwa definisi kelembagaan mencakup dua demarkasi penting, yaitu: (1) norma dan konvensi (norms and conventions), serta (2) aturan main (rules of the game). Jadi, definisi kelembagaan adalah kegiatan kolektif dalam suatu kontrol atau jurisdiksi, pembebasan atau liberasi, dan perluasan atau ekspansi kegiatan individu.
32
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kinerja
perekonomian
Indonesia
dapat
digambarkan
oleh
PDB
berdasarkan lapangan usaha atau ekonomi yang memiliki sembilan sektor, salah satunya adalah sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian terus mengalami peningkatan dari tahun 2005 dan mencapai 14,4 persen terhadap keseluruhan total PDB tahun 2008. Sektor pertanian tersusun atas lima subsektor, antara lain: tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan produk turunannya, kehutanan dan perikanan. Subsektor tanaman pangan ini memiliki kontribusi terbesar dalam PDB sektor pertanian, yaitu sebesar 6,78 persen dari keseluruhan PDB sektor pertanian yang berjumlah 14,4 persen. Besarnya kontribusi PDB subsektor tanaman pangan terhadap sektor pertanian belum didukung dengan kontribusi komoditas gandum. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat impor komoditas gandum yang digunakan di dalam negeri. Gandum merupakan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia dan salah satu komoditas tanaman pangan alternatif dalam rangka mendukung ketahanan pangan serta diversifikasi pangan. Saat ini, diversifikasi pangan yang cukup berhasil adalah terigu karena penggunaan terigu cukup luas dengan berbagai kemasan, siap saji, dan praktis. Namun, permasalahan baru tercipta dengan ketergantungan terhadap gandum. Permintaan pasar untuk komoditas gandum dalam negeri cukup besar dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Tabel 5). Peningkatan permintaan gandum rata-rata dalam negeri mencapai 80.000 kilogram dari tahun 2003 hingga tahun 2008. Persentase volume dan nilai impor gandum mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,26 persen dan 3,49 persen per tahun. Pada periode yang sama, persentase tingkat konsumsi rata-rata gandum pun mengalami peningkatan, yaitu sebesar 6,54 persen per tahun (0,42 kilogram per kapita per tahun). Kecamatan Tosari merupakan penghasil utama komoditas gandum lokal di Indonesia melalui berbagai bantuan pengembangan yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun 2000. Pemerintah yang terkait terdiri dari pemerintah pusat (Departemen Pertanian) dan pemerintah daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan) dengan anggaran pusat dan daerah. Namun, akselerasi pengembangan gandum di Kecamatan Tosari berjalan cukup lambat.
33
Hal ini diindikasikan oleh tingkat pengelolaan usahatani yang merupakan tanaman terbaru dibandingkan tanaman hortikultura di Kecamatan Tosari. Pengelolaan usahatani yang kurang baik dapat berimplikasi pada penurunan pendapatan usahatani petani gandum lokal di Kecamatan Tosari. Lambatnya akselerasi pengembangan gandum lokal juga dapat dilihat dari keterkaitan antar subsistem agribisnis gandum lokal yang membentuk suatu sistem yang belum terintegrasi dengan baik. Sistem agribisnis gandum lokal yang baik dapat meningkatkan motivasi petani dalam mengembangkan komoditas tersebut. Pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia diperlukan dengan menganalisis salah satu subsistem agribisnisnya secara spesifik, yaitu usahatani gandum lokal sehingga mendapatkan R/C sebagai implikasi dari kegiatan usahataninya. Perubahan teknologi melalui mekanisasi juga dianalisis untuk meningkatkan efisiensi usahatani sehingga hasil panen semakin bertambah dan pendapatan petani gandum lokal semakin baik. Subsistem usahatani di tingkat kelembagaan, pengolahan, dan pemasaran gandum di Kecamatan Tosari dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui secara lengkap integrasi sistem agribisnis gandum lokal faktual di tingkat mikro. Analisis-analisis tersebut akan dibuat perumusan langkah-langkah perbaikan yang akan diberikan atau informasi kepada berbagai pihak yang terkait dalam pengembangan agribisnis gandum lokal. Kerangka alur penelitian secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.
34
Indonesia Merupakan Negara Importir Gandum Keempat Terbesar di Dunia
Terjadi Gap antara Peningkatan Permintaan Gandum Domestik dengan Penurunan Persediaan Gandum
Akselerasi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia kurang Berjalan dengan Baik
Identifikasi Subsistem Agribisnis Usahatani, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Gandum Lokal
Keterkaitan antar Subsistem Gandum Lokal
Usahatani Gandum Lokal
Input Produksi
Pengolahan Gandum Lokal
Pemasaran Gandum Lokal
Output Produksi Analisis Anggaran Parsial Usahatani Gandum Lokal
Biaya Produksi
Penerimaan Usahatani
Pendapatan Usahatani
REKOMENDASI
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional
35