III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Peranan Kredit di Dalam Usaha Pada hakikatnya setiap perusahaan akan membutuhkan tambahan modal untuk dapat berkembang. Menurut Murray dan Nelson (1960) ada beberapa sumber tambahan modal, yaitu savings, family arrangement, incorporation, leasing, purchase contracts, vertical integration, dan credit. Ketujuh sumber ini memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing, sehingga satu sumber yang tepat untuk suatu usaha belum tentu tepat digunakan untuk usaha lain yang memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu sumber tambahan modal yang umum digunakan adalah kredit. Hal ini disebabkan karena kredit relatif lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan sumber lainnya, dengan bunga sebagai harga yang harus dibayar oleh debitur setelah mendapatkan kredit. Besarnya nilai kredit yang diberikan bergantung kepada cash flow perusahaan, sehingga penting bagi calon debitur untuk memiliki pencatatan keuangan usahanya. Berdasarkan Nicholson (2002), ada tiga faktor di dalam fungsi produksi, yaitu capital, land, dan labor. Ketiga faktor ini akan mempengaruhi output yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi profit yang didapatkan oleh perusahaan. Penambahan dana yang didapatkan dari kredit akan memberikan kesempatan bagi pemilik usaha untuk meningkatkan profit yang didapatkan dengan cara menambah nilai faktor yang mempengaruhi fungsi produksi perusahaan. 3.1.2 Risiko Kredit Bank menghadapi risiko gagal bayar di dalam setiap transaksi kredit yang diberikan kepada debitur. Non-performing loan atau kredit yang mengalami gagal bayar dapat diakibatkan oleh faktor internal debitur, seperti moral hazard, maupun faktor eksternal debitur, seperti keadaan ekonomi yang menyebabkan penurunan profit yang mengakitbatkan debitur tidak dapat memenuhi kewajiban bunga.
12
Penilaian kredit perlu dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya gagal bayar. Faktor-faktor yang dinilai dari calon debitur menurut Dendawijaya (2005) adalah: a) Character Karakter dari calon debitur akan menentukan menunjukkan willingness to pay atau kemauan untuk mengembalikan kredit dari calon debitur. Penilaian karakter dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang merekomendasikan calon debitur maupun melihat sejarah kredit calon debitur, baik di bank yang sama maupun bank lainnya. b) Capacity Kapasitas
menunjukkan
kemampuan
calon
debitur
di
dalam
mengembalikan kredit yang telah didapatkan. Penilaian terhadap kapasitas calon debitur dilakukan dengan menganalisis cash flow usaha, menganalisis repayment capacity, dan memproyeksikan pertumbuhan usaha jika mendapatkan kredit. c) Condition of economy Kondisi perekonomian secara makro akan mempengaruhi usaha yang dimiliki calon debitur, baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor yang dipertimbangkan antara lain trend usaha, kondisi politik, dan kondisi sosial budaya. d) Collateral Agunan adalah jaminan yang diberikan oleh calon debitur kepada pihak perbankan. Pada umumnya jaminan yang diberikan berbentuk barang yang memiliki nilai yang hampir sama dengan jumlah kredit yang diberikan. e) Capital Kapital adalah besarnya modal selain kredit yang dimiliki oleh calon debitur. Penilaian terhadap kapital calon debitur dapat dilakukan dengan cara melihat debt to equity ratio, yang menghitung perbandingan antara total debt dan net worth.
13
Jika calon debitur dinilai tidak memenuhi salah satu dari kelima persyaratan ini, maka pihak bank akan menolak memberikan kredit yang telah diajukan. Hal ini sesuai dengan prinsip kehati-hatian yang dijalankan oleh bank. Hanya saja pada kredit mikro collateral atau jaminan bukanlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur. Debitur kredit mikro pada umumnya tidak memiliki jaminan, akan tetapi menurut Aghion dan Murdoch (2005) ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh pihak perbankan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penunggakan. Langkah-langkah tersebut adalah : 1) Melakukan perjanjian di mana jika debitur gagal mengembalikan dana kredit yang diterima maka debitur tidak akan mendapatkan kredit di kemudian hari. 2) Memberikan dana kredit secara bertahap. 3) Melakukan komunikasi dengan pihak perbankan lainnya mengenai status kredit debitur, sehingga debitur tidak dapat mengajukan kredit kepada bank lain jika telah mendapatkan kredit sebelumnya. 4) Frekuensi pembayaran yang diperbanyak, sehingga gejala awal kemungkinan terjadinya penunggakan dapat terdeteksi lebih cepat. 5) Melakukan pendekatan yang lebih fleksibel terhadap jaminan yang harus dimiliki oleh calon debitur. Pada kredit makro jaminan yang dimiliki oleh debitur memiliki nilai yang sama atau lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kredit yang didapatkan. Akan tetapi, pada kredit mikro jaminan yang dimiliki oleh debitur tidak harus memiliki nilai yang sama atau lebih besar dari jumlah kredit yang didapatkan, tetapi memiliki nilai atau value yang bersifat personal terhadap debitur. Dengan pendekatan ini maka hampir semua calon memiliki aset yang dapat dijadikan jaminan. 6) Financial Collateral. Pihak
perbankan
dapat
meminimalisir
terjadinya
kegagalan
pembayaran dengan cara mengajukan persyaratan keuangan usaha kepada calon debitur. Sebelum mendapatkan kredit calon debitur
14
harus dapat menunjukkan keadaan keuangan usaha yang dimiliki dan besarnya jumlah uang yang dapat disisihkan untuk dimasukkan ke dalam tabungan. Dana yang disimpan di dalam tabungan ini dapat digunakan sebagai jaminan kepada pihak perbankan. 7) Mengumpulan
informasi
mengenai
calon
debitur
sebelum
memberikan kredit. Informasi yang dikumpulkan oleh staf dari pihak perbankan melalui wawancara dan kunjungan lapangan terbukti lebih efektif di dalam penyaringan debitur jika dibandingkan dengan informasi yang didapatkan hanya dari laporan keuangan usaha calon debitur. 3.1.3 Penilaian Repayment capacity di Dalam Pemberian Kredit Salah satu faktor penting di dalam penilaian calon debitur adalah capacity atau kapasitas usaha calon debitur. Faktor ini akan menunjukkan sejauh mana kemampuan calon debitur mampu mengembalikan kredit yang diterima. Menurut Dendawijaya (2005), hal yang perlu dianalisis di dalam menilai kapasitas calon debitur adalah : 1) Jadwal pembangunan proyek calon debitur 2) Rencana produksi dan penjualan 3) Proyeksi laba/rugi 4) Proyeksi cash flow 5) Kemampuan manajerial pemilik usaha 6) Kemampuan calon debitur di dalam memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain. Salah satu output dari penilaian terhadap kapasitas calon debitur adalah repayment capacity. Besarnya nilai repayment capacity yang dimiliki oleh calon debitur akan menentukan besarnya jumlah kredit yang akan didapatkan. Pada kredit non-program, nilai repayment capacity didapatkan dengan melakukan perhitungan selisih di antara omzet usaha dan pengeluaran usaha. Akan tetapi, untuk Kredit Usaha Rakyat nilai repayment capacity didapatkan dengan menghitung selisih di antara pendapatan usaha, pengeluaran usaha, dan pengeluaran rumah tangga.
15
3.2
Kerangka Operasional Kredit Usaha Rakyat pada dasarnya adalah kredit semi-program yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha melalui pertambahan modal. Dengan demikian, walaupun memiliki persyaratan yang relatif sederhana,debitur tetap harus mengikuti peraturan kredit yang ditetapkan oleh pemerintah dan bank. Debitur yang gagal mengembalikan kredit yang diterima setelah masa angsuran selesai secara otomatis akan masuk ke dalam black list Bank Indonesia. Ada lima prinsip yang dimiliki oleh pihak perbankan dalam menilai kelayakan calon debitur sebelum memberikan kredit, yaitu capacity, capital, character, condition of economy, dan collateral. Kelima faktor ini dapat digunakan untuk menilai kelayakan seorang calon debitur dan menggambarkan keadaan usaha yang dimiliki oleh calon debitur. Dari kelima kriteria ini, kriteria utama yang digunakan di dalam Kredit Usaha Rakyat untuk menilai kelayakan calon debitur adalah capacity. Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam mengembalikan dana kredit yang diterima. Kapasitas dapat dilihat dari cash flow usaha, omzet, dan proyeksi peningkatan usaha jika mendapatkan kredit. Pada akhirnya, output dari capacity adalah repayment capacity yang menunjukkan kemampuan membayar calon debitur. Nilai dari repayment capacity menunjukkan ability to pay atau kemampuan membayar debitur. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi repayment capacity, yaitu omzet usaha, debt-to-asset ratio, working capital ratio, pengeluaran rumah tangga, lama usaha, dan usia responden. Keenam faktor ini dipilih sesuai dengan referensi penelitian terdahulu dan melalui diskusi yang dilakukan dengan pihak yang merupakan ahli di bidang kredit mikro.
Akan tetapi dikarenakan
keterbatasan data, maka faktor yang akan digunakan di dalam model adalah omzet, besarnya pengeluaran rumah tangga, lamanya usaha telah berdiri, serta usia responden. Omzet merupakan pendapatan yang didapatkan dari usaha yang dimiliki debitur. Omzet usaha diduga berkorelasi positif terhadap tingkat repayment capacity, di mana semakin tinggi omzet usaha maka nilai repayment capacity juga akan meningkat.
16
Pengeluaran rumah tangga adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh debitur untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pada umumnya pengeluaran rumah tangga bukanlah faktor yang diperhitungkan di dalam penilaian repayment capacity, akan tetapi pada usaha mikro, kecil, dan menengah pengeluaran rumah tangga dan pengeluaran usaha tidak terpisah, sehingga besarnya pengeluaran rumah tangga berdampak langsung terhadap pendapatan bersih usaha. Oleh karena itu, pengeluaran rumah tangga diduga berdampak negatif terhadap nilai repayment capacity. Lama usaha adalah lamanya suatu usaha telah berdiri. Semakin lama suatu usaha telah berdiri maka pengalaman debitur di dalam bidang usahanya akan semakin banyak. Dengan demikian lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap nilai repayment capacity. Usia responden menunjukkan tingkat kedewasaan responden. Selain itu, usia responden juga mempengaruhi kemampuan rasional debitur, sehingga semakin bertambah usia responden diduga nilai repayment capacity yang dimiliki akan semakin besar. Dari penjelasan di atas, maka diduga ada korelasi positif di antara repayment capacity dan tingkat kelancaran pengembalian KUR. Faktor-faktor yang diduga memiliki dampak terhadap repayment capacity adalah omzet, pengeluaran rumah tangga, lama usaha, dan usia responden. Semua variabel ini diduga berpengaruh secara signifikan terhadap nilai repayment capacity. Gambar 1 menjelaskan kerangka operasional secara ringkas.
17
Pengembalian KUR BRI Unit Cibungbulang
Capacity
Character
Repayment capacity
Capital
Collateral
Condition of Economy
Omzet Pengeluaran Rumah Tangga Lama Usaha Usia Responden
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
18