III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar di segala aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang sekarang menjadi prioritas menyangkut modernisasi dan reformasi pelayanan pajak. Modernisasi perpajakan oleh Direktorat Jenderal Pajak diawali dengan restrukturisasi fungsi operasional (pelayanan kepada wajib pajak) melalui pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar yang diikuti pendirian KPP Madya dan KPP Pratama. Salah satu dampak modernisasi dan reformasi pelayanan pajak adalah dikeluarkannya SK DJP Nomor KEP.112/PJ/2007 pada tanggal 28 Agustus 2007 yang berisi tentang penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka) menjadi KPP Pratama Bandung Tegallega yang mentransformasikan dirinya menjadi organisasi pembelajaran. Organisasi pembelajaran memiliki standar yang disebut learning organization profile yang dapat dilihat melalui tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran, sub sistem transformasi organisasi, sub sistem pemberdayaan manusia, sub sistem pengelolaan pengetahuan dan sub sistem penerapan
teknologi.
Semakin
baik
tingkat
penerapan
organisasi
pembelajaran dapat dilihat dari nilai range result yang semakin tinggi. Tingkat penerapan organisasi pembelajaran di KPP Pratama Bandung Tegallega diukur dengan learning organization profile untuk mengetahui sejauhmana tingkat penerapannya. Apabila organisasi pembelajaran telah diterapkan dengan baik maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada peningkatan kinerja karyawan sehingga akan terjadi peningkatan kinerja organisasi. Kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
23
SK DJP Nomor KEP.112/PJ/2007
KPP
KP PBB
KPP Pratama Bandung Tegallega
Perubahan Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Tegallega
Model Sistem Organisasi Pembelajaran
Penerapan Model Sistem Organisasi Pembelajaran di KPP Pratama Bandung Tegallega
Learning Organization Profile Marquardt (1996)
Peningkatan Kinerja Karyawan
Peningkatan Kinerja Organisasi
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Konseptual
Keterangan : = memiliki hubungan secara langsung = memiliki hubungan secara tidak langsung
Karipka
24
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Model sistem organisasi pembelajaran memiliki standar yang disebut learning organization profile/kuesioner yang memiliki indikator yang dapat dilihat melalui tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran, sub sistem transformasi organisasi, sub sistem pemberdayaan manusia, sub sistem pengelolaan pengetahuan dan sub sistem penerapan teknologi. Setiap sub sistem memiliki sub indikator tertentu. Sub sistem dinamika pembelajaran memiliki tiga sub indikator yaitu pembelajaran individu, pembelajaran
kelompok
dan
pembelajaran
organisasi.
sub
sistem
transformasi organisasi memiliki empat sub indikator yaitu visi, budaya, strategi dan struktur. Sub sistem pemberdayaan manusia memiliki enam sub indikator yaitu pegawai, manajer/pimpinan, konsumen/pelanggan, supplier, masyarakat, dan rekanan/mitra. Sub sistem pengelolaan pengetahuan memiliki empat sub indikator yaitu akuisisi, penciptaan, penyimpanan dan penyebaran & penggunaan pengetahuan. Sub sistem penerapan teknologi memiliki tiga sub indikator yaitu teknologi informasi, pembelajaran berdasarkan teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik. Semakin baik tingkat penerapan organisasi pembelajaran dapat dilihat dari nilai range result yang semakin tinggi. Bila nilai rata-rata akhir di atas 32 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran sangat baik, 24-31 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran baik, 16-23 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran cukup dan di bawah 16 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran kurang. Penelitian ini akan meneliti tingkat penerapan organisasi pembelajaran di KPP Pratama Bandung Tegallega dengan learning organization profile. Dari hasil penelitian akan ditarik kesimpulan berupa saran dan masukan implikasi manajerial yang tepat bagi pimpinan KPP Pratama Bandung Tegallega. Kerangka pemikiran operasional tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
25
Uji persepsi Persepsi Pimpinan
Persepsi Non Pimpinan
Model Sistem Organisasi Pembelajaran
Dinamika Pembelajaran
Transformasi Organisasi
Pemberdayaan Manusia
Pengelolaan Pengetahuan
Pembelajaran Individu
Visi
Pegawai
Akuisisi
Budaya
Manajer
Penciptaan
Penerapan Teknologi
Teknologi Informasi
Pembelajaran berdasarkan Teknologi
Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran Organisasi
Strategi
Pelanggan
Penyimpanan
Struktur
Supplier
Penyebaran& penggunaan
Sistem Pendukung Kinerja Elektronik
Mitra Kerja Masyarakat
Learning Organization Profile Marquardt (1996) Sangat Baik Penerapan Model Sistem Organisasi Pembelajaran di KPP Pratama Bandung Tegallega
Range Result Kurang Baik
Baik Implikasi Manajerial Cukup
Gambar 8. Kerangka pemikiran operasional 3.3.
Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang menyatakan adanya perbedaan persepi di antara responden yang diteliti. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Ada perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan terhadap sub sistem dinamika pembelajaran yang meliputi pembelajaran individu, pembelajaran kelompok dan pembelajaran organisasi.
26
2. Ada perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan terhadap sub sistem transformasi organisasi yang meliputi visi, budaya, strategi dan struktur organisasi. 3. Ada perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan terhadap sub sistem pemberdayaan manusia yang meliputi pegawai, manajer, pelanggan, supplier, mitra kerja dan masyarakat. 4. Ada perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan terhadap sub sistem pengelolaan pengatahuan yang meliputi akuisisi, penciptaan penyimpanan, penyebaran dan penggunaan pengetahuan. 5. Ada perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan terhadap sub sistem penerapan teknologi yang meliputi teknologi informasi, pembelajaran berbasis teknologi, dan sistem pendukung kinerja elektronik. 3.4.
Definisi Operasional Penelitian ini hanya membahas satu variabel yaitu menggali secara mendalam potensi model sistem organisasi pembelajaran yang mencakup lima sub sistem sebagai indikator dan dipecah menjadi 20 sub indikator seperti yang dikembangkan oleh Watkins dan Marsick (1998). Setiap indikator yang ada diukur menggunakan skala likert dengan bobot 1-4. Adapun sub indikator dan istilah-istilah yang digunakan didefinisikan sebagai berikut : 1. Model sistem organisasi pembelajaran adalah model sistem organisasi yang dibentuk dengan penyatuan lima sub sistem yaitu dinamika pembelajaran, pengelolaan
transformasi pengetahuan
organisasi, dan
pemberdayaan
penerapan
teknologi
manusia, dengan
pembelajaran sebagai pusat. 2. Pembelajaran individu adalah proses belajar yang berkenaan dengan perubahan keahlian, cara pandang, pengetahuan, pengalaman, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega melalui pembelajaran mandiri, cara pandang instruksi teknologi dan observasi.
27
3. Pembelajaran kelompok adalah proses belajar yang menitikberatkan peningkatan pengetahuan, keahlian dan kompetensi melalui kumpulan beberapa individu yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 4. Pembelajaran organisasi adalah proses belajar yang menekankan bagaimana meningkatkan kemampuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, meningkatkan cara pandang dan produktivitas serta komitmen bersama. 5. Visi adalah harapan, tujuan dan arah masa depan sebuah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega serta menggambarkan apa yang akan dicapai di masa mendatang. 6. Budaya organisasi adalah nilai-nilai, kebiasaan, pelaksanaan kerja yang dijalankan, kepercayaan, adat-istiadat atau kebiasaan yang dimiliki Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 7. Strategi adalah rencana, tindakan, metodologi, teknik dan langkahlangkah atau kisi-kisi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk mencapai suatu tujuan. 8. Struktur adalah gambaran keadaan pembagian tanggungjawab dan wewenang suatu pekerjaan yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 9. Pegawai (non pimpinan) adalah pekerja yang terdaftar bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 10. Manajer (pimpinan) adalah karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega yang menduduki posisi sebagai kepala kantor atau kepala seksi/bagian. 11. Pelanggan (Wajib Pajak) adalah pengguna produk atau jasa layanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 12. Supplier adalah pihak yang melakukan kerjasama untuk memasok barang-barang kebutuhan KPP Pratama Bandung Tegallega, misalnya pemasok alat tulis kantor. 13. Mitra Kerja adalah pihak yang melakukan kerjasama secara langsung dengan KPP Pratama Bandung Tegallega terkait urusan perpajakan,
28
misalnya konsultan pajak, lembaga keuangan, instansi pemerintah dan peneliti tentang perpajakan. 14. Masyarakat adalah kumpulan orang yang berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun belum terdaftar. 15. Akuisisi adalah pengumpulan input berupa informasi dan data dari internal dan eksternal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. 16. Penciptaan pengetahuan adalah usaha yang dilakukan oleh individu maupun Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega untuk membangun ide-ide yang baru dan bermanfaat untuk mengatasi suatu masalah. 17. Penyimpanan pengetahuan adalah suatu proses yang melibatkan teknis (merekam dan database) dan proses-proses manusia (konsensus memori individu dan kolektif). 18. Penyebaran pengetahuan adalah penyebaran informasi di yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 19. Teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi lebih cepat, lebih menyebar dan mudah diakses. 20. Pembelajaran berbasis teknologi adalah pembelajaran oleh yang menggunakan teknologi untuk mempermudah proses pembelajaran. 21. Sistem pendukung kinerja elektronik adalah sistem yang menggunakan database (teks, visual dan audio) dan berbasis pengetahuan untuk memperoleh, menyimpan dan mendistribusikan informasi ke seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega guna membantu karyawan mencapai kinerja tertinggi dalam tenggang waktu tercepat yang dimungkinkan dengan dukungan personalia minimum. 22. Learning Organization Profile adalah kuesioner untuk mengukur tingkat penerapan organisasi pembelajaran yang terdiri dari lima subsistem, masing-masing sub sistem terdiri dari 10 pertanyaan dan nilai/skor tertinggi 4 dan terendah 1.
29
23. Range result adalah nilai rata-rata akhir learning organization profile. Nilai range result diperoleh dari hasil perkalian setiap skala dengan jumlah responden yang memilih skala tersebut. Hasil perkalian tersebut kemudian dibagi dengan jumlah responden dalam penelitian. Bila nilai rata-rata akhir di atas 32 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran sangat baik, 24-31 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran baik, 16-23 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran cukup dan di bawah 16 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran kurang (Marquardt, 1996).