35
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Konsep dan Pengukuran Efisiensi Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan input tertentu. Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat dengan efisiensi dalam berproduksi. Proses produksi tidak efisien karena dua hal yaitu : (1)
tidak
efisien
secara
teknis,
karena
ketidakberhasilan
mewujudkan
produktivitas maksimal artinya perunit paket masukan (input tertentu) tidak dapat menghasilkan produksi maksimal, dan (2) tidak efisien secara alokatif, karena pada tingkat harga-harga masukan dan keluaran tertentu, proporsi penggunaan masukan tidak optimum.
Ini terjadi karena produk penerimaan marginal
(marginal revenueproduct) tidak sama dengan biaya (marginal cost) masukan yang digunakan. Menurut Lau dan Yotopoulus (1971) konsep efisiensi pada dasarnya mencakup tiga pengertian, yaitu : (1) efisiensi teknis (Tecnical Efficiency), (2) efisiensi harga (Price Efficiency), dan (3) efisiensi ekonomi (Economic Efficiency). Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan petani untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah input tertentu. Seorang petani dikatakan lebih efisien secara teknis dari petani lain jika petani dapat menghasilkan output lebih besar pada tingkat penggunaan teknologi produksi yang sama.
Petani yang
menggunakan input lebih kecil pada tingkat teknologi produksi yang sama lebih efisien dari petani lain, jika menghasilkan output yang sama besarnya. Efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan petani untuk menggunakan input dengan proporsi yang optimal pada masing-masing tingkat harga input dan
36
teknologi yang dimiliki sehingga produksi dan pendapatan yang diperoleh maksimal, pada dasarnya tujuan petani dalam mengelola usahataninya adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. Tingkat produksi dan pendapatan usahatani sangat ditentukan oleh efisiensi petani dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya ke dalam berbagai alternatif aktivitas produksi. Kedua ukuran efisiensi di atas bila digabungkan menghasilkan ukuran efisiensi ekonomis total yaitu, menghasilkan produksi yang tinggi dengan biaya produksi yang dapat ditekan serta menjual produksi dengan harga yang tinggi. Secara lebih sederhana efisiensi ekonomis dapat diukur dengan kriteria keuntungan maksimum dan kriteria biaya minimum. Efisiensi ekonomis akan tercapai bila Marginal Cost sama dengan Marginal Revenue (MC = MR). Pengukuran efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dapat didekati dari dua sisi yaitu pendekatan dari sisi input dan pendekatan dari sisi output. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input (Indeks efisiensi teknis Kopp) merupakan ratio dari input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Sedangkan pengukuran efisiensi teknis dari sisi output (indeks efisiensi teknis Timmer) merupakan ratio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi Timmer digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis Stochastic frontier, sedangkan indeks efisiensi teknis Kopp digunakan untuk mengukur efisiensi teknis yang menggunakan konsep efisiensi teknis dari fungsi biaya dual. Farrel (1957) dalam Coelli et al. (1998) menyatakan bahwa efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas, sedangkan alokatif mengacu pada kemampuan untuk berproduksi pada tingkat output tertentu
37
dengan menggunakan rasio input pada biaya minimum. Sebaliknya inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari isoquant frontier, sedangkan inefisiensi alokatif mengacu pada penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum. Konsep efisiensi dari sisi input diilustrasikan oleh Farrel (1957) dalam Coelli et al. (1998) pada Gambar 1. Konsep efisiensi Farrel ini diasumsikan pada kondisi constant return to scale. Pada Gambar 1, kurva isoquant frontier SS’ menunjukkan kombinasi input per output (x1/y dan x2/y) yang efisien secara teknis. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input x1/y dan x2/y yang sama. Titik P berada di atas kurva isoquant, sedangkan titik Q menunjukkan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien (karena beroperasi pada kurva isoquant frontier). Titik P mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan output di titik Q, tetapi dengan jumlah input yang lebih banyak. Maka inefisiensi teknis dari perusahaan adalah ditunjukkan oleh jarak QP, yang merupakan jumlah dimana seluruh input dapat secara proposional dikurangi tanpa penurunan output. Titik Q mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan output di titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi, rasio 0Q/0P menunjukkan Efisiensi Teknis (TE) perusahaan, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P diturunkan, rasio input per output (x1/y : x2/y) konstan, sedangkan output tetap. Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif (AE) dapat ditentukan. Garis isocost (AA’) digambarkan menyinggung isoquant SS’ di titik Q’ dan memotong garis 0P di titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal yang
38
meminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slopeisoquant sama dengan slope isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi secara alokatif inefisien karena perusahaan di titik Q berproduksi pada tingkat biaya yang lebih tinggi dari pada di titik Q’. Jarak 0R-0Q menunjukkan penurunan biaya produksi jika produksi terjadi di titik Q’ (secara alokatif dan teknis efisien), sehingga efisiensi alokatif (AE) untuk perusahaan yang beroperasi di titik P adalah rasio 0R/0Q. Total efisiensi ekonomi (EE) adalah didefinisikan sebagai rasio 0R/0P.
S
x2/y
P Q A R Q’ S ’ A’
0
x1/y
Sumber: Farrel (1957) dalam Coelli et al. (1998). Gambar 1. Konsep Efisiensi
Untuk mengetahui tingkat efisiensi harga diperlukan informasi harga masing-masing input.
Dianggap garis AA' mencerminkan harga relatif input
X1 dan X2. Gambar 1 menunjukkan bahwa titik Q yang terletak pada garis SS' memerlukan sumberdaya yang lebih mahal daripada di titik Q'. Karena setiap kombinasi input yang terletak pada garis yang sejajar dengan garis AA', tetapi lebih jauh dari titik O, mencerminkan kombinasi input yang lebih besar daripada
39
kombinasi input yang terletak pada garis SS. Jarak RQ menunjukkan adanya efisiensi harga yang masih dapat ditingkatkan. Efisiensi harga usahatani P diukur dari rasio OR dan OQ. Berdasarkan konsep Farrel dalam Coelli et al. (1998) pada Gambar 1 maka ukuran efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut: Efisiensi Teknis (TE)
......................................................................(1)
Efisiensi Harga (AE)
. ....................................................................(2)
Maka: Efisiensi Ekonomi (AE)
..................................................................(3)
Bentuk umum ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut (Coelli, 1996):
TEi=
……………………………(3.7)
Keterangan : nilai TEi antara 0 dan 1 atau 0 ≤ TEi ≤ 1. Efisiensi teknis dapat dicapai oleh petani melalui manajemen Program PrimaTani yang baik.
Efisiensi teknis tersebut dapat dicapai dengan cara
menggeser jarak dari titik P ke titik Q, demikian pula dengan efisiensi alokatif dengan pengelolaan penggunaan input dengan harga yang minimum maka akan diperoleh efisiensi alokatif yang pada akhirnya kombinasi dari efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif akan diperoleh efisiensi ekonomi. Konsep efisiensi melalui pendekatan output, diilustrasikan menggunakan Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) pada Gambar 2 dengan simbol ZZ'. Titik A menunjukkan petani yang berada dalam kondisi inefisiensi.
Ruas garis AB
menggambarkan kondisi yang inefisien secara teknis. Berkenaan dengan kondisi
40
tersebut, pada pendekatan ratio efisiensi teknis didefenisikan sebagai : ...........................................................................................(4) Dengan adanya informasi harga output yang digambarkan oleh garis isorevenue DD' maka efisiensi alokatif ditulis dalam bentuk :AE0 = AB/OC........................(5) Sedangkan kondisi efisiensi ekonomis ditunjukkan oleh : EE0 = TE0 x AE0 = (OA/OB) x (OB/OC) = OA/OC................................(6) Ratio dari ketiga nilai efisiensi ini berkisar antara 0 - 1.
y2/x1 D
C ●
Z
● B ●A
● B’
D’ 0 Sumber : Coelli et al. (1998)
Z’
y1/x1
Gambar 2. Konsep efisiensi Oreantasi Output Ada dua konsep fungsi produksi batas yang perlu diperjelas perbedaannya. Kedua fungsi produksi tersebut adalah fungsi produksi batas (frontier production function) dan fungsi produksi rata-rata (average production function).
Pada
Gambar 3a dan 3b dapat dilihat perbedaan fungsi produksi batas dengan fungsi produksi rata-rata.
41
Y
Y ● ● ●
● ● ●
●
●
●
● ● ●
●
●
●
●
●
● ●
O
● ●
● ●
●
X
O
●
X
Sumber : King (1980) Keterangan : Y = output, X = Input (a) Fungsi Produksi Batas
(b) Fungsi Produksi “Rata-Rata”
Gambar 3. Perbedaan Fungsi Produksi Batas dengan Rata-Rata
Berdasarkan pengertian produksi batas dan dari Gambar 3a dikatakan bahwa usahatani yang berproduksi disepanjang kurva berarti telah berproduksi secara efisien, karena untuk sejumlah kombinasi input tertentu dapat diperoleh output yang maksimum, artinya pada kondisi tersebut penggunaan input sudah optimal.
Sedangkan untuk pengertian produksi rata-rata pada Gambar 3b,
usahatani yang berproduksi disepanjang kurva belum tentu yang paling efisien karena kemungkinan usahatani yang mampu berproduksi di atas kurva atau lebih besar dari produksi rata-ratanya. Dalam pengukuran tingkat efisiensi dikategorikan ke dalam pendekatan frontier dan non frontier. Pendekatan frontier diantaranya : (1) deterministic non parametric frontier, (2) deterministic parametric frontier, (3) deterministic statistical frontier, and (4) stochastic statistical frontier (stochastic frontier). Kelemahan dari model produksi deterministic frontier adalah tidak dapat
42
menguraikan komponen residual ui menjadi pengaruh eksternal yang tidak tertangkap
(random shock).
Akibatnya inefisiensi teknis cenderung bernilai
tinggi, karena dipengaruhi sekaligus oleh dua komponen error yang tidak terpisah. Kesalahan
atau
ketidaksempurnaan
dalam
spesifikasi
model
mewujudkan peningkatan ukuran inefisiensi (Kebede, 2001).
juga
ikut
Hal lain yang
dikemukakan Coelli et al. (1998) menjelaskan bahwa di dalam fungsi produksi deterministic frontier tidak ada ukuran yang disertakan untuk menghitung kemungkinan pengaruh lain dari faktor kesalahan dan faktor pengganggu yang bisa berada diatas batas produksi. Semua penyimpangan dari batas diasumsikan sebagai hasil dari inefisiensi teknis. Model fungsi produksi stochastic frontier (stochastic production frontier) merupakan perluasan dari model asli deterministic, untuk mengukur efek-efek yang tak terduga (Stochastic effect) di dalam batas produksi. Model fungsi produksi stochastic frontier secara umum sebagai berikut: ............................................... (7) Keterangan : Yi
= keluaran yang dihasilkan oleh observasi (petani) ke-i
Xmi
= vektor masukan m yang digunakan oleh observasike-i
β
= vektor koefisien parameter
εi
= spesifik error term dari observasi ke-i
Frontier stokastik disebut juga “composed error model” karena error term terdiri dari dua unsur : εi = vi- ui i = 1, 2.....,N. Variabel εi adalah variabel kesalahan yang terdiri dari dua komponen yaitu vi dan ui. Unsur vi adalah variasi keluaran (acak) yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal (misal iklim, serangan hama, bencana alam, dll), sebarannya simetris dan menyebar normal
43
(vi │N (0,ζ2u)). Sedangkan ui mereflesikan komponen galat (error) yang sifatnya internal (dapat dikendalikan petani) dan lazimnya berkaitan dengan kapabilitas managerial petani dalam mengelola usahataninya (Greene dalam Adhiana, 2005). Komponen ini sebarannya asimetris (one sided) yakni ui ≥ 0. Jika proses produksi berlangsung efisien (sempurna) maka keluaran yang dihasilkan berimpit dengan potensi produktivitas maksimal untuk the best practice berarti ui = 0. Sebaliknya jika ui ≤ 0 berarti berada di bawah potensi tersebut. Distribusinya menyebar setengah normal (ui │N (0,ζ2u)). Menurut Aiger et al. (1977), Jondrow et al. (1982) ataupun Greene (1993) dalam Haryani (2009), didefenisikan bahwa : ............................................................................................ (8) .....................................................................................................(9) Battese dan Corra (1977) mendefenisikan γ sebagai variasi total daripada keluaran aktual terhadap frontiernya sehingga: ...................................................................................................(10) Oleh sebab itu 0 ≤ γ ≤ 1. Nilai dugaan γ dapat diperoleh dari
2
dan .
Jondrow et al. (1982) dalam Haryani (2009) juga membuktikan bahwa ukuran efisiensi teknis individual dapat dihitung dari εi. Nilai harapan ui dengan syarat εi adalah : ............................ (11) dimana f(.) dan F (.) merupakan fungsi dentitas standard normal dan fungsi distribusi standard normal. Ukuran efisiensi teknis (TEi) dihitung dengan menggunakan rumus
44
sebagai berikut : TEi = exp (-E[ui|εi])
i = 1,2,.....................N.............................(12)
Jadi 0 ≤ TEi ≤ 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu. Saat dimana produsen menggunakan sumberdaya pada tingkat produksi yang masih mungkin ditingkatkan, berarti efisiensi teknis tidak tercapai karena adanya faktor-faktor penghambat. Fungsi produksi frontier merupakan jumlah output maksimum yang mungkin dicapai dari penggunaan input pada tingkat teknologi tertentu. Selanjutnya Doll dan Orazem (1984) mengatakan bahwa fungsi produksi adalah menggambarkan hubungan antara input dan output yang menunjukkan suatu sumberdaya (input) dapat dirubah sehingga menghasilkan produk tertentu. Fungsi produksi frontier tidak diizinkan terjadinya negatif gap, atau tidak ada observasi dibawah fungsi produksi frontier. Konsep frontier adalah fungsi deterministik sehingga tidak ada nilai error term yang bernilai negatif. Metode pengukuran efisiensi untuk produksi rata-rata sebagian besar menggunakan metode ekonometrika, terutama metode Ordinary Least Squares (OLS).
Metode pendugaan yang tidak bias adalah menggunakan
Maximum
Likelihood (Greene, 1993 dalam wahida, 2005). Metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE) pada model stochastic frontier dilakukan melalui proses dua tahap.
Tahap pertama menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS)
untuk menduga parameter teknologi dan input-input produksi dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi, intersep dan varian dari kedua komponen kesalahan.
Pengukuran
45
efisiensi melalui pendekatan produksi rata-rata hanya dapat mengidentifikasi teknis cenderung bernilai tinggi, karena dipengaruhi dari pendugaan fungsi produksi rata-rata tidak dapat memisahkan perubahan teknologi murni dengan shock (Wahida, 2005). y
output batas (yi*) y = F(xi;β) exp(vi), jika Vi>0 X1 f(xi,β) X ●
yj yi
●
xi
output observasi (yi)
output batas (yj*), y= F(xj;β) exp(vj), jikavj<0
Output Observasi (yj) xj
x
Sumber : Collie, Rao dan Battese (1998)
Gambar 4. Fungsi Produksi Stochastic Frontier Gambar 4 menunjukkan kondisi produksi dari dua petani diwakili oleh simbol i dan j dengan output aktual sebesar yi dan yj. Frontieroutput untuk petani i berada diatas fungsi produksi sedangkan frontier output untuk petani j berada dibawah fungsi produksi. Frontier output petani i dan j tidak dapat diamati atau diukur karena random error dari keduanya tidak teramati.
Kondisi ini
menggambarkan bagian deterministik pada fungsi stochastik frontier berada diantara frontier output. Output aktual dapat lebih besar dari bagian deterministik ini jika kesalahan pengukuran (random error) lebih besar nilainya dibandingkan efek inefisiensi atau yi > exp (xi β) jika vi > ui . Efisiensi dari suatu proses produksi ditentukan oleh efisiensi teknis dan
46
efisiensi alokatif. Dengan menggunakan fungsi produksi frontier hanya dapat mendeteksi efisiensi teknis saja. Kopp dan Diewert (1982) menunjukkan adanya multikolonier apabila langsung dengan fungsi produksi frontier primal. Untuk mengatasi masalah ini maka Kopp dan Diewer telah mengembangkan konsep efisiensi Farrel menjadi efisiensi dual (Taylor et al. 1986), sehingga dengan demikian efisiensi teknis dan efisiensi alokatif dapat diperoleh sekaligus dengan menggunakan fungsi produksi frontier dan fungsi biaya frontier dualnya dari usahatani yang bersangkutan. Bentuk persamaan dari fungsi biaya dual usahatani adalah sebagai berikut: ........................................................................ (13) Keterangan : C = biaya produksi yi = jumlah output pi = harga input βi = koefisien parameter ui = error term (efek inefisiensi alokatif) Pengukuran efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dengan menggunakan kedua pendekatan (oreantasi input dan oreantasi output) tersebut secara terintegrasi, membutuhkan sebuah fungsi produksi yang bersifat homogen. Efisiensi ekonomi didefenisikan sebagai rasio total biaya produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C) (Jondrow et al. (1982) dalam Ogundari dan Ojo (2006). .......................................... (14) Keterangan : EE bernilai 0 ≤ EE ≤ 1.
47
Tingkat efisiensi teknis akan mempengaruhi produktivitas usahatani. Produktivitas adalah rasio antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan.
Hubungan efisiensi teknis dan produktivitas adalah diilustrasikan
pada Gambar 5 (Coelli et al., 1998).
y
optimal scale
B C
F’ A
0
x
Sumber: Coelli et al. (1998) Gambar 5. Produktivitas, Efisiensi Teknis dan Skala Ekonomi Gambar 5 mengilustrasikan tiga garis yang berasal dari titik 0 yang mengukur produktivitas pada titik data tertentu dan kurva produksi frontier 0F’. Slope masing-masing garis ini adalah y/x yang merupakan ukuran produktivitas. Jika usahatani beroperasi pada titik A dan berpindah ke titik B yang efisien secara teknis, slope garis akan menjadi lebih besar, yang menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi pada titik B. Jika produksi pindah ke titik C, maka garis dari titik 0 adalah bersinggungan dengan produksi frontier dan merupakan titik maksimum kemungkinan produktivitas.
Pergerakan sepanjang garis yang
bersinggungan dengan produksi frontier merupakan contoh eksploitasi skala
48
ekonomi. Titik C adalah titik (secara teknis) skala optimal. Produksi pada titik lain pada produksi frontier menghasilkan produktivitas yang lebih rendah. Dari Gambar 5 terlihat bahwa produktivitas berbeda dengan efisiensi teknis. Selain itu dari Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa meskipun usahatani dapat
secara
teknis
efisien
tetapi
masih
dapat
untuk
meningkatkan
produktivitasnya dengan mengeksploitasi skala ekonomi.
3.2. Peningkatan Teknologi dalam Usahatani Salah satu faktor mutlak pembangunan pertanian adalah adanya teknologi yang selalu berubah. Penggunaan teknologi dalam usahatani memerlukan biaya yang lebih tinggi dari pada usahatani tanpa teknologi. Tambahan biaya tersebut terutama digunakan untuk membeli bibit unggul, pupuk buatan dan obat-obatan bila ada serangan hama/penyakit. (Mosher, 1968 dalam Nurland, 1983). Penggunaan teknologi baru pada pertanian akan berpengaruh terhadap biaya usahatani (Hernanto, 1989). Selain akan mempengaruhi biaya, penggunaan teknologi baru berpengaruh terhadap penerimaan petani. Peningkatan produksi yang terpenting pada dasarnya adalah adanya kenaikan produktivitas per satuan luas dan waktu. Bentuk-bentuk teknologi tersebut dapat berupa cara budidaya yang lebih baik, introduksi teknologi seperti penggunaan pupuk dan obat-obatan, introduksi penggunaan bibit unggul dan teknologi alsintan dapat meredusir tenaga kerja.
Demikian maka teknologi dapat menyentuh seluruh aspek kegiatan
produksi. Penggunaan teknologi pada dasarnya akan memperbesar pengeluaran biaya dalam usahatani dimana hal ini dapat mengubah komposisi baik biaya tetap maupun biaya variabel.
49
Halcrow (1992) menyatakan bahwa ada dua kemungkinan yang dapat terjadi dari adanya pengaruh teknologi baru yaitu; 1. Menaikkan fungsi produksi sehingga output yang lebih tinggi dapat dihasilkan dengan menggunakan input yang sama. 2. Menggeser kekiri kurva Total Produksi (TP) yaitu jumlah output yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumberdaya yang lebih sedikit. Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari metode lainnya jika metode tersebut menghasilkan output yang lebih besar pada tingkat korbanan yang sama. Suatu metode produksi yang menggunakan korbanan yang paling kecil, juga dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya, jika menghasilkan nilai output yang sama besarnya. Menurut Coelli et al. (1998) perubahan teknis akibat adanya perbaikan teknologi akan menggeser kurva fungsi produksi frontier ke atas, sehingga dengan penggunaan input (x) yang sama akan menghasilkan output (y) yang lebih besar (Gambar 6). F1
y1
F0 y0
0 Sumber: Coelli0et al. (1998)
x0
Gambar 6. Perubahan Teknis antara Dua Periode
x
50
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada periode F1, seluruh usahatani dapat secara teknis memproduksi output lebih banyak untuk tiap tingkat input, dibandingkan dengan periode F0. Hadirnya teknologi baru tentunya akan mendorong seorang petani untuk dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Petani yang selalu mengandalkan asas memaksimumkan keuntungan (profit maximixation) menurut Soekartawi (1995) dapat dirincikan sebagai berikut : 1. Cepatnya mengadopsi inovasi hal-hal yang baru dan karenanya petani tersebut sering disebut sebagai adopters yang cepat (early adopters) dan karenanya petani yang demikian termasuk golongan petani maju yang relatif baik tingkat sosial ekonominya. 2. Derajat kosmopolitasnya tinggi, yaitu mobilitas yang cepat, pergi kesana kemari untuk memperoleh informasi. 3. Berani menanggung resiko dalam usahanya. 4. Mampu dan mau mencoba hal-hal atau teknologi yang baru, karenanya disamping mereka digolongkan sebagai petani maju juga umumnya petani komersial.
3.3. Konsep Pendapatan Analisis pendapatan digunakan untuk melihat manfaat ( keuntungan) dari suatu usaha, sehingga dapat dinilai tingkat kelayakan usaha tersebut. Kriteria analisis pendapatan bertitik tolak pada prinsip bahwa efisiensi suatu usaha sangat dipengaruhi oleh nilai input yang digunakan dalam nilai output yang dihasilkan dengan proses produksi.
51
Ada tiga variabel yang perlu diketahui dalam analisis usahatani. Tiga variabel tersebut adalah penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani. Analisis tiga variabel ini disebut analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis). Menurut Soekartawi (1995) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani.
Sedangkan yang dimaksud dengan
pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Selanjutnya Soeharjo dan Patong (1977) menyebutkan bahwa analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi pemilik faktor produksi dimana dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu : (1) menggambarkan keadaaan sekarang dari suatu kegiatan usahatani, dan (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu kegiatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan dari usahataninya. Hernanto (1989) mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan : 1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah Produksi. 2. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga dalam
52
keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan menurut Suratiyah (2009) dikatakan sangat kompleks. Faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : (1) faktor internal dan faktor ekternal, dan (2) faktor manajemen. Faktor internal dan faktor ekternal akan mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal dapat dilihat pada Gambar 7.
Faktor Internal : 1. Umur petani 2. Pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan 3. Jumlah tenaga kerja keluarga 4. Luas lahan 5. Modal
Faktor eksternal : 1. Input a. Ketersediaan b. Harga 2. Output a. Permintaan b. Harga
Usahatani
Biaya dan Pendapatan Sumber : Suratiyah (2009)
Gambar 7. Faktor Internal dan Eksternal Ditinjau dari segi umur, semakin tua akan semakin berpengalaman sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya.
Namun di sisi lain
semakin tua semakin menurun kemampuan fisiknya sehingga semakin memerlukan bantuan tenaga kerja, baik dalam keluarga maupun luar keluarga.
53
Pendidikan, terutama pendidikan non-formal, akan membuka cakrawala petani, menambah ketrampilan dan pengalaman petani dalam mengelola usahataninya. Hal ini sangat diperlukan mengingat sebagian besar petani berpendidikan formal rendah. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh langsung pada biaya. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja luar keluarga. Petani yang memiliki lahan sempit dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia dapat berusahatani tanpa menggunakan tenaga kerja luar keluarga yang diupah. Dengan demikian biaya per usahatani menjadi rendah. Jika lahan garapannya luas maka belum tentu dapat dikerjakan semuanya oleh tenaga kerja dalam keluarga sehingga biaya usahatani akan lebih tinggi untuk upah tenaga kerja luar keluarga.
Modal yang tersedia sangat berpengaruh
terhadap keputusan petani dalam menentukan komoditas apa yang akan diusahakannya.
Jika petani sebagai manajer tidak dapat menyediakan modal
maka akan berpengaruh pada penggunaan faktor produksi dimana faktor produksi yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan akibatnya produktivitas rendah dan pendapatan juga rendah. Faktor eksternal dari faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal yaitu ketersediaan dan harga. Dimana faktor produksi dan harga sangat berpengaruh pada biaya, produktivitas dan pendapatan dari usahatani.
Dari segi produksi
(output), jika permintaan akan produksi tinggi maka harga ditingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi, sebaliknya jika produksi meningkat tetapi harga rendah maka pendapatan juga akan turun. Faktor manajemen sangat menentukan dimana petani sebagai
54
manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga memberikan hasil pendapatan yang maksimal. Hernanto (1989) mengatakan bahwa tingkat keuntungan relatif dari kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya.
Nilai R/C rasio total
menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu.
Semakin besar nilai R/C maka semakin baik
kedudukan ekonomi usahatani.
Kedudukan ekonomi penting karena dapat
dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan dalam aktivitas usahatani. Banyak cara untuk mengukur pendapatan (Soekartawi et al., 1986), yaitu pendapatan bersih usahatani dan pendapatan tunai usahatani. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dan penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani.
Penerimaan tunai usahatani
didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.
55
Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari dengan efisiensi teknis dan pendapatan petani padi di lokasi petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani. Beberapa sumber inefisisensi yang dapat mempengaruhi efisiensi teknis padi, diantaranya: 1. Pendidikan dimana secara teoritis semakin tinggi pendidikan petani maka semakin baik kemampuan mereka untuk berproduksi secara efisien. 2. Umur dimana dari studi empiris diketahui bahwa umur dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani. 3. Pengalaman berusahatani, dari studi empiris diketahui bahwa pengalaman usahatani dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani. 4. Dependency ratio dimana dari studi empiris diketahui bahwa depency ratio dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani. 5. Sistem tanam, dari studi empiris diketahui bahwa sistem tanam dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani. 6. Partisipasi dalam kelompok, dari studi empiris diketahui bahwa partisipasi yang aktif dalam kelompok tani dapat mempengarui tingkat efisiensi teknis. Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8. Dari alur konseptual pada Gambar 8 terlihat bahwa Efisiensi teknis dan pendapatan petani di lokasi pelaksanaan program Prima Tani dan Bukan Prima Tani terkait
56
dengan penggunaan input. Penggunaan input yang tidak sesuai anjuran akan mempengaruhi produksi mengakibatkan rendahnya produksi terkait dengan pendapatan yang diperoleh petani peserta Prima Tani maupun petani bukan peserta Prima Tani.
Efisiensi teknis dan pendapatan petani terkait dengan
produktivitas yang dicapai oleh petani peserta Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani. Alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan penelitian sangat diperlukan oleh penulis. Metode Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mencari model terbaik dari fungsi produksi yang dianalisis, selanjutnya Maximum Likelihood Estimation (MLE) penulis gunakan karena dapat menjelaskan efisiensi teknis yang diperoleh petani sekaligus faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi. Selanjutnya untuk mengetahui pendapatan petani Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani maka dilakukan analisis pendapatan untuk kedua lokasi tersebut pada Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK). Penggunaan input produksi akan mempengaruhi output produksi. Penggunaan tingkat input produksi dan output produksi akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan pendapatan dari usahatani padi. Selain itu sumber-sumber inefisiensi juga mempengaruhi penggunaan input dan sekaligus mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani padi. Pendapatan petani Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani maka dilakukan analisis pendapatan kedua lokasi tersebut pada Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) dapat diketahui dengan melakukan analisis pendapatan.
57
Penggunaan input produksi akan mempengaruhi output produksi. Penggunaan tingkat input produksi dan output produksi akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan pendapatan dari usahatani padi. Selain itu sumber-sumber inefisiensi juga mempengaruhi penggunaan input dan sekaligus mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani padi.
Efisiensi Teknis dan Pendapatan Petani Peserta Prima Tani dan Bukan peserta Prima Tani
Penggunaan Input
Analisis Stocastik Frontier
Inefisiensi
Produktivitas
Analisis Pendapatan
Pendapatan
Kesimpulan /saran Kebijakan Prima Tani dan Bukan Prima Tani
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Konseptual
58
3.5. Hipotesis 1. Diduga usahatani padi peserta Prima Tani akan lebih efisien didalam pengelolaan usahataninya dibandingkan bukan peserta Prima Tani. 2. Diduga pendapatan usahatani padi peserta Prima Tani lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan bukan peserta Prima Tani.