III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan penelitian. Pengetahuan diperoleh dari ilmu-ilmu yang dipelajari sebelumnya dari sumber bacaan-bacaan dari buku teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya.
3.1.1 Konsep Risiko Robison dan Barry (1987), memberikan arti pada risiko (risk) adalah sebuah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian, risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan dengan demikian adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Risiko
adalah
akibat
yang
kurang
menyenangkan
(merugikan,
membahayakan) dari suatu perubahan atau tindakan, pada umumnya risiko didefinisikan dalam pengertian ketidakpastian (Redja, 2001). Menurut Ghozali (2007) risiko dapat didefinisikan sebagai volatilitas outcome, yang umumnya berapa nilai dari suatu aktiva atau hutang perusahaan dalam aktivitasnya menghadapi dua jenis risiko yaitu risiko usaha dan risiko non usaha. Risiko usaha adalah semua risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham. Risiko dalam suatu usaha berhubungan dengan produk seperti inovasi teknologi, desain produk, dan pemasaran produk. Perluasan operasi yang berhubungan dengan besarnya tingkat biaya tetap dan biaya variabel juga merupakan bagian dari risiko usaha. Risiko usaha bagi perusahaan merupakan risiko yang dapat dikendalikan. Sedangkan risiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dikategorikan sebagai risiko non usaha, salah satu dari risiko non usaha 23
adalah risiko strategik sebagai akibat dari perubahan lingkungan, ekonomi dan politik. Tampubolon (2004) mendefinisikan risiko sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah intitusi untuk mencapai tujuannya. Djohanputro (2004) mengemukakan pengertian dasar risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya yang telah diketahui tingkat probabilitasnya dan kejadiannya. Menurut Darmawi (2005), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti timbul karena berbagai macam hal, antara lain : 1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya. 2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan. 3. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap sebagai risiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian. (2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa terjadi dan bisa tidak. (3) Jika sampai terjadi maka akan menimbulkan kerugian. 3.1.2 Klasifikasi Risiko Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu : 1. Risiko produksi Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.
24
2. Risiko Pasar atau Harga Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi. 3. Risiko Kelembagaan Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. 4. Risiko Kebijakan Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor. 5. Risiko Finansial Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya. Risiko dapat juga diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan, dan sudut pandang kejadian yang terjadi (Kountur, 2008) : 1. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab Risiko jika diklasifikasikan dalam sudut pandang penyebab terjadinya risiko dapat dibedakan menjadi dua yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan. Faktor-faktor non keuangan tersebut yaitu manusia, teknologi, dan alam.
25
2. Risiko dari Sudut Pandang Akibat Risiko dari sudut pandang akibat dapat dibagi menjadi dua kategori risiko yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah suatu kejadian yang dapat berakibat merugikan saja, atau dapat juga berakibat merugikan atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut disebut risiko murni. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. 3. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas Risiko ini menyangkut dengan aktivitas yang dapat menimbulkan risiko, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut dengan risiko kredit. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada. 4. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian Risiko ini menyatakan bahwa suatu risiko berdasarkan kejadiannya, misalnya kejadian kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Perlu diketahui bahwa dalam suatu aktivitas pada umumnya terdapat beberapa kejadian, sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas.
3.1.3 Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah bagian penting atau titik sentral manajemen strategis suatu organisasi. Manajemen risiko adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu agar suatu organisasi atau perusahaan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan yang dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya. Fokus dari manajemen risiko adalah mengenal dengan tepat risiko dan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat dan bersifat strategis terhadap risiko yang dihadapi, tujuannya adalah dengan secara kontinyu menciptakan atau menambah nilai maksimum kepada semua organisasi (Siahaan, 2009). Manajemen risiko sebagai suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kerugian perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi perusahaan yang lebih tinggi (Darmawi, 2004).
26
Manajemen risiko juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat
kerugian,
yang
diakibatkan
oleh
keputusan
yang
diambil
dalam
menyelesaikan suatu situasi yang tidak pasti (Sofyan, 2005). Thornhill dalam Tampubolon (2004) mendefinisikan manajemen risiko sebagai sebuah disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah memproteksi aset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi dan pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena bencana alam, kelalaian manusia atau karena keputusan pengadilan dalam prakteknya proses ini mencakup langkah-langkah logis seperti pengidentifikasian risiko, pengukuran dan penilaian atas ancaman yang telah diidentifikasi, pengendalian ancaman tersebut melalui eliminasi atau pengurangan dan pembiayaan ancaman yang tersisa agar apabila kerugian tetap terjadi, organisasi dapat terus menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas keuangannya. Manajemen risiko adalah bagian penting atau titik sentral manajemen strategis dalam suatu organisasi, merupakan suatu proses metode tertentu agar suatu organisasi mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan ataupun risiko-risiko dari sebuah portofolio. Fokus dari manajemen risiko adalah mengenal dengan pasti risiko dan mengambil sebuah keputusan yang tepat terhadap suatu risiko dengan tujuan, yang dilakukan secara terus-menerus menciptakan atau menambah nilai maksimum pada semua kegiatan yang dilakukan, dan harus menciptakan nilai tambah bagi organisasi. Menurut Darmawi (2008), manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan atau suatu usaha dari kegagalan. Sebagian kerugian seperti hancurnya fasilitas produksi mungkin dapat menyebabkan perusahaan atau suatu usaha harus ditutup, jika sebelumnya tidak ada kesiapsediaan menghadapui musibah seperti itu. Dengan manajemen risiko tersebut perusahaan dapat terhindar dari kehancuran. Menurut Djohanputro (2004), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai Gambar 2, sebagai berikut :
27
Evaluasi pihak yang berkepentingan
Identifikasi Risiko
Pengukuran risiko
Pengawasan dan pengendalian risiko
Model pengelolaan risiko
Pemetaan Risiko
Keterangan : = Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung
Gambar 2. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004) Tahap 1. Identifikasi risiko Tahap ini mengidentifikasi apa yang dihadapi oleh perusahaan, langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholder). Tahap 2. Pengukuran risiko Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif, kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya. Menurut Darmawi (2004) sesudah risiko diidentifikasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Tahap 3. Pemetaan risiko Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingan bagi perusahaan, disini dilakukan prioritas risiko mana yang lebih dahulu dilakukan, selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Pemetaan risiko adalah suatu gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal
28
menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Tahap 4. Model pengelolaan risiko Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain. Tahap 5. Monitor dan pengendalian Monitor dan pengendalian penting karena : a) Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana. b) Manajemen juga perlu memastikan pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif c) Monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko perubahan ini berdampak pada pergeseran data risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko. Dengan manajemen risiko dapat diungkapkan pemahaman mengenai adanya potensi risiko, dengan segala faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan organisasi. Manajemen risiko dapat meningkatkan probabilitas keberhasilan dan pencapaian yang baik dari suatu organisasi, dan juga dapat mengurangi probabilitas kegagalan dan ketidakpastian dari suatu pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Menurut Siahaan (2009) manajemen risiko harus dilakukan secara terus menerus dan dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada strategi yang kemudian diikuti dengan implementasi strategi, dalam prosesnya harus diungkapkan semua risiko kegiatan-kegiatan organisasi pada masa lampau, sekarang dan terutama yang akan datang.
3.1.4 Konsep Penanganan Risiko Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu :
29
1. Preventif Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : (1) Membuat atau memperbaiki sistem, (2) Mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah : a. Diversifikasi Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menhabiskan semua aset yang dimiliki. b. Penggabungan Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan risiko yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.Strategi ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan cara melakukan akuisisi. c. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko merupakan cara untuk mengurangi dampak risiko yaitu dengan cara mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Maksud dari pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko kepihak lain sehingga jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Ada beberapa cara untuk mengalihkan risiko ke pihak lain antara lain : leasing, outsourcing, hedging dan asuransi. Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan, tetapi kepemilikannya ada pada pihak lain. Jika terjadi sesuatu hal pada aset yang dijaminkan tersebut, maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut. Outsourcing adalah cara lain untuk mentransfer kerugian kepihak lain jika terjadi risiko, dimana pekerjaan diberikan kepihak lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga pemilik barang tidak menanggung kerugian.
30
Hedging adalah cara pengurangan dampak risiko yaitu dengan cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Sedangkan asuransi juga merupakan salah satu cara untuk mengalihkan risiko yaitu dengan cara mengasuransikan harta-harta perusahaan yang dampak risikonya besar,yang artinya jika terjadi risiko pada harta tersebut maka pihak asuransi akan menanggung risiko tersebut. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Yayasan Paguyuban ikhlas memiliki cabang usaha lain dari kegiatan-kegiatan usaha
yang
dimiliki.
Rata-rata
usahanya
bergerak
dibidang
sosial
dan
kemasyarakatan. Yayasan Paguyuban Ikhlas mendirikan unit bisnis jamur tiram putih yang berlokasi di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang didapat wilayah Pamijahan Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi jamur tiram putih ke tiga setelah Cisarua dan Taman sari. Permintaan di pasar lokal wilayah Bogor saja untuk jamur tiram juga cukup tinggi dari informasi dan wawancara yang dilakukan langsung dengan Pak Gunawan selaku supervisor diketahui, dari satu pasar saja permintaan mencapai satu ton, yaitu pasar TU Kemang. Karena saat ini Yayasan Paguyuban Ikhlas baru bisa memenuhi permintaan dari pasar tersebut, dan untuk memenuhi permintaan pasar-pasar lain masih sangat potensial sehingga dpt menjadi sebuah peluang. Peluang yang ada dalam usaha budidaya jamur tiram tentunya menjadi hal yang menjadikan usaha ini menjanjikan. Tetapi para pelaku usaha ini tidak terbebas dari risiko-risiko sebagaimana usaha-usaha lainnya. Selama usahanya berjalan, pemilik juga telah mengeluarkan biaya investasi yang tidak sedikit, secara umum risiko utama yang sering terjadi pada usaha budidaya jamur tiram adalah dalam bentuk risiko produksi. Dengan adanya risiko produksi tersebut dapat menimbulkan hambatan yang untuk menghasilkan jamur tiram putih dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan. Sumber utama yang menjadi faktor penyebab terjadinya risiko produksi antara lain adalah hama penganggu ataupun penyakit, kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi diluar dari kemampuan petani. Dimana pertanian jamur tiram putih
31
sangat sensitif terhadap perubahan suhu udara. Faktor lain dari risiko produksi yaitu tingkat keterampilan tenaga kerja yang masih belum terpenuhi dalam hal ini pengetahuan dalam kegiatan proses produksi, khususnya penanganan pada saat proses inokulasi bibit induk ke media tanam log yang telah di sterilisasi. Kesalahan penanganan dapat menimbulkan kerugian bagi petani antara lain dapat menurunkan kualitas dan jumlah hasil panen, karena banyak log substrat yang terkontaminasi. Penurunan produksi dapat langsung dirasakan petani yaitu menurunnya pendapatan. Dengan adanya kejadian tersebut diperlukan usaha untuk mengatasi adanya risiko produksi. Salah satu cara atau strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi adalah dengan menerapkan manajemen risiko produksi, yaitu sebagai salah satu cara pengambilan keputusan yang bersifat strategis dengan cara mengetahui potensi risiko dengan segala faktor-faktor yang dapat mempengaruhi organisasi, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya suatu risiko. Dari sumber-sumber risiko produksi yang telah disebutkan sebelumnya, belum dapat dipastikan menggambarkan keseluruhan sumber risiko produksi yang mungkin masih terdapat sumber risiko lain, dalam usaha budidaya jamur tiram putih yang dijalankan Yayasan Paguyuban Ikhlas. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tersebut. Langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan identifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi dari usaha budidaya tersebut. Selain itu, dilakukan juga analisis dengan mengidentifikasi upaya dari penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan supervisor dan anggota Yayasan Paguyuban Ikhlas mengenai upaya penanganan risiko produksi yang diterapkan selama ini. Analisis yang selanjutnya dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi budidaya jamur tiram putih yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dilakukan dengan metode nilai standar atau z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data
32
produksi budidaya jamur tiram putih dari bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2010. Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko produksi selanjutnya dipetakan pada peta risiko yang akan menunjukkan sebaran sumber risiko produksi untuk kemudian ditentukan strategi penanganan risiko
yang tepat
untuk
mengendalikan sumber-sumber risiko tersebut. Penelitian ini hanya dilakukan sebatas pada pemetaan risiko. Kerangka pemikiran operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3.
Fluktuasi Produksi pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Yayasan Paguyuban Ikhlas Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Menggunakan Analisis Deskriptif pada Aspek Produksi
Identifikasi Dampak dari Sumber-sumber Risiko Produksi (Metode Value at Risk)
Identifikasi Probabilitas dari Sumber-sumber Risiko Produksi Menggunakan Metode Nilai Standar
Pemetaan Risiko dari Hasil Perhitungan Identifikasi Probabilitas dan Identifikasi Dampak
Strategi Penanganan Risiko Produksi yang Dapat Dilakukan Yayasan Paguyuban Ikhlas Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Yayasan Paguyuban Ikhlas
33