III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik. Tuntutan ini merupakan bagian dari permintaan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dikonsumsi, nilai gizi dan nutrisi produk yang terjamin, serta jaminan akan mutu dan pengiriman produk yang tepat waktu. Tuntutan ini yang menyebabkan perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang diinginkan konsumen, maka timbulah persaingan di dalam usaha dalam berbagai hal. Persaingan terjadi dalam berbagai bentuk, dimulai dari persaingan harga produk, persaingan kualitas produk, persaingan pelayanan terhadap kosumen, persaingan, hingga kepada persaingan dengan pesaing baru yang muncul di dalam usaha sejenis. Ketika persaingan terjadi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing dalam persaingan yang ada. Salah satu solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan usaha dengan menggunakan supply chain management (SCM) atau manajemen rantai pasokan, SCM berkonsentrasi dalam pengelolaan rantai pasokan. Dengan menerapkan SCM diharapkan perusahaan mampu menyediakan produk yang diinginkan konsumen tepat tempatnya, tepat waktunya, tepat harganya dan tepat kualitasnya. Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan palayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008). Lee & whang (2000) dalam Anatan & Ellitan (2008) mendefiniskan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir
melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Sederhananya, manajemen rantai pasokan adalah jaringan dari berbagai organisasi yang berhubungan dan saling terkait yang mempunyai tujuan sama, yaitu menyelenggarakan penyaluran barang dari pemasok hingga ke konsumen dengan efisien, jaringan ini dikelola menjadi satu kesatuan yang utuh. Melalui manajemen rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku dan produk akhir terintegrasi dengan baik dan benar. Melalui definisi diatas didapat konsep dari SCM, konsep SCM menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar menyediakan barang. Supply Chain Management merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepay sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan (Anatan & Ellitan, 2008). Berdasarkan hal tersebut, menurut Said et al (2006) maka prinsip dasar SCM seharusnya meliputi 5 hal, yaitu : 1. Prinsip Integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan. 2. Prinsip Jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras. 3. Prinsip Ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai konsumen paling hilir. 4. Prinsip Saling Tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan.
17
5. Prinsip Komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material. Melihat definisi dan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa SCM merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), pemain utama tersebut diantaranya suppliers, manufacture, distributor, retail outlets, dan customers. Penjelasannya sebagai berikut :
Rantai 1 : Suppliers Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan
pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya.
Rantai 1 – 2 : Suppliers ► Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang
melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan rantai pertama tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghemetan.
Rantai 1 – 2 – 3 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan
kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umumnya adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar, dan pada waktunya pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer.
Rantai 1 – 2 – 3 – 4 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor► Retail Outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau juga
dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan
18
cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang pabrik maupun ke toko pengecer (retail outlets).
Rantai 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor► Retail Outlets ► Custumers Retailers menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli
atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya. Aplikasi manajemen rantai pasokan pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama, yaitu penurunan biaya, penurunan modal dan perbaikan pelayanan. Penurunan biaya bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik, misalnya dengan memilih alat atau model transportasi, pergudangan, standar layanan yang meminimalkan biaya. Untuk mencapai penurunan modal yang diperlukan dalam aktivitas bisnis adalah perusahaan harus mampu meminimalkan tingkat investasi dalam dalam bidang logistik. Sedangkan perbaikan pelayanan sangat penting dilakukan secara proaktif karena pelayanan atau jasa logistik yang dilakukan perusahaan sangat mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008). Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain Network (FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi secara strategis dalam satu atau lebih area, sementara menjaga identitas dan otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti dan atau manajer mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial, dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya dan manajemen, hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut terkait, dalam upaya untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti perannya secara jelas (Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan sumberdaya rantai. Kerangka analisis manajemen rantai pasokan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Siapa saja anggota rantai dan apa perannya? Konfigurasi peraturannya?
Sasaran Rantai
Manajemen Rantai
Manajemen struktur apa yang digunakan? Bagaimana kontraknya? Struktur Pengelolaanya?
Struktur Rantai Pasokan
Siapa pelaku bisnis dan proses apa dalam MRP? Bagaimana tingkat integrasi dari setiap proses?
Proses Bisnis Rantai
Sumber Daya Rantai
Kinerja Rantai
Sumberdaya apa saja yang digunakan di setiap proses dalam rantai?
Gambar 1. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005) Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dengan FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi nyata yang terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin penerapan SCM optimal, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). 3.1.2 Kemitraan Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki tingkat kemampuan berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni dalam upaya memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemitraan juga dapat didefiniskan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan dari strategi bisnis tersebut sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara pihak yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara perusahaan dengan pihak lain yang mendukung berkembangnya perusahaan. Kemitraan telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan, termasuk di dalam sektor agribisnis. Beberapa unsur penting dalam kemitraan agribisnis antara
20
lain adanya komitmen untuk menjadi mitra dan adanya transfer teknologi diantara kedua belah pihak, dimana hal ini ditujukan untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama kemitraan dapat dilihat sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan berjalan pada tingkatan yang berbeda. Integrasi vertikal berarti kemitraan yang terjadi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran yang masih bersatu di bawah satu manajemen atau kepemilikan, sedangkan dikatakan koordinasi vertikal jika kemitraan yang terjalin berupa kontrak produksi atau kontrak pemasaran dengan pihak di luar perusahaan. Tujuan dari sebuah kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan sumlah pasokan, peningkatan kualitas produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta penciptaan kemandirian kelompok mitra. Oleh karena itu, hubungan kemitraan yang dibangun antara kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat. Saling menguntungkan bukan berarti partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih penting adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik dalam suatu kerangka rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan yang terjadi dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro akan diukur kinerjanya dengan menggunakan analisis kesesuaian atribut. Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003). Tingkat kepentingan merupakan tingkat harapan pelaku rantai akan suatu pelaksanaan manajemen rantai pasokan yang diharapkan, sedangkan tingkat kinerja merupakan segala tindakan yang telah dilakukan untuk mengelola dan menjalankan rantai pasokan. Tujuan dari penggunaan analisis kesesuaian atribut adalah mengukur sejauh mana atribut dalam pelaksanaan kemitraan telah memuaskan pihak yang bermitra. Selain itu, analisis kesesuaian atribut digunakan untuk mengevaluasi keadaan rantai pasokan dalam persepsi pelaku rantai pasokan, serta menemukan atribut apa yang belum memuaskan pelaku rantai pasokan.
21
Keunggulan dari analisis ini adalah pelaku rantai dapat mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari atribut-atribut kemitraan. Penilaian ini biasanya dijadikan acuan untuk evaluasi kinerja kemitraan dalam rantai pasokan, dengan melihat ini pihak yang bermitra dapat memantau bagaimana kinerja kemitraan dalam rantai pasokan setelah perbaikan. Kelemahan dari analisis ini yaitu hanya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari kinerja kemitraan dalam rantai pasokan. Pelaku rantai tidak dapat membuat perumusan strategi yang tepat hanya dari nilai kesesuaian atribut, tapi dengan analisis ini dapat dilakukan evaluasi yang menyeluruh. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian. Atribut-atribut yang digunakan dalam pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dapat dilihat pada Tabel 2. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Perubahan gaya hidup khususnya pada konsumen di beberapa daerah di
Jawa Barat telah mengarahkan permintaan untuk produk khususnya sayuran agar masih segar pada saat sampai ke tangan konsumen, sayuran dikemas sesuai dengan kebutuhan konsumen dan sayuran aman untuk dikonsumsi. Permintaan konsumen terhadap sayuran yang demikian mengindikasikan bahwa semakin kritisnya konsumen dalam hal penentuan proses konsumsi produk, hal ini mengakibatkan perubahan paradigma industri dan persaingan yang berorientasi pada pemenuhan kepuasan dan permintaan pasar (consumer driven). Permintaan konsumen terhadap sayuran yang berkualitas, dikemas dalam kemasan yang higienis, mudah diakses dan terjamin keamanannya menjadi salah satu contoh consumer driven. Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang juga menghadapi perubahan paradigma tersebut. Pada awal berdirinya perusahaan ini dan mulai melakukan pemasaran sayurannya di beberapa supermarket, seringkali produk
22
yang ditawarkan tidak dapat diterima oleh pihak supermarket dengan alasan bahwa produk yang dihasilkan oleh Frida Agro tidak sesuai dengan permintaan konsumen. Mulai sejak itu, pelaku usaha sayuran di Lembang ini menyadari pentingnya memanfaatkan berbagai potensi yang ada maupun permintaan konsumen. Hal itu ditunjukkan oleh adanya suatu komitmen kerjasama serta melakukan koordinasi diantara pelaku usaha sayuran dalam rangkaian rantai pasokan sayurannya, yakni petani mitra Frida Agro, Frida Agro dan supermarket. Komitmen kerjasama yang tertulis dalam suatu kontrak tersebut merupakan suatu upaya menciptakan pengelolaan rantai pasokan sayuran secara terintegrasi atau manajemen rantai pasokan. Upaya manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yang baru berjalan sekitar dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Permasalahan yang terkadang muncul antara lain berupa petani mitra Frida Agro terkadang mengalami kesulitan dalam mendapatkan tambahan modal usaha, penanggungan resiko yang masih belum merata atau belum adil di dalam rantai pasokan, dan kesepakatan yang terjalin antara petani dan Frida Agro belum dituangkan dalam kontrak tertulis. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang menjadi salah satu strategi perusahaan dalam bersaing dengan pesaingnya. Konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang telah digunakan bertujuan untuk menciptakan kolaborasi serta kerjasama di antara pelaku rantai pasokan sayuran. Penerapan MRP sayuran tersebut bertujuan untuk menciptakan kepuasan anggota rantai pasokan dan memenuhi permintaan konsumen. Pengkajian rantai pasokan pada produk sayuran membutuhkan penelusuran informasi dan investigasi yang menyeluruh. Metode analisis deskriptif penerapan MRP secara komprehensif yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka pengembangan rantai pasokan FSCN yang dimodifikasi oleh Van der Vorst (2005). Metode pengembangan rantai pasokan tersebut mengkaji enam aspek yang
terstruktur
yakni
sasaran rantai pasokan,
struktur rantai pasokan,
sumberdaya pasokan, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan kinerja rantai pasokan. Pembahasan atas enam aspek tersebut diharapkan dapat menghasilkan gambaran utuh mengenai penerapan manajemen rantai pasokan sayuran pada
23
Frida Agro. Pembahasan secara spesifik mengenai kinerja rantai pasokan yang akan dibahas meliputi kinerja dalam hal kemitraan. Kinerja kemitraan akan dievaluasi secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Informasi mengenai kondisi kinerja kemitraan dan integrasi rantai pasokan diharapkan dapat diketahui dari analisis yang dilakukan. Hal tersebut kemudian dapat dijadikan suatu input bagi perumusan alternatif kebijakan untuk mengembangkan rantai pasokan sayuran. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangan manajemen rantai pasokan sayuran. Kerangka pemikiran operasional penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan perubahan paradigma persaingan yang berorientasi kepada consumer driven
Penerapan Manajemen Rantai Pasokan sayuran pada Frida Agro
Kondisi dan permasalahan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro
Analisis Pengelolaan Rantai Pasokan sayuran secara Komprehensif dengan metode FSCN dan penilaian kinerja
Analisis Deskriptif MRP : 1. Sasaran Rantai 2. Struktur Rantai 3. Sumberdaya Rantai 4 .Manajemen Rantai 5. Proses Bisnis Rantai
Analisis Kinerja Rantai : 1. Kinerja Kemitraan Analisis Kesesuaian Atribut
Kondisi dan Kinerja Penerapan MRP pada Frida Agro
Alternatif Kebijakan Pengembangan MRP pada Frida Agro
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 24
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di
Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang mempunyai potensi untuk berkembang.
Selain itu,
Pengumpulan data
dilaksanakan bulan Juli hingga Agustus 2009.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer, berupa informasi tentang Frida Agro yang diperoleh dengam memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada pihak Frida Agro beserta pihak yang terkait dalam rantai pasokannya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku tentang sayuran dan tentang Supply Chain Management, internet, Badan Pusat Statistika, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data.
4.3
Metode Pengumpulan Data Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan
metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner dan studi literatur. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan responden dengan harapan agar peneliti memperoleh informasi secara langsung mengenai karakteristik responden, jenis usaha yang dilakukan dan peran responden dalam rantai pasokan. Pengumpulan data dengan cara ini akan dibantu menggunakan kuisioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian, Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan Frida Agro dalam menjalankan kegiatan rantai pasokannya. Pemilihan responden dalam kuisioner ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) untuk responden dari petani mitra Frida Agro, pihak Frida Agro dan pihak supermarket. Kuisioner yang dibahas berdasarkan karakteristik maupun profil pelaku rantai pasokan sayuran dan persepsi anggota rantai pasokan mengenai
kinerja kemitraan yang berlangsung. Penggunaan kuisioner bermanfaat sebagai pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh responden akan dipandu oleh peneliti. Data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi teori dari berbagai literatur yang mendukung penelitian ini, internet, statistik yang berhubungan dengan penelitian ini dari Badan Pusat Statistika, dan lain-lain. Pihak-pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain petani yang menjadi mitra dari Frida Agro (30 responden), pihak Frida Agro (tiga responden), pihak supermarket (satu responden dari satu supermarket). Jumlah 30 petani dirasakan dirasakan penulis cukup mewakili karakteristik total populasi petani yang menjadi mitra Frida Agro dalam rantai pasok sayuran ini, total petani yang menjadi mitra Frida Agro adalah sebanyak 46 petani. Responden dari Frida Agro adalah pemilik perusahaan, manajer operasional dan kepala divisi pemasaran dari Frida Agro, sedangkan responden dari pihak supermarket adalah salah satu staf pemasaran supermarket. Pemilihan secara purposive sampling tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa responden tersebut merupakan pihak-pihak yang paling mengetahui perspektif perusahaan dan supermarket terhadap kondisi pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasok.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis data Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode
analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai model rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan serta alternative kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan sayuran yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal kemitraan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan.
26
4.4.1 Model Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000), dan kemudian telah dimodifikasi oleh Van der Vorst, 2005. Selain dijelaskan secara deskriptif, model rantai pasokan juga dianalisis secara kuantitatif yakni terkait dengan pengukuran kinerja rantai pasokan. Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasokan dapat dilihat pada Gambar 3 : Struktur Rantai Pasokan
Sasaran Rantai
Manajemen Rantai
Proses Bisnis Rantai
Kinerja Rantai
Sumber Daya Rantai
Gambar 3. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005)
A. Sasaran Rantai (i) Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap produk yag dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan dengan jelas, seperti siapa pelanggannya, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam (1) upaya segmentasi pasar, (2) kualitas yang terintegrasi, (3) optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara tiga hal tersebut. (ii) Sasaran Pengembangan Bagian ini mejelaskan target atau objek dalam rantai pasokan yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran
27
pengembangan rantai pasokan sayuran dirancang secara bersama-sama oleh pelaku rantai pasokan yakni petani, Frida Agro dan supermarket. Bentuk sasaran pengembangan
dapar
berupa
penciptaan
koordinasi,
kolaborasi,
atau
pengembangan penggunaan tekonologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. B. Struktur Rantai Pasokan Struktur jaringan menjabarkan batasan dari jaringan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dan pelaku utama dari jaringan, menandai peranan yang dilakukan, dan seluruh konfigurasi dalam jaringan. Kuncinya adalah untuk mengetahui anggota mana yang memegang peranan krusial terhadap keberhasilan perusahaan dan rantai pasok (sesuai
dengan tujuannya) sehingga harus
dialokasikan perhatian manajerial dan sumberdaya. Aspek ini menjelaskan mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasokan dan peranannya masing-masing. Struktur jaringan akan dijelaskan dalam dua bagian, yakni (i) anggota rantai dan aliran komoditas dan (ii) entitas rantai pasokan, penjelasan kedua bagian tersebut sebagai berikut: (i) Anggota rantai dan aliran komoditas Pada bagian ini dijelaskan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasokan yang terlibat di dalamnya, dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasokan. Aliran komoditas mulai dari hulu sampai ke hilir serta penyebarannya ke berbagai lokasi dijelaskan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak. (ii) Entitas Rantai Pasokan Entitas rantai pasokan dijelaskan sebagai elemen-elemen di dalam rantai pasokan yang mampe menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemenelemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder dan situasi persaingan. C. Manajemen Rantai Manajemen rantai menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasokan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai
28
pasokan. Aspek khusus yang menjadi perhatian antara lain komponen manajerial dan perilaku (budaya) setiap pelaku rantai pasokan yang berbeda-beda sehingga dapat menghambat pengembangan kepercayaan, komitmen dan keterbukaan diantara pelaku rantai pasokan. Beberapa aspek khusus tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara lain : (i) Pemilihan Mitra Dijelaskan bagaimana prosedur dan syarat apa saja yang digunakan untuk memilih mitra kerjasama dan bagaimana prakteknya dilapangan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk dan bagaimana prakteknya di lapangan. (ii) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem transaksi Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama. Penjelasan kesepakatan kontraktual dalam pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran akan dikaitkan dengan komitmen bersama yang telah disepakatai antar pelaku rantai. (iii) Dukungan Pemerintah Bagian ini menjelaskan peran pemerintah sebagai pihak yang mengambil kebijakan dalam mengatur dan mendukung proses di sepanjang rantai pasokan. (iv) Kolaborasi Rantai Pasokan Koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan sayuran dijelaskan secara lengkap meliputi tingkatan kolaborasi yang terjadi, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif serta proses trust building. D. Sumber Daya Rantai Mengkaji potensi sumber daya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan adalah penting guna mengetahui potensi-potensi apa saja yang mendukung upaya pengembangan rantai pasokan. Sumber daya yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan.
29
E. Proses Rantai Bisnis Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasokan untuk mengetahui apakaha keseluruhan alur rantai pasokan sudah terintegrasi dan berjalan dengan baik atau tidak, dan menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasokan yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasokan, pola distribusi serta jaminan identitas merk. 4.4.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya dijelaskan, rantai pasokan kemudian dinilai berdasarkan kinerjanya dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran menggunakan beberapa pendekatan yakni terkait kinerja kemitraan. A. Kinerja Kemitraan Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan secara terintegrasi. Oleh karena itu kinerja kemitraan dari suatu rantai pasokan sangat penting untuk dievaluasi secara berkelanjutan guna perbaikan kinerja rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan antara pelaku dalam rantai pasokan sayuran dievaluasi secara deskriptif. Indikator kinerja kemitraan dari rantai pasokan sayuran diukur dengan melihat tingkat kepuasan setiap pelaku rantai pasokan (petani, perusahaan dan supermarket) terhadap pelaksanaan kemitraan. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis kesesuaian atribut, Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003), yakni membandingkan antara skor total tingkat kepentingan (harapan) dari beberapa atribut kemitraan dengan skor total tingkat kinerja atribut yang dipersepsikan (dirasakan) oleh pelaku rantai pasokan. Rumus yang digunakan adalah :
30
Nilai Kinerja Total Skor Atribut
Nilai Kesesuain Atribut = Nilai Kepentingan Total Skor Atribut X 100% Nilai kesesuaian atribut didapatkan dari pembagian antara nilai kinerja total skor atribut dengan nilai kepentingan total skor atribut dan dikalikan dengan 100 persen, hasilnya dalam bentuk persentase. Atribut dengan nilai sama dengan atau lebih dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan oleh pelaku rantai pasok telah memuaskan dan sesuai dengan harapannya. Sebaliknya, jika nilai kesesuaian kurang dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan tidak memuaskan oleh pelaku rantai pasok karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kemitraan ini. Hasil dari penilaian terhadap kepentingan dan kinerja setiap atribut kemitraan tersebut ditabulasi untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan secara umum apakah kemitraan yang selama ini berjalan telah memberikan kepuasan bagi anggota rantai pasok. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian. Keberhasilan pelaksanaan kemitraan dinilai meliputi 12 atribut diantaranya adalah harga jual sayur, tingkat penjualan, tingkat keuntungan, kualitas sayuran, keterbukaan informasi pasar, efisiensi biaya pengelolaan resiko dan lain-lain. Secara lengkap atribut kemitraan yang akan dinilai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Atribut kemitraan dalam Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro No Atribut Kemitraan 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4
Harga Jual sayuran Penanggungan resiko secara adil Tingkat keuntungan Keterbukaan informasi Upaya peningkatan keterampilan Komitmen dalam kerjasama Penelitian kolaboratif Akses permodalan Tingkat Penjualan Kualitas produk sayuran Penerapan standar budidaya Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
31
Penilaian kepentingan dan kinerja atribut kemitraan menggunakan metode skala ordinal. Skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jawaban yang diberi skor sesuai dengan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Pada penelitian ini skor yang digunakan hanya empat dan tidak menggunakan jumlah skor yang biasa digunakan pada skala likert yaitu lima. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari adanya kecenderungan pemilihan respon cukup atau netral oleh responden. Skor dan respon yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, pertama skor dan respon untuk tingkat kepentingan yang ditunjukkan oleh Tabel 3 dan kedua skor dan respon untuk tingkat keinerja yang ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 3. Skor dan respon Tingkat Kepentingan Atribut Kemitraan Rantai Pasokan Respon Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Tidak Penting Sangat Tidak Penting
Skor 4 3 2 1
Tabel 3 menunjukkan skor dan respon tingkat kepentingan atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kepentingan atau harapan dari pelaku rantai dalam pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak penting (skor 1), tidak penting (skor 2), penting (skor 3) dan sangat penting (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kepentingan total skor atribut. Respon sangat tidak penting, berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat tidak penting atau tidak diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Sebaliknya, respon sangat penting berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat penting atau sangat diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Bagian berikutnya akan dilanjutkan dengan Tabel 4.
32
Tabel 4. Skor dan Respon Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Rantai Pasokan Respon Tingkat Kinerja Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik
Skor 4 3 2 1
Tabel 4 menunjukkan skor dan respon tingkat kinerja atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kinerja atau hasil dari pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak baik (skor 1), tidak baik (skor 2), baik (skor 3) dan sangat baik (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kinerja total skor atribut. Respon sangat tidak baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat tidak baik atau tidak memberikan pengaruh terhadap pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. Sebaliknya, respon sangat baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat baik atau memberikan pengaruh yang besar kepada pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini.
33