III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan dan dijaga sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Jika alam tidak dijaga, maka nilai ekonomi yang dimilikinya tidak bertahan lama. Dalam rangka mempertahankan nilai ekonomi dari alam maka dilakukan kegiatan perlindungan dan pelestarian alam (konservasi alam). Usaha konservasi alam memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh pihak lain yang tidak ikut dalam melaksanakan konservasi. Kondisi ini disebut eksternalitas positif (Fauzi et al 2007). Manfaat yang diperoleh dari konservasi alam adalah udara bersih, keanekaragaman hayati, dan pemandangan yang indah. Nilai ekonomi dari konservasi alam dapat dimanfaatkan selama pemanfaatannya memegang prinsip konservasi dan regulasi kelestarian alam. Menurut pasal 1 UU No 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Menurut undang-undang tersebut salah satu fungsi dari taman nasional sebagai objek wisata yaitu alam yang asli dan alami. Kegiatan wisata yang berupa penghargaan terhadap alam disebut ekowisata. Pengembangan ekowisata atau usaha ekowisata dapat dilakukan di taman nasional sesuai dengan PP No 36 Tahun 2010 mengenai pengusahaan pariwisata alam di kawasan pelestarian alam. Menurut PP No 36 Tahun 2010, pengembangan ekowisata di taman nasional dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, perorangan, badan usaha, ataupun koperasi. Selain itu kegiatan yang terkait ekowisata yang dapat dilakukan adalah pengusahaan jasa lingkungan dan penyedia sarana ekowisata berupa homestay, perlengkapan perjalanan ekowisata, dan jasa transportasi. Kegiatan ekowisata dan pendukung ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi penduduk asli.
Pengembangan ekowisata berkelanjutan di taman nasional dapat berjalan dengan baik jika potensi dan kelestarian alam masih terjaga. Keberadaan pelaku usaha di taman nasional sedikit banyak memberikan dampak bagi kelestarian lingkungan. Pelaku usaha yang melakukan aktivitas yang tidak berprinsip pada ekonomi lingkungan dapat mengakibatkan kelestarian lingkungan terganggu. Aktivitas yang tidak berprinsip pada kelestarian lingkungan dapat mengakibatkan kawasan taman nasional rusak, banyak terdapat sampah, biopiracy (tercurinya spesies asli) dan bahkan tercurinya kearifan lokal, serta kawasan yang menjadi tidak alami. Hal ini banyak terjadi di zona pemanfaatan di taman nasional. Aktivitas ekowisata yang mengakibatkan rusaknya potensi alami merupakan eksternalitas negatif bagi masyarakat dan lingkungan taman nasional. Eksternalitas negatif adalah biaya yang dikeluarkan seseorang untuk kerugian yang dideritanya akibat kegiatan yang tidak dilakukannya. Sebagai contoh, jika pemanfaatan wisata tidak mempertimbangkan prinsip kelestarian maka kerusakan lingkungan yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha, tetapi penduduk yang berada di kawasan tersebut. Konsep pemanfaatan taman nasional untuk ekowisata seperti yang diuraikan di atas dapat diterapkan di TN Karimunjawa. Taman nasional Karimunjawa adalah taman nasional yang memiliki penduduk asli dan zona pemanfaatan wisatanya dimanfaatkan sebagai ekowisata. Pemanfaatan ekowisata di TN Karimunjawa saat ini masih didominasi oleh investor dari luar kawasan. Hal ini menjadikan perlu adanya langkah khusus yang melibatkan penduduk lokal sebagai investor sesuai dengan prinsip dan fungsi taman nasional yang dalam pemanfaatannya bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Selain adanya kegiatan ekowisata, keadaan masyarakat yang masih sangat bergantung pada lingkungan dan sumberdaya alam menjadi kekhasan tersendiri dalam pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Ketergantungan yang tinggi pada sumberdaya alam dapat berakibat pada berkurangnya kuantitas spesies yang dapat dijadikan sebagai daya tarik ekowisata yang tinggi nilai ekonominya. Oleh karena itu, pengembangan TN Karimunjawa diharapkan dapat memberikan arahan bagi ekowisata dan kesejahteraan masyarakat.
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Departemen Kehutanan RI menyatakan bahwa sebagian masyarakat miskin yang berada di kawasan konservasi sangat bergantung sumberdaya alam di sekitarnya. Model desa konservasi (MDK) banyak diterapkan pada desa yang penduduknya memiliki ketergantungan tinggi terhadap sumberdaya alam. Model desa konservasi memegang prinsip bahwa penduduk desa harus berpartisipasi aktif dalam jaringan pemasaran, adanya variasi usaha dan sumber mata pencaharian yang berdasarkan potensi lokal. Selain itu diharapkan adanya produk yang ramah lingkungan dan tidak melebihi daya dukung lingkungan dan adanya kemitraan antara pelaku ekonomi di masyarakat dengan pelaku usaha serta kalangan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini juga yang diadaptasi oleh TN Karimunjawa dengan membentuk desa model sebagai pengamanan partisipatif dari penduduk lokal. Pengembangan ekowisata berkelanjutan dan berprinsip pada kelestarian alam di TN Karimunjawa memerlukan adanya strategi pengembangan ekowisata. Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan ekowisata dan aktivitas penduduk lokal. Kegiatan ini perlu diperhatikan dan dipantau agar tidak merusak dan mengganggu kelestarian lingkungan. Untuk meminimalisir dampak dari aktivitas ekowisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, diperlukan adanya pengawasan baik dari pemerintah ataupun dari masyarakat setempat. Dengan demikian, arah dari strategi pengembangan yang diharapkan adalah keterlibatan masyarakat lokal dalam memanfaatkan dan menjadi pengawas pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari.
3.2 Kerangka Dasar Formulasi Strategi Strategi adalah proses penentuan rencana yang biasanya dirumuskan oleh puncak pimpinan yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut David (2002), strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan yang membuat perusahaan mampu mencapai tujuannya. Strategi yang diterapkan di TN Karimunjawa pada dasarnya adalah keputusan jangka panjang yang diterapkan di TN Karimunjawa
yang bertujuan untuk menjalankan fungsi konservasi dan kesejahteraan masyarakat berdasar prinsip kelestarian. Strategi penting dirumuskan di TN Karimunjawa dikarenakan isu pergeseran fungsi kawasan yang terdapat di wilayah Taman Nasional serta keberadaan masyarakat lokal yang mungkin tergeser dengan adanya investor luar sebagai akibat dari pelaksanaan ekowisata. Strategi merupakan hal penting dalam tahap perumusan strategi (formulasi strategi) yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi menjalankan visi dan misi untuk mewujudkan tujuan jangka panjang organisasi. Hal yang sama akan terjadi pada TN Karimunjawa yang memerlukan perumusan strategi sebagai alat untuk mewujudkan visi TN Karimunjawa. Strategi diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang mengancam berubahnya fungsi kawasan di TN Karimunjawa yang terjadi di masa yang akan datang karena pada dasarnya strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan jangka panjang organisasi. Strategi pengembangan adalah strategi yang disusun dan digunakan agar sebuah perusahaan dapat selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mencapai keserasian antar sektor, sehingga tujuan jangka panjang dapat tercapai. Strategi pengembangan TN Karimunjawa merupakan usaha memposisikan diri dalam menghadapi tantangan dan kemungkinan perubahan yang terjadi dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dan meminimalisir kelemahan serta mengatasi ancaman. Proses manajemen strategis adalah pendekatan yang objektif, logis, sistematis yang melibatkan fase perumusan dan implementasi rencana, strategi, dan keputusan yang diperlukan untuk meraih tujuan efektif dan efisien dari suatu organisasi (Hubeis dan Najib 2008). Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi harus terus menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga melakukan perubahan tepat waktu. Hal yang sama diperlukan TN Karimunjawa untuk merumuskan strategi yang dimulai dengan identifikasi visi (tujuan), identifikasi kondisi internal dan eksternal serta memilih prioritas strategi dari alternatif strategi yang ada. David (2002) mengungkapkan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap: perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Perumusan strategi terdiri dari proses mengembangkan misi, menemu kenali peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dimasuki. Penelitian ini mengidentifikasi visi dan misi dari Balai TN Karimunjawa sebagai bahan acuan dalam perumusan strategi pengembangan TN Karimunjawa. Visi Balai TN Karimunjawa adalah koridor dalam penentuan strategi. Selain itu, kondisi eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh Balai TN Karimunjawa serta kondisi internal dari Balai TN Karimunjawa digunakan untuk menentukan elemen pembangun jaringan ANP. Proses manajemen strategis yang akan dilakukan pada penelitian ini akan digambarkann sesuai dengan proses manajemen strategis yang dirumuskan oleh David (2002), akan tetapi penelitian ini hanya melakukan fungsi manajemen strategis pada tahap formulasi strategi. Kerangka kerja proses manajemen strategis diilustrasikan pada Gambar 1.
Melakukan audit eksternal
Mengembang kan pernyataan misi
Menetapkan sasaran jangka panjang
Menghasilkan, mengevaluasi, dan memilih strategi
Menetapkan kebijakan dan sasaran tahunan
Mengalokasi kan sumberdaya
Mengukur dan mengevaluasi prestasi
Melakukan audit internal
formulasi strategi
implementasi strategi
evaluasi strategi
Sumber: David (2002)
Gambar 1. Model Manajemen Strategis
Proses manajemen David menjadi kerangka proses penentuan manajemen strategis pada penelitian ini. Penelitian ini menjalankan fungsi pada tahapan formulasi strategi yang memberikan masukan bagi Balai TN Karimunjawa untuk menjalankan strategi (implementasi strategi) yang telah disusun berdasarkan analisis kondisi TN Karimunjawa dan faktor eksternal yang mempengaruhi.
Dalam menentukan prioritas strategi yang akan dianalisis dalam penelitian ini, diperlukan adanya pernyataan visi dan misi dari Balai TN Karimunjawa yang akan menjadi koridor bagi sinkronisasi strategi yang diterapkan oleh Balai TN Karimunjawa. Dengan adanya pernyataan visi yang jelas, maka gambaran umum pilihan strategi dapat ditentukan. Setelah itu analisis kondisi internal dan eksternal akan menjadi landasan dalam penyusunan strategi pengembangan TN Karimunjawa. Analisis internal adalah analisis mengenai potensi TN Karimunjawa yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa melalui analisis deskriptif kualitatif dan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh institusi lain. Peneliti yang dapat melakukan penelitian di kawasan TN Karimunjawa harus mendapatkan Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Analisis potensi juga dilakukan dengan observasi langsung dan pencarian data di Balai TN Karimunjawa. Selain itu, proses sosialisasi peraturan juga merupakan kondisi internal dari Balai TN Karimunjawa. Analisis eksternal adalah analisis mengenai faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh TN Karimunjawa dalam hal penyusunan strategi. Faktor-faktor eksternal yang mungkin muncul dalam analisis pada penelitian ini adalah peraturan perundangan, keadaan sosial masyarakat, dan conflicting issues. Tujuan jangka panjang dari Balai TN Karimunjawa yang merupakan refleksi dari tujuan pengembangan dari TN Karimunjawa merupakan pernyataan lanjutan dari visi. Balai TN Karimunjawa membuat rencana pengelolaan dua puluh tahun yang disahkan oleh Ditjen PHKA dan yang akan dijabarkan pada rencana lima tahunan dan rencana tahunan Balai TN Karimunjawa. Setelah menetapkan tujuan jangka panjang, tahapan yang dilakukan adalah menetapkan strategi. Perumusan strategi ini sudah dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa selaku pengelola TN karimunjawa dengan analisis deskriptif kualitatif. Strategistrategi yang dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa akan dianalisis dengan analisis kuantitatif untuk menentukan prioritas strategi yang merupakan arah pengembangan TN Karimunjawa.
3.3 Perencanaan Strategi Pengembangan TN Karimunjawa Perencanaan merupakan tahap awal dari pengembangan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Antisipasi dan regulasi dari perubahan yang akan terjadi dalam suatu sistem yang akan dikembangkan, dirancang atau disusun dalam perencanaan. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pengembangan dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi setiap pelakunya. Proses perencanaan diharapkan terpadu, sehingga dalam pengembangan tidak terdapat pihak yang dirugikan (Mukti 2001). Pengembangan TN Karimunjawa memerlukan perencanaan yang matang terkait dengan adanya conflicting issue yang mengharuskan perencanaan pengembangan harus dilakukan dengan cermat. Perencanaan diperlukan untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan arah pengembangan TN Karimunjawa. Hal ini berarti memanfaatkan TN Karimunjawa sebagai ekowisata sesuai dengan zona yang diizinkan serta tidak menurunkan fungsi konservasi sebagai fungsi utama dari TN Karimunjawa. Beberapa program telah dirumuskan dan dalam pengelolaan TN Karimunjawa oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa melalui pendekatan deskriptif kualitatif seperti pembentukan Desa Model yang merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di darat ataupun di perairan baik di zona penyangga, zona permukiman maupun zona pemanfaatan tradisional. Untuk mewujudkan arah pengembangan TN Karimunjawa seperti yang sudah dijelaskan, diperlukan langkah-langkah strategis jangka panjang yang disusun dan dirumuskan dalam perencanaan strategis yang diterapkan di TN Karimunjawa. Perencanaan strategi dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa dan merupakan analisis yang komprehensif baik untuk faktor sosial ekonomi masyarakat, lingkungan, peraturan yang berlaku, bahkan untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Strategi-strategi yang dirumuskan akan dipilih berdasarkan prioritas strategi, prioritas strategi ini menjadi arahan dalam menyusun rencana strategis bagi pengembangan TN Karimunjawa. Strategi yang telah dipilih akan dijalankan dengan proses operasional melalui perencanaan program yang dilaksanakan oleh Balai TN Karimunjawa. Penelitian ini hanya membahas perumusan strategi dan arah pengembangan TN
Karimunjawa yang didasarkan pada prioritas pemilihan strategi pengembangan TN Karimunjawa.
3.4 Aspek Penyusun Strategi TN Karimunjawa Proses perumusan strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa memerlukan analisis beberapa aspek yang mempengaruhi proses formulasi strategi. Aspek penyusun merupakan aspek internal dan eksternal Balai TN Karimunjawa sebagai pengambil keputusan strategis di TN Karimunjawa. 3.4.1
Aspek Internal Aspek internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan Balai TN
Karimunjawa meliputi peraturan perundangan yang merupakan landasan gerak Balai TN Karimunjawa, sumberdaya manusia, potensi alam, adanya sistem zonasi, tersedianya sarana
prasarana, sumber dana dari Daftar Isian Penggunaan
Anggaran (DIPA), serta masyarakat binaan Balai TN Karimunjawa. Peraturan perundangan yang melandasi pengembangan TN Karimunjawa adalah UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA dan ekosistem, Peraturan Pemerintah (PP) No 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, PP No 36 Tahun 2010 tentang pengusahaan pariwisata di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, Permenhut No P.19/Menhut-II/1994 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Kolaborasi pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam merupakan pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihak-pihak yang dapat melakukan kolaborasi pengelolaan antara lain lembaga pemerintah pusat, lembaga pemerintah daerah, masyarakat, BUMN, BUMD, LSM, dan perguruan tinggi. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pembinaan daya dukung kawasan, pemanfaatan kawasan (untuk pariwisata dan pendidikan), penelitian dan pengembangan, perlindungan dan pengamanan potensi, pengembangan sumberdaya manusia untukn kelestarian kawasan, dan
pembinaan partisipasi masyarakat. Hal terpenting dalam pengelolaan Taman Nasional adalah segala aktivitas pemanfaatan baik pariwisata ataupun budidaya hanya diperbolehkan di zona pemanfaatan wisata dan zona budidaya serta larangan mengganggu ataupun merubah sumberdaya alam yang terdapat di zona inti. Sumberdaya manusia merupakan faktor internal yang berupa kekuatan Balai TN Karimunjawa, dengan adanya sumberdaya manusia maka pelaksanaan dan rencana pengembangan TN Karimunjawa dapat dilaksanakan. Kapasitas sumberdaya manusia dapat menjadi kelemahan jika dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan tidak dapat dimengerti oleh masyarakat asli sehingga banyak terjadi pelanggaran. Pelanggaran juga terkait dengan pemantauan dan pengamanan yang dilakukan oleh sumberdaya manusia Balai TN Karimunjawa. Potensi alam merupakan kekuatan yang akan digunakan sebagai basis data dalam penyusunan strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Potensi alam menentukan lokasi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Potensi alam juga berpengaruh bagi keberlanjutan dan keberhasilan konservasi dan ekowisata, karena potensi alam yang rusak akan berakibat rendahnya daya tarik ekowisata. Untuk itu potensi alam yang ada harus dipertahankan keunikan, kekhasan, dan kelestariannya. Sistem zonasi merupakan pembagian wilayah di TN Karimunjawa yang menentukan aktivitas yang dilakukan di wilayah tertentu. Pada umumnya Taman Nasional dibagi menjadi tiga zona yaitu: zona inti yaitu zona yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Zona rimba adalah kawasan taman nasional yang menjadi penyangga bagi zona inti, dan zona pemanfaatan adalah bagian dari Taman Nasional yang menjadi pusat kunjungan atau rekreasi. Sarana prasarana yang terdapat di TN Karimunjawa merupakan faktor internal karena Balai TN Karimunjawa dapat memanfaatkan sarana prasarana sebagai penunjang wisata terbatas di zona perlindungan ataupun di zona permukiman dan pemanfaatan pariwisata. Sumber dana yang digunakan oleh Balai TN Karimunjawa adalah DIPA 29. Masyarakat binaan Balai TN Karimunjawa adalah kelompok masyarakat yang merupakan fokus Balai TN
Karimunjawa dalam perencanaan desa model. Kelompok ini diajarkan untuk dapat menjalankan fungsi keamanan dan hal-hal yang terkait dengan pelestarian TN Karimunjawa.
3.4.2
Aspek Eksternal Aspek eksternal adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
Balai TN Karimunjawa yang mempengaruhi penyusunan strategi oleh Balai TN Karimunjawa. Faktor eksternal yang merupakan aspek penyusun strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa adalah pasar pariwisata, dukungan dari pengambil kebijakan, investor, dukungan perguruan tinggi dan LSM, dan kondisi sosial ekonomi yang dapat menyebabkan pemanfaatan lingkungan yang tidak bertanggung jawab dan mengakibatkan degradasi lingkungan. Pasar pariwisata merupakan peluang yang besar yang dapat dimanfaatkan oleh Balai TN Karimunjawa. Kecenderungan wisatawan untuk memilih daerah ekowisata sebagai alternatif tujuan lokasi wisata merupakan hal yang harus dimanfaatkan oleh Balai TN Karimunjawa untuk menarik wisatawan. Dukungan dari pengambil kebijakan berasal dari pemerintah pusat, propinsi dan pemerintah kabupaten. Dukungan yang dilakukan berupa promosi dan program yang mendukung pengembangan ekowisata di TN Karimunjawa. Hal ini terkait dengan keberadaan investor yang meningkatkan daya tarik TN Karimunjawa, namun yang perlu diwaspadai adalah pemanfaatan alam oleh investor yang tidak sesuai aturan sehingga mengurangi kekhasan dari TN Karimunjawa. Dukungan perguruan tinggi berupa penelitian yang dilakukan di TN Karimunjawa. Penelitian yang dilakukan mengidentifikasi potensi wisata yang ada dan penelitian mengenai kondisi sosial masyarakat TN Karimunjawa. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi antara lain penelitian mengenai potensi daya tarik biota laut untuk wisata, ekosistem terumbu karang, dan studi mengenai fauna darat. Lembaga non pemerintah juga memiliki peran bagi TN Karimunjawa terutama LSM lingkungan hidup yang berusaha tetap mengajak masyarakat ataupun pemerintah daerah setempat untuk tetap melestarikan lingkungan.
Kondisi sosial ekonomi adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Masyarakat yang menghuni TN Karimunjawa sudah berada di wilayah TN Karimunjawa sejak Kecamatan Karimunjawa belum menjadi Taman Nasional. Kebutuhan hidup menjadikan masyarakat yang sebagian besar hidup sebagai nelayan menggantungkan hidupnya pada hasil laut. Kewaspadaan perlu ditingkatkan jika masyarakat mulai merambah zona perlindungan ataupun zona inti di wilayah TN Karimunjawa. Untuk itu perlu dicarikan solusi melalui pemberdayaan masyarakat.
3.5 Arah Pengembangan Taman Nasional Karimunjawa Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab tinjauan pustaka bahwa Taman Nasional adalah kawasan yang ditunjuk karena memiliki ekosistem asli dan kekhasan kawasan TN Karimunjawa memiliki kekhasan dan fungsi sebagai kawasan konservasi yang memiliki zona pemanfaatan wisata untuk dapat dikenal sebagai tempat wisata alam. Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat6 antara lain : 1.
Ekonomi Taman Nasional dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara.
2.
Ekologi Taman Nasional yang dikelola dengan baik akan menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan.
3.
Estetika Taman Nasional dengan kekhasan dan panorama alamnya memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam / bahari.
6
Ditjen PHKA Dephut RI
4.
Pendidikan dan Penelitian Merupakan obyek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.
5.
Jaminan Masa Depan Keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang.
Arah pengembangan TN Karimunjawa didefinisikan sebagai prioritas strategi yang dipilih oleh Balai TN Karimunjawa. Strategi-strategi yang dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa dianalisis berdasarkan kriteria penyusunnya yang terdiri atas aspek-aspek yang saling terkait dan mempengaruhi sehingga menghasilkan urutan prioritas strategi yang menunjukkan arah pengembangan TN Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa ditetapkan sebagai taman nasional sejak tahun 2001. Berdasarkan keputusan Ditjen PHKA Departemen Kehutanan RI dengan Surat Keputusan No 79/IV/Set-3/2005, TN Karimunjawa dibagi berdasarkan sistem zonasi. Zona yang berada di TN Karimunjawa
adalah
zona
inti,
perlindungan,
pemanfaatan
pariwisata,
pemukiman, rehabilitasi, budidaya, pemanfaatan perikanan tradisional. Taman Nasional
Karimunjawa
yang
mulai
dikenal
oleh
wisatawan
dalam
pemanfaatannya sebagai pariwisata (ekowisata) sejak tahun 2000 belum banyak dikenal sebagai obyek ekowisata. Kepentingan dan harapan TN Karimunjawa dapat memberikan manfaat seperti yang telah dijelaskan menjadikan pengembangan TN Karimunjawa memiliki benturan kepentingan (conflicting issue) antara pihak yang berorientasi bisnis, pemanfaatan sumberdaya alam secara tidak lestari oleh masyarakat asli, dengan kepentingan konservasi. Adanya zona pemanfaatan wisata di TN Karimunjawa merupakan salah satu cara yang digunakan agar pemanfaatan secara ekonomi terbatas pada zona tersebut. Pemanfaatan ekowisata dan potensi wisata yang ada di TN Nasional Karimunjawa berupa wisata bahari, wisata ilmiah (wisata pendidikan dan penelitian), wisata religi, dan wisata budaya. Hal ini memerlukan pembangunan
fasilitas umum seperti jalan, homestay, rumah makan. dan toko. Pembangunan sarana dalam pendukung wisata di Taman Nasional telah diatur dalam PP nomor 36 Tahun 2010 yang menyebutkan luas wilayah yang digunakan untuk membangun sarana pendukung wisata di zona pemanfaatan wisata Taman Nasional tidak boleh melebihi sepuluh persen dari luas area yang ditetapkan dalam izin. Bentuk bangunan harus bergaya arsitektur budaya setempat, dan tidak diperkenankan merubah bentang alam yang ada. Pengembangan TN Karimunjawa sebagai obyek wisata yang berorientasi bisnis jika tidak dipantau dan dikontrol dalam jangka panjang dapat berakibat kurang baik terhadap kelestarian lingkungan meskipun kawasan TN Karimunjawa sudah dibagi dalam sistem zonasi. Hal ini akan terjadi jika pemanfaatannya tidak didasari oleh kesadaran pelestarian lingkungan. Pengembangan ekowisata harus mempertimbangkan kesiapan operator dalam memberikan edukasi kepada pengunjung. Hal-hal yang merupakan panduan bagi operator antara lain mempersiapkan calon pengunjung untuk dapat meminimalisir dampak pada lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan ekowisata. Selain itu, operator ekowisata harus selalu memberikan pelatihan kepada pemandu lokal dan memberikan kontribusi kepada konservasi. Lapangan kerja yang dibangun adalah lapangan kerja yang melibatkan masyarakat lokal, akomodasi yang ditawarkan juga sebaiknya memperhatikan situasi lokal. Panduan operator seperti ini belum banyak diterapkan di lokasi ekowisata. Beberapa kendala di atas memerlukan penyelesaian yang bersifat win-win solution bagi pelestarian alam dan pemanfaatan TN Karimunjawa sebagai obyek pariwisata. Koridor (guideline) dalam pengembangan TN Karimunjawa merujuk pada fungsi utama TN Nasional sebagai Kawasan Pelestarian alam yang memiliki tugas utama sebagai kawasan konservasi maka arah pengembangan wisata TN Karimunjawa adalah ekowisata yang didukung pemberdayaan masyarakat.
3.6 Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process adalah teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling
berinteraksi dengan kriteria control (Saaty 2003). Dengan pengertian ini maka masalah yang kompleks dalam perumusan strategi di TN Karimunjawa dipisahkan dalam cluster-cluster yang memiliki level-level tersendiri. Kriteria-kriteria yang saling berhubungan dan mempengaruhi juga dapat berupa umpan balik (feedback) bagi kriteria yang lain merupakan alasan bahwa alat analisis yang digunakan untuk menganalisis prioritas strategi yang diterapkan di TN Karimunjawa adalah Analytic Network Process. Pemilihan ANP sebagai alat analisis didasarkan pada kompleksitas lingkungan yang dihadapi oleh pengambil keputusan (dalam hal ini Balai TN Karimunjawa) dalam merumuskan strategi pengembangan TN Karimunjawa. Tahapan dalam membangun jaringan ANP untuk menentukan prioritas strategi dijelaskan dalam Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Tahapan Pelaksanaan Analisis dengan ANP Tahapan Studi literature, wawancara, dan frame working Konfirmasi framework
Hasil Gambaran umum strategi yang dirumuskan oleh BTNKJ dan framework analisis awal. Framework analisis dan kuesioner pairwise oleh Data hasil pairwising
Pairwising (pengisian kuesioner responden) Pengolahan data dengan Software Super Decicions Sumber: Susilo (2008)
Laporan akhir
3.7 Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian yang mendasari pengoperasian penelitian dimulai dengan pengamatan mengenai fenomena semakin banyaknya peminat wisata alam (ekowisata). Pengamatan mengenai TN Karimunjawa yang masih belum berkembang dilakukan pada saat survey pendahuluan dan selama penelitian.
Wawancara
dilakukan
dengan
mewawancarai
sumber
yang
berhubungan dengan TN Karimunjawa dan pengambil kebijakan dalam pengembangan TN Karimunjawa seperti Staf Ditjen PHKA Departemen Kehutanan RI, Kepala Balai TN Karimunjawa dan Kepala Bagian Pengembangan Karimunjawa Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara.
Pengelolaan TN Karimunjawa diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi, estetika, ilmiah, dan jaminan masa depan. Hal ini dapat menimbulkan conflicting issue antara pihak yang berorientasi bisnis, pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat, dan kepentingan konservasi alam. Pertimbangan dalam penyusunan strategi pengembangan di wilayah TN Karimunjawa antara lain peraturan yang berlaku, kondisi sosial ekonomi, dan potensi wisata yang ada. Strategi yang telah dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa kemudian diidentifikasi kriteria yang menyusun ataupun yang mempengaruhinya. Informasi yang didapatkan dari literatur berupa statistik Balai TN Karimunjawa tahun 2008, peraturan perundangan dan kemungkinan pengembangan wisata di TN Karimunjawa merupakan informasi yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan hirarki dan membuat
prioritas strategi pengembangan TN
Karimunjawa. Hasil yang didapat dalam hirarki yang merupakan suatu jaringan akan diproses menggunakan Analytic Network Process. Hasil yang diperoleh dapat dilihat tingkat pengaruhnya terhadap pengembangan TN Karimunjawa. Prioritas strategi merupakan arah pengembangan TN Karimunjawa. Kerangka pemikiran penelitian ini diringkas pada Gambar 2.
TN Karimunjawa sebagai salah satu Objek Daya Tarik Wisata belum banyak dikenal sebagai potensi Ekowisata Pengembangan Ekowisata TN Karimunjawa
Bisnis (Profit Oriented) dan Pemanfaatan SDA yang tidak ramah lingkungan
Konservasi (Pemanfaatan Lestari)
Solusi Pemecahan Masalah Minimalisir Konflik
Alternatif Strategi Pengembangan TN Karimunjawa
Urutan Prioritas Strategi Pengembangan (Analytic Network Process)
Arah Pengembangan TN Karimunjawa
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian