III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan dua kerangka pemikiran yaitu kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis mencakup definisi usaha kecil dan menengah, definisi studi kelayakan bisnis, teori biaya dan manfaat, analisis finansial, analisis sensitivitas, dan laporan laba rugi. 3.1.1. Usaha Kecil dan Menengah Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah ditetapkan pada tanggal 4 Juli 2008. Definisi UKM menurut UU No. 20/2008 ini adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut: 1) Memiliki
kekayaan
bersih
lebih
dari
Rp
50.000.000,00
s.d.
Rp
500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 s.d. Rp 2.500.000.000,00. Ciri-ciri usaha kecil, antara lain: 1) Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak berubah 2) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap dan tidak berpindahpindah 3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha 4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP 5) Sumberdaya Manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha 6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal
7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha menengah memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 s.d. Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 s.d. Rp 50.000.000.000,00. Ciri-ciri usaha menengah, antara lain: 1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi 2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan 3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dll. 4) Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan, dll. 5) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan 6) Pada umumnya telah memiliki SDM yang terlatih dan terdidik. Definisi usaha kecil, termasuk usaha mikro, menurut Kementrian Koperasi dan UKM adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha menengah merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 s.d. Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu: 1) Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima hingga19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan. 2) Industri menengah, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik. 3.1.2. Teori Investasi Pada saat merencanakan, memulai, dan menjalankan suatu bisnis, pengusaha dihadapkan pada pertimbangan kelayakan bisnis tersebut. Biasanya langkah awal yang menjadi pertimbangan adalah penyediaan modal untuk investasi. Investasi memiliki umur ekonomis dan akan mengalami penyusutan tiap tahunnya. Oleh sebab itu, investasi tidak hanya dipersiapkan pada saat memulai bisnis saja, tetapi juga pada saat bisnis tersebut sedang berjalan. Berdasarkan hal tersebut didapatkan pengertian investasi, yaitu usaha menanamkan modal barang dalam wujud fisik yang menunjang kegiatan produksi dengan masa pakai lebih dari satu tahun dan investasi tersebut harus dilakukan lagi pada saat umur ekonomisnya telah habis agar bisnis tersebut dapat berjalan (Gittinger 2008). Sumber lain menyebutkan bahwa proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapat kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit usaha (Kadariah et al. 1999). Investasi di dalam perusahaan adalah penggunaan sumber-sumber yang diharapkan dapat memberikan imbalan atau pengembalian yang menguntungkan di masa datang. Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan
darinya. Dari sudut pandang jangka waktu penanamannya, investasi dibagi dalam dua tipe yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek biasanya memiliki periode kurang dari satu tahun. Investasi ini bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara menganggur serta bersifat marketable (mudah untuk diperjualbelikan). Investasi jangka panjang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun serta tidak bersifat marketable karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup usaha di masa datang (Suratman 2002). Semua jenis pengeluaran investasi berkaitan secara terbalik dengan tingkat bunga riil. Tingkat bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya modal bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pabrik dan peralatan, meningkatkan biaya peminjaman, dan meningkatkan biaya penyimpanan persediaan. Ada berbagai penyebab pergeseran dalam fungsi investasi, seperti kemajuan teknologi, perubahan kredit pajak investasi, dan pajak pendapatan perusahaan. Investasi akan berubah selama siklus bisnis karena pengeluaran investasi bergantung pada output perekonomian serta tingkat bunga (Mankiw 2007). 3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat Dalam menganalisis suatu usaha tujuan analisis harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang kita terima, sedangkan manfaat adalah sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan suatu proyek (Nurmalina et al 2009). Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis bisnis adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain biaya investasi dan biaya operasional. Menurut Gittinger (2008), komponen yang termasuk biaya adalah sebagai berikut: 1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin. 2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan, seperti biaya input produksi dan biaya tenaga kerja. 3) Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman.
Menurut Ibrahim (2003), jenis biaya dalam evaluasi proyek pada umumnya dapat dikempokkan dalam dua bagian, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan proyek seperti biaya investasi, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan proyek. Biaya investasi dalam suatu proyek terdiri dari biaya pembangunan konstruksi dan biaya peralatan lainnya. Biaya operasi dan pemeliharaan proyek terdiri dari biaya penyusutan, biaya bunga bank, biaya tanah, modal kerja, biaya pengganti, dan berbagai biaya lainnya sesuai dengan kebutuhan biaya dari masing-masing proyek. Biaya tidak langsung adalah biaya yang perlu diperhitungkan dalam menganalisis proyek, seperti biaya polusi udara karena adanya proyek, biaya untuk mengatasi pencemaran, bising, dan berbagai biaya lainnya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif atas keberadaan proyek. Manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu bisnis. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), manfaat (benefit) dapat dibedakan menjadi : 1) Manfaat langsung (direct benefit) yaitu manfaat yang diperoleh dari adanya kenaikan fisik dan atau dari penurunan biaya. Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek, seperti naiknya nilai hasil produksi barang atau jasa, perubahan bentuk, turunnya biaya, dll. Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatknya jumlah produksi dan kualitas dari produk yang dihasilkan sebagai akibat adanya proyek. Misalnya kenaikan produksi padi karena adanya irigasi, turunnya biaya pengangkutan karena adanya perbaikan jalan, membaiknya job description di antara tenaga kerja karena adanya perbaikan cara kerja, dll. Demikian pula dalam perubahan bentuk, dengan adanya perubahan bentuk dari suatu produk yang dihasilkan, permintaan bisa meningkat bila dibanding dengan sebelum adanya perubahan. Semua manfaat yang diperoleh sebagai tujuan utama dalam pembangunan proyek dinamakan dengan manfaat langsung. 2) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yaitu manfaat yang disebabkan adanya usaha tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang-orang tertentu dan
masyarakat berupa adanya effect multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dynamic secondary effect, perubahan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan keahlian. Sebagai contoh, adanya perbaikan jalan dari sebuah kota ke kota lainnya telah menyebabkan timbulnya berbagai kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan berbagai potensi ekonomi di sepanjang jalan yang dibangun. Demikian pula dengan adanya proyek listrik masuk desa telah tumbuh berbagai industri yang memanfaatkan listrik sebagai sumber energi. Kesemua kegiatan usaha yang timbul sebagai dampak dari proyek yang dibangun adalah manfaat tidak langsung yang perluu diperhitungkan dalam evaluasi proyek. 3) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible benefit), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan,
peningkatan
ketahanan
nasional,
perubahan
pola
pikir
masyarakat, kemantapan tingkat harga, dan lain-lain. Manfaat tidak terlihat ini juga perlu diperhitungkan secara kualitatif dalam mengadakan evaluasi proyek. Komponen biaya dan manfaat ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a)
Biaya Komponen biaya yang dimasukkan dalam perhitungan adalah biaya yang
dapat dikuantifikasikan dan biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam suatu proses produksi. 1.
Biaya Investasi Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pada awal proyek
untuk pembelian barang-barang investasi yang nilainya dalam jumlah besar dan tidak habis dalam satu kali periode produksi. Biaya investasi ini dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan pada masa datang. 2.
Biaya Tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi namun besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan output ataupun input yang digunakan selama produksi.
3.
Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dan
besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah input yang digunakan atau output yang dihasilkan pada proses produksi. Biaya variabel dikeluarkan pada pembelian input langsung habis yang dikeluarkan untuk menghasilkan output produksi. 4.
Debt Service Debt service adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran modal
pinjaman yang diterima oleh suatu usaha. Biaya ini terdiri dari suku bunga dan pokok pinjaman. b) Manfaat Manfaat adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh suatu usaha yang mendorong tercapainya suatu tujuan. Adapun yang termasuk dalam komponen manfaat adalah: 1.
Nilai Produksi Total Nilai produksi total adalah nilai yang didapatkan dari produksi total yang
dihasilkan pada suatu usaha dan dikalikan dengan harga per satuan produk tersebut. Nilai produksi ini mencakup produksi secara keseluruhan baik produksi yang dijual maupun yang tidak, yakni produksi yang dikonsumsi sendiri, produk utama, dan produk sampingan yang dihasilkan. 2.
Penerimaan Pinjaman (Loan) Penerimaan pinjaman adalah semua tambahan modal yang diterima suatu
usaha untuk digunakan sebagai biaya investasi, biaya tetap, ataupun biaya variabel. Pinjaman ini dapat berasal dari berbagai pihak dan instansi seperti pihak bank, kreditor, ataupun teman dan keluarga. 3.
Bantuan (Grants) Bantuan adalah semua tambahan modal yang diterima suatu usaha yang
sifatnya hibah. Dana ini dapat berupa uang tunai atau pun barang. Untuk dana yang berupa uang, maka dana tersebut dikuantifikasikan terlebih dahulu ketika memasukkannya ke dalam komponen manfaat.
4.
Nilai Sewa Nilai sewa adalah nilai dari hasil menyewakan alat atau bahan yang
dimiliki suatu usaha. Alat atau bahan yang sering disewakan adalah barang investasi. 5.
Salvage Value Salvage value adalah nilai barang investasi yang tidak habis selama umur
usaha. Nilai ini diukur pada akhir usaha atau di tahun terakhir usaha. 3.1.4. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang dikoordinasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar 2007). Definisi bisnis secara umum merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Kasmir dan Jakfar (2009) mengungkapkan bahwa bisnis merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis bisnis adalah suatu metode untuk menentukan pilihan berbagai penggunaan yang kompetitif dari sumberdaya-sumberdaya dengan cara sederhana. Pada dasarnya analisis bisnis adalah menaksir manfaat dan biaya suatu usaha serta merumuskannya menjadi alat ukur yang berlaku umum. Pendirian suatu bisnis akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutama bagi pemilik usaha. Di samping itu, keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha, antara lain: 1) Memperoleh keuntungan Apabila suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan akan memberikan keuntungan, terutama keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis. Keuntungan ini
biasanya diukur dari nilai uang yang akan diperoleh dari hasil usaha yang dijalankannya. 2) Membuka peluang usaha Dengan adanya usaha jelas akan membuka peluang pekerjaan kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi usaha. Adanya peluang pekerjaan ini akan memberikan pendapatan bagi masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut. 3) Manfaat ekonomi a)
Menambah jumlah barang dan jasa Pendirian pabrik tertentu akan memproduksi barang dan jasa. Dengan
tersedianya jumlah barang dan jasa yang lebih banyak, masyarakat punya banyak pilihan. Hal ini akan berdampak pada harga yang cenderung turun dan kualitas barang sejenis akan lebih meningkat. b) Meningkatkan mutu produk Peningkatan mutu produk disebabkan oleh adanya barang dari usaha sejenis dapat memacu produsen untuk meningkatkan kualitas produknya. c)
Meningkatkan devisa Barang produksi suatu industri dengan tujuan ekspor akan dapat
menambah devisa atau akan dapat memberikan pemasukan devisa atau akan dapat memberikan pemasukan devisa bagi negara dari barang yang kita ekspor. d) Menghemat devisa Artinya apabila semula barang tersebut kita impor dan sekarang bisa diproduksi di dalam negeri maka jelas tindakan ini akan dapat menghemat devisa negara. 4) Tersedia sarana dan prasarana Bisnis yang akan dijalankan di samping memberikan manfaat seperti di atas juga memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas terutama bagi masyarakat sekitar bisnis yang akan dijalankan. Manfaat yang dirasakan seperti tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti jalan, telepon, air, penerangan, pendidikan, rumah sakit, rumah ibadah, sarana olahraga, dll.
5) Membuka isolasi wilayah Untuk wilayah tertentu pembukaan suatu usaha misalnya perkebunan, jalan, atau pelabuhan akan membuka isolasi wilayah. Wilayah yang semula tertutup akan menjadi terbuka sehingga akses masyarakat akan menjadi lebih baik. 6) Meningkatkan persatuan dan membantu pemerataan pembangunan Dengan adanya proyek atau usaha biasanya pekerja yang bekerja di dalam proyek akan datang dari berbagai suku bangsa. Pertemuan dari berbagai suku akan dapat meningkatkan persatuan. Kemudian dengan adanya proyek di berbagai daerah akan memberikan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Mempelajari secara mendalam artinya meneliti secara sungguhsungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung, dan dianalisis hasil penelitian tersebut dengan dengan menggunakan metode-metode tertentu. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang sedang atau akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Layak di sini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat luas. Pengertian studi kelayakan menurut Jumingan (2009) adalah penilaian yang menyeluruh untuk menilai keberhasilan suatu proyek. Keberhasilan proyek memiliki pengertian yang berbeda antara pihak yang berorientasi laba dan pihak yang tidak berorientasi laba semata. Namun demikian, semua ditujukan untuk mencapai keberhasilan dalam industrialisasi. Industrialisasi memiliki manfaatmanfaat yang bisa diambil suatu negara. Sebaliknya industrialisasi bisa gagal karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh negara yang bersangkutan. Studi kelayakan proyek harus dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam industrialisasi suatu negara. Jadi, tujuan dilakukannya
studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan bisnis menurut Kasmir dan Jakfar (2009) dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah di
masa
yang akan datang sehingga
dapat
meminimalkan kemungkinan melesetnya hasil yang ingin dicapai dalam suatu investasi. Dengan kata lain, studi kelayakan bisnis akan memperhitungkan hal-hal yang akan menghambat atau peluang dari investasi yang akan dijalankan. Jadi dengan adanya studi kelayakan bisnis minimal dapat memberikan pedoman atau arahan kepada usaha yang akan dijalankan nantinya. Kasmir dan Jakfar (2009) memaparkan bahwa terdapat lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, antara lain: 1) Menghindari risiko kerugian Untuk mengatasi risiko kerugian karena di masa datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. 2) Memudahkan perencanaan Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa besar keuntungan
yang akan diperoleh, serta bagaimana cara
mengawasinya jika terdapat penyimpangan. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha yang dijalankan sampai waktu tertentu. 3) Memudahkan pelaksanaan pekerjaan Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan
rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan. 4) Memudahkan pengawasan Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksana pekerjaan bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu. 5) Memudahkan pengendalian Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang sesungguhnya sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai. Studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan secara seksama untuk menentukan bagaimana manfaat yang akan diperoleh dari suatu investasi tertentu dan harus dipertimbangkan pada setiap tahap dalam perencanaan usaha dan siklus pelaksanaan. Aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek finansial. 1) Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Untuk mencapai hasil pemasaran yang diinginkan suatu perusahaan harus menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran. Analisis aspek pasar mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan digunakan, serta perkiraan penjualan. Aspek pasar dan pemasaran adalah inti dari penyusunan studi kelayakan. Walaupun secara teknis telah menunjukkan hasil yang layak untuk dilaksanakan tapi tidak artinya apabila tidak diikuti dengan adanya pemasaran dari produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam membicarakan aspek pemasaran harus benar-
benar diuraikan secara baik dan realistis baik mengenai masa lalu maupun prospeknya di masa datang serta melihat bermacam-macam peluang dan kendala yang mungkin akan dihadapi. Permintaan pasar dari produk yang dihasilkan merupakan dasar dalam penyusunan jumlah produksi. Penyusunan jumlah produksi sendiri merupakan dasar dalam rencana pembelian bahan baku, jumlah tenaga kerja yang diperlukan serta fasilitas lain yang dibutuhkan. Dalam uraian aspek pasar dan pemasaran, sekurang-kurangnya harus melingkupi peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan di samping kebijaksanaan yang diperlukan. Untuk pembahasan dalam peluang pasar perlu disajikan angka-angka permintaan dan penawaran di daerah pemasaran dari produk pemasaran dari produk yang dihasilkan pada masa lalu (trend perkembangan permintaan) dan membuat perkembangan permintaan terhadap produk yang direncanakan di masa yang akan datang. Selain itu, harus diuraikan mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pemasaran,
seperti
pesaing,
kekuatan
dan
kelemahannya,
serta
menguraikan keunggulan-keunggulan dari usaha yang direncanakan. Penentuan market space (peluang pasar) dan market share (peluang yang dapat dimanfaatkan) merupakan penentuan pangsa pasar yang didasarkan pada proyeksi permintaan dan penawaran (Ibrahim 2003). Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), pasar dapat diartikan sebagai suatu mekanismen yang terjadi antara pembeli dan penjual atau tempat pertemuan antara kekuatan permintaan dan penawaran. Hal-hal yang penting dalam penilaian kelayakan suatu usaha berdasarkan aspek pasar adalah: a)
Permintaan Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada
berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi permintaan suatu barang atau jasa ialah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan faktor khusus. b) Penawaran Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor yang
memengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, dan faktor khusus. c)
Struktur pasar Jumlah permintaan dan penawarann serta jenis barang yang ada di pasar
saat ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui struktur pasar atas produk atau jasa tersebut. Jadi kalau kita menanamkan investasi untuk menghasilkan suatu produk atau jasa, maka pengenalan struktur pasar yang ada mutlak diperlukan sebelum produk atau jasa tersebut diluncurkan agar strategi dan kebijakan tentang pemasaran yang diambil benar-benar tepat sasaran. Dalam praktiknya terdapat berbagai struktur pasar yang ada. Salah satu cara untuk mengenal struktur pasar adalah dengan melihat jumlah perusahaan yang ada dalam industri yang menawarkan barang atau jasa. Adapun jenis struktur pasar yang ada bisa dikelompokkan ke dalam pasar persaingan sempurna, pasar persaingan monopolistik, pasar oligopoli, dan pasar monopoli. d) Program pemasaran Agar investasi atau bisnis yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik, maka sebelumnya perlu melakukan strategi bersaing yang tepat. Unsur strategi persaingan tersebut adalah menentukan segmentasi pasar (segmentation), menetapkan pasar sasaran (targeting), dan menentukan posisi pasar (positioning) atau sering disebut pula dengan STP. Setlah strategi bersaing diterapkan, maka selanjutnya perlu diselaraskan dengan kegiatan pemasaran lainnya seperti strategi bauran pemasaran (marketing mix). Adapun strategi bauran pemasaran tersebut ialah strategi produk, strategi harga, strategi lokasi dan distribusi, serta strategi promosi. e)
Pangsa pasar atau market share perusahaan Market space adalah peluang pasar (market potential) yang dapat
dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan. Market space terjadi apabila permintaan lebih besar dari penawaran. Selisih yang terjadi ini merupakan ruang gerak bagi perusahaan untuk dapat masuk pasar. Market share merupakan bagian yang dapat diambil oleh gagasan usaha yang direncanakan. Dengan demikian, apabila market space tidak tersedia, maka
tidak mungkin akan terdapat market share. Kesempatan untuk mendapatkan market share sangat tergantung pada masing-masing perusahaan dalam melakukan persaingan di antara perusahaan dalam harga, kualitas, kuantitas, teknis produksi, penggunaan teknologi, dll (Ibrahim 2003). 2)
Aspek Teknis Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan
pemasaran hasil-hasil produksi, seperti lokasi usaha, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, layout, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi. Apabila studi kelayakan yang disusun adalah dalam bidang usaha produksi atau pengolahan, faktor utama yang perlu dimuat dalam aspek teknis produksi adalah lokasi usaha/pabrik yang akan dikembangkan. Faktor-faktor yang perlu dijelaskan antara lain dilihat dari segi bahan baku, keadaan pasar, penyediaan tenaga kerja, transportasi, dan fasilitas tenaga listrik, serta penanganan limbah apabila diperlukan. Di samping itu, perlu juga dijelaskan mengenai kemungkinan untuk mengadakan ekspansi di masa datang, baik dilihat dari kemungkinan tersedianya areal serta lingkungan maupun situasi dan kondisi dimana lokas usaha ditetapkan. Pemilihan terhadap jenis teknologi yang digunakan juga perlu dijelaskan baik mengenai jenis, jumlah, dan ukuran bila diperlukan serta alasan-alasan dalam pemilihan. Dalam aspek teknis produksi, perlu juga dibuat rencana produksi pada setiap tahun selama umur ekonomis proyek yang didasarkan pada peluang pasar, kapasitas produksi, serta penyusunan keperluan kegiatan teknis (Ibrahim 2003). Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), tujuan yang hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis, antara lain: a) Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat. b) Agar perusahaan dapat menentukan lay out yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih sehingga dapat memberikan efisiensi. c) Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya. d) Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
e) Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa datang. Menurut Ibrahim (2003), hal-hal yang perlu ditinjau dalam penilaian kelayakan berdasarkan aspek teknis suatu usaha antara lain: a)
Lokasi proyek Faktor lokasi adalah faktor yang ikut secara langsung memengaruhi
kontinuitas dari kegiatan usaha karena lokasi proyek erat hubungannya dengan masalah pemasaran hasil produksi dan masalah biaya pengangkutan, di samping masalah persediaan bahan baku. Dalam penyusunan studi kelayakan bisnid, faktor lokasi harus diperhitungkan dan dipertimbangkan secara tepat dan benar baik dilihat dari segi ekonomisnya maupun dari segi teknis serta kemungkinan pengembangan usaha di masa yang akan datang. b) Daerah pemasaran Kebijakan dalam menentukan lokasi usaha, apakah dekat dengan pasar hasil produksi atau dekat dengan bahan baku harus dipertimbangkan dari segi teknis dan ekonomis sehingga kelangsungan usaha terjamin. Lokasi usaha yang dekat dengan pasar biasanya memiliki keunggulan yaitu pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan lebih cepat, ongkos angkut dari produk yang dihasilkan relatif lebih murah, dan volume penjualan dapat ditingkatkan. c)
Bahan baku Pendirian usaha yang dekat dengan bahan baku juga mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain supply bahan mentah dapat menjamin kontinuitas kegiatan usaha, ongkos angkut bahan lebih murah, dan perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan. Dilihat dari ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan mentah yang diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat dari proses produksi, lokasi usaha yang dekat dengan bahan baku lebih menguntungkan dalam jangka panjang. d) Tenaga kerja Dalam menentukan lokasi usaha, supply tenaga kerja juga perlu mendapat perhatian, baik dilihat dari jumlah tenaga kerja maupun kualitas yang diperlukan. Apabila usaha yang didirikan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar (padat karya) sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan
pemukiman penduduk. Demikian pula dengan usaha yang memanfaatkan keahlian penduduk setempat, seperti kerajinan kayu, kerajinan logam, dll. e)
Fasilitas pengangkutan Fasilitas pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan lokasi perlu
menjadi perhatian karena masalah pengangkutan merupaan masalah dalam pengangkutan bahan mentah, barang jadi, maupun tenaga kerja. Besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan gagasan ini bisa mengakibatkan usaha yang direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan. f)
Fasilitas tenaga listrik dan air Apabila di lokasi proyek tidak tersedia fasilitas listrik, usahakan lokasi
proyek didirikan dekat dengan pembangkit tenaga listrik seperti adanya air terjun yang memungkinkan pembangunan tenaga listrik. g) Luas produksi Untuk menentukan luas produksi dalam usaha yang direncanakan tergantung pada pangsa pasar dari produk yang dihasilkan. Apabila pangsa pasar dapat dimiliki dalam jumlah yang tidak terbatas, tentu jumlah produksi yang dihasilkan sangat tergantung pada keuntungan optimal yang mungkin diperoleh. h) Proses produksi Proses produksi dari gagasan usaha yang akan direncanakan juga perlu diketahui untuk menentukan jumlah biaya investasi, jenis mesin yang digunakan, serta bentuk bangunan yang diperlukan sesuai dengan proses produksi secara teknis. 3)
Aspek Manajemen Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), aspek manajemen dan organisasi
merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Hal ini dikarenakan walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah SDM maupun rencana perusahaan secara keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi kaidah atau tahapan dalam
proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Masing-masing fungsi tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan, karena kaitan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya sangat erat. Apabila salah satu fungsi tidak dapat dijalankan secara baik, maka jangan diharapkan tujuan perusahaan akan tercapai. Untuk keperluan studi kelayakan bisnis yang perlu dianalisis adalah bagaimana fungsifungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan diterapkan secara benar. Adapun fungsi-fungsi manajemen tersebut tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a) Perencanaan (planning) Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini ditentukan tentang apa yang harus dilakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya serta dengan cara apa hal tersebut dilaksanakan. b) Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing. c) Pelaksanaan (actuating) Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para pimpinan atau manajer harus menggerakkan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk, dan memberi motivasi. d) Pengawasan (controlling) Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan maka akan segera dikendalikan.
4)
Aspek Hukum Tujuan dari penilaian kelayakan berdasarkan aspek hukum adalah untuk
meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan lembaga yang mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang bersangkutan. Penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah dipenuhi. Bagi badan usaha yang akan dijalankan juga perlu dipersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek hukum seperti badan hukum perusahaan yang dipilih seperti persereoan terbatas (PT), firma, koperasi, atau yayasan. Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan, dan keasliannya meliputi badan hukum, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah, atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha tersebut (Kasmir dan Jakfar 2009). 5)
Aspek Ekonomi Analisis ekonomi merupakan salah satu aspek yang perlu diketahui dengan
baik oleh manajemen atau pengusaha agar pengambilan keputusan tidak terjadi kesalahan. Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah, dampak positif yang diperoleh adalah dari aspek ekonomi memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah daerah maupun pusat. Sebaliknya, dampak negatif adalah eksplorasi sumberdaya alam yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya. Ditinjau dari aspek ekonomi salah satu kelayakan usaha atau dapat dilihat dari kemampuan investasi tersebut dalam meningkatkan pendapatan nasional atau daerah melalui peningkatan PDB dan PAD. Kemudian kelayakan lain adalah naiknya income per capita masyarakat melalui peningkatan pendapatan seiring dengan tumbuhnya sektor ekonomi (Kasmir dan Jakfar 2009). 6) Aspek Sosial dan Lingkungan Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adakah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan,
jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah, dampak negatif dari aspek sosial adalah perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat. Dampak negatif dalam aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat, dan struktur sosial lainnya. Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Dampak lingkungan hidup yang terjadi akibat pelaksanaan suatu proyek adalah perubahan suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi, atau sosial. Perubahan lingkungan jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang ada baik terhadap fauna, flora, maupun manusia itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan sebuah studi tentang dampak lingkungan yang akan timbul setelah suatu proyek dilaksanakan, yaitu Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Dewasa ini, penelitian terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan sangat penting. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan. Hasil studi kelayakan ini nantinya akan sangat berguna untuk para perencana serta bagi pengambil keputusan. Arti lain dari analisis dampak lingkungan adalah teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan dijalankan akan mencemarkan lingkungan dan akan diberikan jalan alternatif pencegahannya jika proyek tersebut mencemarkan lingkungan. 7)
Aspek Finansial Aspek keuangan mempelajari kebutuhan dan sumber dana meliputi
bagaimana menghitung kebutuhan dana, baik dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja (Husnan dan Muhammad 2000). Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika usaha dijalankan, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan usaha, dan tingkat suku bunga yang berlaku. Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis usaha menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang diusulkan terhadap para peserta. Dalam usaha-usaha pertanian, para peserta terdiri petani, perusahaan swasta, koperasi dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan utama analisis finansial adalah menentukan insentif bagi orang-orang yang terlibat dalam usaha dengan mengidentifikasikan biaya dan manfaat dari suatu usaha dan untuk
kemudian dibandingkan diantara keduanya. Hal-hal yang menyangkut penilaian kelayakan menurut Ibrahim (2003) antara lain: a)
Perkiraan Investasi Jumlah dan jenis investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana
kegiatan usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan jenisnya maupun harga dari masing-masing investasi dan dibentuk dalam sebuah tabel. Harga dari masing-masing investasi sedapat mungkin harus sesuai dengan harga pada saat pengadaan investasi sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam perhitungan. b) Biaya Operasi dan Pemeliharaan Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Perhitungan biaya ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya yang tertinggal. Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan tetap, bunga bank, pengembalian pokok pinjaman, penyusutan, asuransi, dan biaya tetap lainnya yang harus dapat ditentukan besarnya setiap tahun selama umur ekonomis dari proyek yang direncanakan. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang diperlukan untuk membiayai proses produksi dimana besar kecilnya biaya ini tergantung pada besar kecilnya jumlah produksi. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung, biaya bahan bakar, biaya pengangkutan, sewa gedung, dll. c)
Sumber Pembiayaan Sumber pembiayaan, baik biaya investasi maupun modal kerja, harus
direncanakan secara jelas dan terperinci. Dalam hal ini harus dapat ditentukan komposisi modal secara jelas, berapa persen sumber modal yang berasal dari investor maupun saham, dan berapa persen pula yang berasal dari pinjaman luar (kredit). d) Perkiraan Pendapatan Perkiraan benefit dalam bentuk finansial direncanakan sesuai dengan rencana produksi dan rencana penjualan. Bentuk penerimaan ini dapat digolongkan atas penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang diproses.
e)
Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi yang dimaksud adalah mengadakan perhitungan
mengenai layak atau tidaknya usaha yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini terdiri dari net present value, internal rate of return, maupun net benefit cost ratio. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan disini adalah perkiraan investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, serta perkiraan pendapatan. f)
Break Even Point dan Discounted Payback Period Break even point adalah suatu tingkat produksi dimana total revenue sama
dengan total cost (TR=TC). Tingkat BEP ini dapat dilihat dari tiga bagian, antara lain segi jumlah produksi, lamanya waktu pengembalian biaya, dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Tingkat BEP dilihat dari jumlah produksi bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi yang dapat menghasilkan profit. Dalam analisis ini juga perlu dihitung jumlah produksi yang dapat menghasilkan maksimum profit (MR=MC) sebagai indikator bagi pengusaha dalam menjalankan produksi. Discounted
payback
period
adalah
suatu
jangka
waktu
untuk
mengembalikan jumlah investasi dari suatu usaha yang direncanakan dengan tidak mengabaikan konsep nilai waktu dari uang. Semakin cepat usaha tersebut dapat mengembalikan investasi, semakin baik kegiatan usaha karena jumlah investasi yang dikembalikan dapat digunakan pada usaha lain yang menghasilkan benefit baru. Demikian pula dengan cepatnya pengembalian investasi, semakin mudah dalam penggantian aset baru dengan menggunakan teknologi yang lebih baru. g) Proyeksi Laba Rugi dan Aliran Kas Proyeksi laba rugi dan aliran kas dibentuk dalam jangka waktu tertentu untuk melihat prospek keuangan dari usaha yang direncanakan. Dengan adanya proyeksi laba rugi dan aliran kas, dapat diketahui posisi keuangan di masa yang akan datang. Di samping itu, dapat digunakan sebagai pedoman atau indikator bagi pengusaha dalam menjalankan proyek. Arus kas merupakan aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Arus kas menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Arus kas juga menggambarkan berapa uang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
Uang masuk dapat nerupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari penghasilan atau pendapatan yangg diperoleh dari berhubungan langsung dengan usaha yang sedang dijalankan seperti penjualan. Di samping itu, uang masuk bisa pula berasal dari pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama. Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungan sama sekali dengan usaha utama. Uang keluar ini merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan kegiatan usaha, seperti pembayaran cicilan hutang dan bunga pinjaman, biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya-biaya lainnya. Dalam arus kas semua data pendapatan yang akan diterima dan biaya yang akan dikeluarkan baik jenis maupun jumlahnya diestimasi sedemikian rupa sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang. Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa pendapatan yang akan diperoleh dan berapa biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu periode. Kemudian jenis-jenis pendapatan dan biaya apa saja yang dikeluarkan serta berapa besar pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan setiap pos. Pada akhirnya cash flow akan terlihat pada kas akhir yang diterima perusahaan. Jadi, arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi tersebut (Kasmir dan Jakfar 2009). 3.1.5. Analisis Finansial Analisis finansial adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama umur usaha (Husnan dan Muhammad 2000). Analisis Finansial terdiri dari: A. Net Present Value (NPV) Menurut Ibrahim (2003), Net Present Value diartikan sebagai net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor. Net Present Value (NPV) atau nilai kini netto
adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu usaha feasible atau tidak. NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: a)
NPV = 0, artinya usaha tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian sebesar modal sosial opportunities cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut tidak untung maupun rugi.
b) NPV > 0, artinya suatu usaha dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. c)
NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, atau dengan kata lain usaha tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
B. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Kriteria Investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah: a)
Net B/C = 1, artinya biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapat.
b) Net B/C > 1, artinya usaha dianggap layak untuk dilaksanakan secara finansial. c)
Net B/C < 1, usaha tersebut dianggap tidak layak untuk dilaksakan secara finansial.
C. Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh usaha tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan
suatu investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. D. Payback Period (PP) dan Discounted Payback Period (DPP) Payback period (PP) atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal dapat kembali, semakin baik suatu bisnis untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 1994). Metode PP memiliki kelemahan karena tidak memperhitungkan nilai waktu uang (Nurmalina et al 2009). Oleh karena itu, penggunaan Discounted Payback Period (DPP) dapat mengatasi kelemahan pada PP. Menurut Umar (2007), nilai DPP diperoleh melalui nilai investasi dikurangi saldo nilai tunai bersih sekarang dengan tingkat diskonto yang berlaku. Teknik perhitungannya sama dengan PP namun nilai tunai bersih yang digunakan adalah nilai yang telah di diskon dengan tingkat suku bunga yang berlaku. 3.1.6. Analisis Sensitivitas Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama usaha
yaitu usaha selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan. Menurut Kadariah et al. (1999) analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil analisis usaha jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Dalam analisis senstivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Pada usaha di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang mengakibatkan usaha sensitif terhadap perubahan, yaitu: a) Perubahan harga jual b) Keterlambatan pelaksanaan usaha c) Kenaikan biaya d) Perubahan volume produksi
Permasalahan ini timbul karena banyak faktor yang tidak terkendali. Setiap kemungkinan perubahan atau kesalahan dalam dasar perhitungan sebaiknya dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana usaha dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV = 0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1. 3.1.7. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi perusahaan selama waktu tersebut. Laporan laba rugi ini menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu proyek yang dijalankan mendapat keuntungan ataukah mendapatkan kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul dalam memproduksi atau menjual barang dan jasa. Proyeksi laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenisjenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama. Dari laporan ini dapat terlihat kondisi keuangan perusahaan apakah terdapat keuntungan atau kerugian dalam suatu periode (Kasmir dan Jakfar 2009). 3.1.8. Incremental Net Benefit Usaha pada sektor agribisnis, terdapat perhatian khusus yang harus diperhatikan adalah pada usaha pertanian yang diperhitungkan seringkali adalah manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) yaitu manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit without business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau tidak bagi bisnis yang dijalankan (Nurmalina et al 2009).
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Industri brownies di Kota Bogor semakin berkembang. Hal ini didasarkan dari semakin banyaknya produsen brownies yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Peluang pasar brownies yang prospektif untuk dikembangkan menjadikan geliat usaha di bidang ini semakin tinggi. Kota Bogor yang menjadi tujuan wisata keluarga di akhir pekan maupun liburan membuka peluang bagi perkembangan industri brownies. Budaya yang mengakar di masyarakat luas saat berkunjung ke tempat wisata salah satunya ialah memberikan buah tangan bagi kerabatnya. Brownies hadir sebagai pilihan buah tangan yang praktis dan prestise nilainya di kalangan masyarakat. Faktor sosial budaya lain yang semakin memperluas peluang pasar industri brownies ialah kebutuhan masyarakat akan panganan cepat saji yang mudah untuk dikonsumsi. Elsari Brownies and Bakery merupakan salah satu UKM di Kota Bogor yang berhasil mengembangkan usahanya hingga saat ini. Elsari ialah produsen brownies pertama di Kota Bogor sejak tahun 2003. Elsari bergerak di bidang industri pengolahan brownies, pastry, dan aneka kue tradisional lainnya. Berdasarkan informasi dari pemilik Elsari Brownies and Bakery, jumlah produksi Elsari memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Walaupun pada tahun 2009 usaha ini sempat mengalami penurunan hingga hanya melakukan kegiatan produksi sebanyak 48.000 kotak brownies panggang per tahun, namun Elsari terus tumbuh hingga mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 sebesar 49.000 kotak brownies panggang per tahun dan 49.920 kotak brownies panggang di tahun 2011. Kegiatan distribusi Elsari dalam menyalurkan produknya hingga ke tangan konsumen dilakukan melalui dua saluran. Saluran pertama ialah aliran produk dari konsumen melalui mitra penjualan hingga ke tangan konsumen. Retailer yang bermitra dengan Elsari merupakan agen perorangan dan counter yang tersebar di berbagai wilayah Kota Bogor bahkan telah merambah hingga wilayah Jabodetabek, Sukabumi, dan Bandung. Saluran distribusi kedua adalah pemasaran langsung dari produsen ke tangan konsumen. Konsumen dapat melakukan pembelian langsung dengan mendatangi mini counter Elsari yang lokasinya menyatu dengan pabrik. Saluran distribusi kedua ini kurang efektif diterapkan
sehingga kurang optimal dalam memberikan penerimaan bagi perusahaan. Hal ini disebabkan akses konsumen terhadap pabrik Elsari cenderung sulit karena lokasinya yang tidak berada di tengah Kota Bogor. Lokasi mini counter tersebut terletak di wilayah perumahan Pondok Rumput. Konsumen menjadi kurang mengenal produk Elsari terutama konsumen yang berasal dari luar Kota Bogor. Kelemahan ini yang mendasari pemilik Elsari untuk mengembangkan usahanya dengan membuka gerai baru di wilayah yang lebih strategis. Gerai baru ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan Elsari karena akses menuju lokasi akan lebih mudah. Pembukaan gerai baru membutuhkan perencanaan yang matang. Kebutuhan dana untuk pengembangan usaha ini tentu tidak sedikit sehingga analisis kelayakan usaha sangat penting dilakukan baik dari aspek non finansial maupun finansial. Apabila rencana pengembangan usaha tersebut dinilai layak, maka pemilik dapat segera merealisasikannya. Namun apabila analisis tersebut dinilai tidak layak maka pemilik harus mempertimbangkan kembali rencana pembukaan gerai baru tersebut.
Peluang pasar brownies yang relatif tinggi di Kota Bogor
Perkembangan Elsari Brownies and Bakery dari tahun ke tahun
Pemasaran secara langsung yang kurang optimal karena lokasi mini counter relatif sulit diakses oleh konsumen
Rencana pengembangan usaha di tahun 2012 yaitu pembukaan gerai baru di wilayah yang lebih strategis
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Non Finansial
Analisis Finansial
Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
NPV, Incremental Net Benefit, Net B/C, IRR, DPP
Skenario I Kondisi perusahaan saat ini
Analisis Sensitivitas
Skenario II Penyewaan bangunan sebagai gerai baru Elsari yang dilengkapi counter penjualan kopi
Skenario III Pembelian bangunan sebagai pabrik sekaligus gerai baru Elsari yang dilengkapi counter penjualan kopi
Tidak Layak
Layak
Pengembangan usaha dengan skenario yang lebih menguntungkan
Tidak melakukan pengembangan usaha
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian