III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pembiayaan Syariah Secara umum istilah pembiayaan pada sistem syariah sama dengan istilah kredit pada sistem konvensional. Definisi pembiayaan itu sendiri dijelaskan pada pasal 1 ayat 25 UU No. 21 Tahun 2008, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewamenyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’, transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Pembiayaan syariah pada sektor agribisnis merupakan suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum petani melalui pemberian modal agar menjadi lebih baik dalam melakukan usaha pertaniannya. Berdasarkan hal tersebut, kriteria efisiensi dalam arti ekonomis tidak sepenuhnya dapat digunakan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini. Sehingga, penilaian dengan kriteria efektivitas dirasakan lebih tepat dibandingkan dengan kriteria efisiensi, dalam pengertian sejauh mana program pembiayaan dengan jenis seperti ini dapat menjangkau target mereka dengan cepat dan luas. Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan risiko yang dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai dengan memperhatikan (Rivai dan Veithzal, 2008), yaitu: pemberian pembiayaan kepada seorang costumer agar dapat dipertimbangkan terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C, yaitu:
24
1.
Character adalah keadaan watak/sifat dari costumer, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad/kemauan costumer untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Pemberian pembiayaan harus atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank, bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, dan sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu, memiliki rasa tanggungjawab,
baik
dalam
kehidupan
pribadi
sebagai
manusia,
kehidupannya sebagai anggota masyarakat, maupun dalam melakukan kegiatan usahanya. 2.
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon mudharib. Makin besar modal sendiri yang dimiliki, tentu semakin tinggi kesungguhan calon mudharib menjalankan usahanya (karena ikut menanggung risiko terhadap gagalnya usaha) dan bank akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Penilaian atas besarnya modal sendiri adalah penting, mengingat pembiayaan bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Dalam prakteknya, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financial, yang sebaiknya memiliki jumlah yang lebih besar dari pembiayaan yang diminta kepada bank. Bentuk dari self financial ini tidak harus berupa uang tunai, bisa saja dalam bentuk barang modal seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin. Besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca perusahaan, yaitu pada owner equity, laba yang ditahan, dan lain-lain. Untuk perorangan, dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utangutangnya.
3.
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon mudharib dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon mudharib mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya.
25
Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain: a.
Pendekatan
historis,
yaitu
menilai
past
performance,
apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. b.
Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang mengandalkan keahlian
teknologi
tinggi
atau perusahaan
yang
memerlukan profesionalitas tinggi, seperti rumah sakit dan biro konsultan. c.
Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk mengadakan perjanjian pembiayaan dengan bank.
d.
Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan costumer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.
e.
Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon mudharib mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan
baku,
peralatan-peralatan/mesin-mesin,
administrasi
dan
keuangan, industrial relation, sampai pada kemampuan merebut pasar. 4.
Collateral adalah barang yang diserahkan mudharib sebagai agunan terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban finansial mudharib kepada bank. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan. Bisa juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi, dan avails. Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: a.
Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunkan.
b.
Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.
26
5.
Conditions of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinan pada suatu saat dapat mempengaruhi kelancaran usaha calon mudharib. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai beberapa hal, antara lain: a.
Keadaan konjungtur.
b.
Peraturan-peraturan pemerintah.
c.
Situasi politik dan perekonomian dunia.
d.
Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran. Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.
Pemasaran
: Kebutuhan, daya beli masyarakat, luas pasar, perubahan mode, bentuk persaingan, peranan barang substitusi, dan lain-lain.
b.
Teknis Produksi
: Perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku, dan cara penjualan dengan sistem cash atau pembiayaan.
c.
Peraturan Pemerintah : Kemungkinan pengaruhnya terhadap produk yang dihasilkan. Misalnya, larangan peredaran jenis obat tertentu.
6.
Constraints adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya, pendirian usaha SPBU yang disekitarnya terdapat banyak bengkel-bengkel las atau pembakaran batu bata. Dari keenam prinsip di atas, yang paling perlu mendapatkan perhatian oleh
Account Officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi, maka prinsip lainnya tidak berarti, atau dengan kata lain, permohonanya harus ditolak. 3.1.2. Efektivitas Pembiayaan Syariah 3.1.2.1. Konsep Efektivitas Efektivitas adalah salah satu kunci keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap kegiatan dalam organisasi yang dilakukan secara efektif akan membawa hasil yang baik dan memuaskan. Mengingat akan
27
pentingnya efektivitas tersebut maka setiap organisasi senantiasa dituntut agar dapat mengukur tingkat efektivitas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan, hal ini dilakukan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut dapat membawa hasil yang baik serta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian efektivitas menurut Arens et al. diacu dalam Wicaksana (2007) adalah sebagai berikut: “Effectiveness is the degree to wich the organization’s objective are accomplished” Dari pengertian tersebut jelas bahwa efektivitas menunjukkan derajat keberhasilan suatu organisasi dalam usahanya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut. Pengertian efektivitas menurut Robbins dan Coulter (2002) adalah sebagai berikut: “Efficient is doing things right, effective is doing the right things,” Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa efektivitas dicapai ketika melakukan sesuatu yang tepat dimana bisa merupakan hal yang diprioritaskan oleh organisasi atau yang diperlukan oleh organisasi, sedangkan efisiensi dicapai ketika organisasi melakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, terlihat bahwa efektivitas lebih menitikberatkan pada tingkat keberhasilan organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas didasarkan atas sejauh mana tujuan suatu organisasi dapat dicapai. Jadi efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai target yang ditentukan. Dalam organisasi (LKMS) konsep efektivitas lebih tepat dengan efektivitas pembiayaan yang tepat dimana dapat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh nasabah seperti tepat waktu, tepat jumlah dimana pemenuhan pembiayaan diharapkan sesuai dengan kebutuhan, dan tepat prosedur dimana prosedur pembiayaan yang ditetapkan tidak mempersulit nasabah dan mampu memberikan risiko yang kecil bagi organisasi dengan pemberian pembiayaan.
28
3.1.2.2. Efektivitas Pembiayaan Syariah Efektivitas penyaluran pembiayaan ditentukan oleh kemampuannya menjangkau sebanyak mungkin petani yang sungguh-sungguh memerlukan modal untuk usahanya (Arsyad, 2008). Jangkauan ini dipengaruhi oleh kemudahan memperoleh kredit yang dilihat dari persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah, prosedur pengambilan dan pengembalian pembiayaan, jangka waktu pencairan dan pelunasan pembiayaan. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Penilaian keberhasilan penyaluran pembiayaan, menurut hasil wawancara dengan pihak bank dan tinjauan teoritis serta hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka kriteria efektifitas pembiayaan syariah pada sektor agribisnis menurut kriteria bank, yaitu: 1.
Target dan Realisasi (Jumlah Nasabah). Hal ini menunjukkan bahwa Bank tersebut mampu menyesuaikan keinginan nasabah dalam sistem pembiayaan.
2.
Non Performing Loan (NPL). Hal ini menunjukkan tingkat pembayaran yang tidak lancar dari pihak nasabah atau nasabah. NPL merupakan perbandingan antara jumlah pinjaman dengan frekuensi tunggakkan. Hal ini menunjukkan jumlah tunggakan yang diderita oleh pihak kreditur.
3.
Frekuensi pembiayaan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam mengambil pembiayaan.
4.
Jangkauan pembiayaan. Keragaman mata pencaharian nasabah yang menunjukan fleksibilitas prosedur pembiayaan yang dijalankan, dan
5.
Pelayanan pembiayaan, sejauh mana tingkat pelayanan yang dilakukan, mulai dari pengajuan pembiayaan sampai realisasi pembiayaan. Sedangkan, untuk melihat efektif atau tidaknya suatu penyaluran
pembiayaan dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter, antara lain persyaratan peminjaman, prosedur peminjaman, realisasi pembiayaan, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas bank, lokasi bank, jaminan/agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/nasabah, serta dapat memberikan dampak positif.
29
3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan yang diterima nasabah adalah pendapatan bersih usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan dan jangka waktu angsuran (Arsyad, 2008). Jumlah pembiayaan yang diambil sangat tergantung dari tingkat aksesibilitas nasabah yang dipengaruhi oleh dua faktor umum, yaitu faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan penjabaran sebagai berikut: 1.
Faktor ekonomi a.
Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah anggota keluarga yang harus dihidupi atau merasakan manfaat dari kredit yang bersangkutan
b.
Pendapatan usaha yaitu rasio pendapatan dari usaha yang dibiayai oleh kredit terhadap pendapatan total
c. 2.
Biaya transportasi
Faktor non-ekonomi a.
Umur yang berhubungan dengan kematangan berpikir atau kedewasaan seseorang dalam menentukan tindakan
b.
Tingkat pendidikan
c.
Pengalaman mengambil kredit bersangkutan yang berpengaruh pada pemahaman prosedur pengambilan
d.
Pengalaman usaha
e.
Jarak Lokasi
f.
Tingkat pengenalan pengurus
3.1.4. Tujuan, Fungsi dan Peran Pembiayaan Dalam praktiknya, tujuan pemberian pembiayaan adalah sebagai berikut: 1.
Mencari Keuntungan Tujuan utama pemberian pembiayaan adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk nisbah bagi hasil/margin yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang
dibebankan
kelangsungan
kepada
hidup
bank,
nasabah.
Keuntungan
disamping
itu
ini
penting
keuntungan
juga
untuk dapat
membesarkan usaha bank. Bagi bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi. Oleh karena itu, 30
sangat penting bagi bank untuk memperbesar keuntungannya mengingat biaya operasional bank juga relatif cukup besar. 2.
Membantu Usaha Nasabah Tujuan selanjutnya yaitu membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak nasabah akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.
3.
Membantu Pemerintah Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak perbankan maka semakin baik, mengingat banyak pembiayaan berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor terutama sektor riil. Pemberian suatu fasilitas pembiayaan juga memiliki suatu fungsi yang
sangat luas. Fungsi pembiayaan yang secara luas tersebut antara lain (Rivai & Veithzal, 2008): 1.
Meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang Para penabung menyimpan uangnya di lembaga keuangan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh lembaga keuangan. Para
pengusaha
menikmati
pembiayaan
dari
bank
untuk
memperluas/memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan produksi, perdagangan, untuk usaha-usaha rehabilitasi, ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. 2.
Meningkatkan utility (daya guna) suatu barang Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut menjadi meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/minyak goreng, peningkatan utility padi menjadi beras, benang menjadi tekstil, dan sebagainya. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat di atasi oleh
31
keuangan pada distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan berupa pembiayaan. 3.
Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cheque, giro bilyet, wesel, promes, dan sebagainya melalui pembiayaan. Peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
4.
Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat. Akan tetapi, peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan. Ditinjau dari sisi hukum penawaran dan permintaan terhadap segala macam dan ragamnya usaha. Permintaan akan terus bertambah bilaman masyarakat telah memulai melakukan penawaran. Timbullah kemudian efek kumulatif oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menmbulkan kegairahan yang meluas di kalangan masyarakat untuk sedemikian rupa sehingga meningkatkan produktivitas. Secara otomatis kemudian timbul pula kesan bahwa setiap usaha peningkatan produktivitas,
masyarakat
tidak
perlu
khawatir
kekurangan
karena
masalahnya dapat di atasi oleh bank dengan pembiayaannya. 5.
Sebagai alat stabilitas ekonomi Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilitasi pada dasarnya diarahkan kepada usaha-usaha antara lain: a.
Pengendalian inflasi
b.
Peningkatan ekspor
c.
Rehabilitasi sarana
d.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat
Untuk menekan arus inflasi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting. Arah pembiayaan harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat.
32
Misalnya di Indonesia sudah barang tentu diarahkan kepada sektor-sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, produksi yang menunjang sektor
pertanian,
industri
alat-alat
pertanian,
industri-industri
yang
berpengaruh bagi kehidupan masyarakat (sandang pangan), produksi barangbarang untuk ekspor dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap pembiayaan harus benar-benar diarahkan untuk menambah flow of goods serta memperlancar distribusi barang-barang tersebut agar merata ke seluruh lapisan masyarakat. Pembiayaan disalurkan secara selektif untuk menutup kemungkinan-kemungkinan usaha yang bersifat spekulatif. 6.
Jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikebangkan lagi dalam arti kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung secara terus menerus. Dengan pendapatan yang terus meningkat berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak, pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi negara. Di samping itu, dengan semakin efektifnya kegiatan swasebada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan terhemat devisa keuangan negara dan akan dapat diarahkan pada usahausaha kesejahteraan ataupun ke sektor-sektor lain yang lebih bermanfaat. Apabila
rata-rata
pengusaha,
pemilik
tanah,
pemilik
modal,
dan
buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang sehingga langsung atau tidak, melalui pembiayaan, pendapatan nasionel akan bertambah. 7.
Alat hubungan ekonomi internasional Lembaga pembiayaan tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Beberapa negara kaya minyak yang telah sedemikian maju organisasi dan sistem perbankannya telah melebarkan sayap perbankannya ke seluruh pelosok dunia. Demikian pula berbagai negara maju lainnya. Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antar negara, banyak
33
memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan pembiayaan dengan syarat-syarat yang ringan yaitu, bagi hasil/margin yang relatif lebih murah dan jangka waktu yang panjang. 3.1.5. Dampak Pembiayaan Terhadap Pendapatan Pendapatan adalah selisih dari penerimaan dan penjualan produk, yang didapat dari hasil perkalian harga dan kuantitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Pendapatan terdiri dari penerimaan total (TR) dan pengeluaran total (TC). Penerimaan total (TR) adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan penerimaan bagi seorang produsen. Jadi, pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi, penerimaan diistilahkan dengan revenue. Sedangkan pengeluaran total (TC) adalah total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya, bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang, adalah nilai input yang digunakan untuk memproduksi outputnya (Lipsey dan Chrystal, 2007). Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi, terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga
34
yang sulit diidentifikasikan dan hitungannya. Biaya Produksi meliputi unsur-unsur sebagai berikut: a.
Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
b.
Bahan-bahan pembantu atau penolong
c.
Upah tenaga kerja dari tenaga kerja pembantu hingga direktur
d.
Penyusutan peralatan produksi
e.
Uang modal, sewa
f.
Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
g.
Biaya pemasaran seperti biaya iklan
h.
Pajak Dengan adanya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah, maka akan
membantu nasabah dalam menambah modal yang diperlukan untuk melakukan kegiatan usahanya. Pembiayaan juga dapat digunakan untuk membeli input seperti bahan baku maupun teknologi (mesin atau alat-alat yang dapat membantu kegiatan usaha) yang dapat meningkatkan dan memperlancar kegiatan produksi yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap pendapatan. Selain itu, pembiayaan juga dapat meningkatkan aset perusahaan. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Sistem agribisnis yang kompleks dan integratif mengakibatkan perlu dilakukannya pengembangan sistem agribisnis yang dapat memajukan sektor pertanian secara lebih luas. Lemahnya permodalan dalam pembiayaan sektor agribisnis menjadi salah satu faktor utama yang menghambat pengembangan pada sektor ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan mengembangkan sub-sistem penunjang agribisnis melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). LKMS dianggap dapat memberikan pembiayaan dengan sistem administrasi yang lebih sederhana dan akses terhadap pembiayaan yang lebih mudah. Salah satu LKMS kategori bank adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BPRS merupakan salah satu alternatif lembaga keuangan mikro yang dapat memperkuat permodalan bagi usaha kecil dan mikro dalam sektor
35
agribisnis. Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya terbatas pada BPRS. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian ini akan mengkaji mengenai pembiayaan sistem syariah pada sektor agribisnis. Tahapan awal penelitian ini penyaluran dan pemanfaatan dana pembiayaan. Mekanisme yang ada akan dikaji berdasarkan realisasi pembiayaan kepada nasabah. Pembiayaan syariah terhadap nasabah akan dilihat melalui dua sisi. Pertama, melakukan analisis efektivitas penyaluran dan pemanfaatan pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Pengukuran ini dilakukan pada dua pihak, yaitu pihak BPRS dan pihak nasabah BPRS. Efektivitas penyaluran menurut kriteria bank akan ditunjukkan melalui persentase jumlah penyaluran pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Persentase tersebut akan menunjukkan secara kuantitatif jumlah nominal pembiayaan yang mampu dicapai. Hal tesebut dilihat dari perbedaan antara target dan realisasi pembiayaan yang ada pada BPRS Amanah Ummah. Selain itu akan dilihat pula persentase tunggakan pembiayaan (yang akan membandingkan perbedaan antara jumlah pembiayaan yang dikeluarkan dan tunggakan pembiayaan yang terjadi), frekuensi pinjaman, jangkauan pembiayaan dan pelayanan pembiayaan. Sedangkan, untuk menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan dilihat berdasarkan keragaan pembiayaan yang terjadi pada nasabah melalui persyaratan awal, prosedur pembiayaan, realisasi pembiayaan, biaya administrasi, nisbah bagi hasil/margin, serta pelayanan dan pembinaan petugas bank. Efektivitas penyaluran pembiayaan berdasarkan keragaan pembiayaan syariah pada nasabah dilakukan secara deskriptif yang dilihat dari mekanisme penyaluran yang dijalankan oleh nasabah dibandingkan dengan ketentuan yang diterapkan pada BPRS Amanah Ummah. Adapun, efektivitas pemanfaatan akan ditunjukkan secara kualitatif dengan dideskripsikan pemanfaatan pembiayaan yang terjadi di lapangan. Pembiayaan yang dialokasikan akan dilihat kesesuaian dengan akadnya. Apakah terdapat penyimpangan dalam penggunaannya. Selain itu, akan dilihat pula seberapa besar pengaruh pembiayaan syariah terhadap kinerja usaha nasabah. Hal tersebut dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penyaluran dan pemanfaatan
36
pembiayaan untuk sektor agribisnis. Untuk melihat pengaruh pembiayaan terhadap kinerja usaha dilakukan uji beda T-tes dua sampel berpasangan untuk melihat kondisi keuntungan usaha nasabah sebelum dan sesudah menerima pembiayaan. Kedua, setelah mengetahui efektivitas penyaluran dan pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis maka dicari faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Faktor-faktor yang diduga tersebut antara lain jumlah tanggungan keluarga, keuntungan usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, tahun pendidikan, komposisi modal usaha, pengetahuan mengenai akad pembiayaan dan sektor usaha nasabah sebagai variabel boneka (dummy). Variabel yang diukur tersebut didapatkan berdasarkan kajian literatur sesuai dengan 6C. Namun, dalam penelitian ini variabel yang digunakan hanya mencakup 4C. Variabel Collateral dan Constraints tidak dimasukkan dalam analisis faktor. Variabel frekuensi pembiayaan, dan pengetahuan mengenai akad pembiayaan dapat menjadi bagian dari karakter (Character) nasabah karena menunjukkan kondisi pengetahuan dan pengalaman pembiayaan tersebut dapat menjadi dasar untuk melihat karakteristik calon mitra. Jumlah tanggungan keluarga, nisbah bagi hasil/margin, dan tahun pendidikan dipilih karena memiliki hubungan dengan kapasitas (Capacity) calon mitra untuk melihat kemampuannya dalam mengangsur pembiayaan. Keuntungan usaha, dan sektor usaha dipilih karena berhubungan dengan kondisi ekonomi (Condition of Economy) usaha yang dimiliki oleh nasabah untuk menentukan apakah seorang nasabah mampu dan layak untuk mendapatkan pembiayaan syariah. Sedangkan untuk variabel komposisi modal akan menunjukkan modal (Capital) yang dimiliki oleh nasabah, seberapa besar modal yang dimiliki oleh nasabah sehingga BPRS dapat mengetahui apakah modal yang dimiliki merupakan modal sendiri atau modal orang lain (hutang). Penentuan faktor-faktor ini menggunakan alat analisis regresi berganda dengan menggunakan software Minitab 15. Setelah output regresi berganda
37
didapatkan, maka akan diinterpretasikan untuk menunjukkan faktor apa saja yang signifikan mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Dua sisi analisis ini akan menjadi bahan evaluasi pembiayaan agribisnis syariah dalam hal skema usaha. Hasil evaluasi ini akan berpengaruh besar untuk kemajuan dan masukan pengembangan sistem agribisnis.
38
Sistem Agribisnis Lemahnya Permodalan dalam Pembiayaan Sektor Agribisnis Sub-Sistem Penunjang Agribisnis : Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BPRS)
BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor
Pembiayaan Sistem Syariah Sektor Agribisnis
Mekanisme Pembiayaan Meliputi Penyaluran, dan Pemanfaatan
Pembiayaan Syariah Terhadap Nasabah
Efektivitas Penyaluran dan Pemanfaatan Pembiayaan Syariah Pada Sektor Agribisnis
Penyaluran
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah Pada Sektor Agribisnis
Pemanfaatan
n Kriteria BPRS
Keragaan pada Nasabah
Pengaruh Terhadap Kinerja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jumlah tanggungan keluarga Keuntungan usaha Frekuensi pembiayaan Nisbah bagi hasil Tahun pendidikan Komposisi modal Pengetahuan mengenai akad Sektor usaha nasabah
Mengetahui Tingkat Efektivitas Penyaluran dan Pemanfaatan Pembiayaan Syariah
Evaluasi Pembiayaan Syariah Pada Sektor Agribisnis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Keterangan: ……….. = Lingkup Penelitian 39