III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang
penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran teoritis. Pengetahuan diperoleh dari ilmu-ilmu yang telah dipelajari dari sumber-sumber bacaan seperti buku, jurnal, skripsi dn logika fari peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya.
3.1.1 Usaha Mikro, Kecil Dan Menegah (UMKM) Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi dalam hal ini terutama pada UMKM. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha yang produktif dan memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan sumber yang cukup besar bagi penerimaan Negara. Lebih dari 50 juta unit usaha yang di Indonesia dimana 99 persennya adalah UMKM. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Bab IV pasal 6 tahun 2008 terdapat beberapa kriteria mengenai usaha mikro, kecil dan menengah yang antara lain adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
paling
banyak
Rp
paling
banyak
Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). c. Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
3.1.2 Bank dan Ketentuan Umum Perkreditan Bank berasal dari bahasa Italia BANCO yang artinya Bangku. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masayarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Dendawijaya, 2005). Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur, dan pelayanan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang
menunjang
pembangunan
nasional,
dalam
rangka
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi, melalui kredit sektor usaha akan mendapatkan dana untuk membiayai usaha baik untuk kebutuhan modal maupun investasi. Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa calon debitur benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu melakukan analisis kredit yang mencakup latar belakang nasabah jenis usaha dan faktor-faktor lainnya, hal
12
ini akan berhubungan langsung dengan usaha yang akan dibiayai apakah layak atau tidak dan akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian uang nantinya. Kegiatan lembaga keuangan/ perbankan dapat dilihat pada Gambar 1.
BANK
Menghimpun
Menyalurkan
Jasa-Jasa Lainnya
Gambar 1. Kegiatan Kelembagaan Perbankan (Sumber : Kasmir, 2004)
Dalam pemberian kredit terdapat unsur-unsur yang terkandung. Menurut Suyatno, dkk (1999) menyatakan bahwa Unsur-unsur kredit perbankan terdiri atas beberapa diantaranya yaitu: 1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberian kredit (Bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh Bank, karena sebelum dana dicairkan maka sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan. 2. Jangka Waktu, yaitu setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu. 3. Resiko (Degree of Risk), yaitu faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang
13
diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. 4. Prestasi atau objek kredit, yaitu setiap pemberian kredit tidak hanya dinilai dengan menggunakan uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa, hanya saja saat ini kehidupan ekonomi lebih modern dan transaksi kredit yang berupa uang yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan. Unsurunsur kredit dapat dilihat pada Gambar 2.
Kepercayaan
Jangka Waktu
Unsur Kredit
Resiko
Prestasi /
(Degree of Risk)
objek kredit
Gambar 2. Unsur-unsur Kredit Perbankan (Sumber : Kasmir, 2004)
Dalam tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri dari falsafah yang dianut oleh suatu negara. Di negara liberal tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat (keuntungan yang sebesar-besarnya). Oleh karena itu pemberian kredit dimaksud untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya 14
boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabah dalam bentuk kredit, jika betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemuan tersebut tersimpul unsur keamanan (safety) dan juga sekaligus unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit dimana kedua unsur tersebut saling berkaitan. Keamanan atau safety yang dimaksud adalah bahwa prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan atau profitability yang diharapkan menjadi kenyataan. Keuntungan/profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima, dan karena pancasila adalah sebagai dasar dan falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan melainkan disesuaikan dengan tujuan negara kita yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat, dan kepentingan pemilik modal (pengusaha).
3.1.3 Kredit Agribisnis Kata kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan, jadi penyaluran kredit harus terdapat unsur kepercayaan baik dari sisi pemberi kredit maupun penerima kredit. Kebutuhan kredit memang dibutuhkan oleh seluruh bidang usaha termasuk sektor agribisnis, pada dasarnya agribisnis berasal dari bahasa Inggris yang merupakan penggabungan kata agri dan business. Agri artinya pertanian, dalam arti luas sebagai proses mata rantai untuk kebutuhan manusia secara berkelanjutan dan Business artinya usaha komersial atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi agribisnis adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tumbuhan dan hewan (komoditas pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan) yang berorientasi pasar (bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan pengusaha sendiri) tetapi juga untuk perolehan nilai tambah.
15
3.1.4 Realisasi Kredit dengan Prinsip 5C Realisasi kredit dinyatakan dalam jumlah rupiah. Terdapat banyak faktor yang menentukan realisasi kredit. Dalam realisasi kredit dapat saja melebihi nilai dari pengajuan kredit sebelumnya, jika dimungkinkan nasabah tersebut mampu untuk melakukan pembayaran maupun pelunasan kredit. Hal ini tentunya disesuaikan dengan kapasitas dari calon nasabah tersebut. Pihak perbankan dalam melaksanakan kegiatan perealisasian kredit terlebih dahulu melakukan penilaian dan analisa terhadap calon nasabah. Menurut Kasmir (2003), penilaian dalam pemberian kredit kepada calon nasabah dilakukan dengan penerapan prinsip 5C atau Five Cs of Credits, yakni : a) Character (Watak/ kepribadian) Merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon nasabah dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti, cara hidup, gaya hidup yang dianutnya, keadaan sosial, jiwa, watak yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kemauan membayar dari nasabah. Manfaat penilaian karakter adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta itikad baik untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang nasabah. b) Capacity (Kemampuan membayar) Analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability. c) Capital (Modal) Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis kapital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang sekarang ada saat ini, termasuk persentase modal yang digunakan
16
untuk membiyayai proyek yang akan dijalankan , beberapa modal sendiri dan ada yang pinjaman. d) Collateral (Jaminan atau Anggunan) Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah naik yang bersifat fisik maupun non fisik. Manfaat dari Collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit gagal atau mengalami kemacetan selama masih terikat perjanjian dengan pihak bank. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Oleh karena itu penilaian terhadap jaminan perlu memenuhi syaratsyarat yang digunakan sesuai dengan prosedur yang berlaku di bank. e) Condition of Ecconomy/ Kondisi Ekonomi. Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemunginan kredit tersebut bermasalah kecil. Hal ini mempunyai kemungkinan dapat mempengaruhi kelancaran suatu usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit baik yang bersifat positif maupun negatif. Kondisi ekonomi antara lain yaitu misalnya peraturan dari pemerintah yang berlaku berhubungan dengan skala usaha yang berjalan, dan tingkat suku bunga yang berlaku. Selain penilaian 5C diatas, menurut Kasmir (2002) banyak aspek yang harus diperhatikan dalam rangka merealisasikan pengajuan kredit, beberapa prioritas dalam menentukan penilaian suatu kredit dapat dilakukan dengan analisis 7P dengan unsur penilaian sebagai berikut: a) Personality Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun kepribadiaannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan dalam menyelesaikannya.
17
b) Party Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. c) Perpose Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain. d) Prospect Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini peting mengingat jika suatu fasilitas kredit tanpa mempunyai prospek, bukan hanya pemberi kredit yang rugi akan tetapi juga nasabah. e) Payment Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembilian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka maka semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya mengalami kerugian maka akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya. f) Profitability Untuk menganalisis bagaimana mengukur kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. g) Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benarbenar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
18
Kredit merupakan bisnis yang beresiko, dimana ada kemungkinan kredit yang diberikan tidak tertagih oleh karena itu bank harus dapat mengendalikan resiko kredit yang diberikannya oleh karena itu wajib adanya proses seleksi untuk menyaring proposal yang masuk dengan dianalisis dan adanya anggunan sebagai jaminan , hal ini berguna sebagai alat apabila usaha yang sedang dijalani oleh nasabah gagal atau tidak dapat melunasi pinjamannya. Dalam merealisasikan suatu kredit di lembaga keuangan seperti bank perlu diperhatikan faktor atau variabel yang dijadikan suatu acuan dalam merealisasikan kredit. Pada penyaluran kredit perbankan memang tidak terlepas dari unsur 5C. Bank Danamon Divisi Self Employee Mass Market (SEMM) yaitu Danamon Simpan Pinjam yang diperuntukan khusus untuk usaha mikro, kecil, dan menengah
dalam
menilai
perealisasian
kredit
memiliki
acuan
dalam
merealisasikan pengajuan kredit (Basic Training For Credit Officer) yang antara lain yaitu : 1. Umur Nasabah (pengajuan baru dan penambahan fasilitas) minimum 18 tahun atau 21 tahun bila sudah menikah, maximum 65 tahun pada saat akhir jangka waktu kredit. Hal tersebut menjadi pertimbangan bank karena akan mempengaruhi kemampuan berfikir nasabah dalam memanfaatkan kredit yang diberikan sehingga akan berpengaruh terhadap pengembalian pinjaman. Oleh karena itu umur nasabah diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. 2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dapat menjadi acuan karena dengan pendidikan yang semakin tinggi nasabah akan berfikir lebih realistis dan beresiko tinggi dengan jumlah pinjaman yang cukup besar besar. Dengan pendidikan yang rendah biasanya nasabah lebih takut untuk menjalin kerjasama dengan bank. Untuk itu tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman serta bunganya.
19
3. Jumlah tanggungan Keluarga Semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari sehingga mengurangi pendapatan keluarga, semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin kecil peluang direalisasikan kreditnya mengingat pengeluarannya semakin besar, dalam hal ini diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi kredit. 4. Pengalaman Kredit Pengalaman kredit diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Yaitu dengan semakin sering orang meminjam maka orang yang bersangkutan lebih memahami pola kredit yang diajukan dan bagaimana cara memanfaatkannya, dalam hal ini DSP unit Citeureup melihat pengalaman kredit dengan melalui proses BI Cheking. Pengalaman kredit ini diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit karena dengan melalui BI (Bank Indonesia) cheking ini dapat melihat pengalaman kredit atau sejarah perkreditan yang telah dilakukan. 5. Lama Usaha Lama usaha minimal dua tahun dan berpengalaman di bidangnya. Hal ini untuk melihat trade record suatu usaha dalam menjalankan suatu usahanya, dengan melihat usaha yang telah berjalan minimal dua tahun maka sebuah bank dapat menilai pertumbuhan dan perkembangan suatu usaha. Apabila calon nasabah menempati suatu lokasi kurang dari dua tahun, maka harus membuat surat keterangan dari tempat usaha yang lama dan menerangkan bahwa calon nasabah sudah memiliki pengalaman usaha/domisili usaha di bidang usaha yang sejenis selama minimum dua tahun. Harus memiliki surat keterangan usaha dari kelurahan setempat. Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit, karena dengan lamanya suatu usaha berjalan maka dapat dikatakan usaha tersebut dapat menjamin keberlangsungan usahanya dan dikatakan layak untuk dibiayai atau dikembangkan.
20
6. Jenis usaha Jenis usaha yang dibiayai oleh Danamon Simpan Pinjam unit Citeureup dalam sektor agribisnis yaitu pedagang sayuran, pedagang bumbu, pedagang daging, pedagang ikan, dan pedagang buah-buahan. Usaha di dalam sektor agribisnis diduga memiliki resiko yang lebih besar karena perputaran uang setiap harinya dan dinilai sebagai usaha yang memiliki prospek yang bagus untuk dibiayai dan dikembangkan karena dapat memberikan keuntungan baik bagi pihak bank maupun nasabahnya. 7. Pendapatan Usaha Pendapatan ini termasuk penting karena dengan ini pihak bank dapat melihat berapa pengeluaran rumah tangga dan usaha calon debitur, dan menentukan berapa besar jumlah kredit yang akan diberikan serta akan mempengaruhi waktu pengembalian agar melihat kemampuan nasabah dalam melakukan pembayaran, dalam hal ini pendapatan usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. 8. Jaminan Anggunan merupakan jaminan yang disertakan ketika melakukan pinjaman di Bank Danamon Simpan Pinjam unit Citeureup. Nilai anggunan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit, Semakin tinggi nilai anggunan maka rasa memiliki nasabah terhadap anggunan tersebut semakin besar sehingga akan timbul rasa waspada dan membayar angsuran pinjaman tepat pada waktunya. Anggunan dapat berpindah kepemilikan kepada pihak bank apabila jika dalam pengembalian kredit macet atau tidak mampu membayar pinjaman.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Bank Danamon Simpan Pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan
yang berfokus pada penyediaan kredit bagi usaha kecil dan menengah. Hal ini dibuktikan dengan jaringan kelembagaan yang kuat dengan keberadaan unit-unit Bank Danamon Simpan Pinjam (DSP) hampir di setiap pasar-pasar tradisional wilayah Indonesia. Penyaluran kredit oleh Bank Danamon Simpan Pinjam unit Citeureup diharapkan mampu membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan
21
modal baik untuk kelancaran usaha maupun untuk investasi usahanya. Secara umum bantuan kredit yang dimanfaatkan dengan benar dapat meningkatkan kemakmuran di masyarakat. Visi Danamon adalah Kita peduli dan membantu jutaan orang untuk mencapai kesejahteraan, Misi Danamon adalah Danamon bertekad untuk menjadi lembaga keuangan terkemuka di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan dan organisasi yang terpusat pada nasabah yang melayani semua segmen berdasarkan keunggulan dan pelayanan. Berdasrkan visi dan misi dapat dilihat salah satu strategi bisnis unit adalah dengan dikeluarkannya program pemberian pinjaman atau kredit. Saat ini Bank Danamon Simpan Pinjam dapat memberikan pinjaman dengan plafond minimal lima juta rupiah sampai dengan lima ratus juta rupiah. Dengan adanya Danamon Simpan Pinjam (DSP) berharap dapat membantu dan memajukan usaha mikro, kecil dan menengah. Dalam pemenuhan target yang ditentukan oleh kantor pusat DSP yaitu 1 Milyar perbulan yang saat ini belum tercapai dan untuk untuk melakukan peningkatan jumlah pinjaman dengan meningkatkan realisasi kredit yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penilaian realisasi kredit di Danamon Simpan Pinjam (DSP) disesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang mengacu pada prinsip 5C. Kerangka Pemikiran DSP dapat dilihat pada Gambar 3.
22
Bank Danamon Simpan Pinjam (DSP) Unit Citeureup
Peningkatan Realisasi Kredit Nasabah
Permasalahan 1. Bagaimana mekanisme penyaluran kredit di DSP unit Citeureup 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi realisasi kredit khususnya pada sektor agribisnis
Mekanisme Penyaluran Kredit di DSP unit Citeureup : • Permohonan Kredit • Pengisian FAP dan Kelengkapan Dokumen • Internal Ceking BI • Survey Lokasi usaha dan tempat tinggal • Penilaian Analisa Kredit dengan system CADS untuk Keputusan nilai plafon kredit • Perjanjian Kredit • Pencairan Kredit • Pembinaan dan pengawasan nasabah • Pelunasan
Variabel yang Mempengaruhi Realisasi Kredit : Karakreristik Individu • Umur Nasabah • Tingkat Pendidikan • Jumlah Tanggungan Keluarga • Pengalaman Kredit Karakteristik Usaha • Lama Usaha • Jenis Usaha • Pendapatan Usaha Karakteristik Kredit • Jaminan/ anggunan
Analisis Regresi Linier Berganda
Rekomendasi Realisasi Kredit
Gambar 3. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional
23