III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 .
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi perilaku dan hasil. Teori tersebut bertujuan untuk membangun hubungan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), minat (intention) dan perilaku (behavior), teori tersebut dinamakan Teori Tindakan Beralasan atau theory of reasoned action (2006). Teori tersebut merupakan perluasan model yang berfokus pada penentuan perilaku yang diharapkan. Teori Tindakan Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti serta beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal: Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subyektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama normanorma subyektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Berdasarkan teori tindakan beralasan, perilaku seseorang ditentukan oleh behavioral intention (BI) untuk melakukan suatu perilaku, behavioral intention adalah tingkat minat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Behavioral intention secara bersama-sama ditentukan oleh sikap (attitude) dan subjective norm (SN). Sikap diartikan sebagai perasaan positif atau negatif seseorang ketika melakukan perilaku tertentu. Subjective norm mengarah pada persepsi seseorang bahwa kebanyakan orang yang penting baginya berpikir bahwa ia harus atau tidak harus melakukan perilaku tertentu. Sikap ditentukan oleh keyakinan (beliefs) yang paling menonjol tentang konsekuensi dari melakukan perilaku yang dihasilkan dari evaluasi. Sedangkan SN ditentukan sebagai hasil dari normative beliefs dan motivasinya untuk mengikuti harapan (motivation to comply). Behavioral intention merupakan niat (intensi) untuk melakukan suatu perilaku. Niat (intensi) adalah kemungkinan yang dianggap oleh individu akan dapat dicapai bila melakukan satu perilaku tertentu. Behavioral intention akan menghasilkan actual behavior atau perilaku sehari-hari. Teori ini menegasakan,
18
sikap dan norma subyektif akan menentukan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
Attitude Toward
Beliefs
Behavior (A) Behavioral
Evaluation
---------
intention (BI)
Actual Behavior
Normative beliefs Subjective Norm Motivation to comply
(SN)
Gambar 2. Theory of Reasoned Action (TRA) Sumber : Davis et. al. 1989:984
Dalam bentuknya yang paling sederhana, teori tindakan beralasan dapat dinyatakan sebagai berikut dalam fungsi matematika:
dimana BI adalah perilaku atau tindakan, AB adalah sikap seseorang, W sebagai bobot yang diperoleh secara empiris, SN adalah norma subyektif seseorang berkaitan dengan kepercayaan atau persepsi yang mereka miliki. Fungsi matematika ini dikemukakan oleh Hale (2003). 3.1.2. Sikap (Attitude) Menurut Leon G. Schiffman dan Lazar L. Kanuk : “ Attitude is a learned predisposition to respond in a consistency favorable or unfavorable manner with respect to a given object” (Schiffman, 2004, p.200) artinya: sikap merupakan kecenderungan yang diperoleh dari hasil belajar dengan jalan menyenangi atau tidak menyenangi secara konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan. Sikap terdiri dari dua indikator utama yaitu value of expectation outcome yakni nilai yang dimiliki oleh seseorang individu yang mendorongnya untuk memiliki sikap tertentu atas suatu perilaku serta expectation outcome atau harapan yang akan terjadi jika satu individu memiliki sikap untuk berperilaku tertentu.
19
Sikap dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki dan dikumpulkan seseorang sepanjang hidupnya. Pembentukan nilai dapat melalui pengalaman langsung, informasi, pengaruh dari orang lain, maupun dari pribadi atau individu sendiri yang memaknai pengalaman orang lain. Sedangkan menurut David O. Sears, sikap didefinisikan sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perpetual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu (Sears, 1999, p. 137). Sikap ini dilakukan individu berdasarkan pandangannya terhadap suatu obyek melalui proses belajar baik dari pengalaman ataupun dari yang lainnya. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalamanya sendiri dengan obyek-obyek sikapnya, tetapi dapat juga diperoleh melalui orang-orang di sekitarnya atau lingkungan sosialnya termasuk kultur budaya setempat. Ciri-ciri
sikap
menurut
Walgita
1995,
p.
58
dalam
www.digilib.petra.ac.id : a. sikap bukan dibawa orang sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang hidup b. sikap dapat berubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang c. sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu obyek. Sikap dibentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas d. obyek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga berkenaan dengan satu obyek saja, dengan sederetan obyek-obyek serupa e. sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat ini membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang Dale (2003) menyatakan bahwa sikap dibentuk dari kombinasi pengalaman, kondisi sosial dan kepribadian. Sikap ditunjukan dalam bentuk perilaku, kebanyakan metode pelatihan dengan mengubah sikap akan mengubah keyakinan seseorang akan sesuatu dan akhirnya merubah perilaku seseorang.
20
3.1.3. Norma Subyektif (Subjective Norm) Norma subyektif terdiri dari dua indikator utama yaitu nilai normatif (normative belief) dan motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain (motivation to comply). Norma subyektif merupakan penilaian yang dimiliki oleh orang lain atas tindakan tertentu. Norma subyektif merupakan persepsi bagaimana keluarga dan teman kita akan menerima hasil dari perilaku serta tingkatan yang mempengaruhi apakah suatu perilaku merupakan hasil dari bujukan (motivasi untuk memenuhi keinginan orang lain). Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap
obyek
tertentu.
Persepsi
merupakan
aktivitas
mengindera,
mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Persepsi merupakan suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan,
penilaian,
pendapat,
merasakan dan menginterpretasikan sesuatu
berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Persepsi seseorang akan mempengaruhi proses belajar (minat) dan mendorong untuk melaksanakan sesuatu (motivasi) belajar. Oleh karena itu menurut Walgito (1981, dalam www.infoskripsi.com) , persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan. Persepsi seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwa-peristiwa menurut Muhyadi (1989, dalam www.infoskripsi.com) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi
21
baik tempat, waktu, suasana (sedih, gembira dan lain-lain). 3.1.4. Perilaku Wirausaha Perilaku merupakan hasil dari pengolahan dan perpaduan antara sikap dan norma subyektif serta minat ke tindakan nyata. Fishbein menyatakan bahwa teori ini terbatas pada tingkat kesesuaian (correspondence) karena teori ini bertujuan untuk memprediksi perilaku, sikap dan tujuan yang sesuai dengan pola tindakan, target, konteks dan waktu. Sehingga, teori ini hanya dapat diaplikasikan pada jenis perilaku yang memerlukan pemikiran sebelum melakukan tindakan. Pengambilan keputusan yang irasional, kebiasaan atau perilaku lain yang dilakukan secara tidak sadar tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tindakan beralasan. Perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan, atau dengan kata lain pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh manfaat tertentu. Satuan perilaku yang utama adalah aktivitas. Nyatanya, semua perilaku merupakan suatu rangkaian aktivitas. Perilaku (behavior) dalam psikologi dipandang sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun kompleks, Azwar (1998). Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmojo 2003). Perilaku merupakan suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Perilaku dapat dibedakan ke dalam tiga yaitu (1) pengetahuan atau kognitif, (2) sikap (afektif), dan (3) keterampilan atau tindakan (psikomotorik). Alma (2000) mengemukakan tiga tipe wirausaha: 1. Wirausaha yang memiliki inisiatif 2. Wirausaha yang mengorganisir mekanis sosial ekonomi untuk menghasilkan sesuatu 3. Wirausaha yang menerima risiko atau kegagalan Perilaku wirausaha adalah segala kegiatan atau aktivitas manusia dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
22
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Keberhasilan seorang wirausaha tidak semata-mata hanya bergantung dengan skala usaha, jumlah modal yang dimilikinya, dan jumlah uang yang dihasilkan dari bisnisnya tetapi keberhasilan seorang wirausaha sangat tergantung pada dirinya sendiri dan orang-orang yang ada disekitarnya. Faktor internal seorang wirausaha yang dapat mempengaruhi keberhasilan yang paling utama adalah sikap. Faktor sikap memiliki peranan yang penting karena akan menentukan tindakan atau perilaku apa yang akan dilakukan oleh seseorang tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sikap ditentukan oleh keyakinan (beliefs) seseorang terhadap sesuatu ketika melakukan suatu perilaku dan ditentukan juga oleh kemauan seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang telah diyakininya. Faktor eksternal datang dari orang-orang disekitar yang dianggap penting dan berpengaruh dalam perilaku seorang wirausaha. Pengaruh orang-orang sekitar terlihat dengan adanya norma subyektif. Norma subyektif ditentukan dari keyakinan orang-orang yang dianggap penting dan berpengaruh dalam perilaku seorang wirausaha dan motivasi dari seorang wirausaha untuk mengikuti apa yang disarankan oleh orang-orang yang penting bagi dirinya. Dengan menggunakan teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein (2006), hubungan antara sikap, norma subyektif, minat dan perilaku dapat dibangun. Sehingga perilaku seorang wirausaha dapat diteliti dan dijelaskan dengan baik menggunakan teori ini. Penelitian ini menganalisis karakteristik individu, karakteristik usaha dari wirausaha UMKM agribisnis di Kecamatan Ciampea, sikap, norma subyektif dan intensi menjadi wirausaha sukses dengan analisis statistika deskriptif. Setelah itu pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses dianalisis dengan analisis regresi berganda. Karakteristik individu yang akan diteliti meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, lama menjalankan usaha, pendapatan per bulan. Karakteristik usaha yang akan diteliti meliputi bahan baku, keunggulan produk, jumlah tenaga kerja, produksi per bulan, besar investasi, penjualan tahunan, laba pertahun, dan sumber permodalan. Sedangkan untuk kuesioner teori tindakan beralasan, variabel bebas meliputi sikap dan norma subyektif, sikap
23
terdiri dari nilai dalam diri individu yang mengharapkan sesuatu hasil, dan hasil yang diharapkan. Norma subyektif terdiri dari norma yang diyakini dan motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain. Variabel terikat meliputi intensi menjadi wirausaha sukses. Hasil dari penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses di Kecamatan Ciampea, Bogor sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan kewirausahaan terutama di UMKM Kabupaten Bogor. Kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat terlihat pada Gambar 3.
Sikap :
Norma Subyektif :
- Nilai dari individu yang
- Norma yang diyakini
mengharapkan suatu hasil
- Motivasi mengikuti saran dari
- Hasil yang diharapkan
orang lain
Intensi Menjadi Wirausaha Sukses
Keterangan : = Batasan penelitian Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
24