III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Teori Berikut ini akan diuraikan kerangka teori yang digunakan sehubungan
dengan pengembangan model keterkaitan wilayah. Kerangka teori diawali dengan teori pertumbuhan, model arus wilayah, perpindahan penduduk dan tenaga kerja, mobilitas modal, dan neraca perdagangan dalam konteks wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang merupakan unsur penting dan menjadi tujuan utama dari pembangunan ekonomi. Teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi, secara umum dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu (1) faktor-faktor penentu dan sisi penawaran (supply side) dan (2) faktor-faktor penentu dari sisi permintaan (demand side). Sisi penawaran, faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi mencakup: jumlah penduduk (sumber daya manusia), stok kapital, sumberdaya alam, dan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditentukan atau dipengaruhi antara lain oleh pengeluaran pemerintah (government expenditure), investasi swasta (private investment) dan jumlah uang beredar (money supply). Berikut ini akan dibahas beberapa teori pertumbuhan ekonomi.
3.1.1. Model Harrod-Domar Teori Harrod-Domar (H-D) pada dasarnya berusaha untuk memadukan pandangan kaum Klasik yang dinilai terlalu menekankan sisi penawaran dan pandangan Keynes yang lebih menekankan pada sisi permintaan (demand side). Dalam kaitan ini, Harrod-Domar mengatakan bahwa investasi memainkan peran
29
ganda (dual role) yaitu di satu sisi, investasi akan meningkatkan kemampuan produktif (productive capacity) dari perekonomian (Klasik) dan di sisi lain, investasi akan menciptakan atau meningkatkan permintaan (demand creating) di dalam perekonomian (Keynes). Dalam teori H-D, investasi merupakan faktor penentu yang sangat penting dan pertumbuhan ekonomi. Bahkan mereka mengatakan bahwa “tabungan dan investasi merupakan kekuatan sentral dibalik pertumbuhan ekonomi” (saving and investment is central forces behind economic growth). Secara sederhana, kaitan pertumbuhan ekonomi, tabungan dan investasi dalam versi model H-D dapat dinyatakan sebagai berikut: Misalkan tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau, s, dari pendapatan nasional (Y). Oleh karena itu, kita pun dapat menuliskan hubungan tersebut dalam bentuk persamaan yang sederhana : S = sY
………………………………………………………
(1)
Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakili oleh ΔK, sehingga dapat dituliskan persamaan sederhana yang kedua sebagai berikut : I = ΔK
…………………………………………………………..
(2)
Akan tetapi, karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio modal-output, k, maka: K/Y = k atau
ΔK/ΔY = k
Akhirnya ΔK = kΔY
…………………………………………………….
(3)
30
Yang terakhir, mengingat jumlah keseluruhan dari tabungan nasional (S) harus sama dengan keseluruhan investasi (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut : S=I
…………………………………………………………..
(4)
Dari persamaan (3.1) telah diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (3.2) dan (3.3), juga telah diketahui bahwa: I = ΔK = kΔY. Dengan demikian, ‘identitas’ tabungan yang merupakan persamaan modal dalam persamaan 4 adalah sebagai berikut : S = sY = kΔY = ΔK = I
………………………………………….
(5)
……………………………………………………….
(6)
Atau bisa diringkas menjadi sY = kΔY
Selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan (3.6) dibagi mula-mula dengan Y dan kemudian dengan k, maka akan didapat :
ΔY/Y = s/k
................................................................................
(7)
Dimana : (ΔY/Y) = pertumbuhan ekonomi s
= tingkat tabungan nasional
k
= ICOR (incremental capital output rasio, ΔK/ΔY atau I/ΔY)
Y
= Output nasional atan GNP, K = stok kapital, I=investasi Persamaan tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (ΔY/Y)
ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s), dan rasio modal output nasional (k). Dengan kata lain, makna secara ekonomi dapat diartikan bahwa agar suatu perekonomian dapat bertumbuh, maka perekonomian yang bersangkutan haruslah menabung dan menginvestasikan sebesar proporsi tertentu dari GNP-nya. Dalam arti bahwa semakin besar suatu perekonomian menabung
31
dan menginvestasikan GNP-nya, maka semakin pesat pertumbuhan ekonominya (Todaro, 2000; Perkins, et. al, 2001).
3.1.2. Model Pertumbuhan Solow Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (traditional neoclassical growth theory), pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perekonomian tertutup (closed economy), yakni tidak menjalin hubungan dengan pihak-pihak luar, yang tingkat tabungannya rendah (dalam kondisi ceteris paribus) dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan per kapita (semua perekonomian tertutup akan sama-sama mengalami penurunan pendapatan per kapita). Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengadakan hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya dengan negara atau pihak-pihak luar, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan per kapita, karena arus permodalan akan mengalir deras dan negaranegara kaya ke negara-negara miskin di mana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga menjanjikan imbalan atau tingkat keuntungan investasi (returns on investments) yang lebih tinggi. Model pertumbuhan neoklasik Solow, merupakan model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal, meskipun dalam hal tertentu model Solow
32
menggambarkan perekonomian negara maju secara lebih baik daripada kemampuannya dalam menjelaskan perekonomian negara berkembang, namun tetap menjadi titik acuan dasar dalam kepustakaan mengenai pertumbuhan dan pembangunan. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Modifikasi penting dari model pertumbuhan Harrod-Domar adalah bahwa model Solow membolehkan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Dalam proses produksi, dengan mengasumsikan bahwa terdapat tambahan hasil yang semakin berkurang dalam penggunaan input-input ini. Fungsi produksi agregat, Y = F(K, L)
....................................................................................
(8)
dengan mengasumsikan skala hasil yang konstan (constant returns to scale). Sebagai contoh, dalam kasus khusus yang dikenal sebagai fungsi produksi CobbDouglas, pada waktu t kita mendapatkan: Y(t) = K(t)α [A(t)L(t)]1-α
.............................................................
(9)
Dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah modal (yang dapat mencakup modal manusia maupun modal fisik), L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang tumbuh selamanya pada tingkat eksogen. Karena adanya skala hasil yang konstan, mak jika semua input dinaikkan dengan jumlah proporsi yang sama, maka output akan naik dengan jumlah proporsi yang sama, yang dinotasikan, dengan: γY = F ( γK, γL)
...........................................................................
(10)
33
Dimana γ > 0. Karena γ dapat berupa angka riil positif berapa pun, secara matematis yang bermanfaat untuk menganalisis implikasi model tersebut adalah dengan menetapkan nilai γ = 1/ L, sehingga: Y/L = F(K/L, 1) y = f(k)
...........................................................................................
(11)
Dengan penyederhanaan ini mak kita hanya berurusan dengan satu variabel dalam fungsi produksi. Misalnya, dalam kasus fungsi Cobb-Douglas kita dapat menuliskan kembali persamaan dengan cara: Y = Akα
........................................................................................
(12)
Hal ini mencerminkan alternatif mengenai fungsi produksi, dimana segala sesuatu dihitung dalam kuantitas per tenaga kerja. Persamaan di atas menyatakan bahwa output per pekerja adalah fungsi dari jumlah modal per tenaga kerja. Semakin banyak jumlah modal yang harus ditangani masing-masing pekerja, maka semakin banyak pula output yang dapat dihasilkan per pekerja (Romer, 1996).
3.1.3. Model Aliran Wilayah Asumsi tradisional yang digunakan oleh ahli ekonomi regional bahwa sumberdaya dengan bebas masuk diantara daerah atau wilayah dalam suatu negara. Berbeda dengan model teori perdagangan internasional dimana faktor produksi dianggap tidak dapat berpindah sedangkan komoditi dapat berpindah. Banyak studi dimana negara ditempatkan sebagai wilayah dalam ekonomi global yang lebih luas, sehingga, secara teoritis perbedaan antara ekonomi regional dan internasional menjadi kabur bagi ahli ekonomi internasional dalam memberikan apresiasi untuk kekuatan dan asumsi model ekonomi regional. Pada prakteknya,
34
perbedaan antara ekonomi regional dan internasional menjadi tidak jelas karena sumberdaya dan komoditi/barang secara relatif bebas berpindah. Masyarakat Ekonomi Eropa merupakan contoh yang menonjol sebagai wilayah dimana hubungan ekonomi antara negara-negara terjadi karena keterkaitan antara wilayah sebagai suatu negara. Asumsi yang digunakan untuk membangun model regional flows yaitu pertama, sumberdaya tidak dapat berpindah dari suatu daerah ke daerah lain dan kedua mobilitas sumberdaya sempurna.
3.1.3.1. Keunggulan Komparatif Teori
keunggulan
komparatif
menunjukkan
bahwa
negara
akan
memperoleh keuntungan dari perdagangan. Prinsip dari keunggulan komparatif yaitu jika sumberdaya tidak berpindah diantara area, maka akan ada spesialisasi dalam komoditi yang diproduksi secara efisien. Efisiensi relatif ditentukan oleh biaya opportunity, jumlah unit barang atau jasa yang harus diproduksi. Jika suatu negara menghasilkan barang yang memiliki keunggulan komparatif dan melakukan perdagangan dengan negara lain, maka spesialisasi dan perdagangan akan menguntungkan kepada kedua negara. Salah satu implikasi terpenting dari teori keunggulan komparatif adalah perdagangan masih memberikan keuntungan sekalipun jika suatu negara dapat menghasilkan lebih murah dibandingkan dengan negara lainnya (Blair, 1991). Tabel 4 menunjukkan bagaimana spesialisasi produk dalam keunggulan komparatif terhadap produk lainnya akan meningkatkan pendapatan. Contoh data tersebut diaplikasikan dimana sumberdaya tidak berpindah antara daerah. Semua biaya diukur dalam jumlah jam kerja, biaya transportasi nol, dan biaya oportunitas tidak berubah terhadap perubahan output.
35
Tabel 4. Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Proses Produksi Biaya Absolut ( jumlah jam kerja diperlukan per unit) Tiap unit dari Wilayah I Makanan 1 Produk manufaktur 2 Biaya oportunitas Biaya untuk setiap unit makanan terhadap ½ setiap unit produk manufaktur Biaya produk manufaktur terhadap makanan 2 Sumber: Blair, 1991.
Bagian wilayah lain 3 4 ¾ 4/3
Tabel 4 menunjukkan jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan makanan dan produk manafaktur di suatu wilayah dan bagian dunia lain. Asumsikan, dunia lain yang lebih luas merupakan wilayah homogen dimana rasio harga dunia tidak mempengaruhi output suatu wilayah kecil. Wilayah menghasilkan produk makanan dan manufaktur dengan biaya tenaga kerja rendah dibandingkan dengan dunia lain. Biaya oportunitas untuk setiap unit makanan di wilayah I adalah ½ dari produk manufaktur. Artinya, untuk menghasilkan setiap makanan domestik, wilayah I menghasilkan ½ produk manufaktur. Setiap unit biaya makanan ¾ unit produk manufaktur di bagian dunia lain. Karena itu, wilayah I mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi makanan. Untuk menentukan keuntungan spesialisasi dan perdagangan, bandingkan konsumsi dan produksi pada wilayah I sebelum dan sesudah perdagangan. Jika perdagangan tidak ada, maka upah riil untuk setiap jam kerja pada wilayah I adalah 1 unit makanan atau ½ unit produk manufaktur. Sedangkan upah riil di bagian dunia lain yaitu 1/3 unit makanan atau ¼ unit produk manufaktur. Misalkan wilayah I memiliki 6 juta jam kerja yang dapat digunakan. Kurva kemungkinan produksi ditunjukkan pada Gambar 1.
36
Food (Millions of units)
6
Consumption possibilities with trade d
4
a
c Production Possibilities
2
1
1.5
2
3
4
4.5
Manufacture (Milllion of units)
Gambar 1. Kurva Kemungkinan Produksi dan Konsumsi Sumber: (Blair, 1991) Tanpa ada perdagangan, titik yang sesuai untuk produksi (konsumsi) tergantung pada pilihan dari setiap individu di wilayah I. Misalnya, individu di wilayah I memilih untuk menghasilkan 4 juta unit makanan dan 1 juta unit produk manufaktur yang ditunjukkan pada titik a, dan tingkat produksi ditunjukkan oleh kemungkinan konsumsi. Jika dilakukan perdagangan diantara negara dimana biaya transportasi dan transaksi tidak berpengaruh. Harga relatif di wilayah I akan sama dengan harga relatif di bagian dunia lain. Pedagang akan membeli produk yang lebih murah dan menjual kembali jika harga produk meningkat. Barang manufaktur di wilayah I lebih mahal dibandingkan dengan makanan, maka pedagang akan membawa produk manafaktur ke wilayah I dan membawa makanan ke bagian dunia lain. Keuntungan dari perdagangan dapat meningkat terhadap penduduk yang tinggal di wilayah I dan patner dagangnya. Sebelum perdagangan, kurva kemungkinan produksi sama dengan kurva
37
kemungkinan konsumsi. Jika wilayah I melakukan perdagangan dengan bagian dunia lain, kurva kemungkinan konsumsi di wilayah I akan melebihi kemungkinan produksi dan kemungkinan konsumsi. Untuk membuktikan kondisi ini, misalkan wilayah menggunakan semua sumberdaya untuk menghasilkan 6 juta unit makanan dan menukarkan 2 juta unit makanan untuk barang-barang manufaktur. Jumlah produk manufaktur yang dapat dibeli dengan makanan tergantung pada hubungan perdagangan. Jika diasumsikan output yang dihasilkan oleh wilayah kecil tidak berpengaruh terhadap harga dunia, maka hubungan
perdagangan ditentukan oleh rasio harga dunia. Dengan
demikian, wilayah akan menerima 1.5 juta unit produk manufaktur yang dipertukarkan dengan 2 juta unit makanan, konsumsi pada titik c pada kurva kemungkinan konsumsi setelah perdagangan. Jika seluruh penduduk di wilayah berkeinginan untuk mengkonsumsi seluruh produk manufaktur, maka jumlah produk manufaktur yang dikonsumsi adalah 4.5 juta unit. Jika titik a merupakan kemungkinan produksi dan konsumsi sebelum perdagangan, maka perdagangan akan memindahkan kurva kemungkinan kunsumsi, dimana penduduk di wilayah I akan mengkonsumsi lebih banyak kedua barang, ditunjukkan oleh titik diantara c dan d. Penjelasan ini merupakan contoh antara suatu negara dengan bagian dunia lain, prinsip yang sama juga dapat digunakan antar wilayah dalam suatu Negara.
3.1.3.2. Teori Heckscher–Ohlin Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa suatu negara (regions) harus melakukan spesialisasi untuk memproduksi komoditi yang dihasilkan dengan biaya yang relatif murah, tetapi produk yang dihasilkan belum mengindikasikan apakah barang dan jasa akan diekspor. Hipotesis Heckscher dan
38
Ohlin menyatakan jika suatu negara mempunyai faktor produksi yang berlimpah, negara tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk memproduksi barang yang diperlukan dalam jumlah besar dari kelebihan faktor produksi tersebut. Sebagai contoh, region dengan top soil dan curah hujan yang berlimpah tentu memiliki keunggulan komparatif dalam produk-produk pertanian. Oleh karena itu, meskipun faktor produksi tidak dapat berpindah (immobile), Heckscher dan Ohlin menduga bahwa faktor produksi yang berlebih dapat berpindah yang diwujudkan menjadi ekspor dominant (Krugman and Obstfeld, 2000). Aliran komoditi dari perdagangan akan berakibat bukan hanya terhadap harga komoditi tetapi juga harga sumberdaya. Suatu negara yang melimpah dalam tenaga kerja cenderung memiliki upah yang rendah sebelum ada perdagangan. Ekspor tenaga kerja, produk yang intensif akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja dan upah. Negara pengimpor tenaga kerja akan menekan permintaan tenaga kerja sehingga upah terhadap kerja dibayar rendah. Jika dalam kenyataannya dimana diasumsikan informasi sempurna dan komoditi dapat berpindah, maka teori Heckscher dan Ohlin menuju kepada kesimpulan bahwa komoditi yang berpindah akan menghasilkan persamaan dengan harga faktor produksi. Dalam kondisi demikian, perpindahan komoditi dapat disubstitusi dengan perpindahan sumberdaya. Teori keunggulan komparatif Hechscher – Ohlin dihadapkan pada tantangan karena teori ini tidak mampu menjelaskan dan memprediksi pola perdagangan aktual. Beberapa pertimbangan untuk berpikir ulang terhadap teori keunggulan komparatif yaitu: (1) mekanisme dan kelembagaan kurang diperhatikan, (2) jika hukum, kelembagaan dan kebiasaan tidak mendukung, maka
39
spesialisasi dan perdagangan tidak bekembang dan (3) keunggulan komparatif adalah teori yang statis. 3.1.3.3. Mobilitas Sumberdaya Teori keunggulan komparatif berkembang dengan asumsi bahwa sumberdaya tidak berpindah. Ahli ekonomi regional membangun model dengan asumsi sumberdaya berpindah sempurna. Sudah pasti, masalah perpindahan tenaga kerja dan modal antara wilayah lebih kecil dengan perpindahan faktor produksi antara negara. Jika informasi sempurna dan tidak ada biaya relokasi, faktor produksi akan berpindah ke wilayah yang kompensasinya lebih tinggi. Gambar 2 dapat menunjukkan analisis tentang sumberdaya yang berpindah. Diasumsikan ada 2 wilayah, di wilayah J kompensasi lebih besar $ 2 per unit dibandingkan dengan wilayah I (Kurva S). Perbedaan ini akan mendorong sumberdaya akan bergerak dari wilayah I ke wilayah J. Apabila kompensasi faktor produksi adalah $5, maka migrasi akan berhenti. $
$
Wilayah I S S’
Wilayah J S
S’
6 5
5 4 D
D
Q
Gambar 2. Model Perpindahan Sumberdaya Sumber: Blair, 1991.
Q
40
Berikutnya, jika ada biaya realokasi akan mengakibatkan munculnya penyesuaian. Pergerakan sumberdaya akan bermanfaat jika present value penerimaan mendatang di daerah tujuan dikurangi present value dari penerimaan mendatang terhadap biaya realokasi di daerah asal. Insentif cukup untuk realokasi, biaya realokasi harus lebih kecil dari present value of future ditambah returns sehingga penerimaan input antara wilayah J dapat dibandingkan dengan I. Gambar 2 menunjukkan kurva penawaran bergeser sehingga menjadi sama dengan harga faktor produksi karena diasumsikan perpindahan sumberdaya tanpa biaya. Jika relokasi sumberdaya dikenakan biaya, maka present value dari perbedaan kompensasi terhadap umur faktor produksi akan sama dengan biaya realokasi pada keseimbangan. Proses penyesuaian bukan terjadi secara langsung, penerimaan faktor produksi yang tinggi di wilayah J akan mendorong sumberdaya berpindah dari I ke J. Perpindahan sumberdaya dari I ke J, kurva penawaran dari faktor produksi akan bergeser ke kanan sedangkan di wilayah I akan bergeser ke kiri. Penerimaan faktor produksi pada daerah dimana kompensasi rendah akan meningkat sedangkan penerimaan faktor produksi akan menurun pada wilayah yang kompensasi tinggi. Jika gap harga faktor produksi tidak konstan tetapi kecil selama proses penyesuaian, maka sangat sulit bagi migran potensial untuk menentukan nilai penerimaan mendatang dengan berpindah ke wilayah dengan harga yang tinggi. Untuk menghitung perpindahan faktor produksi yang memberi keuntungan pada wilayah yang memberikan penerimaan yang tinggi, pemilik faktor produksi tidak hanya mengetahui harga faktor produksi yang berlaku tetapi juga bagaimana perbedaan harga akan berubah pada waktu mendatang.
41
Perpindahan dalam sumberdaya akan menguntungkan terhadap pemilik sumberdaya yang melimpah pada daerah yang memiliki harga faktor produksi yang rendah dan merugikan terhadap pemilik sumberdaya pada daerah yang harga faktor produksi tinggi. Sulit menentukan kapan memperoleh keuntungan yang lebih atau kerugian dari realokasi. Kondisi tersebut ditentukan oleh jumlah pekerja asal di masing-masing wilayah. Perpindahan sumberdaya akan meningkatkan jumlah output, jika sumberdaya yang dibeli adalah nilai produk marginal. Misalkan, sumberdaya di wilayah J memiliki marginal produk yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah I, akan bemasalah jika pembayaran sumberdaya sama dengan nilai marginal produk. Jika sumberdaya ditransfer dari I ke J, nilai output yang hilang di wilayah I akan lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan output nasional oleh sumberdaya pekerja di J. Karena itu, produk nasional bruto akan meningkat sebagai hasil dari perpindahan sumberdaya. Model yang ditunjukkan Gambar 2 tidak menunjukkan respon permintaan. Pergerakan permintaan dapat membantu menghapus perbedaan harga. Sebagai contoh, misalkan tenaga dan modal adalah faktor produksi utama. Tenaga kerja dapat direalokasi dari upah yang rendah ke wilayah yang upah tinggi. Tetapi secara simultan, modal mengalir ke wilayah yang upah rendah sebagai ganti keuntungan dari input komplementer yang berbiaya rendah.
3.1.4. Perpindahan Penduduk dan Tenaga Kerja 3.1.4.1. Ekonomi Migrasi Secara umum penduduk melakukan migrasi dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di wilayah yang dituju, dan merupakan motivasi bagi individu untuk bermigrasi. Sebagai contoh, upah yang tinggi di suatu wilayah,
42
maka pekerja dan keluarganya akan berpindah ke wilayah dengan upah tinggi. Motivasi untuk melakukan migrasi sangat berbeda diantara individu. Dalam model ketidakseimbangan, upah dan kesempatan tenaga kerja merupakan kemungkinan faktor utama perpindahan tenaga kerja sedangkan dalam model keseimbangan menjelaskan migrasi dimana pasar faktor produksi adalah seimbang. Dalam berbagai analisis, migrasi sering diakibatkan oleh adanya pengaruh dorongan dan tarikan. Migran merespon pengaruh tarikan untuk pekerjaan dengan gaji yang tinggi di wilayah tujuan dan merupakan faktor pendorong ketika di daerah asalnya rendah dan atau kesempatan tenaga kerja yang rendah di wilayah asal. Pengaruh tarikan bekerja jauh lebih kuat dibandingkan dengan dorongan bekerja, sehingga migran akan berpindah ke daerah tujuan.
3.1.4.2. Faktor Non Upah Beberapa tudi menjelaskan bahwa kecenderungan tenaga kerja melakukan migrasi ke daerah adalah karena upah yang lebih tinggi, tetapi faktor bukan upah juga dapat membantu menjelaskan tentang migrasi. Di luar gaji, ada dua faktor yang mempengaruhi migran mengambil keputusan untuk berpindah yaitu: (1) keuntungan tunjangan tambahan, dan (2), perbedaan biaya hidup. Alasan-alasan lainnya seperti perbaikan kualitas hidup, prospek kesempatan promosi, dan prospek upah yang tinggi di lokasi yang baru. Walaupun keputusan setiap individu untuk melakukan migrasi adalah kompleks, hampir semua faktor tersebut dapat dijelaskan dengan konsep biaya dan keuntungan, karena nilai moneter dapat memberikan keutungan dan biaya non-moneter (Blair, 1991).
43
Tabel 5. Matriks Daftar Faktor-Faktor Perbandingan Biaya-Keuntungan Berpindah Keputusan
Biaya Potensial
Keuntungan Potensial
Migrasi
A (migration cost factors) Transportasi ke tempat tinggal baru Ketidakpastian untuk menemukan pekerjaan Perumahan sementara mencari pekerjaan Makanan sementara mencari pekerjaan
B (migration pull factors) Pembayaran gaji yang tinggi Preferensi atau memilih jenis pekerjaan
Pakaian yang digunakan mencari pekerjaan Gangguan dari orang asing
Pendidikan yang baik untuk anak-anak, diri sendiri Ada lembaga yang menyediakan jasa untuk berkomunikasi yang baik Lebih menarik, kehidupan social Kondisi social yang lebih baik, bangsa dan etnik
Perbedaan status social Kehidupan yang asing dengan sekeliling Kebutuhan untuk menggunakan bahasa lain, meningkatkan berkomunikasi Kebutuhan untuk mengubah cara berpakaian, perilaku, tingkah laku sehari-hari Tidak ber migrasi
C (migration push factors)
D (migration counterinfluence)
Kesulitan mencari pekerjaan di tempat asal Kehilangan kesempatan rekreasi tempat asal Dominasi yang kuat dari keluarga
Perumahan yang tidak mahal dan dapat digunakan Makanan yang murah
Ketidakpuasan hubungan social di tempat asal Ketidakpuasan terhadap kelembagaan tempat asal Ketidakpuasan ras, etnik, dan kondisi politik
Setiap hari berhubungan dengan keluarga Setiap hari berhubungan dengan teman lama Kehidupan yang dekat dengan sekeliling Menggunakan bahasa setempat, kebiasaan setempat Ada jaminan pekerjaan (dari beberapa orang)
Tabel 5 diatas adalah menjelaskan tentang keuntungan dan biaya migrasi, alasan untuk memutuskan migrasi atau tidak bermigrasi dari suatu wilayah ke wilayah lain. Prospek peningkatan pendapatan atau penghasilan merupakan salah satu komponen yang utama utama bagi setiap individu untuk memutuskan melakukan migrasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor utama masih merupakan signal utama bagi individu untuk bermigrasi.
44
3.1.4.3. Model Harris-Tadaro Haris dan Todaro (1970) mengembangkan sebuah model untuk menjelaskan permasalahan migrasi yang dihadapi oleh negara-negara berkembang pada saat orang beramai-ramai masuk ke kota besar kendati tingkat pengangguran di kota sangat tinggi. Model tersebut juga menjelaskan adanya kecenderungan perbedaan upah yang tetap berlangsung kepada migrasi. Dalil yang dikemukakan oleh Haris-Todaro adalah migrasi terjadi ketika upah aktual di wilayah asal lebih rendah dibandingkan dengan upah yang diharapkan (expected) di daerah tujuan. Upah yang diharapkan adalah upah aktual dikali dengan peluang bekerja. Di dalam model mereka diasumsikan bahwa peluang bekerja untuk para pekerja adalah 1-U, dimana U adalah tingkat pengangguran. Dengan kata lain, penduduk baru percaya bahwa mereka mempunyai peluang memperoleh pekerjaan yang sama dengan penduduk setempat. Jika besarnya upah $ 10.000 per tahun dan angka pengangguran 20 persen, upah yang diharapkan $ 8.000. Untuk mengerti Model Harris dan Todaro diasumsikan ada wilayah dengan upah yang tinggi dan upah yang rendah. Juga diasumsikan bahwa upah di wilayah yang tinggi kelembagaan tidak berpengaruh seperti hukum, serikat dan kebiasaan. Upah perkotaan tidak menurun diperhadapkan dengan pengangguran yang besar. Jika ada full employment di kedua wilayah, para pekerja melakukan migrasi ke wilayah yang upahnya tinggi. Jika jumlah pekerjaan pada wilayah dengan upah yang tinggi sama, maka penggangguran akan bertambah. Para migran rela melakukan trade off antara resiko menganggur dengan potensi untuk upah yang tinggi. Tambahan migran mungkin akan memperoleh pekerjaan tetapi bagi pekerjaan lainnya akan kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu migrasi dapat
45
menyebabkan penggangguran yang tinggi sehingga produk nasional akan turun. Pekerja memilih menganggur daripada bekerja dengan upah yang rendah .
3.1.4.4. Model Gravitasi Arus perpindahan penduduk sering didekati dengan model gravitasi. Asumsi model gravitasi bahwa migrasi penduduk antara dua wilayah akan meningkat dan menurun terhadap jarak kedua wilayah. Pada model dasar, penduduk mewakili individu yang tinggal atau melakukan migrasi di tempat. Jarak adalah penghalang utama untuk berimigrasi. Rumus Model gravitasi sederhana yaitu: (Blair, 1991) M ab =
Pa Pb
(Dab )2
............................................................................
(19)
dimana : Mab = Migrasi dari A ke B PaPb = Penduduk di A atau B Dab = Jarak antara A dan B Permasalahan utama dengan model gravitasi sederhana ialah bahwa migrasi diantara setempat selalu nol. Variabel lain telah masuk dalam perbedaan oportunitas. Perbedaan dalam upah, pendapatan dan angka pengangguran sering digunakan mengukur perbedaan opportunitas. Kritik lainnya terhadap model gravitasi adalah kelemahan spesifikasi, karena jarak sulit diukur dengan perjalanan, terutama dalam era tranportasi modern, sehingga waktu perjalanan telah disubtitusi terhadap jarak di beberapa model. Hambatan sosial dan politik, sama seperti ketidakpastian, merupakan penghalang yang penting. Faktor-faktor ini memiliki korelasi yang rendah dengan jarak.
46
Salah satu alasan yang menyebabkan model gravitasi kurang akurat dikenal dengan dampak beaten-path. Dampak beaten-path menunjuk kepada kecenderungan observasi kepada individu terutama daerah asal melakukan migrasi pada tujuan
yang sama. Beberapa “pendahulu” dari suatu wilayah
pertama-tama melakukan migrasi. Setelah itu, menyusul yang lainnya, dan tujuan wilayah migrasi yang sama, karena telah memperoleh pekerjaan atau informasi tempat tinggal dan dukungan dari pendahulunya Dengan mengikuti beaten path, maka para migran mempunyai biaya rendah, ketidakpastian dan biaya sosial untuk realokasi. Efek beaten path dapat menolong menjelaskan kelompok etnik terkonsentrasi khususnya di beberapa kota. Biaya migrasi yang rendah, efek beaten path mempunyai dua implikasi penting, yaitu pertama, perpindahan para migran dapat menjadi terus-menerus sebagai migrasi berbiaya rendah dan faktor pendorong menambahan jumlah migrasi dan kedua, beaten path dapat perjalanan dengan dua cara, migrasi kembali ke daerah asalnya (Blair, 1991).
3.1.4.5. Net dan Gross Migrasi Ketika ahli ekonomi mengumpulkan dan menganalisis data migrasi, fokus analisis terutama net migrasi, yaitu perbedaan migrasi ke dalam (in migration) dan migrasi keluar (out migration). Bagaimanapun juga, net migrasi merupakan perbedaan substansi pada tingkat gros migrasi karena beberapa individu masuk ke suatu wilayah dan pada waktu yang sama ada yang keluar. Pada Tabel 6 dapat ditunjukkan empat pola perbedaan gross migrasi, yaitu: (1) migrasi masuk dan keluar sama-sama tinggi, (2) migrasi masuk tinggi, migrasi keluar rendah, (3) migrasi masuk rendah, migrasi keluar tinggi, dan (4)
47
migrasi masuk rendah, migrasi keluar juga rendah. Kasus migrasi masuk dan keluar yang tinggi dan migrasi masuk dan keluar yang rendah akan menghasilkan migrasi net yang rendah tetapi dengan alasan yang berbeda. Tabel 6. Perpindahan Gross dan Net Migrasi dan Kondisi Ekonomi Lokal Migrasi keluar Tinggi Migrasi ke dalam
Tinggi
Migrasi net rendah
Rendah
Migrasi net masuk negatif
Rendah Migrasi net masuk tinggi Migrasi net rendah
Sumber: Blair, 1991
Kasus migrasi keluar dan masuk yang tinggi menghasilkan migrasi silang yang signifikan, yang merupakan peluang bagi penduduk keluar-masuk antarwilayah. Wilayah oportunitas dapat menarik perpindahan penduduk yang tinggi. Wilayah dengan oportunitas yang tinggi dapat menarik menghasilkan perpindahan penduduk melalui migrasi silang. Wilayah dengan migrasi masuk yang rendah dan migrasi keluar yang rendah akan memiliki net perubahan penduduk yang rendah. Daerah yang stabil atau penurunan perekonomian menjadi kesempatan migrasi masuk, tetapi mungkin ada faktor pendorong untuk memperoleh pekerjaan. Hasil studi terakhir menunjukkan bahwa faktor-faktor demografi dari masyarakat penting atau sangat penting dibandingkan dengan faktor-faktor pendorong (kesempatan ekonomi yang hilang) dalam menentukan migrasi keluar. Wilayah dengan migrasi masuk rendah dan migrasi keluar tinggi merupakan wilayah dengan opportunity rendah dengan perpindahan penduduk tinggi. Wilayah dimana proporsi umur 18-25 tahun yang tinggi, tetapi opportunity kesempatan kerja yang rendah. Net migration negatif disebabkan karena migrasi
48
keluar tinggi dan migrasi masuk rendah. Wilayah dengan migrasi masuk rendah dan migrasi keluar tinggi, maka wilayah tersebut akan kehilangan penduduk karena perpindahan penduduk. Migrasi masuk tinggi dan migrasi keluar rendah disebabkan karena opportunity yang lebih besar, sementara penduduk yang ada memiliki karakteristik mobilitas yang rendah. Walaupun para migran pindah ke wilayah opportunity yang tinggi, mungkin ada kegagalan disana jika perpindahan penduduk menyebabkan perekonomian antar-wilayah menurun. Di beberapa kajian disebutkan bahwa migrasi menyebabkan perbedaan antar-daerah antara upah yang tinggi dan yang rendah sehingga menarik para migran ke daerah tujuan. Ada tiga cara para migran memberikan stimulasi pada perekonomian pada wilayah tujuan yaitu: (1) penduduk yang besar dan menyebar akan meningkatkan permintaan pekerja, menambah barang-barang dan jasa untuk penduduk lokal, (2) aktivitas ekonomi yang besar akan diikuti dengan aglomerasi perekonomian yang besar dan peningkatan produktifitas, dan (3) migrasi alami yang selektif mendorong pekerja lebih produktif, sehingga meningkatkan permintaan tenaga kerja. Di wilayah yang kurang berkembang, migrasi keluar akan menyebabkan penurunan opportunity perekonomian. Migrasi yang selektif, dimana penduduk yang tinggal lebih tua, bukan sarjana dan kurang trampil. Kondisi ini kurang menarik untuk mendorong kegiatan perekonomian yang baru. Jika upah rendah, maka wilayah tersebut memberi upah rendah kepada pekerja. Jika upah di wilayah kurang berkembang tinggi dan kaku, maka tidak ada daya tarik di wilayah tersebut tidak memiliki prospek dan jumlah perusahaan akan menurun. Gerking dan Weirick (1983) menentukan bahwa ada perbedaan upah yang persisten diantara wilayah di Amerika Serikat. Bagaimanapun juga, perbedaan tersebut tidak lengkap menjelaskan efek stimulasi dari migrasi. Upah regional dan
49
perbedaan pendapatan secara luas diakibatkan oleh fakta bahwa wilayah mempunyai fungsi perekonomian yang berbeda, misalnya perbedaan skill pekerja. Penemuan Gerking dan Weirick mendukung teori bahwa perbedaan upah merupakan penentu utama migrasi. 3.1.4.6. Efisiensi Migrasi Implikasi model ekonomi sederhana menunjukkan bahwa migrasi akan efisien jika para migran akan berpindah ke wilayah yang membayar tinggi dengan produktifitas tinggi. Migrasi tidak efisien dalam model Harris-Tadaro karena migrasi meningkatkan angka pengangguran. Migrasi silang memberi kesan tidak efisien karena jika diantara wilayah ada pertukaran perpindahan maka realokasi tidak diperlukan. Migrasi silang memungkinkan tidak ada hubungan antara skill dan tipe pekerja yang berbeda antara-wilayah. Substansi migrasi silang mereflesikan persoalan agregasi yang kuat dari semua pekerja seperti faktor produksi yang homogen. Salah satu cara mengevaluasi efektifitas migrasi yaitu menguji apakah migrasi better off sesudah migrasi. Ada tiga pendekatan umum yang digunakan untuk mengevaluasi keuntunganh individu bermigrasi yaitu (1) menanyakan kepada para migran jika mereka better off, (2) membandingkan penghasilan para migran dengan penghasilan orang yang tidak bermigrasi, dan (3) menguji keuntungan sosial termasuk eksternalitas. Survey Lansing dan Mueller (1967) menemukan bahwa mayoritas migran berpindah karena pertimbangan adanya harapan yang lebih baik dan menguntungkan. Studi ini juga menunjukkan bahwa pengalaman secara umum para migran bahwa penghasilan para migran meningkat. Individu yang
50
melaksanakan migrasi mempunyai harapan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak bermigrasi. Dapat dikatakan bahwa migrasi meningkatkan posisi ekonomi dari para migran. Hunt dan Kau (1985) menguji penerimaan pria muda yang bermigrasi. Mereka menemukan bahwa 13 persen dari migran upah tahunan yang diterima meningkat. Hunt dan Kau menyimpulkan bahwa dengan skill yang dimiliki akan membantu memperoleh pekerjaan di wilayah yang baru. Implikasi dari penemuan ini bahwa efisiensi dari migrasi meningkat dengan pengalaman para migran. Hal ini dihipotesiskan bahwa jika seseorang bermigrasi akan memiliki tambahan pendapatan dengan adanya keahlian dan pengalaman para migran. Total keuntungan sosial dari migrasi termasuk eksternalitas sulit dievaluasi. Migrasi dapat disebutkan sebagai keuntungan sosial jika penghasilan migran yang tinggi merefleksikan output social yang tinggi. Efek sosial dari migrasi sulit untuk diakses karena efisiensi migrasi sulit untuk dievaluasi ketika kita membandingkan biaya marginal sosial dengan keuntungan.
3.1.5. Mobilitas Kapital Pengertian modal (capital) menurut ahli ekonomi yaitu input untuk produksi dalam menghasilkan barang. Yang termasuk dalam capital yaitu input fisik untuk proses produksi, seperti bangunan, mesin dan human capital. Jumlah modal fisik diukur dengan nilai uang. Bagi individu, perbedaan uang dengan modal fisik tidak selalu penting karena setiap individu dapat menukarkan modal fisik dengan uang tetapi masyarakat secara keseluruhan tidak dapat menukarkan modal fisik dengan uang. Modal uang memiliki mobilitas yang tinggi antar-wilayah baik domestik dan internasional.
Modal (real capital)
51
merupakan salah satu faktor produksi utama, dan dikombinasikan dengan tanah, tenaga kerja dan ketrampilan. Modal yang digunakan untuk proses produksi kurang mobile jika dibandingkan dengan uang. Meskipun ada keterbatasan mobilitas real capital, individu dapat menjual asetnya dan mentransfer ke wilayah lainnya. Dari perspektif individu, kapital dapat berpindah di suatu tempat meskipun aset fisik tidak dapat berpindah. Lagipula, karena real capital adalah nilai dalam uang maka jumlah capital yang diinvestasikan di suatu wilayah dapat bergerak dengan cepat. Ada tiga tipe perpindahan capital yang dapat diidentifikasi. Pertama, modal uang ditransfer dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, baik untuk pertukaran terhadap barang dan jasa-jasa ataupun biaya investasi riil. Kedua, aset fisik dapat diangkut dari suatu tempat ke tempat lainnya, walaupun perpindahan untuk beberapa aset fisik adalah terbatas. Ketiga, nilai modal fisik dapat berubah yang menggambarkan perubahan lingkungan ekonomi (Blair, 1991).
3.1.6. Pendekatan Neraca Pembayaran untuk Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Untuk mengerti latar belakang cara berpikir pendekatan neraca pembayaran wilayah untuk pertumbuhan ekonomi, perlu memperhatikan model pendapatan dan pengeluaran wilayah berikut ini (McCann, 2001). Yt = ( Ct + It + Gt ) + ( Xt - Mt)
…………………………..
(20)
Tiga bagian pertama disisi bagian kanan persaman (3.20) menunjukkan agregat permintaan yang dihubungkan dengan kegiatan domestik dalam perekonomian wilayah; disebut juga sebagai, regional domestic absorption, At. Sementara itu dua bagian dari sisi kanan menunjukkan komponen dari agregat permintaan
52
wilayah yang dihubungkan dengan sektor perdagangan antar-wilayah. Bentuk umum, dari persamaan (3.20) dapat ditulis: (Yt –At) = (Xt – Mt)
……………………………………………
(21)
Dimana (Yt-At) adalah sama dengan tambahan aset bersih dari wilayah lainnya. Untuk mengetahui tambahan aset bersih dari wilayah lainnya, sebagai perbedaan diantara pendapatan regional dan regional domestic absorption, dapat dilihat pada model neraca pembayaran tingkat nasional, dan kemudian menterjemahkannya dalam kasus wilayah. Model sederhana neraca pembayaran pada tingkat nasional didefinisikan sebagai berikut: CAN + KAN + BOFN = 0
………………………………………..
(22)
Dimana CAN adalah neraca pembayaran transaksi berjalan pada tingkat nasional, KAN adalah neraca pembayaran capital account pada tingkat nasional dan BOFN adalah neraca pembiayaan pegawai pemerintah. Neraca pembayaran pada transaksi berjalan menggambarkan arus uang bersih dari perdagangan untuk seluruh barang dan jasa, ditambah arus bunga bersih dan deviden dari semua aset yang berada di luar negeri yang dimiliki oleh penduduk domestik dan orang asing.
Dengan demikian neraca pembayaran
transaksi berjalan lebih luas daripada neraca perdagangan yang sederhana, yang hanya menunjuk kepada perdagangan barang-barang. Jika transaksi berjalan pada posisi surplus, hal ini berarti bahwa negara tersebut sedang membangun cadangan devisa yang berasal dari valuta asing yang didedominasi oleh mata uang lokal. Harga dari mata uang domestik meningkat secara relatif terhadap mata uang asing. Sementara itu, neraca pembayaran dari
53
neraca modal menunjukkan pendapatan bersih negara dari aset asing melalui pinjaman dan meminjam dari keuangan internasional yang menunjukkan penerimaan bersih dari penduduk setempat dalam hal kekayaan yang terletak diluar negeri.
Jika neraca modal surplus, mengimplikasikan ada aliran uang
masuk dari negara-negara lain yang biasa digunakan untuk membeli aset domestik daripada digunakan untuk membeli aset dari negara lain.
Keduanya secara
bersamaan transaksi berjalan dan neraca modal menunjuk surplus bersih dari neraca pembayaran total. Neraca keuangan pemerintah adalah jumlah yang diperlukan untuk menjaga agar pendapatan dan pengeluaran internasional seimbang dan sama dengan perbedaan bersih antara uang permintaan dan penawaran mata uang lokal dalam pasar valuta asing. CAN + KAN = - BOFN
…………………………………………..
(23)
Jika kita kembali menyusun persamaan (22) menghasilkan persamaan (23), kita dapat lihat bahwa sisi kiri persamaan (23) adalah positif, berarti neraca pembayaran dalam kondisi surplus dan jika negative maka neraca pembayaran adalah defisit. Jika neraca pembayaran berada dalam surplus, cadangan aset asing meningkat atau secara aternatif menurunkan hutang kepada penduduk asing. Jika neraca pembayaran defisit maka aset asing menurun maka hutang penduduk asing meningkat. Penyesuaian kekayaan dimediasi melalui pasar valuta asing. Pada kasus perdagangan antar regional, dan karena transaksi dilakukan dalam mata uang lokal, pembayaran pemerintah didominasi oleh mata uang yang sama. Kita mengetahui bahwa daerah tidak memiliki hambatan bea cukai dan perdagangan. Tetapi pada prinsipnya, kita catat bahwa neraca pembayaran dari bagian kanan persamaan 24 harus selalu sama dengan nol. Ketika diterapkan
54
persamaan tersebut untuk antar-wilayah, maka neraca pembayaran antar-wilayah diformulasikan dalam: CAR + KAR = 0 ……………………………………………………
(24)
Dimana CAR adalah neraca pembayaran transaski berjalan pada tingkat regional dan KAR adalah neraca pembayaran capital account pada tingkat daerah, dan dapat diubah menjadi CAR = - KAR
…………………………………………………….
(25)
Dengan kata lain surplus bersih dari perdagangan barang dan jasa di suatu daerah dengan daerah lain (Xt-Mt) dalam persamaan 21 diseimbangkan dengan pendapatan bersih dari aset wilayah dari wilayah yang lain (Yt-At) pada persamaan 21. Sebagai contoh, jika suatu wilayah yang berbasis industri berhasil mengeksport, hal ini mengimplikasikan bahwa pendapatan yang diperoleh dari ekspor dapat digunakan kedua-duanya untuk impor barang dan jasa dari wilayah wilayah lain dan juga membeli aset-aset yang lebih dari daerah lain. Aset-aset yang dibeli ini akan termasuk aset negara yang riil di wilayah - wilayah lain, sama seperti pangsa pendapatan di dalam perusahaan yang berlokasi di daerah lain. Jika suatu wilayah neraca pembayaran defisit, itu harus dibiayai dengan penjualan bersih dari aset domestik kepada pembeli dari wilayah - wilayah lain. Jika neraca pembayaran seimbang itu berarti bahwa pendapatan bersih yang ada di negaranegara lain adalah nol. Wilayah yang mengalami defisit neraca pembayaran secara terus menerus akan menyebabkan cadangan devisanya terbatas. Untuk membiayai necara defisit
55
tersebut maka wilayah tersebut dapat menjual aset kepemilikan domestik ke pembeli luar. Sehingga daerah tersebut dapat memelihara neraca pembayaran defisit dalam jangka panjang. Hal ini mengimplikasikan bahwa pendapatan regional dalam jangka panjang juga dipengaruhi oleh tingkat ekspor wilayah.
3.2.
Kerangka Konseptual Untuk menjawab tujuan penelitian ini, digunakan sebuah model
ekonometrik-multiregional. Dalam beberapa literatur yang ada, keterkaitan wilayah umumnya hanya menggunakan dua region atau tiga region karena alasan kompleksitas data arus migrasi dan arus perdagangan berdasarkan daerah asal dan tujuan. Dalam penelitian ini wilayah dibagi menjadi 3 wilayah besar, yaitu wilayah Sumatera, wilayah Jawa-Bali dan Wilayah Timur Indonesia. Pada Gambar 3 ditampilkan kerangka konseptual keterkaitan wilayah di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keterkaitan wilayah dapat dilihat dari 7 aspek keterkaitan, yaitu physical linkages, economic linkages, population movement linkages, technological linkages, social interaction linkages,
service
delivery
linkages
dan
political,
administrative,
and
organizational linkages. Dalam penelitian ini tujuh keterkaitan tersebut, hanya menangkap dua aspek keterkaitan, yaitu economic linkages yang diwakili oleh perdagangan antarwilayah dan population movement linkages yang diwakili oleh arus migrasi penduduk. Migrasi akan memiliki dampak yang berbeda antarwilayah. Migrasi dapat memberikan stimulus ekonomi dan kemungkinan di wilayah lain dapat juga menyebabkan pengangguran yang tinggi yang berdampak pada penurunan pendapatan wilayah.
56
2
MI i = ∑ MI j
2
MOi = ∑ MOi
i≠ j
j =1
i≠ j
j =1
2
2
j =1
i =1
MBi = ∑ MI j − ∑ MOi
Pengangguran di wilayah i
Penawaran Tenga kerja wilayah i
Kemiskinan di wilayah i
PDRB Wilayah i
i≠ j
Upah Wilayah i
Permintaan TK di Wilayah i
2
Xi = ∑ X j
2
2
j =1
i =1
NX i = ∑ X j − ∑ M i
i≠ j
i≠ j
Mi = ∑M j
j =1
2
i≠ j
j =1
Gambar 3. Kerangka Konseptual Keterkaitan Wilayah Keterangan: MIi
= migrasi masuk wilayah i dari wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
MOi
= migrasi keluar wilayah i ke wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
MBi
= migrasi bersih wilayah i
Xi
= ekspor wilayah i ke wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
Mi
= impor wilayah i dari wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
NXi
= ekspor bersih wilayah i
K E T I M P A N G A N
57
Hal yang sama juga terhadap arus perdagangan antarwilayah. Jika suatu negara
memiliki
keunggulan
komparatif
dan
melakukan
perdagangan,
kemungkinan wilayah tersebut akan memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut, sehingga dapat meningkatkan modal di wilayah yang bersangkutan. Motivasi untuk melakukan migrasi sangat berbeda diantara individu, tetapi umumnya dilakukan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Seorang individu ketika bermigrasi ke wilayah A, maka di wilayah tersebut jumlah penawaran tenaga kerja akan semakin besar,
dan jika migran tersebut tidak
mendapat pekerjaan, maka jumlah pengangguran di wilayah A akan meningkat. Sebaliknya dampak bagi wilayah yang ditingglkan kemungkinan akan berkurang sumberdaya manusia dan dapat menurunkan jumlah pengangguran di wilayah tersebut jika individu yang bermigrasi tersebut tadi tidak bekerja. Dilihat dari aliran komoditi, suatu negara yang memiliki sumberdaya tenaga kerja yang melimpah, cenderung memiliki upah yang rendah sebelum ada perdagangan. Ekspor tenaga kerja, produk yang intensif akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja dan upah. Meningkatnya permintaan tenaga kerja akan searah dengan peningkatan output wilayah akan semakin besar. Peningkatan output wilayah diharapkan dapat menurunkan tingkat dan jumlah pengangguran. Dampak positif dari perdagangan antarwilayah tersebut akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, yang pada akhirnya diharapkan dapat memperkecil ketimpangan pendapatan antarwilayah.