51
III. 3.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi
pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek keberlanjutannya. Ini berdampak pada kondisi sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya di wilayah pantai mulai terancam keberlanjutannya. Hasil tangkapan beberapa jenis ikan terus mengalami penurunan. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena semakin banyaknya komunitas pemanfaat sumberdaya atau semakin efektifnya alat tangkap yang digunakan namun daya dukung lingkungan (carrying capacity) sumberdaya perikanan semakin menurun. Kondisi ini selain dapat menurunkan tingkat produktivitas dan pendapatan nelayan juga memicu terjadinya dampak sosial berupa konflik antar nelayan di wilayah pantai. Perairan Jakarta merupakan wilayah pesisir yang strategis sekaligus paling rentan terhadap perubahan, gangguan, dan pencemaran oleh manusia. Strategis karena pesisir Jakarta merupakan pintu gerbang utama aktivitas ekonomi kelautan khususnya untuk wilayah bagian barat Indonesia, dan daerah paling rentan karena merupakan penyangga bagi ekosistem daratan Jakarta yang demikian tinggi aktivitas manusianya (Kusumastanto 2007). Pola pembangunan baik tingkat nasional maupun daerah yang bias daratan dan mengabaikan laut secara langsung turut bertanggung jawab terhadap terjadinya degradasi lautan. Pencemaran wilayah laut terutama pesisir merupakan contoh dari pembangunan yang bias daratan dan tidak memperhatikan aspek sustainability. Keberadaan perairan Jakarta tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan laut tetapi juga oleh kebijakan pembangunan di darat karena pesisir Jakarta merupakan muara dari 13 sungai sehingga pengelolaan pesisir Jakarta melibatkan banyak pihak terkait. Banyaknya kepentingan dan tantangan dalam mengelola dan mengembangkan kawasan pesisir utara Jakarta berkontribusi langsung terhadap terjadinya degradasi lingkungan di kawasan ini. Konsep keberlanjutan dalam perikanan ini sudah mulai dapat dipahami namum kesulitan yang masih dihadapi peneliti dalam menganalisis/mengevaluasi
52
tingkat keberlanjutan pembangunan perikanan adalah ketika dihadapkan pada permasalahan mengintergrasikan informasi/data dari keseluruhan komponen secara holistik dari berbagai aspek, seperti aspek biologi, sosial, ekonomi, teknologi maupun etika (Fauzi dan Anna 2002). Hal ini karena evaluasi keberlanjutan eksploitasi perikanan selama ini lebih difokuskan kepada penentuan status stok relatif dari spesies target dengan referensi biologi dan ekologi (Smith 1993 dalam Fauzi dan Anna 2002). Dengan demikian analisis yang diaplikasikan dalam bebagai studi tersebut masih bersifat parsial. Mengacu pada konsep pengelolaan perikanan tangkap yang lestari sesuai dengan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) bahwa perikanan tangkap merupakan rangkaian kegiatan penangkapan ikan yang saling berkaitan dengan faktor-faktor kelembagaan, kondisi lingkungan (perairan dan pesisir), stok ikan, teknologi perikanan tangkap, kualitas SDM, ekonomi (produksi, mutu, modal dan pemasaran) dan keselamatan pelaku penangkapan ikan, serta berdasarkan referensi penelitian dan sejumlah penelitian terdahulu yang menyimpukan bahwa keberlanjutan perikanan tangkap harus didukung oleh berbagai aspek/dimensi keberlanjutan, yaitu keberlanjutan ekonomi, ekologi, teknologi, sosial, dan kelembagaan maka penelitian ini perlu untuk dilakukan. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kebijakan pengembangan ekonomi perikanan tangkap yang berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan dari keberlanjutan dimensi ekologi, sosial, ekonomi, teknologi, dan kelembagaan. Salah satu alternatif pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian untuk menganalisis/mengevaluasi status keberlanjutan perikanan tangkap secara menyeluruh ditinjau dari keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan adalah dengan menggunakan analisis keberlanjutan dengan menggunakan teknik Rapfish. Teknik Rapfish menganalisis semua dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan secara bersamaan atau stimultan sehingga dihasilkan suatu vektor skala. Dengan Rapfish dapat diperoleh gambaran jelas dan komprehensif mengenai kondisi sumberdaya perikanan, khususnya perikanan di daerah penelitian sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk mencapai pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Rapfish merupakan teknik
53
multidisiplin yang berupaya mengevaluasi status keberlanjutan perikanan didasarkan pada skoring yang bersifat transparan dan semi-kuantitatif pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan etik (Pitcher 1999). Analisis keberlanjutan dengan metode Rapfish bersifat statis, tidak mempertimbangkan dinamika indikator-indikator keberlanjutan yang berubah dari waktu ke waktu. Defra (2006) menjelaskan bahwa keberlanjutan merupakan permasalahan masa depan yang kompleks di mana tingkat pencapaiannya tergantung pada apa yang dilakukan oleh saat ini. Menurut Eriyatno (1999) permasalahan dengan ciri demikian bersifat dinamis dan tidak pasti. Untuk memperkirakan keberlanjutan perikanan tangkap Provinsi DKI di masa depan maka dilakukan analisis dinamik yang diharapkan dapat memberikan referensi kebijakan untuk kebutuhan perumusan kebijakan perikanan tangkap yang berkelanjutan. Arah kebijakan pembangunan ibukota yang selama ini hanya mengarah pada peningkatan output semata harus berubah menjadi kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan bahari sehingga memberikan kontribusi yang maksimal bagi kemakmuran warga Jakarta.
3.2
Kerangka Operasional Untuk melakukan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dimulai
dari penelitian pendahuluan, pengumpulan fakta dan data serta persepsi responden dan data sekunder. Data tersebut mencakup seluruh dimensi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan kelembagaan. Keseluruhan data ini kemudian diolah melalui berbagai metode analisis, yaitu analisis bioekonomi, analisis keberlanjutan dengan teknik Rapfish dan analisis dinamik dengan menggunakan software Vensim. Kajian bioekonomi digunakan untuk menilai potensi sumberdaya ikan, yaitu suatu kajian yang memadukan dinamika biologi perikanan dan faktor ekonomi perikanan tangkap. Kajian bioekonomi akan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengontrol tingkat eksploitasi agar tidak berlebih sekaligus mendorong melakukan upaya pemanfaatan dengan keuntungan yang optimal yang bisa dilakukan secara terus menerus. Kajian bioekonomi pada penelitian ini
54
diawali dengan observasi lapang, melihat secara langsung kondisi perikanan di Perairan Jakarta. Setelah itu, melakukan identifikasi terhadap data sekunder dan informasi lainnya yang mendukung. Data sekunder ini meliputi, data rumah tangga nelayan, armada, alat tangkap, produksi dan upaya penangkapan. Dari analisis bioekonomi diperoleh data parameter biologi berupa carrying capacity (K), coefficient of catchability (q) dan instrinsic growth rate (r) dari sumberdaya ikan. Kemudian mengolah data primer untuk mendapatkan parameter ekonomi yang meliputi data harga output (p), biaya input (c). Hasil analisis bioekonomi sumberdaya perikanan di perairan Jakarta dijadikan input pada salah satu atribut dalam salah satu dimensi (subsistem) didalam analisis keberlanjutan. Analisis degradasi dan depresiasi digunakan untuk mengetahui laju degradasi dan depresiasi yang terjadi di lokasi penelitian. Analisis keberlanjutan dengan teknik Rapfish dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (1) tahap penentuan atribut atau kriteria pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan, mencakup dimensi ekonomi, ekologi, sosial, teknologi dan kelembagaan, (2) tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi, dan (3) tahap analisis ordinasi nilai indeks keberlanjutan dengan metode MDS. Analisis keberlanjutan akan menghasilkan informasi mengenai status keberlanjutan perikanan di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari lima dimensi keberlanjutan dan sedangkan dari analisis dinamik diharapkan dapat diketahui langkah yang dapat diambil saat ini dalam rangka pembangunan perikanan tangkap yang berkelanjutan di masa depan. Hasil ketiga alat analisis utama ini diharapkan mampu menghasilkan kebijakan yang tepat bagi pengembangan ekonomi perikanan tangkap yang berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta. Secara grafis kerangka pendekatan studi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11.
55
Permasalahan : 1. Pencemaran perairan dan degradasi 2. Produksi perikanan menurun 3. Konflik antar stake holders 4. Tumpang tindih peraturan 5. Koordinasi lemah dan tidak terintegrasi
Ekologi : - Kondisi ekosistem dan lingkungan (pencemaran, dsb) - Potensi sumberdaya - dll
Analisis Bioekonomi Solusi Optimal
Ekonomi : - Tingkat pendapatan nelayan, kesejahteraan - Kontribusi PAD - Modal : alat tangkap & armada - dll
Sosial & Teknologi: - Tingkat tenaga kerja & keterampilan - Kemiskinan nelayan - Teknologi ramah lingkungan - Investasi keuntungan - Pendidikan nelayan - dll
Kelembagaan : - Konflik antar stakeholders (pengusaha, nelayan & pemerintah) - Organisasi - Penyuluhan - Penegakkan hukum - dll
Analisis Degradasi & Depresiasi
Sumberdaya ikan luar Jakarta yang didaratkan di Jakarta
Analisis Keberlanjutan (Rapfish)
Analisis Dinamik (Vensim)
Informasi status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap dilihat dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan
Kebijakan ekonomi perikanan tangkap berkelanjutan
Perikanan tangkap berkelanjutan Gambar 11. Diagram alir kerangka pendekatan studi