III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Teoritis
3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan untuk mengukur dampak kegiatan ekonomi terhadap penciptaan output wilayah. Pertumbuhan wilayah tersebut merupakan indikator perkembangan ekonomi suatu wilayah. Analisis terhadap pertumbuhan output akan diperoleh informasi yang dapat dijadikan dasar kebijakan dalam pengembangan wilayah khususnya terhadap sektor-sektor yang memiliki efek pengganda (multiplier) dan keterkaitan tinggi (linkages) sebagai motor penggerak perekonomian. 3.1.1.1. Harrod – Domar Model Menurut Basu (2000) terdapat tiga kelompok besar dalam pengembangan teori pertumbuhan saat ini yaitu pertama model pertumbuhan Harrod dan Domar atau sering dikenal sebagai Harrod-Domar Model. Kedua model pertumbuhan Neo Klasik (Neo-Classical Model) yang merupakan respon terhadap model pertumbuhan Harrod-Domar. Tokoh yang mengawali dan paling berperan dalam model pertumbuhan Neo Klasik adalah Robert Sollow sehingga dikenal dengan model pertumbuhan Sollow (Sollow Growth Model). Ketiga adalah teori pertumbuhan endogen (theory of endogenous growth) yang dikemukakan oleh Romer dan Lucas sebagai respon terhadap model pertumbuhan Sollow. Model Harrod - Domar telah berupaya memasukan unsur dinamyc path (t) dari model pertumbuhannya. Model ini pada intinya menjelaskan bahwa
31
pertumbuhan output perekonomian (Yt) dideterminasi oleh pertumbuhan penduduk (population grows, n), tingkat tabungan (saving rate, s) dan tingkat modal (capital rate,c) sebagai faktor exsogen. Secara umum model pertumbuhan Harrod-Domar ditulis sebagai berikut :
K t sv
s ................................................................................................ (7) c
dimana v adalah output-capital ratio dan K t adalah tingkat pertumbuhan modal pada periode t. Pendapatan diasumsikan proporsional dengan modal dalam model, maka persamaan pertumbuhan output pada periode t dapat ditulis menjadi sebagai berikut : s Y t .................................................................................................... (8) c
Pertumbuhan penduduk (n) akan mempengaruhi tingkat tabungan (s) dan modal (c) maka persamaan pertumbuhan output pada periode t menjadi s Y t n ............................................................................................... (9) c
3.1.1.2. Neo – Classical Model Dalam kelompok aliran pemikiran neo-klasik, model pertumbuhan Sollow (Sollow Growth Model) dianggap sebagai representatif dalam menangkap ide utama dalam teori pertumbuhan neo-klasik (Basu, 2000). Dalam model pertumbuhan Sollow dijelaskan bagaimana tabungan, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat pertumbuhan output sepanjang waktu. Dalam model neo-klasik, output merupakan fungsi dari modal dan tenaga kerja yang direpresentasikan dalam persamaan berikut :
32
Y f ( K , L) ............................................................................................. (10)
dimana K adalah modal dan L adalah tenaga kerja. Dalam model juga diasumsikan fungsi produksi constant return to scale sehingga persamaan fungsi produksi menjadi
Y f (K , L) .................................................................................... (11) Persamaan (11) menjelaskan bahwa besarnya output dalam perekonomian adalah relatif terhadap besarnya tenaga kerja dimana λ ≥ 0,
f (K , L) f ( K , L) ,
λ= 1/L, sehingga persamaan fungsi produksi baru menjadi : Y / L f ( K / L,1) ................................................................................... (12)
persamaan (12) menunjukan output per tenaga kerja (Y/L) merupakan fungsi dari modal per tenaga kerja (K/L). Dalam bentuk lain persamaan (12) dapat ditulis menjadi y f (k ) ................................................................................................ (13)
dimana
y adalah (Y/L) dan
k adalah (K/L). Persamaan ini menjelaskan
pertumbuhan output per tenaga kerja dapat meningkat hanya jika rasio modaltenaga kerja meningkat. Dalam perekonomian tingkat pendapatan (y) akan dialokasikan untuk konsumsi (C) dan investasi (i),sehingga
y=C+i, sementara fungsi konsumsi
adalah C=(1-s)y maka persamaan investasi menjadi i = sy. Kemudian dengan memasukan persamaan (13) kedalam persamaan investasi maka diperoleh persamaan investasi sebagai berikut : i sf (k ) ................................................................................................ (14)
33
Investasi merupakan penjumlahan investasi bersih dan pergantian penyusutan barang modal atau dengan kata lain perubahan stok modal merupakan selisih antara investasi dengan tingkat penyusutan. Maka persamaan perubahan stok modal dapat ditulis sebagai berikut : k i k .............................................................................................. (15)
atau
k sf ( k ) k ...................................................................................... (16)
Dengan memasukan faktor pertumbuhan penduduk (n) maka persamaan perubahan stok modal menjadi : k sf (k ) ( n) k ............................................................................. (17)
Persamaan (17) menujukan bahwa perubahan stok modal dipengaruhi oleh besarnya pertumbuhan ( n)k . Dengan kata lain model Sollow menjelaskan bagaimana tabungan dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi keseimbangan stok modal (steady-state capital stock) dan keseimbangan pendapatan per kapita (steady-state level of income per capita) dalam jangka panjang (Mankiw, 2000). Satu hal yang menjadi kekuatan model pertumbuhan Sollow adalah dengan memasukan faktor perkembangan teknologi (g) kedalam model seperti ditulis dalam persamaan (17). Persamaan ini menganggap perkembangan teknologi sebagai faktor eksogen. k sf (k ) ( n g ) k ....................................................................... (18)
3.1.1.3. Endogeonous Growth Model Seperti
yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa
dalam model
pertumbuhan Sollow teknologi merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi
34
output. Sementara dalam model pertumbuhan endogen (endogenous growth) ini perkembangan
teknologi
dianggap
sebagai
faktor
endogen
yang
akan
mempengaruhi output dalam jangka panjang, sehingga disebut sebagai model Endogenous Growth. Fungsi produksi dalam model endogen diulistrasikan sebagai berikut : Y AK .................................................................................................. (19)
dimana Y adalah output, K adalah stok modal dan A adalah konstanta yang mengukur sejumlah output yang diproduksi per unit modal. Sementara persamaan (16) disebutkan bahwa perubahan stok modal (Δk) merupakan selisih antara investasi (sY) dengan tingkat penyusutan modal (δk), dengan memasukan persamaan (19) kedalam persamaan (16) maka diperoleh : Y / Y K / K sA ........................................................................ (20)
Persamaan (20) menunjukan bagaimana tingkat pertumbuhan modal (ΔK/K) atau pertumbuhan output (ΔY/Y) akan terus tumbuh selama sA > δ meski tanpa asumsi adanya perkembangan teknologi. Dalam model pertumbuhan Sollow dijelasakan bahwa modal mendorong pertumbuhan output untuk sementara, tetapi dengan diminishing return to capital pertumbuhan terjadi hanya jika ada perkembangan teknologi. Hal ini kontras dengan model pertumbuhan endogen, dimana investasi dan tabungan mampu mendorong pertumbuhan sepanjang waktu. Model endogen menganggap pengetahuan merupakan faktor input produksi dimana barang dan jasa yang dihasilkan sebenarnya hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dalam model endogen pengetahuan
35
merupakan modal yang tidak mungkin bersifat diminishing return tetapi diasumsikan constant return to scale. 3.1.2. Konsep Permintaan Akhir Pada Bab 2 telah dijelaskan bahwa permintaan akhir (final demand) terdiri dari permintaan domestik dan net ekspor sebagai rest of world. Permintaan akhir domestik merupakan permintaan terhadap barang dan jasa di dalam negeri yang dihasilkan oleh sektor perekonomian dengan tujuan barang dan jasa yang diminta tidak untuk dijadikan kegiatan produksi lebih lanjut. Permintaan akhir domestik terdiri dari konsumi, pengeluaran pemerintah, dan investasi atau perubahan stok modal. 3.1.2.1. Konsumsi Rumahtangga dan Pemerintah Mankiw (2000) menjelaskan bahwa konsumsi merupakan permintaan akhir sejumlah barang dan jasa oleh rumahtangga (household) dalam suatu perekonomian. Besarnya konsumsi dipengaruhi oleh disposable income yang merupakan total penerimaan rumahtangga setelah dikurangi pajak. Persamaan fungsi konsumsi dituliskan pada persamaan (21), dimana C adalah konsumsi rumahtangga, T adalah pajak, dan (Y-T) adalah besarnya disposable income. C C (Y T ) …………………………………………..…………..….. (21)
Sementara
itu,
pengeluaran
pemerintah
(government
purchases)
merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk barang dan jasa serta transfer payment. Pada model persamaan pendapatan nasional (Y), pengeluaran pemerintah merupakan variabel eksogen (Mankiw, 2000). G G ……………………………………………….……………..….. (22)
36
3.1.2.2. Modal dan Investasi Modal (capital) dan investasi (investment) merupakan konsep yang saling berhubungan hanya saja modal merupakan konsep stock dan investasi merupakan konsep flow. Perusahaan membeli barang investasi untuk menambah sejumlah stok modal dan mengganti barang modal yang telah rusak atau habis (Mankiw, 2000). Dalam konsep produksi, modal (K) bersama tenaga kerja (L) merupakan dua faktor produksi yang penting dalam menghasilkan sejumlah output (Y). Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan dalam Y AK L1 , dimana α, β adalah parameter yang mengukur share kapital terhadap output dan A adalah parameter yang mengukur tingkat teknologi. Harga setiap faktor produksi merupakan balas jasa dari faktor produksi, dimana sewa (rent) adalah balas jasa dari penggunaan faktor produksi modal. Perusahaan akan memutuskan berapa banyak modal yang digunakan (disewa) dengan membandingkan biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari setiap unit modal. Jika perusahaan menyewakan modal pada tingkat harga sewa R dan menjualnya pada tingkat harga P, maka harga riil per unit modal (real rent price) adalah R/P. Sementara manfaat riil per unit modal adalah tambahan output yang diproduksi karena menambah satu unit modal atau disebut marginal product of capital (MPK). MPK disini merupakan permintaan dari modal itu sendiri, karena slope MPK yang negatif karena MPK semakin turun apabila stok modal meningkat. Keuntungan maksimum yang diperoleh perusahaan jika perusahaan menyewakan modal sampai MPK turun dan sama dengan harga sewa riil (R/P). Hubungan
37
antara harga sewa riil (R/P), stok modal (K) dan marginal product of capital
Harga sewa riil, R/P
(MPK) disajikan pada Gambar 1.
MPK
K
Stok Modal, K
Sumber : Mankiw, 2000 Gambar 2. Harga Sewa Modal Manfaat dari memiliki modal adalah sewa modal yang diperoleh sebagai balas jasa kepemilikan modal. Sementara biaya kepemilikan modal tergantung pada harga relatif modal, tingkat suku bunga dan tingkat penyusutan yang direpresentasikan pada persamaan matematik berikut : Biaya Modal
= iPK PK PK ………………………..……….….. (23) = PK (i PK / PK ) …………………….………….. (24)
dimana i adalah tingkat suku bunga nominal, PK adalah harga barang modal dan δ adalah tingkat penyusutan. Jika diasumsikan harga barang modal akan meningkat dengan meningkatnya harga barang lainnya, maka ΔPK/PK sama dengan tingkat inflasi π. Karena i – π sama dengan tingkat suku bunga riil r, persamaan biaya modal menjadi : Biaya Modal = PK (r + δ) ……………………………...….…………. (25)
38
Kemudian biaya kepemilikan modal adalah relatif terhadap barang lainnya dalam perekonomian, maka biaya riil dari kepemilikan modal ditulis dalam persamaan sebagai berikut : Biaya Riil Modal = (PK / P) (r + δ) ………………………....……...…. (26) dimana PK/P adalah harga relatif barang modal. Tingkat keuntungan dari kepemilikan per unit modal adalah selisih antara penerimaan (R/P) sebagai harga sewa riil dan biaya riil (PK / P) (r + δ) dituliskan menjadi : Keuntungan
= Penerimaan – Biaya = R/P - (PK / P) (r + δ) ……………………..….……… (27)
karena harga sewa riil sama dengan marginal product of capital (MPK), maka tingkat keuntungan kepemilikan modal menjadi : Keuntungan
= MPK - (PK / P) (r + δ) ……….………...…….……… (28)
Perubahan dalam stock modal atau investasi bersih (net – investment) tergantung pada perbedaan antara marginal product of capital (MPK) dengan biaya riil modal (PK / P) (r + δ). Jika MPK lebih besar dari biaya riil modal, akan menguntungkan jika menambah persediaan modal. Jika MPK lebih kecil dari biaya riil modal, maka dibiarkan persediaan modal mengecil (Mankiw, 2000). Dengan demikian dapat ditulis persamaan investasi sebagai berikut : ΔK = In [ MPK - (PK / P) (r + δ)] ……………………..…...…………… (29) dimana In merupakan fungsi yang menunjukan seberapa besar investasi bersih respon terhadap insentif untuk berinvestasi. Dengan demikian investasi (I) merupakan penjumlahan investasi bersih dan pergantian penyusutan barang modal yang dapat ditulis pada persamaan berikut :
39
I = In [ MPK - (PK / P) (r + δ)] ……………………...…….…………… (30) Persamaan (30) menunjukan bagaimana investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga riil r. Penurunan dalam tingkat suku bunga riil mengurangi biaya modal, oleh karena itu memiliki modal lebih menguntungkan, demikian juga sebaliknya. Kemudian dalam jangka panjang, marginal product of capital (MPK) sama dengan biaya modal riil. Investasi akan menguntungkan jika nilai MPK lebih besar dari tingkat suku bunga riil. Dengan demikian seberapa besar investor akan menanamkan modalnya dipengaruhi juga oleh kebijakan tingkat suku bunga. 3.1.2.3. Ekspor Bersih Pada model perekonomian terbuka (open economy), pendapatan nasional atau output perekonomian (Y) dipengaruhi oleh ekspor bersih (net eksport) yang merupakan selisih antara ekspor dan impor. Besarnya ekspor bersih dipengaruhi oleh nilai tukar (exchange rate). Mengacu pada model Mundell-Fleming, persamaan ekspor bersih dapat dituliskan pada persamaan (31), dimana NX(e) adalah ekspor bersih yang dipengaruhi oleh nilai tukar. NX (e) Y C (Y T ) I (r ) G ……..…………………….……..….. (31)
3.1.3. Pengaruh Permintaan Akhir Terhadap Pertumbuhan Berdasarkan persamaan (31), output atau pendapatan nasional dapat dituliskan sebagai berikut : Y C (Y T ) I (r ) G NX (e) ........................................................... (32)
Donrbush dan Fisher (1992) menyatakan bahwa output nasional berada pada tingka kesetimbangan (equilibrium) apabila output sama dengan permintaan
40
agregat (AD) atau ketika akumulasi modal yang direncanakan sama dengan nol, dimana persamaan output dapat ditulis menjadi
Y AD .................................................................................................. (33) dengan memasukan persamaan (32) kedalam persamaan (33) maka didapat persamaan output baru yaitu AD AE Y C (Y T ) I (r ) G NX (e) ........................................ (34)
Pada persamaan (34), dapat dijelaskan bagaimana masing-masing komponen pembentuk output tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan output nasional. Perubahan konsumsi rumahtangga dapat dilihat berdasarkan kemiringan fungsi konsumsi yang disebut Marginal Propensity to Consume (MPC). MPC merupakan besarnya perubahan konsumsi karena peningkatan disposable income sebesar satu satuan nilai uang. Dampak perubahan konsumsi karena peningkatan disposable income terhadap output nasional, dimana faktor lain dianggap konstan
General Price (P)
disajikan pada Gambar 3.
AS
P2 P1 ΔC AD' AD = C + I + G + NX Y1
Y2
Y
Sumber : Mankiw, 2000 Gambar 3. Perubahan Konsumsi Terhadap Output Nasional
41
Sementara itu, perubahan investasi terhadap pendapatan nasional dapat digambarkan melalui kombinasi fungsi investasi dengan diagram perpotongan Keynessian. Untuk mempermudah analisis kita asumsikan konsumsi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih dianggap konstan, sehingga dampak perubahan investasi terhadap pendapatan nasional dapat dilihat dengan jelas. Pada Gambar 4, dijelaskan bahwa fungsi investasi berhubungan terbalik dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga menurun dari r1 ke r2 akan meningkatkan jumlah investasi dari I1 ke I2. Peningkatan jumlah investasi ini akan menggeser fungsi pengeluaran (AE) ke atas. Pergeseran dalam fungsi pengeluaran ini menyebabkan tingkat pendapatan nasional meningkat dari Y1 ke Y2. Kurva IS meringkas hubungan antara tingkat suku bunga dan pendapatan. Kurva IS mengkombinasikan interaksi antara r dan I yang ditunjukan oleh fungsi investasi, dan interaksi antara I dan Y yang ditunjukan dengan perpotongan Keynessian. E AE 2 AE 1
Y1
Y2
Income, Output (Y)
Suku Bunga
r1
r1
r2
r2 IS I (r ) I (r1 )
I (r1)
Investasi
Y1
Y2
Income, Output (Y)
Sumber : Mankiw, 2000 Gambar 4. Hubungan Suku Bunga, Investasi dan Output Nasional
42
Pada persamaan (31) dijelaskan bahwa perubahan terhadap ekspor bersih dipengaruhi oleh nilai tukar. Oleh karena itu, perubahan terhadap nilai tukar akan mempengaruhi perubahan output nasional melalui perubahan ekspor bersih dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Mengacu pada model Mundell-Fleming dalam small open economy dengan menganut floating exchange rate, terjadinya perubahan ekspor bersih karena perubahan nilai tukar berdampak terhadap perubahan kurva IS-LM yang selanjutnya akan merubah output nasional seperti yang terlihat pada Gambar 5.
Nilai Tukar riil (e)
LM (P1)
LM (P2)
e1
e2 IS
Y1
Y2
Ouput (Y)
Sumber : Mankiw, 2000 Gambar 5. Perubahan Nilai Tukar Terhadap Output Nasional 3.1.4. Pengaruh Pertumbuhan Terhadap Pendapatan dan Lapangan Kerja Pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat merupakan variabel makroekonomi yang selalu menjadi sasaran pembangunan. Menurut Winoto dan
43
Siregar (2005), pertumbuhan ekonomi ini dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Pada Gambar 6 terlihat jika terjadi peningkatan salah satu variabel permintaan akhir dan variabel yang lain dianggap tetap, maka aggregate demand bergeser ke kanan atas yang menyebabkan pendapatan nasional meningkat dari
General Price (P)
(Y1) ke (Y2) dan tingkat harga umum menjadi naik dari (P1) ke (P2).
AS
P2 P1 Δ AD AD' AD = C + I + G + NX Y1
Y2
Y, PDB
Sumber : Donrbush dan Fisher, 1992 Gambar 6. Investasi, Pendapatan Nasional dan Harga Kenaikan pendapatan nasional dan tingkat harga umum menyebabkan kenaikan terhadap kesempatan kerja. Pertama jika pendapatan nasional meningkat berarti produksi nasional meningkat. Kenaikan produksi nasional akan mendorong penggunaan faktor produksi diseluruh perekonomian seperti tenaga kerja dan faktor produksi lainnya. Artinya terjadinya pertumbuhan pendapatan nasional
44
akan menyerap tenaga kerja. Dengan demikian jelas pengaruh pertumbuhan mendorong pembukaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Kenaikan pendapatan nasional juga menyebabkan kenaikan tingkat harga umum (P). Kenaikan tingkat harga umum ini menyebabkan upah riil (W/P) di pasar tenaga kerja menjadi turun. Penurunan tingkat upah riil akan menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja meningkat. MPL W / P .......................................................................................... (35)
Perusahaan akan menggunakan tenaga kerja tambahan selama produk marginal tenaga kerja (marginal product of labour, MPL) melebihi biaya tambahan karena menggunakan tenaga kerja tambahan (MPL > W/P). Kemiringan kurva MPL yang negatif mencerminkan permintaan tenaga kerja, dimana perusahaan akan mempekerjakan tenaga kerja tambahan jika tingkat upah riil mengalami penurunan. Secara ringkas bagaimana upah riil mempengaruhi
Upah Riil (W/P)
permintaan tenaga kerja disajikan pada Gambar 7.
Supply Tenagakerja
W(P1) W(P2)
MPL = Permintaan Tenagakerja L1
L2
Kesempatan Kerja (L)
Sumber : Donrbush dan Fisher, 1992 Gambar 7. Upah Riil dan Kesempatan Kerja di Pasar Tenaga Kerja
45
3.2. Kerangka Pemikiran Terjadinya penurunan output sektor-sektor berbasis kehutanan selama beberapa tahun terakhir yang tercermin dari penurunan kontribusi PDB sektor kehutanan terhadap PDB nasional. Penurunan output tersebut tentunya berdampak terhadap perekonomian secara keseluruhan terutama terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat yang berkerja di sektor tersebut. Selain itu, penurunan output pada sektor-sektor berbasis kehutanan berdampak terhadap sektor lainnya yang terkait kuat dengan sektor tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada tiga aspek yaitu menganalisis pertumbuhan dan sumbersumber pertumbuhan gross output sektor-sektor berbasis kehutanan yang diklasifikasi kedalam enam sektor, menganalisis dampak perubahan output tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan serta melihat keterkaitan sektor berbasis kehutanan dengan sektor lainnya. Untuk menjawab ketiga hal tersebut, digunakan pendekatan model I-O Miyazawa Tahun 2008 yang dianggap mampu menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan, menguraikan secara lebih jelas perubahan output terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat pada berbagai kelompok pendapatan dan sektor-sektor mana yang memiliki keterkaitan kuat (linkages) dengan sektor berbasis kehutanan. Model I-O Miyazawa pada penelitian ini dikembangkan dari Tabel I-O Indonesia Tahun 2008 yang didukung oleh data Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2008 (BPS, 2008a), Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
46
Tahun 2008 (BPS, 2008b) serta data-data statistik lainnya. Secara keseluruhan kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 8. Output Sektor Berbasis Kehutanan Terus Menurun Analisis Pertumbuhan Gross Output dan Sumber Pertumbuhan - Data Susenas 2008 - Data Sakernas 2008 - Data Statistik
Golongan Pendapatan Rumahtangga Pendapatan Rendah
Model I-O Miyazawa Tahun 2008
Penyerapan Tenagakerja
Tabel I-O Indonesia Tahun 2008 dan 2005
Linkages Antar Sektor
Pendapatan Sedang Pendapatan Tinggi
DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (KOTA+ DESA)
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.3. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesis yaitu : 1.
Secara umum, sumber pertumbuhan output sektor-sektor berbasis kehutanan berdasarkan dekomposisi struktural lebih disebabkan oleh faktor domestc final demand, dan khusus untuk industri pulp sumber pertumbuhan output disebabkan oleh faktor ekspor.
2.
Peningkatan output sektor-sektor berbasis kehutanan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan rumahtangga,
47
terutama golongan rumahtangga berpendapatan rendah di wilayah perdesaan. 3.
Sektor-sektor perekonomian lain yang diduga memiliki keterkaitan kuat terhadap sektor-sektor berbasis kehutanan antara lain sektor bangunan, jasa perdagangan dan jasa angkutan.