I
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK
i iii v vi
1. 1.1 1.2 1.3 1.4
PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan Sistematika Penulisan
1 1 4 5 8
2. 2.1 2.2 2.3
TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD Struktur organisasi Susunan Kepegawaian dan Kelengkapan Tupoksi
11 11 13 20
3. 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
PROFIL KINERJA PELAYANAN SKPD Kinerja Pelayanan Masa Kini Identifikasi Permasalahan Telaahaan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Hasil Analisa terhadap KLHS Isu-Isu Strategis
31 31 41 49 53 61
3.6 3.7 4.
67 70
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Visi Misi Tujuan Strategi dan Kebijakan PROGRAM Program Indikator Kinerja Kelompok Pendanaan Indikatif
75 75 75 76 102 106 106 109 113 119
5.
INDIKATOR KINERJA SASARAN
134
6.
PENUTUP
137
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Pembangunan
pertanian
secara
umum
dan
pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan
daerah
Provinsi
Sumatera
Barat
baik
langsung seperti dalam pertumbuhan PDRB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan penyediaan
pangan,
maupun
tidak
langsung
melalui
peningkatan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dalam melaksanakan koordinasi
dan
pemberian
fasilitasi
bagi
pelaksana
pembangunan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat. Potensi pengembangan ekonomi suatu daerah dari sisi pembangunan sektoral ditentukan oleh Keuntungan Komperatif
yang
dimiliki
oleh
daerah
bersangkutan
dibandingkan dengan kinerja sektor yang sama secara nasional.
Tingkat
subsektor
suatu
Keuntungan daerah
dapat
Komperatif diukur
sektor
dengan
dan Indek
Koefisien Lokasi (Location Quotient, LQ). Berdasarkan Indek Koefisien Lokasi sebagaimana yang tertuang pada 1
RPJMD
Provinsi
Sumatera
Barat
tahun
2010-2015
menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi wilayah yang cukup penting bagi pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai LQ lebih besar dari satu yaitu 1,75 yang
memperlihatkan
bahwa
sektor
ini
mempunyai
Keuntungan Komperatif yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama secara rata-rata pada provinsi lainnya di Indonesia. Di dalam sektor pertanian tersebut terlihat pula bahwa subsetor tanaman pangan ternyata merupakan potensi ekonomi utama Provinsi Sumatera Barat. Kondisi ini terlihat dari nilai LQ yang cukup tinggi yaitu rata-rata 1,78. Dengan kesejahteraan kemampuan
meningkatnya masyarakat
daya
beli
pendidikan
mendorong
dan
dan
peningkatan
preferensi
permintaan
masyarakat terhadap komoditas tanaman pangan dan hortikultura, dalam rangka diversifikasi komsumsi dan peningkatan
gizi.
Pembangunan
pertanian
tanaman
pangan dan hortikultura sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan hasil dan mutu produksi, mengembangkan usaha profesional yang efektif dan efisien serta mampu bersaing di pasar bebas, baik di dalam negeri maupun luar negeri sehingga punya kontribusi terhadap perekonomian 2
daerah. Berbagai usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura
baik secara aspek produksi, pengolahan
maupun pemasaran memiliki potensi besar sebagai sumber percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Revitalisasi pertanian menjadi penting tidak hanya dalam mendorong percepatan pertumbuhan produksi, tetapi juga dalam peningkatan
nilai
tambah
produk
lokal
dengan
pengembangan agroindustri di pedesaan. Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
mempunyai
tugas dan fungsi merumuskan kebijakan daerah, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Renstra
merupakan
acuan utama bagi jajaran lingkup Dinas Pertanian se Sumatera Barat yang selanjutnya Renstra ini dijadikan acuan pula dalam menyusun tahunan
dalam
pelaksanaan
Rencana Kerja (Renja) Pembangunan
Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Rencana
Strategis
(Renstra)
Dinas
Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat ini merupakan dokumen perencanaan yang berisikan arahan visi, misi, tujuan, target, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan-kegiatan yang akan menjadi acuan bagi Dinas lingkup
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura
Provinsi dan kabupaten/Kota se Sumatera Barat, selama lima tahun ke depan (2011-2015). 3
Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas
potensi,
peluang,
permasalahan
mendasar
dan
tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Sumatera Barat. Dokumen Renstra ini seyogyanya dijadikan acuan dan arahan dalam melaksanakan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura periode 2011-2015 secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi baik di dalam maupun antar sektor terkait. Rencana
strategis
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan disusun berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015, Renstra Kementerian Pertanian Tahun
2010-2014,
pembangunan
sub
serta
hasil
sektor
evaluasi
tanaman
pelaksanaan pangan
dan
hortikultura yang sesuai dengan tugas dan kewenangan dan aspirasi masyarakat. 1.2
MAKSUD DAN TUJUAN Renstra
Tanaman
(Rencana
Pangan
Strategis)
Provinsi
Sumatera
Dinas
Pertanian
Barat
adalah
merupakan pedoman yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan
perencanaan
pembangunan
pertanian
tanaman pangan dan hortikultura tahun 2011-2015 di Sumatera Barat.
4
Tujuan
penyusunan
mewujudkan
Renstra
sinergitas
penganggaran,
ini
antara
pelaksanaan
adalah
untuk
perencanaan,
dan
pengawasan
pembangunan pertanian khusus tanaman pangan dan hortikultura antar wilayah, antar sektor pembangunan, dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi
berbagai
sumber
daya
dalam
pembangunan
pertanian. 1.3
LANDASAN HUKUM Dalam
Penyusunan
Rencana
Strategis
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015,
peraturan
perundang-undangan
yang
dijadikan landasan hukum adalah sebagai berikut: 1.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2.
Undang-undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 3.
Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
5
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan
dan
Penetapan
Standar
Pelayanan Minimal; 6.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah;
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintah
Daerah; 9.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 15/Permentan/ Rc.110/1/2010
Tentang
Rencana
Kementerian Pertanian 2010-2014 6
Strategis
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri
Perubahan
Nomor
atas
59
Tahun
Peraturan
Menteri
2007 Dalam
tentang Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi SumaterA Barat Tahun 20052025; 15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Nomor 1 tahun 2003 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat 16. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 20052025; 17. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011 tentang RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
7
1.4
SISTEMATIKA PENULISAN Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 20112015 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab 1 :
PENDAHULUAN Memuat
latar
belakang,
landasan
hukum,
maksud dan tujuan, serta sistematika Penulisan Renstra Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015 Bab 2 : GAMBARAN PELAYANAN SKPD Menyampaikan
gambaran
Tugas,
Fungsi,
Struktur Organisasi, Sumberdaya SKPD (sumber daya manusia dan sumberdaya institusi), Kinerja Pelayanan,
Tantangan
dan
Peluang
Pengembangan Pelayanan SKPD Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Bab 3 : ISU-ISU STRATEGIS Menjelaskan isu-isu strategis yang akan dihadapi meliputi identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan, Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah, Telaahan Renstra Kementerian
Pertanian
dan
Renstra
Provinsi
Sumatera Barat, Telaahan Rencana Tata Ruang 8
Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, dan
penentuan
pelaksanaan
isu-isu
tugas
strategis
pokok
dan
terhadap
fungsi
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Bab 4 : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Merupakan
gambaran
Visi
dan
Misi
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pembangunan
Pertanian,
serta
Strategi
dan
Kebijakan berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumater Barat. Bab 5 : RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Menjelaskan rencana program, rencana kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan rencana pendanaan indikatif kegiatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.
9
BAB 6 : INDIKATOR KINERJA Menjelaskan
indikator kinerja Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat yang mengacu kepada tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Sumatera Barat BAB 7 : PENUTUP
10
BAB 2 TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD 2.1.
STRUKTUR ORGANISASI Struktur
organisasi
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan Provinsi Sumatera Barat terdiri dari : 1.
Kepala Dinas.
2.
Sekretariat terdiri dari : a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. b. Sub Bagian Keuangan. c. Sub Bagian Progam.
3.
Bidang Tanaman Pangan, terdiri dari. a. Seksi PengembanganPadi. b. Seksi Pengembangan Palawija. c. Seksi Benih.
4.
Bidang Hortikultura, terdiri dari: a. Seksi Pengembangan Tanaman Buah. b. Seksi
Pengembangan
Tanaman
Sayuran
Biofarmaka. c. Seksi Pengembangan Tanaman Hias. 5.
Bidang Pengulahan & Pemasaran hasil, Terdiri dari : a. Seksi Pasca Panen. b. Seksi Pembinaan Usaha & Pengembangan. c. Seksi Standarisasi dan Perizinan. 11
&
6.
Bidang Sarana dan Prasaran Pertaian, terdiri dari. a. Seksi Pengolahan Lahan dan Air. b. Seksi Pengawasan Pupuk dan Pestisida. c. Seksi Pengembangan Kelembagaan.
7.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari : a. Balai
Perlindungan
Tanaman
Pangan
dan
Hortikltura (BPTPH) terdiri dari: -
Kepala.
-
Sub Bagian Tata Usaha.
-
Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH). -
Kepala.
-
Sub Bagian Tata Usaha.
-
Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Balai Diklat Pertanian (BDP). -
Kepala.
-
Sub Bagian Tata Usaha.
-
Kelompok Jabatan Fungsional.
d. Balai
Benih
Induk
Tanaman
Pangan
Hortikultura (BBI-TPH). -
Kepala.
-
Sub Bagian Tata Usaha.
-
Seksi Pembibitan dan Produksi.
-
Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan 12
dan
e. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikltura (BMP-TPH).
f.
2.2.
-
Kepala.
-
Sub Bagian Tata Usaha.
-
Kelompok Jabatan Fungsional.
Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN) -
Kepala.
-
Sub Bagian Tata Usaha.
-
Kelompok Jabatan Fungsional
SUSUNAN KEPEGAWAIAN DAN KELENGKAPAN
2.2.1. SUMBERDAYA MANUSIA Kondisi Sumberdaya Aparatur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel data pegawai berikut ini. Tabel 1. Jumlah Pegawai berdasarkan Kualifikasi Pangkat dan Golongan, dan Jenis Kelamin
NO
UNIT KERJA
1
PROVINSI
GOLONGAN RUANG/JENIS KELAMIN GOLONGAN RUANG IV JUMLAH A B C D P W P W P W P W P W 6 6 7 0 1 0 1 0 15 6
2
BPTPH
8
2
3
1
0
0
0
0
11
3
3
BPSBTPH
0
0
3
3
0
0
0
0
3
3
4
BDP TPH
2
0
1
1
2
2
0
0
5
3
5
BBI TPH
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
6
BMP TPH
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
13
7
SPP N JUMLAH
5 21
4 13
0 16
1 6
0 3
0 2
0 1
0 0
5 41
5 21
P
GOLONGAN RUANG III B C W P W P W
P
P
P
W
16
15
13
18
4
9
8
7
41
49
BPTPH
7
4
17
10
67
5
44
6
135
25
3
BPSBTPH
2
3
10
8
7
7
7
10
26
28
4
BDP TPH
3
1
8
4
1
1
2
2
14
8
5
BBI TPH
2
3
6
3
2
0
1
3
11
9
6 7
BMP TPH SPP N
0 1
1 2
3 4
0 2
1 0
0 2
1 2
1 1
5 7
2 7
JUMLAH
31
29
61
45
82
24
65
30
239
128
UNIT KERJA
1
PROVINSI
2
NO
NO
UNIT KERJA
A
JUMLAH
D
GOLONGAN RUANG II A
B
C
JUMLAH
D
P
W
P
W
P
W
P
P
P
W
1
PROVINSI
21
7
2
1
5
5
2
2
30
15
2
BPTPH
14
8
1
0
4
0
0
2
19
10
3
BPSBTPH
0
0
0
0
4
2
4
0
8
2
4
BDP TPH
8
6
0
0
0
0
1
0
9
6
5
BBI TPH
7
3
1
1
2
0
1
0
11
4
6
BMP TPH
7
2
1
0
0
0
0
0
8
2
7
SPP N
6
1
0
0
4
1
0
0
10
2
27 5 2 19 8 GOLONGAN RUANG I A B C P W P W P W
8
4
95
41
JUMLAH NO
UNIT KERJA
63
P
D
JUMLAH P
P
W
1
PROVINSI
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
2
BPTPH
0
0
0
0
2
0
0
0
2
0
3
BPSBTPH
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
BDP TPH
2
1
0
0
1
0
0
0
3
1
5
BBI TPH
0
0
0
0
2
0
0
0
2
0
6
BMP TPH
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
7
SPP N
1
0
0
0
1
0
1
0
3
0
JUMLAH
3
1
0
0
8
1
1
0
12
2
14
Potensi Pertanian dengan
pelayanan
Tanaman
yang
Pangan
sumberdaya
tersedia
Provinsi
manusia
pada
Dinas
Sumatera
Barat
dan
kelembagaan
merupakan kekuatan untuk dapat melaksanakan tugas tugas
yang
dibebankan
terutama
perannya
sebagai
penanggung jawab dan simpul koordinasi pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selanjutnya potensi pelayanan pembangunan pertanian TPH yang berada pada Kabupaten/Kota akan dapat mendukung upaya – upaya pembangunan beserta seluruh unit kerja yang di Kecamatan/Balai Penyuluhan Pertanian dan para penyuluh
pertanian
dengan
segenap
organisasii
kemasyarakat yang bergerak di bidang pertanian. Untuk mendukung penerapan teknologi pertanian, Provinsi
Sumatera
Barat
memiliki
Balai
Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Sedangkan pada unit kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan didukung pula dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yakni, Balai Proteksi TPH, Balai Benih Induk TPH, Balai Pengawasan Sertifikasi Benih,
Balai
Diklat
Pertanian
Pertanian TPH, SMK-PP N Padang.
15
TPH,
Balai
Mekanisasi
2.2.2. SUMBERDAYA INSTITUSI A.
Balai Benih Induk Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian, Balai
Benih
adalah
merupakan
institusi
perbenihan
yang
menangani fungsi produksi baik untuk benih sumber maupun
benih
sebar
kepada produsen.
sekaligus
mendistribusikannya
Peran Balai Benih sangat penting
dalam mempelopori perkembangan penggunaan benih bermutu varietas unggul padi, palawija dan hortikultura serta penyebar luasan varietas unggul tersebut kepada masyarakat maupun penangkar. Kegiatan
perbenihan
lebih
ditujukan
untuk
meningkatkan kinerja para pelaku sistem perbenihan dalam
memproduksi
benih
unggul
bermutu,
serta
bagaimana kemampuan mereka dalam menyediakan benih unggul
bermutu
tersebut
untuk
menunjang
program
pengembangan agribisnis. B.
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih merupakan
institusi pengawas yang mempunyai tenaga profesional dan terampil yang dapat mengikuti perkembangan industri perbenihan. Sejalan dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dan Peraturan Gubernur 16
No. 82 Tahun 2008 telah menetapkan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih sebagai Unit Pelaksana Tenis Dinas Pertanian
Tanaman
dengan tugas pokok teknis
operasional
Pangan
Provinsi
Sumatera
Barat
yaitu melaksanakan sebagian tugas Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
terutama penyiapan varietas dan pengawasan mutu benih, pengujian
laboratorium
serta
mengawasi
peredaran
perbenihan. C.
Balai
Perlindungan
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, terus dilakukan untuk mendukung peningkatan ketersediaan
pangan
dan
bahan
baku
industri.
Meningkatnya penerapan budidaya tanaman yang baik (Good Agricultural Practices- GAP), jaminan mutu produk dan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sesuai SOP (Standard Operational Procedure) merupakan salah satu cara untuk peningkatan produktivitas. Upaya berhasil
jika
peningkatan tidak
produktivitas
diiringi
dengan
upaya
tidak
akan
penekanan
kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
17
D.
Balai Mekanisasi Pertanian Balai Mekanisasi Pertanian mempunyai 3 kegiatan
utama yang tediri dari : a. Pengembangan alat efisiensi
alat
; dilaksanakan dalam rangka
mesin
pertanian
yang
beredarkan
ditingkat petani b. Pelayanan masyarakat
Bengkel keliling
Pembuatan Alat
Pembinaan bengkel pengrajin
Pelatihan untuk perbaikan dan perawatan bagi operator. Bengkel - bengkel pertanian yang telah lolos uji sertifikasi telah dapat membuat atau menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh pemerintah.
c.
Pengujian Mutu Alsintan Balai Mekanisasi Pertanian telah pula mendapat
sertifikasi untuk mengawasi
bengkel-bengkel pertanian
yang ada dilapangan E.
SMKPP-N Padang Sekolah
Menengah
Kejuruan
Pertanian
Pembangunan (SMKPP-N Padang adalah merupakan salah satu
Unit
Pelaksana
Teknis 18
(UPTD)
Dinas
Pertanian
Tanaman Pangan Sumatera Barat, yang berfungsi untuk pendidikan
formal
dibidang
pertanian
dan
setingkat
sekolah menengah atas. Lokasi
persekolahan
yang
berlokasi
di
Lubuk
Minturun merupakan pindahan dari tempat yang lama yang berada di pusat kota Padang. Sejak tahun 2009 sampai saat ini, fasilitas sarana dan prasarana untuk kelancaran proses belajar dan mengajar bagi siswa dan guru pada SMK-PP terus dilengkapi. Beberapa fasilitas yang telah dilengkapi tersebut diantaranya adalah labor bahasa, labor kultur jaringan, Ruang pratikum, lahan praktek baik untuk tanaman padi, palawija, hortikultura, dan perkebunan, berbagai jenis tanaman koleksi, asrama, ruang pertemuan serta berbagai sarana olah raga lainya, dengan jumlah guru pengajar 19 orang yang terdiri dari 12 orang guru tetap dan 7 orang guru tidak tetap. F.
Balai Diklat Pertanian Peningkatan
kualitas
dan
kemampuan
SDM
pertanian yang profesional pada akhirnya akan mampu menciptakan rumah tangga petani yang handal sebagai pelaku usaha pertanian sekaligus juga sebagai pelaku bisnis. Untuk hal ini Balai Diklat Pertanian setiap tahunnya
19
terus melakukan pelatihan bagi petugas dan petani baik pelatihan teknis maupun pelatihan non teknis. 2.3.
TUPOKSI Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Barat Nomor 4 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Nomor 1 tahun 2003 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat,
Organisasi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan berkedudukan sebagai : 1.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang Pertanian Tanaman Pangan
2.
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
dipimpin
oleh
seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam dimaksud
menyelenggarakan
diatas,
Dinas
tugas
Pertanian
sebagaimana
Tanaman
Pangan
Provinsi Sumatera Barat mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang Pertanian Tanaman Pangan dan tugas pembantuan berikut:
20
dengan fungsi sebagai
1.
Perumusan
Kebijakan
Teknis
dibidang
Pertanian
Tanaman Pangan . 2.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pertanian Tanaman Pangan.
3.
Pembinaan
dan
pelaksanaan
urusan
di
bidang
Pertanian Tanaman Pangan. 4.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
5.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Tugas dan fungsi masing-masing unit kerja pada
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut : 1. Sekretariat Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan
pengkoordinasian terpadu,
teknis,
penyelenggaraan
pelayanan
administrasi,
pembinaan, tugas
dan
secara
pelaksanaan
dibidang program, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk
menyelenggarakan
tugas
sebagaimana
sekretariat mempunyai fungsi : a). Penyelenggaraan koordinasi
perencanaan
dan
program
dinas;
b).
Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan;
c).
Penyelenggaraan
pengelolaan
urusan keuangan, umum, dan kepegawaian. 21
2. Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan
dan
pelaksanaan
di
bidang
Pengolahan lahan dan air, pengawasan pupuk dan pestisida, serta pengembangan kelembagaan. Untuk menyelenggarakan
tugas,
Bidang
Sarana
dan
Prasarana Pertanian mempunyai fungsi :a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang Pengolahan lahan dan air; b). Penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan pupuk dan pestisida; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pengembangan kelembagaan. 3. Bidang Tanaman Pangan Bidang
Tanaman
Pangan
mempunyai
tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Padi,
Pengembangan
menyelenggarakan
Palawija
tugas
pokok,
dan
Benih
Bidang
Untuk
Tanaman
Pangan mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan
kebijakan
teknis,
pelaksanaan
di
Pengembangan
Penyiapan
bidang
bahan
perumusan 22
pembinaan
dan
Padi;
kebijakan
b).
teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Palawija; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang Benih;. 4. Bidang Hortikultura Bidang Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan tanaman buah, Pengembangan tanaman sayur, dan Pengembangan Tanaman
Hias
dan
Biofarmaka.
Untuk
menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Hortikultura mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis,
pembinaan
dan
pelaksanaan
di
bidang Pengembangan Tanaman Buah; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Sayur; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Hias dan Biofarmaka. 5. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pasca panen,
pembinaan
Pembinaan
usaha
standarisasi 23
dan
Pemasaran
perizinan.
serta Untuk
menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pasca panen; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
di
bidang
pembinaan
usaha
dan
Pemasaran; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan
dan
pelaksanaan
di
bidang
Pembinaan standarisasi perizinan. 6. Unit Pelaksana Teknis Dinas a. Balai
Perlindungan
Tanaman
Pangan
dan
Holtikutura UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura
adalah
mempunyai
tugas
pokok
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan
teknis
penunjang
Dinas
Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Perlindungan Tanaman
Pangan
dan
Holtikultura
menyelenggarakan fungsi : - Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Teknis
Operasional Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pengkajian
dan
Analisis
Teknis
Operasional
Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; 24
- Pengujian dan Persiapan Teknologi Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan
kebijakan
teknis
Perlindungan
Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan
operasional
masyarakat
dengan
pelayanan
bidang
kepada
Perlindungan
Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan Pertanian bidang
operasional
Tanaman
tugas
Pangan
Perlindungan
teknis sesuai
Tanaman
Dinas dengan
Pangan
dan
Holtikultura; b. Pengawasan dan Sertifikat Benih UPTD
Balai
Pengawasan
dan
Sertifikat
Benih
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan
teknis
operasianal
dan/atau
kegiatan
teknis penunjang Dinas dibidang Pengawasan dan Sertifikat Benih. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai
Pengawasan
dan
Sertifikat
Benih
Pembangunan
Teknis
menyelenggarakan fungsi: - Penyusunan
Rencana
Operasional Pengawasan dan Sertifikat Benih - Pengkajian
dan
Analisis
Teknis
Pengawasan dan Sertifikat Benih;
25
Operasianal
- Pengujian dan Persiapan Teknologi Pengawasan dan Sertifikat Benih; - Pelaksanaan kebijakan teknis Pengawasan dan Sertifikat Benih; - Pelaksanaan masyarakat
operasional dengan
pelayanan
bidang
kepada
Pengawasan
dan
Sertifikat Benih; - Pelaksanaan
operasional
tugas
teknis
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Pengawasan dan Sertifikat Benih; c. Balai
Diklat
Pertanian
Tanaman
dan
Holtikutura UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
kegiatan
teknis
operasional
dan/atau
kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman
Pangan
dan
Holtikultura
menyelenggarakan fungsi : -
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Teknis
Operasional Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura;
26
- Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pengujian
dan
Persiapan
Teknologi
Diklat
Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan kebijakan teknis Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan masyarakat
operasional dengan
pelayanan
bidang
Diklat
kepada Pertanian
Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan
operasional
tugas
teknis
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Diklat
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura. d. Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikutura UPTD Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
kegiatan
teknis
operasional
dan/atau
kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Benih Induk Tanaman
Padi,
Palawija
menyelenggarakan fungsi :
27
dan
Hortikultura
- Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Teknis
Operasional Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura; - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura; - Pelaksanaan kebijakan Teknologi Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura; - Pelaksanaan
kebijakan
teknis
Benih
Induk
Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura; - Pelaksanaan
operasional
pelayanan
kepada
masyarakat sesuai dengan bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura - Pelaksanaan
operasional
tugas
teknis
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Benih
Induk
Tanaman
Padi,
Palawija
dan
Hortikultura. e. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikutura UPTD Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan
Holtikultura
mempunyai
tugas
pokok
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Mekanisasi
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai 28
Mekanisasi
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura menyelenggarakan fungsi : - Penyusunan
Rencana
Operasional
Pembangunan
Mekanisasi
Pertanian
Teknis Tanaman
Pangan dan Hortikultura; - Pengkajian Mekanisasi
dan
Analisis
Pertanian
Teknis
Operasional
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura; - Pelaksanaan
kebijakan
Teknologi
Mekanisasi
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan
kebijakan
teknis
Mekanisasi
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan
operasional
pelayanan
kepada
masyarakat sesuai dengan bidang Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan
operasional
tugas
teknis
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Mekanisasi
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura f. Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri UPTD
Sekolah
Pertanian
Pembangunan
Negeri
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan
teknis
operasianal
dan/atau
kegiatan
teknis penunjang Dinas di bidang Sekolah Pertanian 29
Pembangunan Negeri. Untuk melaksanakan tugas UPTD
Sekolah
Pertanian
Pembangunan
Negeri
menyelenggarakan fungsi: - Penyusunan
Rencana
Operasional
Sekolah
Pembangunan Pertanian
Teknis
Pembangunan
Negeri; - Pengkajian
dan
Analisis
Teknis
Operasianal
Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pengujian
dan
Persiapan
Teknologi
Sekolah
Pertanian Pembangunan Negeri; - Pelaksanaan kebijakan teknis Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pelaksanaan
operasional
pelayanan
kepada
masyarakat dengan bidang Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pelaksanaan
operasional
tugas
teknis
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri;
30
BAB 3 PROFIL KINERJA PELAYANAN SKPD 3.1. KINERJA PELAYANAN MASA KINI Pembangunan pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan nasional dan regional bukan saja terhadap
terhadap ketahanan pangan,
Produk
Domestik
Regional
tetapi juga
Bruto
(PDRB),
kesempatan kerja, sumber pendapatan dan perekonomian daerah. Sektor pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi utama Sumatera Barat yang dapat menggerakkan perekonomian
daerah
dan
peningkatan
pendapatan
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai
dampak
pembangunan
yang
dilaksanakan.
Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. 3.1.1.
Perkembangan
Produksi
Komoditas
Pertanian Sumatera Barat adalah merupakan salah satu provinsi penyangga beras nasional di wilayah Sumatera selain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung, dan berada di dalam 13 provinsi sentra padi. Capaian 31
produksi sangat
padi baik,
2006-2010 yaitu
telah
menunjukan
peningkatan
produksi
prestasi
padi
dari
1.889.489 ton tahun 2006 menjadi 2.211.248 ton pada tahun 2010, atau rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,03 %. Peningkatan produksi jagung juga cukup pesat, dengan rata-rata laju pertumbuhan mencapai 17,63 % pertahun yaitu dari 202.298 ton tahun 2006 menjadi 354.262 ton tahun 2010. Peningkatan produksi komoditas penting lainnya selama periode 2006-2010 juga menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang menggembirakan yaitu : Cabe sebesar 9,87 %, Kubis 2,89 %, Tomat 22,91 %, Jeruk 0,67 %, Pisang 27,99 %, dan Markisah 6,50%. Melanjutkan
kemajuan
pembangunan
pertanian
yang telah dicapai sebelumnya, selama periode 2006-2010 pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura mencatat
berbagai
keberhasilan.
Semua
capaian
pembangunan pertanian ini merupakan bentuk nyata dari hasil kerja keras dan kerjasama yang baik dan terus menerus dari para pelaku pembangunan pertanian, yaitu petani,
penyuluh,
pelaku
usaha
di
bidang
pertanian
bersama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota. Salah satu adalah meningkatnya produksi
beberapa
komoditi
unggulan
nasional
dan
unggulan daerah. Secara lebih lengkap dapat dilihat dari 32
capaian produksi komoditas pertanian, dan pencapaian kinerja pertanian lainnya sebagai berikut ini. Tabel 2. Perkembangan Produksi Padi di Sumatera Barat Tahun 2006 s/d 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7
Komoditi Padi Jagung Kedelai Kc.Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
2006 1.889.489 202.298 1.438 10.116 1.380 133.095 53.758
2007 1.938.120 223.233 1.131 9.671 1.345 114.551 53.793
Tahun 2008
1.965.634 351.843 1.459 10.260 1.434 102.285 61.817
2009 2.105.790 404.795 3.175 9.207 1.346 115.392 77.476
2010 2.211.248 354.262 1.835 9.162 1.134 193.188 104.302
LP 4,03 17,63 20,77 (2,27) (4,45) 13,90 18,73
Tabel 3. Perkembangan Produksi Sayuran Utama di Sumatera Barat Tahun 2006 s/d 2010 No.
Komoditi
1 2 3
Cabe Kubis Tomat
2006 27.265 75.604 22.347
Tahun 2008 32.432 87.316 30.793
2007 31.767 85.711 25.577
2009 35.777 90.321 33.842
2010 39.559 83.884 49.712
LP 9,87 2,89 22,91
Tabel 4. Perkembangan Produksi Buah-Buahan di Sumatera Barat tahun 2006 s/d 2010 No. 1 2 3
Komoditi Jeruk Pisang Markisah
2006 37.722
2007 20.488
Tahun 2008 24.555
39.132 94.286
62.129 91.066
80.933 118.118
3.1.2. Pelaksanaan
Kegiatan
Pertanian TPH. a.
Peningkatan Produksi 33
2009 24.780
2010 31.615
91.938 100.702
100.524 114.930
LP 0,67 27,99 6,42
Pembangunan
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi dengan penerapan program Padi Tanam Sabatang (PTS) untuk efisiensi usahatani, telah tersosialisasi di kab/kota. Program
Padi
Tanam
Sabatang
mampu
mengangkat
produktivitas padi rata-rata 7,18 kw / ha. Peningkatan produksi jagung disebabkan karena peningkatan
luas
panen
karena
meningkatnya
animo
petani dan peningkatan luas pertanaman terutama melalui pemanfaatan memungkinkan
lahan
yang
untuk
pengairannya
tanaman
padi.
tidak
Sedangkan
peningkatan produktivitas terutama disebabkan karena meningkatnya penggunaan benih hybrida. Pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
khususnya
petani tidak hanya melalui peningkatan produktivitas padi dan
palawija
saja,
namun
pengembangan
komoditi
hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias) juga mendapat perhatian yang lebih. Produk hortikultura Sumatera Barat juga merupakan komoditi andalan karena disamping untuk memenuhi kebutuhan lokal, Komoditi hortikultura terutama sayuran dan buah-buahan telah di pasarkan keluar Sumatera Barat. Dalam hal komoditi hortikultura, Sumatera Barat salah satu sentra produksi sayuran di samping Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Barat mempunyai dataran tinggi dan dataran rendah di mana semua jenis sayuran bisa tumbuh, serta punya 34
keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif. Untuk dapat
meningkatkan
diupayakan
mutu
dengan
jalan
dan
daya
penerapan
saing
telah
GAP/SOP
dan
registrasi kebun. Berbagai program dan kegiatan terus dilakukan untuk meningkatkan produksi sayuran dan buah-buahan di Sumatera Barat antara lain adalah : 1.
Memantapkan
pengembangan
kawasan
sentra
produksi 2.
Memfasilitasi
berkembangnya
usaha
agribisnis
komoditi unggulan 3.
Mengembangkan sistem dan industri perbenihan
4.
Penguasaan dan penerapan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan
5.
Pembinaan/Penerapan GAP, SOP, GHP/GMP dan lainlain.
6.
Pengembangan
pembibitan
buah-buahan
untuk
pengembangan
buah-buahan dipekarangan rumah
petani. 7.
Memperkuat
kelembagaan
usaha
dan
kemitraan
agribisnis 8.
Memfasiltasi pemasaran produk melalui penyediaan informasi pasar 35
b.
Pengembangan Pertanian Organik Upaya meningkatkan kualitas produk pertanian
yang aman dan ramah lingkungan yang sesuai dengan tuntutan pasar, pertanian organik merupakan jawaban yang harus diupayakan pengembangannya. Pada tahun 2006-2010 telah dilakukan pembinaan penumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian organik dalam bentuk : demplot-demplot,
peningkatan
penggunaan
kompos
jerami, pengembangan Kawasan Pertanian Organik di beberapa Kabupaten antara lain Kabupaten Tanah Datar, Solok, Agam, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, dan Padang Panjang, serta pelaksanaan magang Pertanian Organik. Aktivitas dan operasional yang dilakukan dalam rangka
pengembangan
kawasan
/
sentra
produksi
pertanian organik meliputi Insentif Petani Produksi Pangan Organik,
pengembangan
kawasan
agribisnis
sayuran
organik, pelatihan petugas, Sekolah Lapang Pertanian Organik
(SLAPO),
magang
petani
dalam
rangka
pengendalian mutu dan fasilitasi Outlet untuk pemasaran produk pangan organik. Pengembangan pertanian organik tidak hanya terfokus pada komoditi hortikultura, melainkan juga diterapkan pada komoditi tanaman pangan terutama padi. c.
Pemberdayaan Petani
36
Pembangunan pertanian diwujudkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan petani, antara lain meningkatnya
pendapatan, tingkat upah dan
daya beli yang diukur dengan nilai tukar petani (NTP), serta terbukanya akses bagi setiap pelaku usaha pertanian terhadap
sumberdaya
produktif
pertanian
(modal,
informasi, teknologi, lahan dan air). Pemberdayaan petani
secara langsung dilakukan
melalui pelatihan, sekolah lapang, pembuatan demplot percontohan, kegiatan magang dan swakarsa,
sedangkan
pelatihan
pemberdayaan
tidak
penyuluh langsung
berupa penyebaran informasi (poster, leaflet, brosur, VCD, dan
tabloid),
kerjasama
dengan
Radio/Televisi
dan
pembinaan kelembagaan. Realisasi kegiatan ini meningkat setiap tahun karena diyakini melalui pemberdayaan petani akan dapat dicapai perbaikan, peningkatan produksi yang berimplikasi peningkatan pendapatan petani.
d.
Perluasan
Areal
Tanam
dan
Perbaikan
Infrastruktur Pertanian Perluasan areal tanam merupakan salah satu upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura, 37
yakni melalui penambahan luas baku lahan, peningkatan luas tanam pada lahan-lahan yang berpotensi untuk ditingkatkan IP-nya, optimalisasi lahan-lahan terlantar serta rehabilitasi dan konservasi lahan.
Disamping itu
untuk mendukung peningkatan produksi telah dilakukan perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian yang menunjang
usaha
pertanaman
dan
perbaikan
mutu
produksi, perbaikan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT),
perbaikan
irigasi
Desa
(JIDES),
pembuatan
embung, pengembangan irigasi permukaan, optimalisasi lahan, dan cetak sawah. e.
Peningkatan Efisiensi Usaha Tani, Mutu Produksi dan Nilai Tambah Efisiensi
usaha
tani
dilakukan
dengan
melaksanakan input teknologi yang tepat guna dan murah, sehingga mereduksi biaya produksi, menekan kehilangan hasil dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Perbaikan mutu produksi perlu dilakukan mulai dari pra panen sampai dengan pasca panen, antara lain perbaikan mutu benih, perbaikan input teknologi, perbaikan cara panen dan penangan pengolahan hasil yang berkaitan dengan mutu produksi sehingga meningkatkan daya saing. Disamping dilakukan
itu
untuk
mencari
pembinaan
nilai
tambah
kelembagaan
produksi
UP3HP
Pelayanan, Pengolahan, Pemasaran hasil Pertanian). 38
(Unit
f.
Revitalisasi Penyuluhan Pertanian Pendekatan
Penyuluhan
pertanian
dan
pendampingan terhadap petani sangat penting dalam pengembangan pertanian di Sumatera Barat, khususnya mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha pertanian. Penyuluhan mendukung peningkatan usaha tani, berbisnis usahatani yang lebih baik, organisasi yang lebih efektif serta sarana dialog yang produktif untuk pemberdayaan petani. Atas dasar itulah Dinas Pertanian Tanaman Pangan, sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
pembangunan
pertanian
untuk
mencapai
tujuan yang telah digariskan, akan dapat diukur dengan beberapa indikator : (a) Pertumbuhan PDRB pertanian tanaman pangan dan hortikultura, (b) Perkembangan produksi komoditas pertanian, (c) Peranan kelembagaan tani (d) Berkembangnya pertanian organik dan LEISA, dan (e)
Meningkatnya jumlah tenaga kerja usaha dibidang
tanaman pangan dan hortikultura.
3.1.2.
Dukungan Anggaran Penganggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian keluaran daripada menitikberatkan alokasi biaya atau input semata. 39
Output (keluaran) menunjukkan barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan input yang digunakan. Input (masukan) adalah besarnya sumber dana,
sumber
daya
manusia,
material,
waktu
dan
teknologi yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan. Dalam anggaran berbasis kinerja, setiap penggunaan sumber daya yang direncanakan harus dapat dikaitkan dengan produk berupa barang atau jasa yang akan dihasilkan. Alokasi anggaran fasilitasi pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006– 2010 adalah sebagai berikut : Tabel 5. Alokasi Anggaran Dan Realisasi Pendanaan 2006 – 2010 Realisasi Anggaran Pada Tahun ke (x1000) Sumber Anggaran 2006 APBN Dinas Provinsi APBD Diperta Sumbar APBN Dinas Kab/Kota
2007
2008
2009
2010
32.703.995,00 38.863.761,00 41.101.024,00 17.384.124,00 37.054.586,00 2.490.195,40
3.330.953,50
3.651.793,46
9.680.135,.45 33.704.526,00
48.131.936,00 63.755.050,00 48.926.990,00 50.667.346,00 17.872.175,00
3.2. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Fokus pembangunan pertanian tanaman pangan dan
hortikultura
kesejahteraan
adalah peningkatan pendapatan dan
petani
melalui 40
pengembangan
ekonomi
rakyat, yang bersumber bukan hanya dari kegiatan usaha tani (on - farm) saja, tetapi justru sebagian besar dari kegiatan di luar usaha tani (off – farm). Beberapa permasalahan dalam pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura antara lain adalah : a.
Rendahnya
Kesadaran
Masyarakat
Terhadap
Konservasi Lahan Dari
tahun
ke
tahun
terlihat
bahwa
tingkat
kesuburan lahan sawah di Indonesia dan di Sumatera Barat khususnya semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, dari luas lahan sawah beririgasi di Indonesia sekitar 5 juta hektar, sekitar 65% diantarannya
mempunyai
kandungan
bahan
organik
rendah sampai sedang (kurang dari 2%), sedangkan dalam kondisi normal lahan sawah subur mengandung bahan organik minimal 3%. Degradasi
lahan
sawah
terutama
menurunnya kandungan bahan organik kesalahan
dalam
pengelolaan
lahan
makin
disebabkan oleh dan
pencemaran
lingkungan. Faktor penyebab degradasi lahan antara lain adalah
pencemaran oleh bahan kimia secara berlebihan
terutama pupuk dan pestisida kimia sintetis,
kebiasaan
petani mengangkut ke luar lahan atau membakar jerami, rendahnya penggunaan pupuk organik seperti kompos atau
pupuk
kandang.
Dari 41
berbagai
fakor
penyebab
degaradasi lahan tersebut akar permasalahannya adalah rendahnya
pemahaman
dan
kesadaran
masyarakat
khususnya petani terhadap konservasi lahan pertanian. b.
Kurang Optimalnya Pemanfaatan Lahan Optimalisasi pemanfaatan lahan belum membudaya
dikalangan petani. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya lahan kosong, indek pertanaman yang rendah, belum dimanfaatkannya lahan pekarangan dan sistim budidaya polikultur yang belum banyak diterapkan petani. Kondisi ini selain tidak dapat meningkatkan nilai guna lahan juga dapat menggganggu upaya konservasi lahan. c.
Terbatasnya
ketersediaan
infrastruktur
serta
prasarana lahan dan air Salah satu prasarana pertanian yang saat ini keberadaanya sangat memprihatinkan adalah ketersediaan irigasi.
Banyaknya
jaringan
irigasi
yang
rusak
mengakibatkan daya dukung irigasi bagi pertanian tidak mencukupi. Kerusakan ini terutama diakibatkan banjir, kerusakan sumberdaya alam di daerah aliran sungai, bencana alam serta kurangnya pemeliharaan jaringan irigasi hingga ke tingkat usaha tani. Prasarana usahatani lain yang sangat dibutuhkan masyarakat dan pedagang komoditas pertanian namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usahatani, 42
jalan produksi, balai-balai penyuluhan serta pasar-pasar yang spesifik bagi komoditas. d.
Diversifikasi Usaha Tani Yang Rendah Keluarga
miskin
di
Sumatera
Barat
masih
didominasi oleh Rumah Tangga Petani (RTP), dimana dari 312.600 KK terdapat 115.215 KK (36,65%) adalah RTP yang menggantungkan kehidupan pada subsektor tanaman pangan. Salah satu penyebab utama dari keadaan diatas adalah rendahnya jam kerja efektif RTP yang pada giliran menyebabkan rendahnya pendapatan petani setiap priode usaha. Rendahnya jam kerja efektif RTP sangat berkaitan erat dengan tingkat diversifikasi usaha tani, dimana saat ini indeks pekerjaan petani baru mencapai 1,8 yang artinya tiap RTP masih belum mempunyai jenis 2 jenis usaha tani.
e.
Belum Tercapainya Efisiensi yang Lebih dari Kegiatan Usaha Tani Pendekatan
terhadap
uapaya
menyebabkan
program
yang
peningkatan
ekploitasi
sumber
hanya produksi daya
berorientasi cenderung alam
yang
berlebihan dan tidak efisiennya kegiatan usaha tani. 43
Kondisi ini menyebabkan tidak tercapainya efisiensi usaha tani
yang
pada
gilirannya
menyebabkan
rendahnya
keuntungan yang diterima petani. f.
Lemahnya Kelembagaan Petani Salah satu strategi dalam
dalam
pembangunan
menggerakkan petani
pertanian
adalah
pemberdayaan kelembagaan tani.
melalui
Kelembagaan tani
berperan sebagai jembatan antara petani dan pemerintah serta dapat menjadi wadah advokasi dan penyampaian aspirasi petani. Kelembagaan tani yang kuat dan mandiri dapat menjadi mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
pertanian
yang
meningkatkan
kesejahteraan
pada
dan
gilirannya
kemandirian
dapat petani.
Namun pada saat ini kelembagaan petani belum kuat dan mandiri, sehingga belum dapat berperan secara optimal sebagai mitra pemerintah dan penyalur aspirasi petani.
g.
Belum Kuatnya Sistim Penyuluhan Sistim
penyuluham
pertanian
dibangun
oleh
subsistim sumberdaya personil, subsistim kelembagaan, subsistim
sarana
dan
subsistim
metode
penyuluhan.
Disadari bahwa pada saat ini sistim penyuluhan belum 44
kuat,
sehingga
belum
mampu
secara
optimal
untuk
melakukan pemberdayaan petani dan kelembagaan petani. Faktor penyebab belum kuatnya sistim penyuluhan adalah keterbatasan penyuluh baik dari segi jumlah maupun kompotensi, kelembagaan penyuluhan yang belum mandiri dan inovatif, kurangnya sarana serta metode yang belum sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani. h.
Tingginya Kehilangan Hasil Pertanian Upaya
berhasil
peningkatan
jika
tidak
produktivitas
diiringi
dengan
tidak
upaya
akan
penekanan
kehilangan hasil. Dalam proses produksi, panen dan pasca panen serta pengolahan hasil terjafi kehilangan hasil yang cukup tinggi (10,09%). Kondisi ini belum termasuk akibat serangan
oranisme
pengganggu
tanaman
(OPT)
dan
kerusakan akibat bencana alam.
i.
Rendahnya Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian Salah
pendapatan tambah
satu petani
produk
strategi adalah
pertanian. 45
untuk
melalui Namun
meningkatkan
peningkatan pada
saat
nilai ini
peningkatan nilai tambah produk pertanian masih rendah. Rendahnya disebabkan
peningkatan nilai tambah produk pertanian oleh
belum
tersedianya
peralatan
yang
memadai dan penguasaan teknologi oleh petani. j.
Sistim
Bantuan
Benih
yang
Tidak
Memihak
Petani Benih merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha tani. Ketersediaan benih unggul dan bermutu belum dapat memenuhi kebutuhan petani baik dari aspek jumlah dan waktu yang sesuai dengan kegiatan usaha
tani.
Walaupun
pemerintah
telah
memberikan
bantuan benih melalui berbagai kegiatan, namun sistim pemberian
bantuan
belum
memihak
kepada
petani,
sehingga bantuan tersebut kurang tepat guna dan bernilai guna. k.
Subsidi Pupuk Organik yang Tidak Tepat Sasaran Upaya memperbaiki atau meningkatkan kualitas
kesuburan lahan dapat dilakukan melalui pemberian bahan organik.
Bahan
organik
yang dgunakan
berasal
dari
kompos yang menggunakan bahan baku utama limbah pertanian atau pupuk kandang dari limbah ternak. Salah satu strategi untuk mendorong penggunaan bahan organik dalam
memperbaiki
kesuburan
lahan
adalah
dengan
pemberian subsidi pupuk organik, namun sistim pemberian 46
subsidi pupuk organik belum tepat. Saat ini subsidi pupuk organik
diberikan
kepada
swasta/produsen.
Idealnya
subsidi pupuk organik adalah untuk petani, karena pupuk organik dapat dibuat oleh petani dan untuk keperluan petani. l.
Masih Lemahnya Permodalan Petani Salah
satu
persoalan
pendapatan petani adalah
dalam
meningkatkan
lemahnya permodalan dan
akses petani ke lembaga permodalan. Masalah ini
cukup
serius yang perlu mendapat perhatian khusus.
Untuk
mengatasi persolan tersebut
perlu dilakukan penguatan
permodalan dan meningkatkan akses petani ke lembaga keuangan, baik di Propinsi maupun di kabupaten/kota. m. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait dan Birokrasi Kinerja pembangunan pertanian Tanaman Pangan Hortikultura sangat ditentukan oleh keterpaduan diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu, subsistem budidaya usaha tani (on-farm) subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung (keuangan pendidikan dan transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat erat namun penanganannya terkait dengan
kebijakan
berbagai
sektor.
Sementara
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura hanya memiliki 47
kewenangan dalam aspek budidaya/usahatani. Lemahnya koordinasi terjadi juga antara pemerintah provinsi daerah (provinsi dengan kabupaten/kota) serta antara pemerintah Kabupaten/Kota. Berdasarkan identifikasi permasalahan dalam tugas dan fungsi pelayanan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat
di atas, maka faktor kunci
keberhasilan dapat diuraikan sebagai berikut: 3.1.2.1.
Peningkatan
mutu
sumber
daya
pertanian
(Sumber Daya Manusia, dan Sumber Daya Alam). 4. Perbaikan infrastruktur pertanian (jalan usaha tani, jaringan irigasi). 5. Peningkatan penerapan teknologi pertanian. 6. Peningkatan
produksi,
produktivitas,
mutu
dan
keamanan pangan produk pertanian. 7. Peningkatan peran/kompetensi petugas lapang (POPT, Penyuluh, PBT, dan PIP) dan petani/kelompok tani. 8. Penumbuhan dan penguatan kelembagaan usaha tani. 9. Peningkatan mutu hasil pertanian yang memenuhi standar dan berdaya saing. 10. Penumbuhan
kemitraan
dan
pemanfaatan
pasar baik dalam dan luar daerah
48
peluang
11. Peningkatan akses petani/kelompok tani ke sumber pembiayaan. 12. Peningkatan koordinasi dan sinergitas antar unit kerja lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 3.3. TELAAHAN VISI, MISI, DAN PROGRAM KEPALA DAERAH Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya
yang
dimiliki
untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan
kebijakan,
berdaya
saing,
maupun
peningkatan indeks pembangunan manusia. Visi pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Sumatera
Barat
untuk
Tahun
2025
adalah
”Menjadi
Provinsi Terkemuka Berbasis Sumberdaya Manusia Yang Agamais Pada Tahun 2025”. RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 merupakan Penjabaran Visi, Misi, dan Program Gubernur kedalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Gubernur dan arah kebijakan keuangan daerah,
dengan
mempertimbangkan
Barat.
49
RPJPD
Sumatera
Dengan
mempertimbangkan
potensi,
kondisi,
permasalahan dan memperhatikan prioritas nasional, serta mengakomodir visi, misi, program kepala daerah terpilih, maka visi pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 adalah : Terwujudnya Masyarakat Sumatera Barat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat. Masyarakat
Madani
yang
dimaksudkan
disini
adalah suatu masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasis pada nilai-nilai, norma hukum, moral yang ditopang oleh keimanan. Adil yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi masyarakat yang dapat menjaga kebutuhan, kepentingan dan hak seluruh anggota masyarakat sesuai dengan azas kepatutan dan kewajaran. Sejahtera dalam hal ini dimaksudkan adalah suatu kondisi masyarakat yang sudah cukup makmur yang ditandai oleh pendapatan masyarakat yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan
yang
pengangguran dan kemiskinan
diperlukan,
tingkat
sudah sangat
rendah,
pendidikan yang sudah cukup tinggi dan berbadan sehat dan kuat. Bermartabat dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu kondisi masyarakat dimana hak azasi manusia sudah 50
terjamin dengan baik, bebas dari tekanan dan rasa takut dan mendapat perlindungan hukum yang cukup dari negara. Misi
pembangunan
jangka
menengah
daerah
Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut: 1. Mewujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat, dan berbudaya berdasarkan falsafah ”Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”; 2. Mewujudkan tata-pemerintahan yang baik, bersih dan profesional; 3. Mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, dan berkualitas tinggi; 4. Mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global; 5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015, adalah rencana pelaksanaan tahap ke dua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025. Penekanan dan skala prioritas pembangunan pada RPJM ke 2 ini secara umum ditujukan untuk terwujudnya pemantapan landasan pembangunan 51
dengan penekanan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi maju di bidang pertanian, perdagangan dan jasa. Sesuai dengan RPJMD Sumatera Barat tahun 20102015, maka dari 5 misi pembangunan jangka menengah Sumatera Barat, terdapat 1 (satu) misi yang merupakan sasaran yang harus dicapai Dinas Pertanian Tanaman Pangan
yaitu
pada
Misi
4
:
“Mewujudkan
ekonomi
masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis kerakyatan, berdayasaing sasaran
regional
utama
yang
dan
global”
terkait
dengan
dengan
beberapa
pembangunan
pertanian adalah sebagai berikut : 1.
Meningkatnya
kualitas
dan
produktivitas
dan
luas
berbagai
komoditi pertanian 2.
Meningkatnya
jumlah
kawasan
sentra
produksi komoditi unggulan bidang pertanian 3.
Berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian (Agroindustri)
4.
Meningkatnya kesejahteraan petani
5.
Meningkatnya pengelolaan sumberdaya air Strategi yang ditempuh untuk mencapai Misi 4
pada prioritas pengembangan pertanian berbasis komoditi kawasan dan komoditi unggulan, adalah sebagai berikut : meningkatkan produksi dan penanganan pasca panen 52
komoditi unggulan
pertanian,
mengembangkan sentra
produksi komoditi pertanian unggulan bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, mengembangkan industri
pengolahan
hasil
pertanian
(agro-industri),
memperkuat manajemen untuk mengelola resiko usaha pertanian, mengembangkan pembinaan untuk menerapkan pertanian maju, dan menambah jam kerja petani dengan usaha pertanian lain. 3.4.
TELAAHAN
RENSTRA
K/L
DAN
RENSTRA
PROVINSI Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 merupakan acuan dan arahan pembangunan pertanian untuk memposisikan kembali pertanian sebagai motor penggerak pembangunan nasional melalui pencapaian 4 Target Utama pembangunan pertanian ke depan, yaitu: 1.
Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
2.
Peningkatan Diversifikasi Pangan.
3.
Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor.
4.
Peningkatan Kesejahteraan Petani Upaya
mencapai
target
utama
pembagunan
pertanian tersebut dihadapkan pada kondisi permasalahan dan tantangan pembangunan pertanian yang tidak ringan, di samping juga gerak dinamika lingkungan strategis 53
internasional, regional dan lokal yang semakin kompleks. Untuk menghadapi kondisi tersebut Kementerian Pertanian akan menerapkan Strategi 7 GEMA Revitalisasi yaitu : 1.
Revitalisasi lahan
2.
Revitalisasi perbenihan dan perbibitan
3.
Revitalisasi infrastruktur dan sarana
4.
Revitalisasi sumber daya manusia
5.
Revitalisasi pembiayaan petani
6.
Revitalisasi kelembagaan petani
7.
Revitalisasi teknologi dan industri hilir. Dalam implementasi 7 GEMA Revitalisasi ini di
lapangan membutuhkan kerjasama dan komitmen oleh para pelaku pembangunan pertanian di berbagai jenjang pemerintahan
yang
disesuaikan
dengan
karakteristik
prospek dan potensi yang ada di masing-masing daerah. Visi Kementerian Pertanian “Terwujudnya Pertanian Industrial
Unggul
Sumberdaya Pangan,
Lokal
Nilai
Berkelanjutan Untuk
Tambah,
Kesejahteraan Petani”.
Yang
Meningkatkan Daya
Saing,
Berbasis
Kemandirian Ekspor
dan
Untuk mewujudkan visi tersebut
maka misi Kementerian Pertanian adalah : 12.1.1.1.
Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan
yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta
berwawasan
lingkungan
sistem agribisnis. 54
melalui
pendekatan
12.1.1.2.
Menciptakan
keseimbangan
ekosistem
pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi
dan
produktivitas
untuk
meningkatkan
kemandirian pangan. 12.1.1.3.
Mengamankan
plasma-nutfah
dan
meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan. 12.1.1.4. mandiri
Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan serta
sumberdaya
mampu lokal
memanfaatkan
untuk
iptek
menghasilkan
dan
produk
pertanian berdaya saing tinggi. 12.1.1.5.
Meningkatkan produk pangan segar dan olahan
yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi. 12.1.1.6.
Meningkatkan
produksi
dan
mutu
produk
pertanian sebagai bahan baku industri. 12.1.1.7.
Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi
secara vertikal dan horisontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan. 12.1.1.8.
Mengembangkan industri hilir pertanian yang
terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional
55
12.1.1.9.
Mendorong
terwujudnya
sistem
kemitraan
usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan. 12.1.1.10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan professional Kementerian Pertanian menetapkan 5 (lima) tujuan pembangunan pertanian yaitu : 1. Mewujudkan
sistem
pertanian
industrial
unggul
berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal. 2. Meningkatkan
dan
memantapkan
swasembada
berkelanjutan. 3. Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan. 4. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian. 5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sejalan
dengan
semangat
reformasi
dan
penyelengaraan pemerintah yang baik (good governance) oleh pemerintah yang bersih (clean goverment) maka selayaknya pula semangat reformasi dijadikan sebagai ruh (semangat) di dalam pelaksanaan pembangunan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Semangat penyelengaraan pemerintah yang baik oleh 56
sesuatu
Pemerintah
menghasilkan Pertanian
yang
bersih
pembangunan
Tanaman
di
harapkan
khususnya
Pangan
dan
di
dapat
subsektor
Hortikultura
yang
bermanfaat dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat (petani). Adanya ruh yang merupakan suatu nilai (value) dan jiwa (spirit) akan mampu dijadikan dasar yang kuat agar tidak terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang
telah
dituangkan
dalam
rencana
pembangunan
selama 5 (lima) tahun, hal ini disebabkan karena bagi pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang objeknya benda hidup yakni
keluarga
petani (manusia) tanaman dan lingkungannya (human activity system) justru karena itu ruh sangat
diperlukan.
Dengan
adanya
ruh
pembangunan pembanguan
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tidak bersifat ekploitasi dan merusak kelestarian lingkungan dari objek pembangunan. Diharapkan
kondisi
dalam
melakukan
pembangunan yang dirancang melalui Renstra 2011-2015 akan mempunyai ruh yang bersih dan peduli dengan pengabdian yang bersih dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), amanah transparan dan akuntabel serta peduli dengan arti bahwa terlaksananya upaya pembangunan dengan memberikan fasilitasi, pelayanan, 57
perlindungan,
pembekalan,
keberpihakan petani)
di
terhadap
atas
pemberdayaan
kepentingan
kepentingan
umum
pribadi
dan
dan
(keluarga golongan
(demokratis) dan aspiratif. Bagian alur penyusunan Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat adalah sebagai berikut: Gambar 1. Bagan Alur Penyusunan Renstra
TUGAS POKOK DAN FUNGSI FALSAFAH
I. II.
Visi
III.
* Kebijakan Misi
Tujuan
Sasaran n
Strategi
* Program * Kegiatan pokok
Analisis Strategis Kondisi Saat Ini Potensi, Permasalahan dan Tantangan Kondisi Yang Diingikan
Mandat : Peraturan Gubernur SB. No. 74 Thn. 2005 IV. Perda SB No 1 Thn. 2003
V.
Dari kondisi yang dicapai tahun 2006 – 2010 maka perlu dilakukan upaya - upaya untuk 5 (lima) tahun kedepan melalui peningkatan produktifitas tenaga kerja rumah tangga petani dengan pengembangan usaha secara vertikal dan horizontal, sasaran tenaga kerja adalah pada umur < 30 th, dan umur petani 31 - 40 th. Sehingga tenaga kerja yang produktif akan mampu meningkatkan 58
nilai tambah produksi dan daya saing. Adapun kondisi yang diinginkan adalah: a.
Meningkatnya
produksi
pangan
hortikultura
dan
dan
mutu
melalui
hasil
tanaman
pengembangan
komoditi unggulan nasional dan unggulan daerah berbasis nagari dan kawasan yang pada akhir mampu memenuhi permintaan dan persaingan pasar. Peningkatan pertanian,
produksi terus
dan
dilakukan
produktivitas untuk
pangan,
mendukung
peningkatan ketersediaan pangan dan bahan baku industri. Meningkatnya penerapan budidaya tanaman yang baik (Good Agricultural Practices- GAP) untuk peningkatan produktivitas, jaminan mutu produk dan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sesuai SOP (Standard Operational Procedure). Tuntutan masyarakat akan produk yang bermutu telah menjadi hal yang mutlak untuk diperhatikan baik untuk
produk
baku/setengah
jadi jadi.
maupun penerapan
produk Good
bahan Handling
Practices (GHP) adalah salah satu persyaratan yang harus dilakukan dalam penerapan system jaminan mutu dan keamanan pangan. b.
Mantapnya sistem kelembagaan melalui pendekatan penyuluhan pertanian dan pendampingan terhadap 59
petani Tanaman Pangan dan Hortikultura sehingga relevan
dengan
kebutuhan
perbaikan
kapasitas
rumah tangga petani dan daya saing produk pertanian memasuki pasar. c.
Berkembangnya sistem kelembagaan pasar pertanian yang difokuskan kepada kemampuan akses lokal dan berkembangnya
kelembagaan
agribisnis
dan
agrowisata pedesaan. d.
Terkondisinya
kualitas/kemampuan
SDM
Pertanian
secara umum dan rumah tangga petani yang handal sebagai pelaku usaha pertanian sekaligus juga sebagai pelaku bisnis. e.
Meningkatnya Kesejahteraan Petani Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan petani. Walaupun pendapatan
demikian petani
tidak
selalu
secara
upaya
otomatis
peningkatan
diikuti
dengan
peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani. Kurangnya jam kerja efektif petani menggambarkan kurangnya produktivitas anggota rumah tangga petani dalam berusaha tani yang akibatnya rumah tangga petani tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
60
3.5. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS Penataan ruang Provinsi Sumatera Barat mencakup struktur dan pola ruang. Rencana pengembangan pusat kegiatan di Provinsi Sumatera Barat juga mengacu pada kriteria sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Berdasarkan struktur ruang RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029, sistem perkotaan di Sumatera Barat terdiri dari 1 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 5 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), 4 Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh provinsi (PKWp), dan 11 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan uraian sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 6. Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Barat sampai Tahun 2029
61
PKN
PKW
Kota Padang
PKWp
PKL
1.
Kota Bukittinggi
1. Kota Payakumbuh
1. Painan
2.
Kota Pariaman
2. Pulau Punjung
2. Kota Padang Panjang
3.
Kota Sawahlunto
3. Tapan
3. Lubuk Sikaping
4.
Kota Solok
4. Simpang Empat
4. Sari Lamak
5.
Muara Siberut
5. Batusangkar 6. Padang Aro 7. Tuapejat 8. Lubuk Basung 9. Muaro Sijunjung 10. Lubuk Alung 11. Aro Suka 12. Parik Malintang
Keterangan : PKN dan PKW : ditetapkan sesuai kebijakan nasional PKWp dan PKL : ditetapkan atas usulan sesuai potensi dan arah kebijakan Provinsi Sumatera Barat Sumber : RTRW Sumatera Barat 2009-2029
Berdasarkan pola ruang Provinsi Sumatera Barat kawasan lindung seluas 35,86% (516.593 Ha) dari luas provinsi Sumbar dan kawasan budidaya seluas 64,14% (2.713.137 Ha) dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat memiliki luas lahan 4,2 juta Ha. dengan
kontur
bergelombang,
terdiri
atas
perbukitan dan pegunungan 2,2 juta Ha.
wilayah
(52,19%),
wilayah daratan yang dapat dihuni hanya 13,31% (0,5 juta Ha).
Dari luasan tersebut sekitar 60% diantaranya (2,6
juta Ha.) adalah kawasan hutan. Sesuai dengan kondisinya Sumatera Barat memiliki iklim dengan curah hujan yang tinggi, dengan curah hujan rata-rata 4.000 mm/th. 62
Sumatera Barat mempunyai potensi ketersediaan lahan yang cukup luas. Dari luas wilayah 42.251,84 km2, tercatat seluas 23.144,65 km2 atau sekitar 54,83 % merupakan lahan budidaya dan 19.107,19 km2 (45,17 %) merupakan kawasan lindung. Sebagian lahan budidaya tersebut
adalah
merupakan
potensi
lahan
yang
dimanfaatkan untuk usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Pada akhir tahun 2009 luas Lahan sawah tercacat 238.866 ha terdiri dari sawah berpengairan teknis 31.291 ha, setengah teknis 67.457 ha, pengairan sederhana/ desa/non PU seluas 91.163 ha, sawah tadah hujan seluas 43.817 ha, dan lainnya 5.138 ha. Sedangkan potensi luas lahan bukan sawah adalah seluas 870.027 ha yang terdiri dari lahan pekarangan 85.141 ha, tegal kebun 329.528 ha, ladang huma 132.240 ha dan lahan sementara tidak diusahakan seluas 323.118 Ha. Sumatera
Barat
memiliki
potensi
ketersediaan
lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian lahan potensi tersebut merupakan lahan sub optimal seperti lahan kering, rawa, lebak, pasang surut dan gambut yang produktivitasnya relatif rendah, karena jenis tanah yang kurang subur, namun apabila keberadaan
lahan
penerapan
inovasi
tersebut
dapat
teknologi 63
direkayasa
budidaya
dan
dengan dengan
dukungan infrastruktur yang cukup, maka lahan tersebut dapat dirubah menjadi lahan-lahan produktif Tabel 7. Potensi Lahan Sawah dan Lahan Bukan Sawah.
No
Jenis Lahan
Luas
I
LAHAN SAWAH
238.866
1
Sawah Irigasi Teknis
31.291
2
Sawah Irigasi 1/2 Teknis
67.457
3
Irigasi Sederhana/Desa Non PU
91.163
4
Tadah Hujan
43.817
5
Pasang Surut/Lebak
6
Lainnya
4.272 866
II LAHAN BUKAN SAWAH
870.027
1
Rumah, bangunan dan halaman sekitar
85.141
2
Tegal/Kebun
329.528
3
Ladang/Huma
132.240
4
Sementara tidak diusahakan
323.118
Tabel 8. Data Penggunaan Lahan Sawah di Sumatera Barat 64
Penggunaan Lahan Sawah (HA) No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
kabupaten/Kota
Kab. Pasaman Kab Pasaman Barat Kab Limapuluh Kota Kab Agam Kab Tanah Datar Kab. Pd.Pariaman Kab Solok Kab Solok Selatan Kab Sijunjung Kab Dharmasraya Kab Pesisir Selatan Kab Mentawai Kota Payakumbuh Kota Bukittinggi Ko. Padang Panjang Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto Kota Pariman JUMLAH
22.520 14.840 22.222 28.652 22.904 24.064 23.555 9.270 12.113 9.370 30.775 2.176 2.772 400 690 6.684 1.254 1.772 2.833
2,19 1,50 2,02 2,01 1,82 2,02 2,44 2,54 1,68 1,29 1,83 0,16 2,13 1,92 2,55 2,04 2,40 1,61 2,25
3.361 1.892 2.535 2.719 2.537 310 11.184 5.037 2.270 1.969 2.661 685 240 1.272 108 405
16.636 6.546 15.747 20.747 14.089 22.100 10.689 4.102 6.882 3.750 15.492 170 1.893 380 450 4.585 1.094 766 2.216
1.898 4.760 3.906 3.630 6.134 1.199 1.542 131 2.045 922 11.976 460 181 18 658 158 864 175
409 1.432 19 738 144 195 140 479 1.483 64 1.164 10 1 169 2 17 -
Semen tara Tidak Diusa hakan 216 210 15 818 260 437 1.246 582 382 3 1 17 37
238.866
1,97
39.185
148.334
40.657
6.466
4.224
Luas Lahan Sawah
Indeks Pertan aman
Ditanami Padi Tiga kali
Dari tabel diatas dapat
Dua kali
terlihat
Satu kali
Tidak Di tanami Padi
bahwa masih
banyaknya lahan yang belum termanfaatkan terutama pada beberapa kabupaten yang cukup luas seperti di kabupaten Pasaman Barat, Tanah Datar, Sijunjung, Solok dan Pesisir Selatan serta beberapa kabupaten lainnya. Potensi sumberdaya lahan ini harus dikelola dengan baik sesuai dengan kedaan topografi dan jenis tanah yang cocok dengan sifat-sifat teknis dari komoditi yang akan diusahakan. Konversi
lahan
pertanian
ke
non
pertanian
cendrung meningkat sehingga luas baku lahan pertanian 65
semakin tahun terus berkurang, hal ini disebabkan efek pembangunan ketersediaan
dari
beberapa
sektor
lahan,
sehingga
lahan
yang
menuntut
produktif
beralih
fungsi. Ketersediaan yang
memadai
merupakan
sumberdaya
baik
faktor
secara
yang
lahan,
termasuk
kuantitas
sangat
dan
air,
kualitas
fundamental
bagi
pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Undang-Undang Pangan
Berkelanjutan
Perlindungan (PLP2B)
Lahan
Pertanian
merupakan
perangkat
hukum untuk melindungi dan mengatur konversi lahan pertanian.
Ketersediaan
lahan
pertanian
harus
dipertahankan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian terlantar (lahan pertanian yang selama ini tidak dibudidayakan) dan cetak sawah baru. 3.6.
HASIL ANALISA TERHADAP KLHS Sasaran
pembangunan
berdimensi
kewilayahan
diantaranya adalah peningkatan kawasan pengembangan pertanian berbasis potensi kawasan dan komoditi unggulan masing-masing
kabupaten/kota
arahan rencana tata ruang wilayah.
66
serta
sesuai
dengan
Rencana tanaman
pengembangan
pangan
dan
hortikultura
pemanfaatan secara intensif dimanfaatkan
dan
budidaya
tersebar
pertanian
diarahkan
untuk
lahan-lahan yang belum di
seluruh
wilayah
kabupaten/kota dalam Provinsi Sumatera Barat. Selain itu juga akan ditetapkan lahan-lahan pertanian tanaman pangan Adapun
abadi
untuk
rencana
mendukung
pengembangan
ketahanan kawasan
pangan. pertanian
pangan dan hortikultura, antara lain adalah : 1. Pertanian
Lahan
sawah
tersebar
pada
seluruh
kabupaten di Provinsi Sumatera Barat . Pengembangan lahan irigasi di :
Kabupaten Pasaman
(Irigasi Panti Rao), Kabupaten Pasaman Barat (Irigasi Batang Tongar dan Irigasi Batang Batahan), Kabupaten Padang Pariaman (Irigasi Batang Anai), Kabupaten Dharmasraya (Irigasi Batang Hari), Kabupaten Pesisir Selatan (Irigasi Inderapura). 2. Kawasan
Pertanian
Lahan
Kering
(Palawija
dan
Hortikultura)
Komoditi sayuran (seperti kubis, kentang, bawang merah, cabe) : Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Pariaman.
67
Buah-buahan (seperti : Jeruk, Manggis, Pisang, jeruk, markisah, alpokat, dan salak) : Kabupaten Pasaman, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten
Agam,
Kabupaten
Kabupaten
Padang
Kabupaten
Solok
Kabupaten
Dharmasraya,
Pariaman, Selatan,
Tanah Kabupaten
Kabupaten Kabupaten
Datar, Solok,
Sijunjung, Kepulauan
Mentawai, dan Kota Pariaman,
Tanaman hias Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang,
Kota
Padang,
Kabupaten
Solok
dan
Kabupaten Agam Berdasarkan
Analisa
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis (AKLHS) terhadap pelayanan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat diperoleh hasil sebagai berikut :
68
Tabel 9. Analisa Kajian Lingkungan Strategis Terhadap Pelayanan SKPD No
Aspek Kajian
Ringkasan KLHS
Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah
Pemanfaatan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan
Pengembangan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier sesuai daya dukung wilayah
Karakteristik alam Provinsi Sumatera Barat dan sumberdaya manusia menjadi potensi keunggulan komparatif untuk Pengembangan kegiatan pertanian
- 69 -
Implikasi Terhadap Pelayanan SKPD Diperlukan peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam dengan tetap mempertahankan ekosistem lingkungan Diperlukan pengembangan industri berbasis pertanian berupa perlengkapan saprodi dan sarana pendukungnya
P P P B P D P P T P m p d
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
3.7.
ISU-ISU STRATEGIS Isu
strategis
merupakan
permasalahan
yang
berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode lima tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka
panjang
bagi
keberlanjutan
pelaksanaan
pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap. Dengan demikian, isu isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi pembangunan daerah baik pada waktu sekarang maupun dimasa mendatang. Isu-isu pokok pembangunan daerah dan bersifat strategis yang dimiliki Provinsi Sumatera Barat dewasa ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Pemahaman Agama dan Budaya.
2.
Peningkatan tata pemerintahan yang baik.
3.
Pelaksanaan otonomi daerah.
4.
Kualitas sumberdaya manusia.
5.
Kemampuan wirausaha
6.
Daya beli masyarakat
7.
Daya saing daerah untuk menghadapi globalisasi.
8.
Akses dengan daerah tetangga
9.
Prasarana dan sarana daerah
10. Dukungan pemerintah nasiional 11. Daerah tertinggal dan ketimpangan pembangunan 12. Bencana alam - 70 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
13. Kualitas lingkungan hidup Kebijakan
dan
strategi
dalam
membangun
pertanian di Provinsi Sumatera Barat ke depan, perlu analisis
faktor-faktor
lingkungan
internal
maupun
eksternal yang sangat dominan berpengaruh dalam proses pembangunan. pertanian
Adapun
tanaman
isu
pangan
strategis dan
pembangunan
hortikultura
Provinsi
Sumatera Barat diklasifikasikan sebagai berikut : 1.
ASPEK TEKNIS a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. b. Alih fungsi lahan. c. Perbaikan infrastruktur di perdesaan. d. Peningkatan mutu dan keamanan pangan. e. Kelembagaan perbenihan tanaman pangan dan hortikultura. f. Peningkatan ketersediaan sarana produksi pertanian.
2.
ASPEK EKONOMIS a. Penguatan daya saing ekonomi. b. Peningkatan akses permodalan petani. c.
Peningkatan akses pemasaran hasil pertanian.
d. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
- 71 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
3.
ASPEK SOSIAL a. Peningkatan kemampuan kelembagaan petani. b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian. c. Pengembangan pola kemitraan dengan petani penangkar
4.
ASPEK EKOLOGIS a. Pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi yang berwawasan lingkungan. b. Pelestarian dan pemanfaatan agen hayati dan pestisida nabati. c. Pengelolaan air dan tanah berwawasan lingkungan dan berkesinambungan. Untuk itu pada gambar dibawah ini dapat diuraikan
faktor-faktor tersebut baik faktor kekuatan, kelemahan peluang maupun tantangan. FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
KEKUATAN
PELUANG
a. Kewenangan Dinas dalam pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura. b. Komitmen pimpinan dalam peningkatan ketahanan pangan. c. Ketersediaan sumber daya pertanian d. Ketersediaan data dan
a. Sektor pertanian merupakan program unggulan. b. Permintaan pasar akan produkproduk pertanian. c. Pemanfaatan potensi SDA, SDM, dalam pengembangan pertanian. d. Komoditas spesifik di sentra produksi banyak.
- 72 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
informasi pengembangan usaha pertanian. e. Ketersediaan dukungan anggaran. f.
Keberadaan lembaga perbenihan dan sertifikasi tanaman pangan dan hortikultra
e. Pengembangan infrastruktur, sarana prasarana di perdesaan terus meningkat. f.
Teknologi komunikasi dan informasi mendukung pengembangan agribisnis di pedesaan.
g. Ketersediaan laboratorium penguji mutu h. Ketersediaan fasilitas alsintan
g. Peluang pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura terbuka luas. h. Kesadaran petani dalam penggunaan sarana produksi pertanian.
KELEMAHAN
TANTANGAN/KENDALA
a. Kompetensi aparatur dinas belum sepenuhnya merata dan sesuai dengan yang diharapkan.
a. Semakin tingginya alih fungsi lahan.
b. Sistim penyuluhan yang masih lemah
c. Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi.
c. Akses terhadap data dan informasi agribisnis belum optimal. d. Peran dan fungsi lembaga perbenihan belum optimal.
d. Meluasnya areal yang potensial terkena gangguan bencana alam kekeringan/kebanjiran. e. Mahalnya agroinput (sarana produksi dan alat mesin pertanian)
e. Peran dan fungsi pihak lain belum optimal. f. Sinergitas antar SKPD belum terjalin dengan optimal.
b. Menurunnya kesuburan tanah (lahan) pertanian.
f. Menurunnya minat terhadap usaha tani. g. Kemampuan permodalan petani terbatas. h. Impor benih hortikultura terus meningkat. i. Penerapan teknologi pertanian terbatas. j. Insentif peningkatan mutu masih rendah. k. Daya saing produk hortikultura masih rendah. l. Tingkat kehilangan hasil masih tinggi.
- 73 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Berdasarkan
identifikasi
faktor
internal
dan
eksternal tersebut diatas dan setelah dilaksanakan analisis SWOT, maka faktor kunci keberhasilan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk pertanian. b. Peningkatan ketersediaan sarana produksi dan alsintan. c.
Peningkatan akses petani/kelompok tani ke sumber pembiayaan.
d. Penumbuhan kelembagaan usaha tani. e. Pembinaan petugas lapang (POPT, Penyuluh, PBT, dan PIP) dan petani/kelompok tani. f.
Perbaikan infrastruktur pertanian (jalan usaha tani, jaringan irigasi
g. Pemanfaatan peluang pasar regional dan global. h. Penumbuhan kemitraan dengan stakeholder terkait. i.
Peningkatan sinergitas antar Program dan SKPD
j.
Penempatan aparatur harus sesuai dengan kompetensinya.
- 74 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
BAB 4 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
4.1.
VISI Setelah melakukan pengkajian dan analisis yang
dilandasi
oleh
semangat
reformasi
dan
semangat
revitalisasi pertanian maka sebagai penanggung jawab dan simpul
koordinasi
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
Provinsi Sumatera Barat menetapkan VISI tahun 20112015 yakni ”TERWUJUDNYA RUMAH TANGGA PETANI YANG SEJAHTERA”.
4.2.
MISI Untuk
dapat
mewujudkan
Visi
dengan
cara
mendorong efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
yang
Tanaman
dimiliki, Pangan
ditetapkan Provinsi
misi
Dinas
Sumatera
Pertanian
Barat,
yang
didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu sebagai berikut : a.
Meningkatkan pemberdayaan petani dan kompetensi aparatur. - 75 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
b.
Meningkatkan efisiensi, mutu produksi dan daya saing
c.
Mengembangkan pertanian organik dan LEISA
d.
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dan sarana prasarana pertanian
e.
Meningkatkan kelembagaan, permodalan dan peluang pasar.
4.3.
TUJUAN Perekonomian di Sumatera Barat sampai saat ini
masih didominasi oleh sektor pertanian dan diperkirakan akan tetap menjadi pengarah perekonomian Sumatera Barat di masa depan dimana sebagian besar penduduk Sumatera Barat
menggantungkan kehidupannya pada
sektor ini. Karena itu pembangunan sektor pertanian pada tahun 2011-2015 akan menjadi prioritas pembangunan dalam kerangka pengembangan ekonomi Sumatera Barat. Berdasarkan
tugas
pokok
dan
fungsi
serta
kewenangan yang ada, maka penyusunan Renstra ini harus dapat
menjawab tantangan pembangunan sub
sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura sehingga terjadi perobahan
yang
lebih
baik,
untuk
itu
penyusunan
dokumen Renstra 2011-2015 menetapkan tujuan sebagai berikut :
- 76 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
1.
Menyiapkan
SDM
mempunyai
pertanian
yang
kompetensi
dalam
kebutuhan
tanaman
tangguh
dan
pembangunan
pertanian TPH. 2.
Terpenuhinya
pangan
dan
hortikultura 3.
Meningkatkan efesiensi produksi
4.
Memperluas peluang pasar produk tanaman pangan dan hortikultura
5.
Mewujudkan
keseimbangan
lingkungan
dan
pembangunan pertanian berkelanjutan 6.
Meningkatkan akses pembiayaan pertanian sampai kepedesaan
7.
Mewujudkan kondisi lahan yang kondusif Sasaran strategis dalam membangun pertanian
tanaman pangan dan hortikultura kedepan di Sumatera Barat adalah : 1. Meningkatnya kemandirian petani 2. Meningkatnya pertanian
kualitas melalui
sumber
daya
pemberdayaan
manusia penyuluh,
pendidikan dan pelatihan 3. Meningkatnya
produksi
tanaman
pangan
hortikultura 4. Berkembangnya kawasan sentra produksi - 77 -
dan
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
5. Meminimalkan luas serangan yang disebabkan oleh serangan OPT, bencana alam.
6. Meningkatnya
nilai
tambah
komoditi
pertanian
tanaman pangan dan hortikultura. 7. Meningkatnya
daya
saing
komoditi
melalui
pengembangan agroindustri. 8. Meningkatnya posisi tawar petani. 9. Berkembangnya pertanian organik 10. Membangun/mengembangkan lembaga keuangan di pedesaaan. 11. Berkembangnya sarana dan prasarana lahan, air dan alsintan
- 78 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Tabel Revisi Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
TARGET NO
TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR SASARAN
SATUAN
1
2
3
4
2011
2012
2013
2014
2015
5
6
7
8
9
10
Poktan
124
248
248
Unit
20
26
30
g 1 Menyiapkan SDM Meningkatnya Jumlah rumah tangga pertanian yang kemandirian petani dan petani yang difasilitasi tangguh dan kesejahteraan petani (Poktan) mempunyai kompentensi dalam pembangunan pertanian TPH Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan
Jumlah BPP yang berperan Aktif (Unit)
Perbaikan menjadi I
Menyiapkan SDM Meningkatnya pertanian yang Kemandirian Petani tangguh dan mempunyai kompentensi dalam pembangunan pertanian TPH
2 Meningkatkan pengawasan mutu sarana produksi pertanian
Persentase petani yang mandiri -% Petani yang mampu memenuhi kebutuhan saprodi
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan
Peningkatan jumlah sumber daya manusia pertanian yang kompeten (org)
Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura
Tersedianya Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura: (Ton)
Berkembangnya kawasan sentra produksi
%
orang
- Padi
ton
2.290.006
2.460.850
2.512.172
- Jagung
ton
455.960
524.138
603.488
- Manggis
ton
10.191
10.395
43
47
52
100
100
100
Jumlah kawasan sentra Kawasan produksi (KSP) Tanaman Pangan dan Hortikultura yang dikembangkan (Kawasan) Registrasi kebun
unit
64,29
100,00
218
218
Perbaikan menjadi II
Terpenuhinya kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura
Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura
Berkembangnya kawasan sentra produksi 3 Meminimalkan Meningkatnya efisiensi kehilangan hasil produksi yang disebabkan oleh serangan OPT,
Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura (%) - Padi
%
3
3
- Jagung
%
6,71
5,91
- Manggis
%
2
2
60
60
Peningkatan jumlah kawasan sentra produksi Menurunnya luas serangan hama dan penyakit tanaman (%)
- 79 -
kawasan
%
0
1
2
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Meningkatnya nilai Jumlah UP3HP yang tambah dan daya saing difasilitasi (Unit) komoditi melalui pengembangan agroindustri dan peluang pasar
Penerapan GHP dan GMP produk segar olahan (unit/th) Peningkatan produksi olahan pertanian (macam/th)
Unit
105
Unit
10
Macam
125
10
5
140
10
5
5
Perbaikan menjadi Meningkatkan efisiensi produksi III
IV Memperluas peluang pasar produk tanaman pangan dan hortikultura
4
Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan
Meminimalkan luas Menurunnya luas serangan yang serangan hama dan disebabkan oleh penyakit tanaman (%) serangan OPT, bencana alam
%
1
1
Meningkatnya nilai Peningkatan produksi tambah komoditi olahan pertanian pertanian tanaman (macam/th) pangan dan hortikultura
macam/th
5
5
Meningkatnya daya saing komoditi melalui pengembangan agroindustri
Penerapan GHP dan GMP produk segar olahan (unit/th)
unit/th
20
20
Meningkatnya posisi tawar petani
Peningkatan Jumlah Poktan/Gapoktan yang melakukan kemitraan (unit/th)
unit/th
2
2
Berkembangnya pertanian organik yang dilandasi kehidupan organis sejahtera dan lestari, serta ratio pemakaian agroinput luar yang rendah
Bertambahnya luasan pertanian organic (Ha)
Ha/th
Berkembangnya pertanian organik
Bertambahnya luasan pertanian organic (Ha/th)
Ha/th
250
250
Jumlah Poktan dan LKMA yang difasilitasi (Kelompok)
kelompok
55
65
100
100
100
Perbaikan menjadi V
Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan
5
Membangun/menge Meningkatnya akses mbangkan lembaga pembiayaan pertanian keuangan di Nagari dengan suku bunga rendah sampai kepedesaan serta berkembangnya LKMA
25
25
25
Perbaikan menjadi VI Meningkatnya akses pembiayaan pertanian sampai kepedesaan
6
Membangun/mengemba Berkembangnya LKMA ngkan lembaga (klp/th) keuangan di pedesaan
Fasilitasi Berkembangnya sarana ketersediaan dan prasarana lahan, sarana dan air dan alsitan prasarana dalam rangka mendukung peningkatan produksi, dan produktivitas
Terbangunnya kincir Air/Pompanisasi (Unt)
kelompok
Unit
37
62
91
Terbangunny jalan usaha tani (km)
km
4
4
4
Pembangunan Embung (Unit)
unit
50
50
50
- 80 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
20.000
40.000
60.000
Unit
unit
14
27
Unit
19
32
37
Persentase jumlah kelompok tani yang menggunakan alsitan (%)
%
70
75
80
Terlaksananya perbaikan dan penambahan fasilitas pelatihan (Paket)
Paket
1
1
1
Terlaksananyan penambahan Sarana dan fasiltitas belajar pada SMK-PP N Padang (Paket)
Paket
1
1
1
Berkembangnya sarana Penambahan Luas dan prasarana lahan, Lahan Sawah (Ha/Thn) air dan alsitan
ha/th
Terlaksananya perbaikan dan penambahan fasilitas pendidikan dan pelatihan
Perbaikan Kesuburan Lahan Sawah (Ha)
Ha
Rumah percontohan Pupuk Oganik (RP3O) (Unit) Rumah Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) (Unit)
Perbaikan menjadi VII
Mewujudkan kondisi lahan yang kondusif
Peningkatan jumlah kelompok tani yang menggunakan pupuk organik (kelompok)
kelompok
Perluasan areal hortikultura/buahbuahan (pohon/th)
pohon/th
Persentase jumlah kelompok tani yang menggunakan alsitan (%)
- 81 -
%
500
250
1215
1215
300.000 300.000
75
80
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Tabel. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan VISI
: Terwujudnya Rumah Tangga Petani yang Sejahtera
NO
TUJUAN
SASARAN
1 2 3 Misi I : Meningkatkan pemberdayaan petani. 1 Menyiapkan SDM pertanian yang Meningkatnya kemandirian tangguh dan mempunyai petani dan kesejahteraan petani kompentensi dalam pembangunan pertanian TPH
STRATEGI
KEBIJAKAN
4
5
Peningkatan jam kerja efektif Meningkatkan keluarga tani melalui peningkatan pemberdayaan petani usaha tani yang bertumpu pada dan aparatur sumberdaya lokal dan berbasis nagari Peningkatan gerakan petani melalui koordinasi dan pemberdayaan
Misi II : Meningkatkan kompetensi aparatur Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan
Misi I I
Meningkatkan pemberdayaan petani dan aparatur
Perbaikan menjadi (Misi I digabung dengan Misi II) : Meningkatkan pemberdayaan petani dan kompentensi aparatur Menyiapkan SDM pertanian yang Meningkatnya Kemandirian tangguh dan mempunyai Petani kompentensi dalam pembangunan pertanian TPH
Peningkatan jam kerja efektif keluarga tani melalui peningkatan usaha tani yang bertumpu pada sumberdaya lokal dan berbasis nagari
Meningkatnya kualitas sumber Peningkatan kompetensi SDM daya manusia pertanian melalui melalui pemberdayaan aparatur pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan
Meningkatkan pemberdayaan petani
Meningkatkan pemberdayaan aparatur melalui pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan
Misi II : Meningkatkan efisiensi, mutu produksi dan daya saing
2 Meningkatkan pengawasan mutu Meningkatnya produksi tanaman Pengembangan kawasan sentra Meningkatkan efisiensi sarana produksi pertanian pangan dan hortikultura produksi dan cluster agro industri usahatani dan mutu produksi
Berkembangnya kawasan sentra produksi
Perbaikan menjadi II
Terpenuhinya kebutuhan tanaman Meningkatnya produksi tanaman Meningkatkan produktivitas dan pangan dan hortikultura pangan dan hortikultura produksi tanaman pangan dan hortikultura
Berkembangnya kawasan sentra produksi
- 82 -
Meningkatkan kualitas faktor pendukung produksi tanaman pangan dan hortikultura
Pengembangan kawasan sentra Meningkatkan efisiensi produksi tanaman pangan dan usahatani dan mutu hortikultura produksi dalam kawasan
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
3 Meminimalkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan OPT, bencana alam, panen dan pasca panen
Meningkatnya efisiensi produksi
Meningkatnya nilai tambah dan Pengembangan kawasan sentra Meningkatkan efisiensi daya saing komoditi melalui produksi dan cluster agro industri usahatani dan mutu pengembangan agroindustri dan produksi peluang pasar
Meningkatkan agribisnis dan ketahanan pangan
III
IV
Perbaikan menjadi Meningkatkan efisiensi produksi
Memperluas peluang pasar produk tanaman pangan dan hortikultura
Meminimalkan luas serangan Meningkatkan pengendalian yang disebabkan oleh serangan terhadap serangan OPT, bencana OPT, bencana alam alam
Pengembangan teknik pengendalian OPT yang efektif, efisien dan ramah lingkungan
Meningkatnya nilai tambah komoditi pertanian tanaman pangan dan hortikultura
Mengembangkan usahausaha produk olahan komoditi tanaman pangan dan hortikultura
Peningkatan nilai tambah komoditi tanaman pangan dan hortikultura melalui kelompok usaha
Meningkatnya daya saing Peningkatan komoditi unggulan yang Meningkatkan kualitas komoditi melalui pengembangan berdaya saing komoditi unggulan agroindustri melalui pengembangan agroindustri Meningkatnya posisi tawar Peningkatan produk komoditi Meningkatkan kualitas petani tanaman pangan dan hortikultura produk komoditi yang diminati pasar tanaman pangan dan hortikultura Misi III : Pengembangkan pertanian organik dan LEISA. 4
Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan
Berkembangnya pertanian organik yang dilandasi kehidupan organis sejahtera dan lestari, serta ratio pemakaian agroinput luar yang rendah
Berkembangnya pertanian organik yang dilandasi kehidupan organis sejahtera dan lestari, serta ratio pemakaian agroinput luar yang rendah
Bertambahnya luasan pertanian organik
Meningkatkan pertanian organic dan LEISA Perbaikan menjadi V
Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan
Berkembangnya pertanian organik
Berkembangnya pertanian organik dengan pemakaian agroinput luar yang rendah
Misi IV : Meningkatkan kelembagaan, permodalan dan peluang pasar. 5
Membangun/mengembangkan lembaga keuangan di Nagari
Meningkatnya akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah sampai kepedesaan serta berkembangnya LKMA
- 83 -
Meningkatkan pertanian organic dan LEISA
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Perbaikan menjadi VI
Meningkatnya akses pembiayaan Membangun/mengembangkan Meningkatkan peranan lembaga pertanian sampai kepedesaan lembaga keuangan di pedesaan keuangan di pedesaan
Mengembangkan LKMA di pedesaan
Misi V : Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dan sarana prasarana pertanian 6
VII
Fasilitasi ketersediaan sarana dan Berkembangnya sarana dan prasarana dalam rangka prasarana lahan, air dan alsitan mendukung peningkatan produksi, dan produktivitas Terlaksananya perbaikan dan penambahan fasilitas pendidikan dan pelatihan Perbaikan menjadi Mewujudkan kondisi lahan yang kondusif
Berkembangnya sarana dan Meningkatkan pemanfaatan fasilitas Meningkatkan prasarana lahan, air dan alsitan sarana dan prasarana lahan, air dan ketersediaan sarana dan alsintan yang tersedia prasarana lahan, air dan alsitan
- 84 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
4.3.1. Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Salah satu kegiatan utama sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura adalah usaha pertanian yang menghasilkan produksi komoditas pertanian primier, mencakup komoditas tanaman pangan seperti komoditi padi, komoditi palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar), serta komoditi hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat dan biofarmaka). Pada periode 5 (lima) tahun
kedepan
(2011-2015),
sasaran
peningkatan
produksi akan lebih difokuskan kepada komoditi utama padi dan komoditi unggulan yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, bawang merah, cabe, kentang, tomat,
jeruk,
manggis, pisang dan markisah. a.
Produksi Padi Sasaran yang ingin dicapai pada priode 5 (lima)
tahun kedepan adalah meningkatkan produktifitas padi dari 48,02 kw/ha pada tahun 2010 menjadi 53,00 kw/ha pada tahun 2015, dan meningkatkan produksi sebesar 60.000 ton/tahun dengan laju pertumbuhan 2,56 %, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dari 2.211.248 ton pada tahun 2010 menjadi 2.656.482 tahun 2015. Peningkatan kebijakan
produktivitas
pengembangan - 85 -
benih
dilakukan bermutu,
melalui baik
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
penangkaran
maupun
subsidi
benih,
pengembangan
tekhnologi organik dengan penggunaan kompos untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan koordinasi dan rehabilitasi kemampuan irigasi, pengawasan pengendalian OPT
dan
perbaikan
teknologi
pasca
panen,
serta
peningkatan perluasan tanam melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP) padi pada lahan sawah. Capaian produksi padi tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi padi tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 1 Capaian Produktivitas Padi Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produktivitas Tahun 2011-2015 54.00 52.00 50.00 48.00 46.00 44.00 42.00 40.00 Produktivitas(Kw/Ha)
2006 45.22
2010 48.02
2011 49.37
- 86 -
2012 49.71
2013 51.75
2014 53.37
2015 54
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Grafik 2. Capaian Produksi Padi Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Padi Tahun 2011-2015 2,700,000 2,600,000 2,500,000
2,400,000 2,300,000 2,200,000 2,100,000 2,000,000 1,900,000 1,800,000 1,700,000
2006 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi (Ton)GKG 1,889,489 2,211,248 2,279,602 2,368,390 2,512,172 2,628,586 2,656,482
b. Produksi Jagung Usaha
tani
jagung
mempunyai
potensi
untuk
berkembang di Sumatera Barat, terutama di daerah sentra komoditi jagung antara lain Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Limapuluh Kota, Agam, Tanah Datar, Solok Selatan dan Pesisir Selatan. Jagung merupakan komoditi unggulan potensial dan strategis yang pengembangannya lebih diarahkan untuk kebutuhan pakan ternak dan penganekaragaman/ diversifikasi pangan.
Penggunaan jagung utama adalah
untuk pakan ternak, dimana ± 60% kandungan pakan ternak adalah jagung.
Kebutuhan jagung meningkat - 87 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
sejalan
dengan
meningkatnya
jumlah
penduduk
dan
meningkatnya kebutuhan akan pakan ternak. Jagung juga digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, dan bahan baku olahan makanan ringan (snack) misalnya tojin jagung, pergedel jagung dan lainnya. Di Sumatera Barat jagung hibrida digunakan sebagai bahan baku makanan ternak dan jagung komposit umumnya digunakan sebagai bahan baku makanan ringan (snack). Agribisnis
jagung
di
Sumatera
Barat
cukup
memberi peluang dalam pengembangannya. dan menarik perhatian masyarakat karena budidaya jagung yang tidak terlalu sulit, gangguan OPT yang relatif rendah dan pemasaran yang sudah jelas dengan harga yang relatif tinggi.
Potensi untuk pengembangan jagung nampaknya
sangat terbuka dan prospektif. Sasaran yang ingin dicapai pada priode 5 (lima) tahun kedepan adalah meningkatkan produksi jagung dari 354.262 ton menjadi 633.506 ton Kebijakan peningkatan produksi jagung dengan peningkatan produktifitas dan perluasan areal tanam dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan bantuan langsung benih unggul
(BLBU), pelaksanaan sekolah lapang (SL-
PTT) Jagung, dan gerakan-gerakan perluasan areal tanam Capaian produksi jagung tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi jagung tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada grafik berikut ini. - 88 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Grafik 3. Capaian Produktivitas Jagung Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produktivitas Tahun 2011-2015
70 60
50 40 30 20 10 0 2006 Produktivitas(Kw/Ha) 47.04
2010 59.51
2011 60.11
2012 60.72
2013 61.93
2014 62.55
2015 64.00
Grafik 4. Capaian Produksi Jagung Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Tahun 2011-2015
- 89 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
c.Kedelai Produksi kedelai di Sumatera Barat masih sangat jauh dari harapan untuk menuju swasembada. Hal ini disebabkan produktivitas kedelai di sentra-sentra produksi masih jauh di bawah potensi genetiknya, dan kondisi iklim yang
kurang
mendukung,
dimana
Sumatera
Barat
mempunyai iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Walaupun secara fisik potensi peningkatan produksi kedelai
ada,
sasaran
peningkatan
produksi
kedelai
kedepan di Sumatera Barat, lebih disesuaikan dengan kemampuan petani dan dukungan iklim. Capaian produksi kedelai tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi kedelai tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 5. Capaian Produksi Kedelai Tahun 2006, 2010 dan SasaranProduksi Kedelai Tahun 2011-2015 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 Produksi (Ton)
2006 1,438
2010 1,924
2011 2,079
- 90 -
2012 2,194
2013 2,315
2014 2,443
2015 2,578
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
d. Kacang Tanah Dalam
rangka
peningkatan
produksi
pertanian
pada periode 5 tahun kedepan (2011-2015), disamping komoditi
padi,
dikembangkan
jagung
dan
komoditi
kedelai,
kacang
juga
tanah.
akan Kondisi
produktivitas kacang tanah yang diproduksi petani di sentra-sentra produksi saat ini masih jauh di bawah potensi genetiknya, karena belum diterapkannya aplikasi paket teknologi sesuai anjuran. Peningkatan
produksi
kacang
tanah
lebih
diprioritaskan untuk memenuhi konsumsi dan bahan baku industri rumah tangga yang akan diupayakan melalui gerakan
perluasan
areal
tanam
kacang
tanah
dan
penggunaan benih unggul. Capaian produksi kacang tanah tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi kacang tanah tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 6. Capaian Produksi Kacang Tanah Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Kacang Tanah Tahun 2011 – 2015 14,000
12,000 10,000
8,000 6,000
4,000 2,000
2006 Produksi (Ton) 10,116
2010 9,162
2011 11,908
- 91 -
2012 9,597
2013 10,796
2014 11,876
2015 13,064
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
e.Hortikultura Keragaman pencapaian produksi tahun 2006-2010 terhadap
komoditi
hortikultura
kedepan
juga
perlu
mendapat perhatian. Pada tahun 2011-2015 konsentrasi pengembangan
komoditi
hortikultura
difokuskan
pada
komoditi sayuran (cabe, kentang, kubis, tomat), komoditi buah-buahan (jeruk, pisang, manggis, markisah), dan pengembangan kawasan tanaman hias. Usaha agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias) merupakan sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena didukung dengan keunggulan berupa nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Untuk meningkatkan mutu dan daya saing produksi pertanian akan dilakukan registrasi kebun dengan target kedepan adalah sebagai berikut : Tabel 10. Target Kegiatan Peningkatan Mutu Dan Dan Daya Saing Produksi Pertanian 2011 – 2015 No.
KEGIATAN
1
Registrasi Kebun (kebun)
2
Penerapan GAP/SOP
TARGET KINERJA PERTAHUN 2011
2012
2013
2014
2015
100
100
100
100
100
6
6
6
6
6
- 92 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Capaian produksi beberapa komoditi hortikultura tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi tahun 2011 - 2015 dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 7. Capaian Produksi Cabe Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Cabe Tahun 2011-2015 60,000
50,000 40,000 30,000
20,000 10,000
2006 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi (Ton) 27,265 39,557 48,874 51,191 54,300 54,820 55,676
- 93 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Grafik 8. Capaian Produksi Kentang Tahun 2010 dan Sasaran Produksi Kentang Tahun 2011 – 2015
40,000 35,000 30,000
25,000 20,000 15,000
10,000 5,000 -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi (Ton) 31,949 29,529 28,027 33,329 35,582 37,272 Grafik 9. Capaian Produksi Kubis Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Kubis Tahun 2011 - 2015 120,000
100,000 80,000 60,000
40,000 20,000 0
2006 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi (Ton) 75,604 92,127 93,562 78,866 99,113 101,968 104,879
- 94 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Grafik 10. Capaian Produksi Tomat Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Tomat Tahun 2011 - 2015
70,000 60,000 50,000
40,000 30,000
20,000 10,000 0
2006 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi (Ton) 22,346 38,581 39,353 60,231 45,901 48,655 51,574
Grafik 11. Capaian Produksi Jeruk Tahun 2010 dan Sasaran Produksi Jeruk Tahun 2011 – 2015
50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000
15,000 10,000 5,000 0 Produksi (Ton)
2010 31,615
2011 33,196
2012 35,820
- 95 -
2013 36,598
2014 40,428
2015 45,428
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Grafik 12. Capaian Produksi Pisang Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Pisang Tahun 2011 – 2015 200,000
180,000 160,000 140,000 120,000 100,000
80,000 60,000 40,000 20,000
-
2006 Produksi (Ton) 39,132
2010 94,920
2011 121,800
2012 125,000
2013 152,950
2014 170,667
2015 190,559
Grafik 13. Capaian Produksi Manggis Tahun 2010 dan Sasaran Produksi Manggis Tahun 2011 – 2015 25,000 20,000
15,000 10,000
5,000 -
2010 Produksi (Ton) 12,471
2011 14,080
2012 14,000
- 96 -
2013 17,420
2014 19,012
2015 20,520
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Grafik 14. Capaian Produksi Markisah Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Markisah Tahun 2011 – 2015 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000
40,000 20,000 -
2006 Produksi (Ton) 94,286
Disamping
2010 2011 2012 2013 2014 2015 118,200 127,400 133,650 139,160 144,710 150,000
itu
dalam
kesejahteraan
petani
dan
dilaksanakan
penanaman
rangka
ketahanan
peningkatan pangan
buah-buahan
di
akan lahan
pekarangan dimana sampai akhir tahun 2015 tertanam 500.000 pekarangan rumah tangga petani dengan buahbuahan sebagaimana grafik berikut ini.
- 97 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Grafik 15. Pemanfaatan lahan pekarangan dan Pengembangan Buah-Buahan di Nagari (RTP)
4.3.2. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur Lahan dan Air Lahan dan air merupakan faktor produksi utama pertanian. Sumberdaya lahan dan air sebagai aset dan faktor produksi yang paling strategis dan tidak dapat tergantikan (Unrenewable Resources). Keberadaan dan berfungsinya infrastruktur lahan, air merupakan prasyarat bagi kelangsungan proses produksi dalam usaha tani. Tersedianya
infrastruktur
dan
sarana
adalah
bersifat
mutlak, tanpa adanya infrastruktur yang memadai maka sistem usahatani tidak akan bisa berjalan dengan baik.
- 98 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Dari sisi sumberdaya lahan, terbuka peluang untuk perluasan lahan pertanian melalui: (1) pemanfaatan lahan terlantar, (2) Peningkatan luas tanam pada lahan-lahan yang
berpotensi
untuk
ditingkatkan
IP-nya
dan
(3)
pembukaan lahan baru untuk pertanian. Terkait dengan sistem usaha tani, infrastruktur yang dibutuhkan oleh petani antara lain adalah jalan usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi tingkat (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), jalan produksi dan lain sebagainya.
Prasarana
dibutuhkan
masyarakat
usahatani dan
lain
yang
pedagang
sangat
komoditas
pertanian namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usahatani. Sasaran perbaikan infrastruktur lahan dan air kedepan adalah sebagai berikut :
- 99 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Tabel 11. Target Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Lahan dan Air tahun 2011 – 2015 No.
TARGET KINERJA PERTAHUN
KEGIATAN
1
Cetak Sawah (ha)
2
Rehabilitasi Jaringan Tingkat Usaha Tani/ Jaringan Irigasi Desa(ha) Perluasan Areal Hortikultura (ha) Kincir Air/Pompa (unit)
3 4 5
7
Rehabilitasi dan Konservasi Lahan (ha) Optimalisasi Pemanfaatan Lahan (ha) Embung (unit)
8
Jalan Pertanian (meter)
9
Perbaikan Kesuburan Lahan Sawah Berkelanjutan (ha) Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik (RPPPO) (unit) Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) (unit)
6
10
11
2011
2012
2013
2014
2015
750
2.000
2.000
2.000
2.000
9.000
9.000
9.000
9.000
9.000
690
1.000
1.000
1000
1000
37
40
40
40
40
500
1.650
2.700
3.900
5.000
250
3000
3000
3000
3000
50
50
50
50
50
4000
4000
4000
4000
4000
3000
3000
3000
3000
3000
14
27
37
47
57
19
32
37
42
47
4.3.3. Peningkatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian Ke ditentukan
depan
daya
saing
oleh
muatan
suatu
teknologi
komoditas dalam
akan
komoditas
tertentu dan kemampuan dalam merespon preferensi konsumen.
Perubahan
pada
sisi
permintaan
yang
menuntut kualitas tinggi, ramah lingkungan, kontinuitas produk dan harga yang kompetitif, maka pengembangan
- 100 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
penerapan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pertanian perlu dilakukan secara intensif. Penerapan penanganan pasca panen yang baik dilaksanakan dengan didukung oleh sarana dan prasarana untuk menghasilkan produk yang bermutu yang spesifik lokasi dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
yang
pendapatan
pada
petani.
gilirannya Sasaran
akan
meningkatkan
peningkatan
penanganan
pasca panen dan pengolahan hasil pertanian adalah sebagai berikut : Tabel 12. Target Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian 2011 – 2015 No.
KEGIATAN
1
Revitalisasi Pengolahan Padi Kecil Fasilitasi Sertifikasi Keamanan Pangan Kelompok UP3HP (unit) Penerapan Design dan Packaging Produk Olahan (unit) Jumlah SOP yang disusun dalam ragka penerapan GHP/GMP Produk Segar dan Olahan (SOP)
2
3
4
TARGET KINERJA PERTAHUN 2011
2012
2013
2014
2015
35
70
75
85
90
15
15
15
15
15
40
80
90
100
125
5
5
5
5
5
- 101 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
4.4. STRATEGI DAN KEBIJAKAN Strategi dan kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura tahun 2011 – 2015 disusun
berlandaskan
Menengah dengan
Daerah visi
Sumatera Pertanian Pertanian
(RPJMD) Madani,
dan
2010
–
Adil,
Industrial
Unggul
Barat
”Mewujudkan Sejahtera,
Strategis
dengan
Jangka
Sumatera
adalah
Rencana 2014
Pembangunan
Provinsi
pembangunan
Barat
Bermartabat”
Rencana
visi
dan
Kementerian
”Terwujudnya
Berkelanjutan
Yang
Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”. Strategi Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura
lingkungan
Dinas
bertumpu Pertanian
pada
kondisi
Tanaman
strategis
Pangan,
baik
lingkungan internal maupun eksternal, SDM serta fasilitas sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki. Strategi umum yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2011 – 2015 adalah sebagai berikut : 1)
Peningkatan jam kerja efektif keluarga tani melalui peningkatan
usaha
tani
yang
bertumpu
sumberdaya lokal dan berbasis nagari - 102 -
pada
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
2)
Meningkatnya
pemberdayaan
aparatur,pendidikan,
dan pelatihan 3)
Meningkatnya produktivitas dan produksi tanaman pangan dan hortikultura
4)
Pengembangan kawasan sentra produksi dan cluster agroindustri
5)
Meningkatkan pengendalian terhadap serangan OPT, bencana alam
6)
Meningkatkan
nilai
tambah
komoditi
pertanian
tanaman pangan dan hortikultura 7)
Meningkatkan daya saing komoditi unggulan melalui pengembangan agroindustri
8)
Berkembangnya
pertanian
organik
yang
dilandasi
kehidupan organis sejahtera dan lestari, serta ratio pemakaian agroinput luar yang rendah 9)
Meningkatkan pengembangan lembaga keuangan di pedesaaan
10) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana lahan, air dan alsintan. Secara tanaman
konseptual
pangan
dan
pembangunan
hortikultura
pertanian
dilakukan
melalui
pendekatan sistim agribisnis yaitu kinerja keseluruhan sub - 103 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
sistim usaha yang saling terkait, saling tergantung dan saling berpengaruh dengan pertanian mulai sektor hulu, usaha tani dan hilir serta jasa penunjang. Penggunaan waktu keluarga petani yang lebih efisien dan aktivitas yang
lebih
banyak
dari
berkaitan
merupakan
kedepan,
sehingga
beberapa
fokus
untuk
sub
sektor
pembangunan
alokasi
waktu
yang
pertanian
yang
sama
keluarga petani akan memperoleh pendapatan yang lebih besar. Untuk mewujudkan rumah tangga petani yang sejahtera, kebijakan pembangunan pertanian adalah: a.
Meningkatkan pemberdayaan petani
b.
Meningkatkan pemberd ayaan aparatur, pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan.
c.
Meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan dan hortikultura komoditi unggulan.
d.
Meningkatkan efisiensi usahatani dan mutu produksi
e.
Pengembangan teknik pengendalian OPT yang efektif dan efisien
f.
Mengembangkan
usaha-usaha
peningkatan
nilai
tambah komoditi pertanian tanaman pangan dan hortikultura unggulan g.
Pengembangan komoditi unggulan yang berdaya saing
h.
Bertambahnya luasan pertanian organik
i.
Mengembangkan LKMA di pedesaan - 104 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
j.
Mengembangkan penggunaan fasilitas sarana dan prasarana lahan, air dan alsintan
- 105 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
BAB 5 PROGRAM 5.1.
PROGRAM Ekonomi
masyarakat
yang
tangguh,
produktif,
berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global merupakan unsur penting untuk mendorong kemajuan ekonomi dan kemakmuran masyarakat, terutama dalam era
globalisasi
pertanian
dewasa
tanaman
ini.
pangan
Program dan
pembangunan
hortikultura
pada
hakekatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha-usaha pertanian untuk peningkatan produksi dan produktivitas yang mengarah pada peningkatan efisiensi usaha dan mutu produk melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pemanfaatan
sumberdaya
manusia,
sumberdaya
serta
alam
peningkatan
dan
partisipasi
masyarakat dan swasta. Sesuai
dengan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011–2015 serta sesuai dengan misi 5 RPJMD Provinsi Sumatera
Barat
berkelanjutan
dan
yaitu
mewujudkan
berwawasan
pembangunan
lingkungan,
dengan
kebijakan pengembangan pertanian berbasis kawasan dan komoditi unggulan, serta Rencana Strategis Kementerian - 106 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Pertanian
Tahun
2010-2014
maka
Dinas
Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mengemban 2 urusan program yaitu Program Nasional (Kementerian Pertanian) dan Program Daerah 5.1.1. PROGRAM NASIONAL a. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan b. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan c.
Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
d. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian e. Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani 5.1.2. PROGRAM DAERAH a. Gerakan Terpadu Pensejahteraan Petani b. Pengembangan
Kawasan
Sentra
Produksi
Pertanian c.
Penyediaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembangunan Pertanian
- 107 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
d. Pengembangan Teknologi Informasi Pertanian dan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian Tepat Guna e. Pemberdayaan Penyuluh Pertanian f.
Pemberdayaan
Kelembagaan
dan
SDM
Pelaku
Usaha Pertanian g. Peningkatan Produksi dan Mutu Produk Pertanian Secara Berkelanjutan h. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian dan perikanan i.
Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Produk Hasil Pertanian
j.
Peningkatan SDM Pertanian Kegiatan pembangunan pertanian sektor tanaman
pangan dan hortikultura di Provinsi Sumatera Barat ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kegiatan utama dan kegiatan pendukung sebagai berikut : 1)
Peningkatan SDM Aparatur dan Penerapan Teknologi Pertanian melalui kegiatan pokok : a.
Pelatihan Petugas Teknis
b.
Pelatihan Non Teknis
c.
Pelatihan Dasar Penyuluh Pertanian
d.
Pelatihan Penyuluh Swadaya - 108 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
e.
Pelatihan dan peningkatan SDM Petugas, Petani dan Bengkel Pengrajin
2)
Pemberdayaan Petani melalui kegiatan pokok: a.
Penguatan P4S
b.
Pelatihan Bagi Pengurus LKMA
c.
SLPTS
d.
SLPTT Padi Gogo
e.
SLPTT Jagung
f.
SLPTT Kedelai
g.
SLPTT Kacang Tanah
h.
Penguatan Kelembagaan Kelompok Usaha
i.
Peningkatan SDM Kelompok Usaha
j.
Pelatihan UPJA
k.
Petani Pakar
l.
Penguatan Kelembagaan UPJA
m. Pemantapan LKMA n.
Pemberdayaan Kelembagaan Petani Tk. Provinsi
o.
Pemantapan PMT
p.
SLPHT Padi
q.
SLPHT Palawija
r.
SLPHT Hortikultura
s.
SL Iklim
t.
Pelatihan Petani Pengamat OPT
u.
Tukar Informasi Petani Maju
v.
Fasilitasi Radio Pertanian
- 109 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
3)
Peningkatan Kesejahteraan Petani melalui a.
Peningkatan Penghasilan Petani (RTP)
b.
Pemanfaatan
Lahan
Pekarangan
dan
Pengembangan Buah-Buahan di Nagari (RTP) 4)
Pengembangan Pertanian Organik dan LEISA melalui: a.
Pengkajian Pertanian Organik
b.
Sekolah Lapang Pertanian Organik
c.
Peningkatan Luas Pertanian Organik
d.
Demplot Pertanian Organik
e.
Penyebaran informasi Pertanian Organik
f.
Akreditasi dan Sertifikasi Pertanian Organik
g.
Magang Pertanian Organik
h.
Pusat Pelatihan Pertanian Organik
i.
Packing House Pertanian Organik
j.
Perbaikan Kesuburan Lahan Sawah Berkelanjutan
k.
Rumah Percontohan Pupuk Organik
l.
Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO)
m. Penyediaan Pestisida Nabati n.
Insentif Produk Organik
o.
Penekanan pemakaian pestisida pada padi
p.
Penekanan pemakaian pestisida pada Sayuran
q.
Pelayanan jasa lab. Hama dan AH
r.
Pos IPAH
- 110 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
5)
Peningkatan Produksi dan Ketahanan Pangan melalui : a.
Penggunaan Benih Padi Bermutu
b.
Peningkatan Produksi padi
c.
Peningkatan Produktifitas padi
d.
Produksi Jagung
e.
Produktifitas Jagung
f.
Sertifikasi Benih
g.
Pengecekan Mutu Benih
h.
Pemurnian Varietas
i.
Pelapasan Varietas
j.
Menekan Kehilangan Hasil Olah Pasca Panen
k.
Fasilitasi Peralatan Pasca Panen
l.
Posko Pengendalian OPT di Kanagarian
m. Menekan Kehilangan Hasil oleh OPT
6)
n.
Menekan Kehilangan Hasil oleh Kekeringan
o.
Operasional BPTPH
p.
Operasional Lab. Hama-AH
q.
Operasional Lab. Pestisida
r.
Operasional Brigade Lintan
s.
Registrasi Kebun
Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengembangan Pertanian melalui : a.
Perluasan Areal Hortikultura
b.
Cetak Sawah
c.
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
d.
Rehabiltasi dan Konservasi Lahan - 111 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
e.
Check Dam
f.
Rehab
Jaringan
Irigasi
Tingkat
Usaha
Tani/
Standar
Mutu
Jaringan Irigasi Desa g.
Kincir Air/Pompanisasi
h.
Jalan Usaha Tani
i.
Embung
j.
Perda Pestisida
k.
Pelayanan Jasa Alsintan
l.
Operasional Bengkel Keliling
m. Demonstrasi Alsintan n.
Pengujian/sertifikasi Alsintan
o.
Pengembangan
dan
Penerapan
Alsintan (Pembuatan Prototype) p. 7)
Persiapan Laboratorium Alsintan untuk Akreditasi
Peningkatan
Pengolahan
dan
Pemasaran
Hasil
Pertanian melalui : a.
Revitalisasi Penggilinga Padi Kecil (PPK)
b.
Pelatihan Teknologi Pasca Panen dan pengolahan Hasil
c.
Fasilitasi Sertifikasi Keamanan Pangan Komoditi Segar
d.
Penerapan Design dan Packaging Produk Olahan
e.
Sekolah Lapang Pelaku Usaha Agribisnis (SL-PUA)
f.
Penyusunan SOP Pengolahan Hasil
g.
Penerapan GHP/GMP Produk Olahan Pertanian
h.
Promosi Produk Pertanian - 112 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
i.
Pengembangan Pasar Tani
j.
Pencatatan Harga Pasar daerah Sentra
k.
Penyiaran Informasi Harga
l.
Penyebaran Informasi Melalui Media Cetak dan Elektronik
m. Pelayanan Jasa Lab. Pestisida n. 5.2.
SPS-WTO INDIKATOR KINERJA Tolok
ukur
kinerja
pembangunan
pertanian
tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Sumatera Barat selama periode waktu 2011–2015, adalah sebagaimana berikut ini : Tabel. 13 Indikator Kinerja Utama Tahun 2011-2015 No 1
2
Sasaran Strategis Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura
Pengembangan kawasan sentra produksi dan cluster agroindustri
Indikator Kinerja Utama Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan hortikultura : a. Padi b. Jagung c. Manggis
Peningkatan Jumlah Kawasan Sentra Produksi
- 113 -
Target
3,50% 6,00% 2%
60 kawasan
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
5.3.
KELOMPOK SASARAN Sumber daya manusia dan sumber daya alam
merupakan faktor penentu pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Tercapainya pembangunan
perlu
ditentukan
kelompok
sasaran
berdasarkan kawasan/wilayah/lokasi, Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia dan komoditas sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura. A. Sasaran Wilayah/Lokasi Pelaksanaan
pembangunan
pertanian
sektor
tanaman pangan dan hortikultura ditentukan berdasar pengwilayah dan peruntukan yang sesuai dengan RPJMD Provinsi Sumatera Barat. Penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Barat secara umum meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya diantaranya berupa kawasan permukiman, kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan perikanan dan kelautan, dan kawasan hutan Sumatera Barat mempunyai potensi lahan sawah dan lahan kering. Pada tahun 2011 luas Lahan sawah tercatat
239.635
ha
terdiri
dari
terdiri
dari
sawah
berpengairan teknis 27.905 ha, setengah teknis 74.104 ha, pengairan sederhana/desa/non PU seluas 88.955ha,
- 114 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
sawah tadah hujan seluas 40.453 ha, dan lainnya 4.830 ha. Sedangkan potensi luas lahan bukan sawah adalah seluas 784.205 ha yang terdiri dari lahan pekarangan 91.832
ha,
tegal
kebun
328.422
ha,
ladang
huma
128.989ha dan lahan sementara tidak diusahakan seluas 234.962 Ha. B. Komoditas Pengembangan
komoditas
pertanian
tanaman
pangan dan hortikultura yang menjadi fokus adalah komoditas Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Kayu, Ubi jalar, Manggis, Jeruk, Pisang, Durian, Kentang, Cabe Merah, Bawang Merah, Kubis, Tomat, Anggrek, Krisan, Tanaman Obat dan biofarmaka. Komoditas lain merupakan komoditas
pilihan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
pertanian di Provinsi Sumatera Barat. C. Rumah Tangga Petani Dari angka proyek BPS jumlah penduduk Sumatera Barat tahun 2009 sebesar 4.827.973 jiwa, sedangkan data jumlah rumah tangga petani masih menggunakan data base hasil sensus pertanian tahun 2003 (ST03). Dari hasil ST03 dari 1.052.100 KK jumlah kepala keluarga, terdapat 639.700 rumah tangga petani (60,8 %) dengan komposisi usaha petani sebagai berikut :
- 115 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- Padi / Palawija
: 476.800 KK. RT Petani
- Hortikultura
:
222.300 KK RT Petani
- Perkebunan
:
210.200 KK RT Petani
- Peternakan
:
145.100 KK RT Petani
- Hasil hutan
:
19.400 KK RT Petani
- Jasa pertanian
:
36.900 KK RT Petani
Jumlah
: 1.100.700 KK RT Petani
Grafik 16 : Komposisi Jenis Aktifitas Petani di Sumatera Barat, 2009
Dari data rumah tangga petani dengan berbagai usaha yang dilakukan ternyata setiap rumah tangga petani secara ratio terdapat 1,8 artinya rata - rata rumah tangga petani tidak cukup mengusahakan
2 jenis usaha, hal ini
tergambar bahwa kurang produktifnya anggota rumah tangga
petani
dalam
berusaha - 116 -
tani
dan
juga
bukti
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
kekurangan jam kerja petani dalam melakukan usaha tani yang
akibatnya
rumah
tangga
petani
tidak
mampu
memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri, inilah salah satu faktor penyebab bertambahnya angka kemiskinan dan angka pengangguran. Demikian
juga
komposisi
umur
petani
yang
mengelola usaha tani berdasarkan data statistik adalah umur petani < 30 th sebanyak 3,64 %, umur petani 31 40 thn sejumlah 24,38 %, umur petani 41 - 50 th sebesar 34,78 % dan umur petani > 50 th sebesar 37,25 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa menurunnya/kecilnya minat para pemuda/generasi muda berusaha dibidang pertanian
(3,64
%)
sementara
yang
banyak
mengusahakan pertanian berada pada keadaan umur petani 41-50 th dan > 50 th, situasi yang demikian kurang menguntungkan ditinjau dari segi daya pikir, semangat juang
berusaha,
tenaga
dan
kemampuan
mengelola
pekerjaan yang sebagian besar masih tradisional dan manual. Untuk pemutakhiran data base ST03, pada tahun 2009 BPS melakukan pendataan rumah tangga petani yang di fokuskan kepada rumah tangga usaha tani padi, jagung, kedelai, dan tebu (RTUT-PJKT). Berdasarkan hasil Pendataan Usaha Tani tahun 2009 (PUT-09) di peroleh hasil sebagai berikut : - 117 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Tabel 14. Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani
No
Kabupaten/Kota
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kab. Pasaman Kab. Pasaman Barat Kab.50 Kota Kab. Agam Kab. Tanah Datar Kab. Pd. Pariaman Kab. Solok Kab. Solok Selatan Kab. Swl/Sijunjung Kab. Dharmasraya Kab. Pes.Selatan Ko Payakumbuh Ko Bukittinggi Ko Pd. Panjang Ko Padang Ko Solok Ko Sawahlunto Kab.Mentawai Ko Pariaman Jumlah
Jumlah*) Rumah Tangga Usaha Tani 3
Jenis Tanaman Padi
Jagung
Kedele
4
5
6
39.074 39.890 41.205 45.680 44.469 37.641 43.625 19.397 24.031 8.621 54.664 5.792 1.074 1.069 13.601 1.848 2.866 1.421 2.742
38.762 31.639 40.663 42.940 43.210 37.379 43.181 19.002 23.903 8.229 50.582 5.705 996 1.055 13.584 1.831 2.820 1.353 2.730
1.175 12.929 2.408 27.269 2.513 793 392 416 260 806 8.287 385 137 37 35 43 62 25 20
249 146 12 121 16 18 16 369 43 115 77 2 1 6 43 1 1
428.710
409.564
57.992
1.236
Sumber : PUT (Pendataan Usaha Tani) 2009, BPS Sumbar *) Bukan merupakan penjumlahan Kol (4) + kol (5) + Kol (6)
- 118 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
5.4.
PENDANAAN INDIKATIF Kegiatan pembangunan pertanian sektor tanaman
pangan dan hortikultura di Sumatera Barat ditujukan untuk
meningkatkan
Pemerintah masyarakat
kesejahteraan
memfasilitasi dengan
masyarakat.
sebesar-besarnya
mendayagunakan
partisipasi
keterpaduaan
program dan kegiatan yang dibiayai dari berbagai sumbersumber pendanaan baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Guna tercapainya program pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Sumatera Barat maka perlu adanya dukungan anggaran dari
APBN
dan
APBD.
Rencana
Program,
Kegiatan,
Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 20112015 adalah sebagaimana tabel berikut ini.
- 119 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 120 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 121 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 122 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 123 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 124 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 125 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 126 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 127 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 128 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 129 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 130 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 131 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 132 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
Disamping program dengan sumber dana APBD, juga terdapat Program dan Kegiatan dengan sumber dana APBN yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 15. Rencana Pendanaan Indikatif Kegiatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015 Sumber Anggaran APBN (Dinas Provinsi) APBN Dinas Kab/Kota Total
2011
2012
2013
2014
2015
3.775.100
171.641.607
139.743.918
167.692.701
201.231.241
97.781.775
45.792.420
39.586.258
51.462.135
66.900.776
101.556.875
217.434.027
179.330.176
219.154.836
268.132.017
- 133 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
BAB 6 INDIKATOR KINERJA DAN SASARAN Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mempunyai mandat sebagai penanggung jawab pelaksanaan pembangunan sektor tanaman pangan dan hortikultura
untuk
pencapaian
tujuan
yang
telah
digariskan pada RPJMD Sumatera Barat. Dalam pencapai tersebut perlu ditetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja sebagai berikut:
- 134 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 135 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
- 136 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
BAB 7 PENUTUP Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 – 2015 merupakan aplikasi dari semangat dan tekad kinerja yang dituangkan dalam visi, misi dan tujuan pembangunan Pertanian Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura
yang
mendukung
pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat Rencana strategis yang telah disusun ini merupakan pedoman bagi Sekretariat, Bidang dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dalam menyusun rencana kerja,
rencana
anggaran
yang
dibutuhkan
sebagai
pendukung terlaksananya Renstra tahun 2011 – 2015. Selanjutnya Kabupaten/Kota
merupakan dalam
pedoman
menyusun
pula
Rencana
bagi
Strategis
masing – masing daerah tahun 2011 – 2015. Untuk itu perlu ditetapkan kaidah – kaidah pelaksanaan sebagai berikut: 1)
Bidang, Bagian dan UPTD serta Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
termasuk
dunia
usaha
dapat
melaksanakan program, dan kegiatan pokok yang tertuang dalam Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2015
- 137 -
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
dan
mampu
memfasilitasinya
kepada
seluruh
masyarakat dengan sebaik – baiknya. 2)
Bidang,
Bagian
menyusun
dan
rencana
UPTD kerja
berkewajiban sesuai
untuk
dengan
tugas
pokoknya, sehingga dapat dijabarkan dalam bentuk program,
kegiatan
pokok
dan
rencana
anggaran
tahunan serta melahirkan proposal – proposal dan petunjuk pelaksanaan di setiap kegiatan yang telah disepakati pada awal tahun. Dengan
adanya
substansinya keterpaduan
“Kesepakatan
harus
terjadi
penanganan
Denai”
yang
sinkronisasi
dan
pembangunan
Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura antara Provinsi dengan
Kabupaten
Pembangunan
/
Kota,
Pertanian
untuk
Tanaman
itu
Renstra
Pangan
dan
Hortikultura Provinsi dapat dijadikan pedoman dan acuan penyusunan Renstra Kabupaten/Kota. 3)
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan Rencana Strategis Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2011 – 2015, maka Sekretariat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat berkewajiban untuk melaksanakan pemantauan
terhadap
pelaksanaannya,
mengakomodir permasalahan dan memberikan saran kepada
rapat
pimpinan
pada
Dinas
Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. - 138 -
Pertanian
Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015
4)
Setiap awal tahun, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat akan menyusun Rencana Kerja (RENJA) dinas, dan pada akhir tahun harus menyusun
pula
laporan
Akuntabilitas Kinerja yang
selanjutnya
tahunan
dan
Laporan
Instansi Pemerintah (LAKIP)
akan
dijadikan
sebagai
bahan
laporan kepada Gubernur Sumatera Barat. 5)
Selanjutnya Kepala Dinas tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat bila diperlukan, guna tercapainya pembangunan
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura ke depan yang lebih baik Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat
Ir. D J O N I Pembina Utama Madya NIP.19550815 198203 1 012
- 139 -