II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Atsiri Minyak atsiri (essential oil) adalah minyak eteris atau minyak terbang yang memiliki sifat mudah menguap, berbau khas sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, getir, memabukkan, larut dalam larutan organik namun tidak larut dalam air. Minyak atsiri bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rizhoma). Minyak atsiri merupakan bahan baku untuk produk farmasi dan kosmetik alamiah disamping digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Ada sekitar 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar internasional. Saat ini Indonesia baru mengekspor sekitar 12 (dua belas) jenis minyak atsiri antara lain : Minyak Nilam, Minyak Akar Wangi, Minyak Sereh Wangi, Minyak kenanga, Minyak Kayu Putih, Minyak Sereh Dapur, Minyak Cengkeh, Minyak Cendana, Minyak Pala, Minyak
Kayu
Manis,
Minyak
Kemukus,
dan
Minyak
Lada
(http://agribisnis.deptan.go.id). Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan oleh tanaman, terdiri dari campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1948). Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman, yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar. Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri dari bagian tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara penyulingan, pengempaan, ekstraksi menggunakan pelarut, atau adsorbsi dengan lemak tergantung dari jenis tanaman dan sifat fisiko-kimia minyak atsiri di dalamnya (Harris, 1987). Indonesia memiliki prospek yang bagus dalam agribisnis minyak atsiri dilihat dari segi permintaan dunia, namun ekspor yang dihasilkan Indonesia masih belum optimal khusus minyak nilam, sekitar 70% pangsa pasar dunia dikuasai oleh minyak nilam Indonesia. Tanaman nilam (Pogestemon Cablin)
dengan hasil minyak nilam (patchouli oil) merupakan penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak atsiri. Produksi minyak nilam Indonesia pertahunnya mencapai rata-rata di atas USD 20 juta (Mangun,2005) Untuk menilai mutu suatu minyak atsiri didasarkan pada suatu kriteria atau batasan yang dituangkan dalam standar mutu. Dalam standar mutu dicantumkan sifat fisiko-kimia suatu minyak atsiri, dan sifat tersebut bukan merupakan hal yang dipaksakan akan tetapi sifat yang memang seharusnya dimiliki oleh tiap jenis minyak tersebut. Berdasarkan sifat fisik, dapat diketahui keaslian dari komoditi tersebut, dan dari nilai sifat kimianya dapat diketahui secara umum komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri, dan sifat tersebut menentukan kaya dan nilai minyak tersebut (Ketaren, 1985). Pada umumnya minyak atsiri mempunyai indeks bias (20°C) berkisar antara 1,460-1,510, sedangkan putaran optiknya berada dalam kisaran yang cukup luas dan memutar bidang polarisasi ke kiri atau ke kanan (Rusli et al.,1976). Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada suhu 15°C dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1,000. Pada umumnya minyak atsiri larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya, kurang larut dalam alkohol encer dengan konsentrasi kurang dari 70%. Daya larut tersebut lebih kecil jika minyak mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar (Guenther, 1948). Proses Pemisahan Minyak Atsiri berdasarkan Ketaren (1985) I. Penyulingan II. Ekstraksi dengan Pelarut III. Enfleurasi IV. Isolasi Eugenol Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang bahan bakunya berasal dari berbagai jenis tanaman perkebunan. Minyak atsiri dari kelompok tanaman tahunan perkebunan antara lain berasal dari cengkeh, pala, lada, kayu manis, sementara yang berasal dari kelompok tanaman semusim perkebunan berasal dari tanaman nilam, sereh wangi, akar wangi dan jahe. Hingga kini minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam memiliki
6
pangsa pasar ekspor paling besar andilnya dalam perdagangan Indonesia yaitu mencapai 60 persen (www.litbang.deptan.go.id). Volume ekspor minyak atsiri per bulan selama 2002, misalnya, ratarata mencapai 1.500 ton dengan jumlah devisa yang berhasil diraih sekitar US$ 4 juta. Pada Februari 2002, ekspor minyak nilam Sumut mencapai 3.650 ton dengan nilai US$ 8,20 juta yang ditujukan ke negara Spanyol, Perancis, Singapura, AS dan Kanada. (Bisnis Indonesia, 2002). Negara-negara pengimpor terbesar pada tahun 2002 adalah sebagai berikut (dalam ribuan US$) : USA (120,220), Perancis (87,573), Inggris (48,149), Swiss (36,237), Jerman (32,906), Spanyol (29,411). Sedangkan negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 sebagai berikut: Dalam US$, Perancis (93,842), China (50,517), Indonesia (47,940), USA (34,011), Inggris (24,346)
dan
Singapura (21,090). Berdasarkan data ITC/Comtrade Statistics, nilai ekspor Indonesia untuk komoditi Essential Oil (HS.330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan bagian Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai
8%,
dibawah
Perancis
(22%)
dan
China
(10%)
(www.litbang.deptan.go.id). Dalam perdagangan internasional terdapat 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan. Minyak atsiri yang diekspor Indonesia antara lain: Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil), Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Lada (Pepper Oil), Minyak Kayu Manis (Cinnamon Oil). Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam mengembangkan produksi minyak atsiri di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan dan permintaan pasar dunia untuk minyak atsiri dan penetapan harga serta kualitasnya.
7
1. Minyak Cengkeh Tanaman cengkeh (Eugenia caryophillata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan minyak daun cengkeh (clove leaf oil). Minyak cengkeh merupakan hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh kering. Minyak atsiri jenis ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi, penyedap masakan dan wewangian. Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol (90%), eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl salicylate, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryophyllene. Minyak tangkai cengkeh adalah minyak atsiri hasil penyulingan tangkai kuntum cengkeh. Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih ketat (Ketaren, 1985). Tabel 1. Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991 Minyak Daun Cengkeh Karakteristik o Berat Jenis pada 15 C 1,03 - 1,06 Putaran Optik (ad) - 1o 35 o Indeks Refraksi pd 20oC (nd20) 1,52 - 1,54 Kadar eugenol (%) 78 - 93 % Minyak pelikan Negatif Minyak lemak Negatif Kelarutan dalam Alkohol 70% Larut dalam dua volume Sumber : http://agribisnis.deptan.go.id Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan mudah berubah warna menjadi coklat atau ungu bila terkena logam besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum aluminium atau drum timah putih. Eugenol merupakan senyawa paling penting dalam minyak daun cengkeh dan jumlahnya dapat mencapai 70-93% dari berat minyak daun cengkeh. Mutu minyak daun cengkeh terutama ditentukan oleh kandungan eugenol dan warna minyak (Arctander, 1969). Eugenol
dari
minyak
daun
cengkeh
dapat diisolasi
dengan
penambahan larutan basa kuat encer seperti NaOH, KOH atau Ca(OH)2.
8
Eugenol dengan NaOH akan membentuk Na-eugenolat yang larut dalam pereaksinya dan juga larut dalam air. Bagian non eugenol lalu diekstrak dengan menggunakan eter, dengan penambahan asam organik akan dihasilkan garam-Na dan eugenol bebas. Eugenol ini kemudian dimurnikan dengan penguapan dan penyulingan (Guenther, 1949). Guguran daun cengkeh pun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah minyak atsiri, yang juga laku di pasar internasional. Tak kurang 103,46 ton biji cengkeh dari perkebunan besar serta 634 ton dari perkebunan rakyat dihasilkan pada tahun 2002 (www.kompas.com). Sebagai negara penghasil dan konsumen terbesar cengkeh, selama ini pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar dunia cukup besar yaitu sekitar 60 persen dari kebutuhan dunia. Misalnya pada 2000, dari 2.080 ton minyak cengkeh yang dipasarkan, negara kita ternyata memasok sebanyak 1.317 ton. Minyak cengkeh ternyata punya khasiat yang cukup besar dan merupakan baku industri farmasi dan pestisida nabati. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (Balittro) menunjukan bahwa, minyak cengkeh juga dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan balsam yang dapat menghilangkan rasa sakit, terutama reumatik, obat kumur dan permen. Permintaan akan daun minyak cengkeh sangatlah besar dan sering terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi kapasitas produksi industri kecil minyak daun cengkeh yang terbatas. Tabel 2. Ekspor Minyak Cengkeh Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Volume (Ton) 1093 1047 646 651 707 758 n.a n.a 622 370
Nilai (ribu US$) 3348 2675 1455 1398 1660 2098 n.a. n.a. 1905 1571
Sumber : BPS (2007)
9
Pemanfaatan minyak cengkeh, untuk dunia industri memang cukup luas terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat-obatan. Begitu juga untuk industri parfum, yang merupakan campuran utama untuk Geranium, Bergamot, Caraway, Cassie dan bahan untuk pembuatan vanilin sintesis sebagai bahan baku makanan dan minuman. Sebagian besar hasil produksi minyak daun cengkeh diekspor ke luar negeri. Harga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan 2003 pada awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp. 29.500 dan pada tahun 2003 berfluktuasi antara Rp. 23.000 – Rp. 25.000/kg. Harga tersebut juga cenderung stabil hingga memasuki tahun 2004. Fluktuasi harga minyak daun cengkeh sedikit banyak juga dipengaruhi oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Pada saat krisis tahun 1997, harga minyak daun cengkeh bisa mencapai Rp. 57.000/kg (data primer). Berdasarkan data primer lapangan yang diperoleh, para pengusaha daun minyak cengkeh memperkirakan harga untuk kondisi Break Even Point (BEP) atau impas adalah sekitar Rp. 20.000/ kg. Sedangkan data terakhir 2005 harga CIF minyak daun cengkeh dapat berkisar mencapai harga terendah USD 4.000/kg dan harga tertinggi USD 4,27/kg. Dengan melihat selisih harga pada kondisi BEP dengan harga jual di pasar, maka usaha ini cukup menjanjikan (Setiawan, 2005).
2. Minyak Serai wangi Serai wangi (Cymbopogon nardus Rendle) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Tanaman ini mengandung 80-97 % total geraniol dan 30-45 % sitronella. Budidaya serai wangi tidak banyak memerlukan persyaratan dan dapat ditanam pada tanah yang kurang subur. Selain itu tanaman ini memiliki akar serabut yang banyak, sehingga tanaman ini juga potensial untuk menjaga erosi dan merehabilitasi lahan-lahan kritis. Tanaman serai wangi pada umur kira-kira enam bulan setelah tanam sudah dapat dipanen, dan selanjutnya dapat dipanen setiap 3 bulan. (www.litbang.deptan.go.id)
10
3. Minyak Nilam Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara berkelanjutan dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain. Penggunaan minyak nilam dalam industriindustri ini karena sifatnya yang fiksative terhadap bahan pewangi lain agar aroma bertahan lama, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi. Nilam adalah tanaman yang berumur produktif selama 1-2 tahun. Panen pertama dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam, dan panen selanjutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Setelah 1,5 tahun tanaman nilam memerlukan peremajaan. Di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth, don Pogostemon hortensis Benth. Pogostemon cablin Benth dikenal sebagai nilam Aceh karena banyak diusahakan di daerah itu. Nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus dengan kadar minyak 2,5-5,0 %. Pogostemon heyneanus Benth dikenal dengan nama nilam Jawa, tanaman berbunga, daun tipis dan kadar minyak rendah, berkisar antara 0,5-1,5 %. Pogostemon hortensis Benth mirip nilam Jawa tetapi juga tidak berbunga, dapat ditemukan di daerah Banten dan sering disebut sebagai nilam sabun. Tabel 3. Persyaratan Agroklimat Nilam. No. Uraian Syarat 1 Tanah Gembur, banyak mengandung bahan organis, tidak tergenang air, dan pH 6 – 7. 2 Suhu 18o – 27o Celcius 3 Ketinggian 100 – 400 m dpl tempat 4 Curah hujan 2300 – 3000 mm/tahun 5 Kelembaban 60 – 70% Sumber : Santoso (1990)
11
Menurut Mustofa (1990) dalam Syaefuddin (1993), komposisi minyak nilam yang baik atau yang kurang bagus secara sifat fisika kimia di antara ketiga jenis minyak Nilam tersebut tidak ditentukan dari kadar Patchouli alkohol dan bau yang dihasilkan. Minyak nilam Aceh berkadar Patchouli alkohol 30 – 38 % dan mempunyai aroma yang agak berbau kamfor, sedangkan minyak nilam Jawa dan nilam Hutan/Sabun berkadar Patchouli alkohol lebih kurang 2,5 % dan tidak berbau kamfor. Di pasar intemasional minyak nilam dikenal dengan nama "Patchouli oil". Hasil tanaman nilam adalah minyak yang didapat dengan cara menyuling batang dan daunnya, belum ada senyawa sintetis yang mampu menggantikan peran minyak nilam dalam industri parfum dan kosmetika. Dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam yaitu "Folia patchouly naturalis" (sebagai insectisida) dan "depurata" (sebagai minyak atsiri). Minyak nilam merupakan produk yang terbesar untuk minyak atsiri dan pemakaiannya di dunia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fixative. Data ekspor BPS menunjukkan bahwa kontribusi minyak nilam (Patchouli oil) terhadap pendapatan ekspor minyak atsiri sekitar 60 %, minyak akar wangi (Vetiver oil) sekitar 12,47 %, minyak serai wangi (Citronella oil) sekitar 6,89 %, dan minyak jahe (Ginger oil) sekitar 2,74 %. Rata-rata nilai devisa yang diperoleh dari ekspor minyak atsiri selama sepuluh tahun terakhir cenderung meningkat dari US$ 10 juta pada tahun 1991 menjadi sekitar US$ 50-70 dalam tahun 2001, 2002 dan 2003, dengan nilai rata-rata per kg sebesar US$ 13,13. Walaupun secara makro nilai ekspor ini kelihatannya kecil namun secara mikro mampu meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan yang pada gilirannya diharapkan dapat mengurangi gejolak sosial. Minyak atsiri sebagai bahan baku penambah aroma, parfum dan farmasi memang banyak diminta. Menurut Data Badan Pengembangan Ekspor Nasional pada tahun 2002 rata-rata ekspor minyak atsiri untuk 5
12
(lima) tahun terakhir mencapai US$ 51,9 juta dengan 77 negara tujuan ekspor. Singapura dan Amerika Serikat adalah penyerap tersebar ekspor minyak atsiri Indonesia masing-masing adalah penyumbang devisa negara US$ 20 per tahun dan US$ 10 juta per tahun. Dari ekspor tersebut minyak nilam mempunyai permintaan sebesar 60 %. (www.litbang.deptan.go.id) Permintaan akan minyak nilam setiap tahunnya semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4 dan 5 yang memuat data ekspor minyak nilam di Indonesia, data berikut diambil dari Biro Pusat Statistik Tabel 4. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia1. Tahun Jumlah Ekspor (Ton) Peningkatan (%) 1999 3.210 2000 3.324 3.55 2001 3.425 3.04 Sumber : BPS (2003) Sedangkan dari tahun 2002 sampai 2006 terjadi peningkatan ekspor minyak nilam pula, data berikut diambil dari Departemen Perdagangan. Tabel 5. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia 2 Tahun Jumlah Ekspor (Ton) 2002 1.295 2003 1.127 2004 2.074 2005 2.679 2006 2.832 (Departemen Perdagangan, 2007) Dari tabel empat dan lima dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan ekspor minyak nilam ke luar negeri. Hal ini dapat terjadi karena permintaan minyak nilam dari luar itu sendiri masih sangat tinggi dan mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahunnya. Di samping itu adanya kepercayaan dari para importir akan kualitas minyak nilam yang berasal dari Indonesia membuat para importir tersebut menyukai minyak nilam yang berasal dari Indonesia.
13
Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa prospek pasar/usaha nilam pada saat ini sangat baik karena negara-negara importir utama masih akan terus mengimpor minyak nilam sejalan dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi. Hal ini didukung juga bahwa nilam hanya dapat tumbuh di daerah tropis dan hingga saat ini belum ada substitusi yang mampu menggantikan sifat-sifat minyak nilam yaitu fiksatif dan aromatik (Dharma, 2001).
4. Minyak Akar Wangi Minyak akar wangi (vetiver oil) bersumber dari tanaman akar wangi (Vetiver zizainoides Stapt). Bagian akar dari tanaman ini mengandung minyak atsiri wangi dan kental dan berbau wangi. Minyak akar wangi merupakan salah satu bahan pewangi dan digunakan secara luas pada pembuatan parfum, kosmetik dan sebagai bahan pewangi sabun. Minyak akar wangi mempunyai bau yang menyenangkan, keras dan tahan lama dan di samping itu juga berfungsi sebagai zat pengikat bau (fixative). Karena bau yang keras, maka dosis penggunaannya harus tepat, penggunaan dosis berlebihan dapat memberi kesan yang tidak enak (woody). Minyak akar wangi bermutu rendah biasanya digunakan sebagai campuran pewangi sabun sedangkan yang bermutu tinggi sebagai campuran parfum. Minyak akar wangi juga dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan terpen alkohol (vetiverol). Terpen alkohol tersebut mempunyai bau yang lebih lembut dan halus dibandingkan dengan bahan asalnya, dan merupakan zat fiksatif alam yang disebut ”par excellence”. Demikian juga halnya dengan persenyawaan ester dari asam asetat dan seskwiterpen alkohol. Persenyawaan ester tersebut dapat dihasilkan dengan proses asetilasi seskwiterpen alkohol. Minyak akar wangi yang diimport dari Pulau Reunion biasanya masih murni, kaena baik produsen maupun eksportir di pulau tersebut tidak mencampurnya dengan bahan lain. Pemalsuan biasanya dilakukan oleh pedagang perantara dengan mencampur minyak tersebut dengan alkohol kerosene dan lemak.
14
Daerah di Pulau Jawa yang menghasilkan akar vetiver adalah daerah Garut (Jawa Barat) dan daerah Wonosobo (Jawa Tengah). Tanaman tersebut diusahakan oleh rakyat dengan luas tanah sekitar 1 - 20 hektar per petani. Di samping itu terkadang digunakan sebagai tanaman sela di perkebunan. Di Haiti sebagai penghasil akar wangi terbesar menggunakan akar wangi sebagai atap rumah (Ketaren, 1985). Tabel 6. Jumlah minyak akar wangi Jawa yang diekspor sebelum dan sesudah pendudukan Jepang. Tahun Jumlah (ton) 1939 3400 1940 2900 1941 2300 1947 200 1948 100 (Ketaren, 1985) 5. Minyak Jahe Tanaman jahe (Zingiber Officinale) termasuk famili Zingiberaceae yang merupakan tanaman rumput-rumputan. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Kadar minyak dalam jahe dipengaruhi oleh varietas dan asal jahe misalnya seperti iklim, tanah dan lain-lain. Umbi jahe mengandung zat yang disebut gingerol yang menyebabkan bau manis dan rasa pedas. Di samping gingerol jahe mengandung zingiberol dan zingiberene. Zingiberene adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe, sedangkan zingiberol yang mengandung seskwiterpen alkohol yang menyebabkan bau khas minyak jahe (Ketaren, 1985).
6. Minyak Pala Pala yang mempunyai mutu terbaik dalam dunia perdagangan adalah pala yang berasal dari Myristica fragans H. Species lainnya adalah Myristia Argentea W, M. Malabarica dan Myristica Saecedanea B, ketiga-tiganya mempunyai mutu yang rendah dari segi warna, rasa dan aromanya. Baik biji pala maupun fuli (mace) berasal dari buah pala (Myristica Fragans Houtt).
15
Biji pala yang dimanfaatkan adalah biji pala yang telah masak dan kering, sedangkan bagian fuli adalah arillde kering yang menutupi kulit biji pala. Minyak yang berasal dari biji pala mempunyai mempunyai odor dan flavor yang sama dengan minyak yang berasal dari fuli tetapi karena biaya produksi minyak fuli jauh lebih mahal maka yang berasal dari biji pala yang umumnya diperdagangkan. Biji pala dan fuli mengandung lemak (trigliserida) yang terdiri dari trimiristin, palmitin, olein, dan linelein serta fraksi tidak tersabunkan misalnya miristin (C11H12O3) di samping itu pala juga mengandung minyak atsiri, pati dan serat kasar. Biji pala muda menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar dibandingkan dengan biji pala tua. Biji pala menghasilkan minyak atsiri sekitar 7-16 %, sedangkan bagian fuli menghasilkan minyak sekitar 4-15 %. Minyak pala merupakan cairan yang tidak berwarna/ warna bening pucat dan jika kontak dengan udara dalam jangka waktu yang lama akan bersifat resin, sehingga minyak akan lebih kental. Sifat minyak ini tergantung dari asal daerah, jenis tanaman penghasil, umur buah, mutu biji pala dan ”mace” serta metode penyulingan. Oleh karena itu sifat fisik dan kimia minyak pala yang berasal dari Bada dan Padang berbeda, begitu pula dengan minyak pala dan fuli yang besal dari ”East Indian” berbeda dengan minyak pala dan fuli yang berasal dari ”West Indian”. Minyak biji pala dan minyak yang berasal dari ”fuli” banyak dipergunakan sebagai flavoring agent pada minuman beberapa jenis bahan pangan seperti biskuit, cake, puding, makanan yang dipanggang serta makanan dari daging dan sosis. Minyak pala juga digunakan dalam industri parfum dan pasta gigi. Dalam bidang farmasi minyak pala digunakan sebagai analgesic dan dalam jumlah kecil digunakan dalam industri kosmetik dan sabun (Ketaren, 1985).
16
7. Minyak Kayu Manis Minyak kayu manis yang berasal dari Cinnamomum zeylanicum Nees dan disebut juga minyak Cinnamon, sedangkan yang berasal dari Cinnamomum Casia B1 disebut minyak Cassia. Kedua jenis minyak berbeda dalam kandungan sinamat aldehid. Minyak cassia mengandung komponen sinamat aldehida yang lebih besar dibandingkan dengan minyak Cinnamon. Minyak kayu manis digunakan sebagai flavouring agent dalam pembuatan makanan dan minuman, minyak ini juga digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik dan sabun namun dalam penggunaannya dapat menghasilkan warna sabun. Standar mutu minyak kayu manis sampai saat ini belum ada, hal ini disebabkan karena adanya variasi sifat-sifat minyak yang menyulitkan untuk menetapkan batas yang pasti. Sifat minyak kayu manis sangat tergantung dari kondisi bahan baku, umur dan cara penyulingannya. Misalkan perbedaan bentuk bahan baku seperti bentuk serpih, featherings atau gulungan mengakibatkan perbedaan sifat fisiko kimia minyak. Pada umumnya kriteria terbaik yang digunakan untuk menilai minyak kayu manis adalah dengan cara pengujian flavour minyak, tanpa terlalu banyak memperhatikan sifat fisiko kimianya (Ketaren, 1985).
8. Minyak Cendana Minyak atsiri yang dihasilkan penyulingan akar dan kayu cendana bersifat agak kental (viscous), berwarna agak kuning, berbau wangi dan bau tersebut sukar dihilangkan. Baik tidaknya minyak cendana secara umum didasarkan atas kadar santalol dalam minyak. Minyak cendana yang bermutu baik akan mempunyai kandungan santanol 94 % atau lebih (Ketaren, 1985).
B. Pemasaran Komoditi adalah sebutan bagi produk homogen yang dipungut dari alam, tanpa merk, berharga murah dan berfluktuasi, tergantung permintaaan dan penawaran jadi perlu diferensiasi, brand, image, value dan reputasi (Kasali, 2007). Minyak atsiri masuk dalam kategori komoditi terolah.
17
Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Stanton (1993), pemasaran adalah sistem secara keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Selanjutnya menurut Koeswono (1995), pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan manusia melalui proses pertukaran. Definisi ini juga memberikan petunjuk, bahwa pemasaran bertanggung jawab sebelum terjual dan setelah produk terjual sampai ke tangan konsumen. Marketing dapat dipandang menurut tiga dimensi strategis: Outlook, Architecture dan Scorecard. Ini melibatkan tiga aktivitas strategis: melaksanakan suatu kajian tentang lanskap bisnis di masa mendatang; merancang serta melaksanakan arsitektur bisnis – segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi, marketing mix, selling, brand, service, proses dan akhirnya menyeimbangkan proposisi nilai bagi para stake holder kunci (Kartajaya, 2005). Dalam pemasaran dibutuhkan bauran pemasaran. Bauran pemasaran merupakan strategi pemasaran yang terdiri dari campuran unsur-unsur yang dikenal dengan 4 P yaitu: product, price, place, promotion. Untuk menetapkan strategi pemasaran perlu memperhatikan hal berikut: a. Produk adalah apa yang dibeli oleh pelanggan untuk memuaskan keinginannya atau kebutuhannya. Faktor produk mencakup merek, garansi, pembungkus dan servis setelah penjualan dimana pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan dan keinginan pasar. Produk dapat berupa fisik, berbagai jenis jasa atau gagasan. b. Harga terdiri dari semua elemen yang berhubungan dengan apa yang dibayar oleh pelanggan untuk produk itu. Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan pendapatan penjualan dan
18
keuntungan perusahaan di samping unsur biaya. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya produksi dan mampu menghasilkan jasa. Prinsip yang paling penting bagi perusahaan dalam penetapan harga adalah jumlah yang dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau laba. c.
Tempat berhubungan dengan cara mendistribusikan produk secara fisik kepada pelanggan melalui saluran distribusi. Menurut Kotler (1997), saluran distribusi adalah himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil hak atau membantu dalam pengambilan hak atas barang atas jasa selama berpindah dari produsen ke konsumen.
d. Promosi berhubungan dengan semua cara yang mendorong penjualan produk, termasuk periklanan dan penjualan langsung. Menurut Kotler (1997), bauran promosi terdiri dari lima kiat utama yaitu pengiklanan, pemasaran langsung, promosi, penjualan, publisitas dan personal selling. Selain 4P, content juga cukup berpengaruh dalam pemasaran. Content umumnya terkait dengan sisi rasional kita. Misalkan jika kita membeli sepatu maka kita menghendaki sepatu yang tahan lama, berkualitas, bagus, tahan air dan lain sebagainya. Sementara context berkaitan dengan emosi, emosi seringkali memang tidak rasional. Seperti dalam kasus Body Shop, untuk meningkatkan emosi para consumernya body shop menggunakan kampanye ”against animal testing” (Kartajaya, 2003). Seperti halnya pada minyak atsiri pembeli harus terikat dari segi context maupun content dengan contoh senantiasa menjaga kualitas sehingga antara eksportir dan pembeli memiliki hubungan jangka panjang yang bagus. Sedangkan pemasaran ini sendiri menyangkut menyampaikan nilai suatu produk setelah dikembangkan dan diproduksi. Itu jelas bukan merupakan stretegi yang sah di dalam dunia dimana sifat-sifat produk kini berada di jantung yang disebut pemasar. Pemasaran merupakan tindakan menemukan produk, upaya mendesainnya, keterampilan memproduksinya, seni menentukan harganya dan teknik menjualnya (Godin, 2006).
19
C. Manajemen Pemasaran Strategis Pada strategi pemasaran minyak atsiri pada pasar ekspor diperlukan manajemen strategis untuk strategi jangka panjang, alat yang bisa digunakan dalam merumuskan strategi pemasaran yaitu matriks IFE, EFE dan SWOT. Aaker (1997) menyatakan bahwa manajemen strategis dapat didefinisikan
sebagai
seni
dan
pengetahuan
untuk
merumuskan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat
organisasi
mampu
mencapai
obyektifnya.
Purnomo
dan
Zulkifliemansyah (1996) menyebutkan bahwa manajemen strategi merupakan suatu proses sehingga senantiasa berkesinambungan dan karena lingkungan organisasi senantiasa berubah maka organisasi pun harus terus menerus dimodifikasi ntuk memastikan bahwa yang diinginkan tercapai. Proses manajemen strategis dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan yang obyektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk mengkoordinasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi yang tidak menentu (Aaker, 1997). Sama halnya seperti SPK diperlukan pengambilan keputusan yang efektif dengan menggunakan pendekatan-pendekatan sistem dengan goal yang sama dan memiliki elemen yang memiliki keterkaitan di dalamnya. Arti lain dari manajemen strategis yaitu sebagai suatu proses yang mengandung beberapa implikasi penting yaitu: (1) suatu perubahan pada sembarang komponen akan mempengaruhi beberapa atau semua komponen yang lainnya. (2) perlunya umpan balik dari pelembagaaan, tinjau ulang (review) dan evaluasi terhdap tahap-tahap awal proses (4) perlunya memandang proses ini sebagai suatu sistem yang dinamik (Pearce dan Robinson, 1997). Setelah mengetahui misi perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum, operasi dan industri. Sedangkan faktor internal terdiri dari kuantitas dan kualitas keuangan, tenaga kerja dan sumber daya
20
yang dimiliki serta kekuatan dan kelemahan dari manajemen, struktur organisasi, pemasaran dan produksi serta kelayakan finansialnya. David (1998) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi perusahaan yaitu: tahap input, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan. Tahap input merangkum informasiinformasi yang diperlukan dalam formulasi strategi dengan melakukan evaluasi faktor internal (IFE) dan evaluasi faktor eksternal (EFE) perusahaan. Tahap selanjutnya adalah analisis matriks I-E untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks I-E untuk memilih kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks SWOT untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan. Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah berikut (Rangkuti, 1998) : 1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Langkah awal yang digunakan adalah mengidentifikasi faktor internal yaitu dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan organisasi. Didaftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kelemahan organisasi. Daftar dibuat
spesifik
dengan
menggunakan
persentase,
rasio
atau
angka
perbandingan. Kemudian dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang sleanjutnya akan diberikan bobot dan rating. 2. Penentuan bobot setiap variabel Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktorfaktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode paired comparison (Kinear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap
21
bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala variabel 1, 2 dan 3. Dalam implementasi 4P ini diperlukan strategi-strategi aplikasi yang tepat. Menurut Aaker (1997) strategi adalah rencana tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Di samping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional yang dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor eksternal maupun internal dalam perusahaan. Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran pemasaran yaitu dapat dijabarkan dalam bauran pemasaran marketing mix (Kotler, 1997). Perencanaan strategi hendaknya menggunakan formulasi strategis atau yang biasa disebut dengan perencanaan strategis merupakan proses penyusunan perencanaan secara jangka panjang. Dalam
menetapkan
strategi
pemasaran,
perusahaan
harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang menentukan batasan-batasan yang dapat dicapai oleh perusahaan dengan berhasil yaitu faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan seperti sumberdaya keuangan, teknologi yang dimiliki perusahaan serta identifikasi merek. Strategi Pemasaran dibentuk oleh dua komponen, yaitu Komponen Sasaran (Pasar Sasaran) dan Komponen Bauran Pemasaran dengan tabel berikut: Tabel 7. Komponen Strategi Pemasaran Pasar Sasaran Strategi Pemasaran Produk Bauran Pemasaran Harga Distribusi Promosi Dalam pembahasan organisasi, istilah strategi hampir selalu dikaitkan dengan arah, tujuan dan kegiatan jangka panjang. Strategi juga dikaitkan dalam penentuan posisi suatu organisasi dengan mempertimbangkan
22
lingkungan sekitarnya dengan analisa SWOT dapat dirumuskan dengan strategi jangka panjang (Yusanto dan Widjadjakusuma, 2003). Manajemen strategis diartikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran perusahaan. Dalam konteks manajemen menurut Wright, Kroll dan Parnell (1996), istilah strategis menunjukkan bahwa manajemen strategis memiliki cakupan proses manajemen yang lebih luas hingga pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadaannya dalam lingkungan internal dan eksternalnya. Menurut Stricklan dan Thompson (1989), manajemen strategis memiliki lima langkah dalam pelaksanaannya, yaitu: (1) Mendefinisikan bisnis dan bangun misi perusahaan; (2) Menerjemahkan misi perusahaan tersebut dalam tujuan jangka panjang dan pendek; (3) Menyusun strategi yang sesuai dengan situasi dan dapat mencapai target pelaksanaan; (4) Mengimplementasikan strategi; dan (5) Mengevaluasi pelaksanaan, mereview kembali situasi dan memulai perbaikan yang cocok.
D. EKSPOR KOMODITI Eksportir adalah perusahaan atau peorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Sedangkan ekspor adalah suatu kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia keluar wilayah pabean Indonesia dengan ketentuan berlaku yang ada di Indonesia. Daerah pabean wilayah Republik Indonesia meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat tertentu di zona eksklusif. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir agar dapat melakukan kegiatan ekspor, baik perusahaan atau perorangan harus memenuhi syarat sebagai berikut : Memiliki SIUP yaitu surat ijin usaha perdagangan. Memiliki izin usaha dari departemen teknis/ lembaga pemerintahan non departemen berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Bagi perusahaan harus memiliki TDP yaitu tanda daftar perusahaan.
23
Seperti diketahui bahwa dalam praktek sehari-hari kegiatan ekspor bisa dilakukan dengan cara non L/C atau dengan L/C, oleh karena itu untuk membedakan dalam teknik operasionalnya, maka dibagi menjadi 2 bagian : 1. Ekspor non L/C Apabila ekspor dilakukan dengan non L/C maka eksportir dapat melakukan kegiatannya sendiri tanpa melibatkan bank yaitu mulai dari pengiriman barang sampai pengiriman dokumen dan menagih pembayaran kepada importir, sehingga kegiatannya sama sekali tidak melibatkan bank. Dan hanya proses pembayarannya saja yang melalui bank yaitu bisa dengan T/T, bank draft atau lainnya, karena proses transfer secara internasional harus dilakukan melalui bank. Akan tetapi apabila eksportir minta tolong kepada bank (yang disebut remitting bank) untuk mengirimkan dokumen dan menagihkan kepada importir, maka kegiatan ini di bank disebut dengan documentary collection dan teknik operasionalnya memerlukan dokumen yang harus dipenuhi. 2. Ekspor dengan L/C Beda dengan kegiatan ekspor non L/C yang bisa dilakukan sendiri oleh eksportir tanpa melibatkan bank, untuk kegiatan ekspor dengan L/C harus dilakukan melalui bank. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir untuk dapat melakukan kegiatan ekspor dengan L/ C melalui bank devisa menurut Warsidi (2003) adalah sebagai berikut : Fotocopy SIUP Fotocopy NPWP Fotocopy TDP (Tanda Daftar Perusahaaan) Memiliki rekening giro Menyerahkan contoh tanda tangan pejabat eksportir yang berhak menandatangani dokumen ekspor Menyerahkan surat kuasa untuk mengambil dokumen, nota-nota, dll Menandatangani persyaratan negosiasi wesel ekspor Memiliki lines/ fasilitas/ plafond negosiasi wesel ekspor
24
Persyaratan ekspor minyak nilam menurut Ketaren (1985) adalah sebagai berikut: 1. Minyak nilam wajib dikemas dalam drum alumunium, drum dari pelat timah putih, drum berisi galvanis atau drum dilapisi timah putih atau drum besi dilapisi cat enamel. 2. Isi tiap drum 50 kg/ netto/ 170 kg netto, wadah tidak boleh diisi penuh, harus diberi rongga 5-10% dari volume drum, bagian luar drum wajib diberi merk dengan cat (dalam bahasa inggris) 3. Sebelum dikapalkan, tiap drum wajib diambil contoh untuk diperiksa oleh petugas pengujian mutu.
E. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah sistem komputerisasi yang memaparkan secara mendetail elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang proses pengambilan keputusan (Eriyatno, 1999). Sedangkan menurut Marimin (2004), Sistem Penunjang
Keputusan (SPK) adalah
sistem yang berfungsi mentransformasi data dan informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya. Suryadi dan Ramdhani (1998) mengemukakan pada umumnya setiap organisasi yang bergerak di bidang produksi maupun jasa, tidak terlepas dari segala problematika manajemen yang terdapat dalam lingkungan pembuatan keputusan. Perubahan struktur pasar, produk, teknologi produksi, organisasi dan yang lainnya terus terjadi sehingga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada setiap kebijakan manajemen yang dihasilkan. Pembuatan keputusan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari totalitas sistem organisasi secara keseluruhan. Pada dasarnya sebuah sistem organisasi mencakup sistem fisik (sistem operasional), sistem manajemen (sistem keputusan) dan sistem informasi. Marimin (2004), DSS bermanfaat membantu pengambilan keputusan secara interaktif. Suryadi dan Ramdhani (1998) menyebutkan DSS sebagai model dari sekumpulan prosedur untuk melakukan pengolahan data dengan tujuan membantu manajer dalam pembuatan keputusan spesifik. Penerapan DSS akan
25
berhasil jika sistem tersebut sederhana dan mudah digunakan, mudah melakukan pengawasan, mudah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan berbagai entiti. Lucas (1993) menyebutkan DSS sebagai model dari sekumpulan prosedur untuk melakukan pengolahan data dengan tujuan membantu manajer dalam pembuatan keputusan spesifik. Penerapan DSS akan berhasil jika sistem tersebut sederhana dan mudah digunakan, mudah melakukan pengawasan, mudah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan berbagai entiti. Karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan menurut Minch dan Burn (1983) : 1. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan. 2. Dukungan menyeluruh dari keputusan bertahap ganda. 3. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, psikologi, intelegensia buatan (Artificial Intelegence), ilmu sistem, dan ilmu manajemen. 4. Mempunyai kemampuan adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. Penerapan Sistem Penunjang Keputusan akan bermanfaat menurut Keen dan Morton (1978), apabila : 1. Jumlah data sangat banyak sehingga sulit untuk memanfaatkannya. 2. Waktu untuk menentukan hasil akhir/ mencapai keputusan terbatas. 3. Diperlukan manipukasi dan komputasi dalam proses pencapaian tujuan. 4. Perlunya penentuan masalah, pengembangan alternatif dan pemilihan solusi berdasarkan akal sehat. Menurut Marimin (2004), Sistem Penunjang Keputusan terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1. Manajemen Data, termasuk di dalamnya adalah database yang berisi data yang berhubungan dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data.
26
2. Manajemen Model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model finansial, statistika, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang menyediakan kemampuan sistem analisis. 3. Subsistem Dialog, yaitu subsistem yang menghubungkan pengguna dengan perintah-perintah dalam SPK.
F. ALAT ANALISA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pada sistem penunjang keputusan ini menggunakan lima metode yaitu: 1. Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) Metode Perbandingan Eksponensial ini merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Metode Perbandingan Eksponensial akan menghasilkan nilai alternatif yang perbedaannya lebih kontras. Menurut Marimin (2004), Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan suatu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Keuntungan
dari
metode
MPE
adalah
nilai
skor
yang
menggambarkan urutan prioritas menjadi besar karena merupakan fungsi eksponensial, sehingga urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata.
27
Struktur model MPE m Total Nilai i = ∑
RK ij TKKj
j=1 Keterangan : Total Nilai i = Total Nilai alternatif ke-i RK ij
= Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj
= Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0
N
= Jumlah pilihan keputusan
M
= Jumlah kriteria keputusan Dalam menggunakan metode MPE ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan diantaranya menyusun alternatif-alternatif yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. 2. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Proses (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L.Saaty selama periode 1971-1975 di Wharton School (University of Pensylvania), memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan yang diskret maupun kontinyu (Mulyono,1991).
28
Metode AHP adalah adalah metode yang menentukan prioritas keputusan. Komparasi berpasangan dapat digunakan untuk membandingkan masukan-masukan secara berpasangan untuk menyusun prioritas keputusan, di samping itu komparasi berpasangan juga dapat digunakan untuk mengetahui atau melihat faktor-faktor yang dominan. Metode komparasi membutuhkan skala komparasi yang terbaik adalah antara 1 - 9 (Saaty, 1993). Banyak permasalahan yang menggunakan AHP seperti pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan (prediksi), alokasi sumber daya, penyusunan matrik input koefisien, penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik dan sebagainya. Metode AHP memiliki kelemahan antara lain ketergantung pada masukan dari seorang pakar yang membuat hasil akhir model ini tidak ada artinya, jika pakar tersebut memberikan nilai yang keliru. Selain itu, model AHP yang terlihat sangat sederhana dapat menjadi salah satu faktor kelemahan, hal tersebut dikarenakan adanya kebiasaan para pengambil keputusan sehingga menganggap model AHP bukanlah model yang cocok untuk mengambil keputusan (Brojonegoro, 1992). Dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP, Mulyono (1991) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami yaitu
decomposition
(dekomposisi),
comparative
judgement
(penilaian
perbandingan), synthesis of priority (sintesa prioritas), dan logical consistency (konsistensi logika). • Dekomposisi Dekomposisi yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan. Proses analisa ini dinamakan hirarki. • Penilaian perbandingan. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitan dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena penilaian ini akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian ini biasanya disajikan dalam bentuk matrik perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
29
• Sintesa prioritas Dari setiap matrik perbandingan berpasangan kemudian dicari eigenvector-nya untuk mendapatkan prioritas lokal. Karena matrik perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan prioritas global harus dilakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen. Menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. • Konsistensi logika Konsistensi memiliki dua makna, yaitu bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi dan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Penyusunan hirarki dalam AHP dilakukan untuk menyelesaikan persoalan, dengan menguraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu kriteria dan alternatif. Hirarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, semuanya tersusun ke bawah dari suatu puncak (tujuan akhir), turun ke suatu sub-tujuan (sub-objective), kemudian faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub tujuan tersebut, kemudian pelaku yang memberikan dorongan, turun ke tujuantujuan pelaku aktor dan kemudian kebijakan-kebijakannya, lebih lanjut turun ke strategi-strateginya dan akhirnya hasil dari strategi ini. Penyajian sistem secara hierarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada elemen-elemen di bawahnya. Secara umum langkah-langkah yang digunakan dalam teknik AHP, yang pertama adalah melakukan analisis
kebutuhan terhadap permasalahan yang
sedang dikaji. Dari hasil analisa kebutuhan ini selanjutnya dilakukan penyusunan sejumlah hirarki sesuai dengan kebutuhan. Setelah digunakan penilaian secara berpasangan setiap elemen dalam hirarki tersebut, dilakukan pengolahan matematis setiap elemen pada hirarki yang sama (pengolahan horisontal) sehingga diperoleh tingkat konsistensi pendapat pada setiap elemen. Jika rasio konsistensi belum memenuhi syarat, maka dilakukan penggabungan pendapat dari setiap pengambil keputusan untuk dibuat matriks pendapat
30
gabungan dan dilakukan perhitungan bobot prioritas masing-masing sub elemen. Selanjutnya dilakukan pengolahan vertikal untuk memperoleh vektor prioritas. Hierarki keputusan disusun dengan menyesuaikan hierarki awal dengan pendapat para pakar. Secara umum struktur hiereki tersebut terdiri dari lima komponen yaitu fokus (tujuan akhir yang ingin dicapai), faktor (hal yang mempengaruhi fokus), aktor (pelaku yang berperan mempengaruhi faktor), objektif (tujuan dari setiap aktor) dan alternatif strategi yang dilakukan (Saaty, 1993). Hirarki dalam metode AHP Hirarki terdiri atas fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif, seperti terlihat pada gambar berikut.
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Gambar 1. Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik (Saaty, 1993) 3. Metode Prakiraan (Forecasting) Kegiatan prakiraan (forecasting) kini menjadi sesuatu yang penting karena telah menjadi bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen. Prakiraan merupakan kegiatan manajemen paling awal yang digunakan untuk mendapatkan sasaran akhir dari seluruh kegiatan manajemen yang dilaksanakan. Prakiraan dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan
pada
sesuatu
yang
bersifat
probabilistik.
Menurut
31
Gitosudarmo (1982), prakiraan merupakan perkiraan terhadap masa depan mengenai apa yang akan terjadi. Pemilihan teknik prakiraan sangat mempengaruhi keakuratan hasil. Persoalan prakiraan bukan terletak pada penggunaan model matematis yang canggih, tetapi lebih pada pemilihan metode yang menghasilkan suatu prakiraan yang akurat, tepat waktu dan dapat dimengerti oleh manajemen. Banyak sekali metode prakiraan yang telah dikembangkan oleh para ahli. Metode-metode tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yaitu : (1) metode kualitatif dan (2) Metode kuantitatif. Metode kualitatif digolongkan menjadi metode eksploratif dan metode normatif. Sedangkan metode kuantitatif digolongkan menjadi metode kausal dan metode deret berkala (Goenawan, 1998). Model deret berkala dianalisa untuk menemukan pola variasi masa lalu yang dapat dipergunakan untuk memprakirakan nilai masa depan dan membantu manajemen operasi bisnis (Kuncoro,2000). Model runtut waktu yang dipilih untuk peramalan tergantung dari data apakah mengandung unsur trend atau tidak. Apabila tidak mengandung unsur trend maka teknik peramalan yang digunakan adalah dengan penghalusan eksponensial dan rata-rata bergerak. Apabila megandung unsur trend maka teknik yang digunakan yaitu teknik trend linear, trend kuadratik, trend eksponensial atau model autoregresif. 4. Analisa matriks IFE dan EFE Analisa strategi pengembangan agroindustri meliputi analisis internal dan analisis eksternal dari produk prospektif untuk dikembangkan. Analisis internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan usaha agroindustri dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Analisa eksternal digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi produk agroindustri dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk memahami peluang dan ancaman agroindustri sehingga mendapatkan formulasi strategi yang efektif dalam memasarkan produk (Subekti, 2005).
32
5. Matriks SWOT Identifikasi posisi perusahaan/ instansi dengan membuat keputusan untuk memilih alternatif strategi sebaiknya dilakukan setelah perusahaan mengetahui terlebih dahulu posisi perusahaan untuk kondisi sekarang berada pada kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan yang dimiliki saat ini. Posisi perusahaan/institusi dapat dikelompokkan dalam 4 kuadran, yaitu: kuadran I, II, III, IV. Pada kuadran I strategi yang paling sesuai yaitu strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III strategi turnaround dan kuadran IV strategi defensif. Tahapan analisa pada SWOT yaitu proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diambil lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut: a. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. b. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT. c. Tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan ataupun analisa secara kuantitatif misalkan neraca, laba rugi dan lain-lain. Setelah mengetahui beberapa faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks internal dan eksternal. Delapan Tahapan membentuk matriks SWOT yaitu : 1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan. 2. Menentukan faktor ancaman. 3. Menentukan faktor kekuatan internal. 4. Menentukan fakor kelemahan internal. 5. Sesuaikan
kekuatan
internal
dengan
peluang
eksternal
untuk
mendapatkan strategi S-O.
33
6. Sesuaikan
kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O. 7. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T. 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi. 6. Analisa Kelayakan Finansial Penentuan kelayakan menggunakan parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), B/C ratio dan Payback Period (PBP). NPV dan IRR dinilai sebagai metode yang representatif dalam menilai kelayakan suatu usaha investasi. Hal ini disebabkan kedua metode tersebut mempertimbangkan nilai waktu dari uang (Time Value of Money) (Santoso, 2001). Metode yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu industri, yaitu : a. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan metode penilaian investasi
yang
sampai saat ini populer digunakan. NPV merupakan cara perhitungan selisih antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi, dengan menggunakan tingkat bunga yang relevan, digunakan rumus :
34
n
At
NPV = ∑ t=0
(1 + k)t
Keterangan : k = Discount rate At = Cash flow pada periode t n = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan. Kriteria NPV adalah investasi dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan jika dari perhitungan yang dilakukan akan menghasikan NPV positif atau nol. Jika hasil NPV negatif maka investasi harus dibatalkan karena akan memberikan kerugian pada investor (Rangkuti, 2001). b. Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya tediri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahuntahun dimana benefit besih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present Value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et al., 1999). Formulasinya adalah sebagai berikut : Net B/C = ∑ (Bt – Ct)/(1+i)t [Bt-Ct>0] ∑ (Ct-Bt)/ (1+i)t [Bt-Ct<0] Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) juga dapat dibuat dalam bentuk persamaan
perbandingan antara total penerimaan kotor dan total biaya
produksi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung B/C Ratio adalah : Gross Benefit Total B/C Ratio = Production Cost Total Kriteria keputusan yang diambil dalam menentukan kelayakan berdasarkan B/C Ratio adalah :
35
1) Jika B/C Ratio ≥ 1, maka proyek dikatakan layak diterima; 2) Jika B/C Ratio <1, maka proyek dikatakan tidak layak diterima. c. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi dalam hal ini adalah tingkat mana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount faktor atau telah dihitung dalam nilai seka rang, nilainya sama dengan initial investment (biaya investasi), rumus yang digunakan :
P2 - P1 r = P1 - C1 C2 - C1 Keterangan : P1 = Tingkat discount rate yang pertama P2 = Tingkat discount rate yang kedua C1 = NPV yang pertama C2 = NPV yang kedua Metode ini memberikan pedoman bahwa usulan proyek akan diterima apabila IRR > i. Begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < i, maka usulan proyek sebaiknya tidak dijalankan (Rangkuti, 2001). d. Payback Period (PBP) Payback Period (PBP), adalah suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain Payback Period merupakan rasio antara initial cash investmen dan cash flow yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima, rumus yang digunakan menurut Rangkuti (2001): Payback Period =
Nilai investasi Kas masuk bersih
x 1 tahun
36
Metode ini memberikan pedoman bahwa usulan investasi dapat diterima jika payback period lebih pendek waktunya daripada maximum paybac periodnya, sebaliknya investasi akan ditolak apabila payback period lebih panjang waktunya dari maximum payback periodnya. Kelemahan
metode
ini
adalah
bahwa
metode
ini
tidak
memperhatikan konsep nilai waktu dari uang, di samping juga tidak memperhatikan aliran dari kas masuk setelah payback. Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai pendukung dari metode lain (NPV dan IRR) yang lebih baik. Menurut Gittinger (1986) secara umum proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya yang terjadi. Oleh karena itu dalam perhitungan analisis kelayakan, perubahan biaya juga diperhitungkan dalam suatu perubahan proporsional yang ditetapkan dalam biaya yang dikeluarkan perusahaan.
G. PENELITIAN TERDAHULU Subekti (2005) dalam tesisnya yang berjudul Formulasi Strategi Pemasaran Produk Agroindustri Berbasis Kelapa Sawit. Dalam tesis ini mengidentifikasi produk berbasis kelapa sawit yang prospektif dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial, mengidentifikasi pasar potensial untuk produk kelapa sawit yang prospektif dengan menggunakan metode
peramalan
linier.
Dalam
merumuskan
strategi
pemasaran
menggunakan Matrik Internal Eksternal dan SWOT. Sitompul (2005) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pasar dan Peramalan Permintaan Pasar Dalam Merancang Strategi Pemasaran Produk Coca-Cola. Pada skripsi ini terdapat dua tahap penelitian. Pada tahap pendahuluan dilakukan analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pasar sehingga dapat menghasilkan output peramalan permintaan pasar dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal sebelum merekomendasikan strategi pemasaran. Pada tahap kedua dengan memperkirakan semua hasil analisis dalam penelitian pendahuluan juga
37
dilakukan analisis SWOT yang kemudian terdapat hasil rekomendasi strategi pemasaran produk coca-cola. Sirait (2005) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Strategi Pemasaran Daging Sapi Pada CV. Duta Mandiri Abadi. Pada tesis ini dalam merumuskan strategi pemasaran menggunakan Analisis Faktor Internal Eksternal dan Matriks SWOT kemudian diperoleh strategi yang paling efektif dalam meningkatkan
pemasaran
daging
sapi.
Hasil
yang
diperoleh
yaitu
mempertahankan komitmen manajemen terhadap kualitas produk daging sapi dan mensosialisasikannya kepada karyawan, meningkatkan kinerja bagian pemasaran dalam menganalisis permintaan pasar serta mengoptimalkan kapasitas produksi yang sudah ada. Halim Machfud dalam disertasinya yang berjudul Pemodelan Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri Dengan Pendekatan Klaster. Disertasi ini mengupas rinci apa dan bagaimana mengembangkan industri minyak atsiri dengan menawarkan sistem klaster, sedangkan pada disertasi dan skripsi ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengembangkan industri minyak atsiri, perbedaannya hasil dari skripsi ini dari sisi pemasaran. Pada skripsi, tesis dan disertasi di atas belum dilengkapi program yang dapat mempermudah user yang bisa langsung diaplikasikan pada paket program. Pada model-model yang terdapat pada paket program, user dapat meng-input masukan dari beberapa pakar secara langsung dan mendapatkan hasilnya saat itu juga.
38