II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Grameen Bank Hadiah Nobel perdamaian bagi Muhammad Yunus dengan Grameen Banknya di Bangladesh, memberikan pelajaran akan pentingnya institusi keuangan mikro bagi kaum miskin, khususnya dikalangan kaum perempuan. Hal penting lain yang dapat kita ketahui adalah bahwa perempuan memegang peranan penting dalam mentransfer kredit mikro ke keluarga dan lebih lanjut mengentaskan keluarga dari kemiskinan. Hal ini mengingat bahwa 97 persen nasabah Grameen Bank adalah perempuan. Program kredit mikro, yang memberikan akses kredit yang lebih luas kepada kaum miskin, telah dianggap sebagai suatu program kunci bagi upaya pemberantasan kemiskinan, mengingat selama ini masyarakat miskin mendapat banyak halangan untuk mengakses sistem atau lembaga perbankan lainnya. Program kredit mikro Grameen Bank, yang bermula dari pilot proyek kecilkecilan yang dijalankan dengan bantuan mahasiswa-mahasiswa M. Yunus yang semuanya berasal dari daerah setempat. Gagasan ini yang bermula di desa Jobra sebuah desa kecil di Bangladesh yang bersebelahan dengan Chittagong University tempat M. Yunus mengajar. Dekatnya dengan desa Jobra menjadikan sebuah pilihan sempurna bagi M. Yunus untuk mata kuliahnya yang baru dan memutuskan untuk menjadi mahasiswa kembali dan warga Jobralah yang akan menjadi dosen-dosen-nya untuk belajar sebanyak mungkin tentang desa tersebut. Universitas – universitas yang ada sekarang menciptakan kesenjangan hebat antara mahasiswanya dengan kenyataan hidup sehari-hari di Bangladesh. M. Yunus ingin mengajari mahasiswanya cara memahami kehidupan orang miskin. Perjalanan berulang kali ke pedesaan di sekitar kampus Chittagong Unversity membuahkan temuan-temuan yang penting dalam mendirikan Grameen Bank. Kaum miskin mengajarkan ilmu ekonomi yang sepenuhnya baru. Dengan mempelajari masalah-masalah yang mereka hadapi dari perspektif mereka sendiri dengan mencoba banyak hal ada yang berjalan lancar ada yang tidak, salah satu yang berjalan baik adalah menawari sedikit pinjaman kepada
5
masyarakat untuk membangun usaha mandiri. Pinjaman ini menyediakan titik awal bagi industri rumah tangga dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan yang memanfaatkan keterampilan yang sudah dimiliki oleh masyarakat peminjam itu sendiri. M. Yunus tidak pernah menbayangkan bahwa program kredit mikro ini akan menjadi basis bagi “bank untuk kaum miskin” berskala nasional yang melayani 2,5 juta orang, dan diadaptasi di lebih dari 114 negara di 5 benua. Saat ini telah berkembang dan menjangkau tujuh juta orang miskin di 73.000 desa Bangladesh, 97 persen diantaranya perempuan. Grameen Bank memberikan kredit bebas agunan untuk mata pencaharian, perumahan, sekolah dan usaha mikro untuk keluarga-keluarga miskin dan menawarkan setumpuk program tabungan yang atraktif, dana pensiun, dan asuransi untuk para anggotanya. Sejak diperkenalkan tahun 1984, kredit perumahan telah membangun 640.000 rumah.
Kepemilikan legal rumah-
rumah ini menjadi hak para perempuan itu sendiri. Secara kumulatif, Grameen Bank telah
memberikan
kredit
sebesar
sekitar
US$
6
miliar
dengan
tingkat
pengembaliannya 99 persen dan telah mampu mengangkat 58 persen nasabah dari garis kemiskinan.
Grameen Bank telah memperoleh pengakuan dari pemerintah
Bangladesh dan telah dipayungi oleh satu undang-undang tersendiri (Yunus, 1997) 2.2. Metode Pemberian kredit pola Grameen Bank Grameen Bank mempunyai pengertian bank desa, kata grameen merupakan bahasa Bengali berarti desa. Bank yang awalnya mengkhususkan untuk menyalurkan kredit bagi masyarakat miskin desa Jobra dan sekitarnya di wilayah Chittagong, Bangladesh dalam kurun waktu 1976-1979. Grameen Bank merupakan sistem kredit mikro yang direncanakan dan dijalankan pertama kali oleh Dr. Muhammad Yunus dari Chittagong University pada tahun 1976 dengan pendekatan yang ramah dengan orang miskin. Latar belakang yang mendasari Dr. Muhammad Yunus mendirikan dan menjalankan kredit mikro Grameen Bank adalah: (1) Banyak orang miskin di desa terlilit hutang pada rentenir, (2) Orang miskin dalam berusaha tidak bisa mengakses modal ke lembaga keuangan resmi, (3) Kredit di lembaga keuangan menggunakan
6
agunan yang tidak dimiliki orang miskin, (4) tidak ada produk pinjaman/kredit yang ramah terhadap orang miskin (KKP, 2009). Dan sampai saat ini skim kredit sistem Grameen Bank telah berkembang pesat di Bangladesh bahkan sekarang sistem ini telah diadopsi oleh lebih dari 114 negara dengan bantuan lembaga international PBB. Dan pada tahun 2006, Dr. Muhammad Yunus mendapatkan hadiah nobel perdamaian sebagai tokoh yang mengentaskan kemiskinan. 2.2.1. Falsafah Dasar Grameen Bank 1) Pemberian bantuan pada orang miskin yang didasari pada belas kasihan dan juga cuma-cuma (charity), tidak akan membantu orang miskin tersebut untuk lepas dari kemiskinannya. Sebaliknya justru akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang kemiskinan yang lebih dalam. 2)
Setiap pemberian bantuan pinjaman kepada orang miskin harus didasarkan pada keikhlasan dan juga pemdampingan yang terusmenerus.
3)
Penyaluran kredit kepada orang miskin hanya sebagai entry point saja dari serangkaian kegiatan pendampingan yang ditujukan untuk penguatan kepada orang miskin (KKP, 2009).
2.2.2. Visi Gramen Bank dan Misi Grameen Bank Visi dari Grameen Bank adalah Bank untuk golongan termiskin. Adapun Misi dari Grameen Bank yaitu: 1)
Atas dasar persamaan (HAM)
2)
Membantu mereka yang benar-benar memerlukan
3)
Membantu orang miskin keluar dari kemiskinannya
4)
Pemberdayaan perempuan
5)
Mendukung pembangunan yang menyeluruh
6)
Memastikan kadar pembayaran yang tinggi
7
2.2.3. Prinsip Dasar Pemberian kredit pola Grameen Bank Prinsip dasar atau tata cara penyaluran kredit sistem Grameen Bank memiliki kriteria sebagai berikut: 1)
Sasaran orang atau keluarga miskin khususnya perempuan
2)
Pinjaman diberikan setelah adanya pendidikan secara terstruktur atau latihan wajib kumpulan
3)
Pinjaman diberikan secara kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 orang
4)
Setiap minimal 2 kelompok membentuk satu center meeting sebagai tempat semua kegiatan
5)
Pinjaman diberikan dengan pola 2 2 1 atau 3 2 sesuai dengan kebutuhan
6)
Semua transaksi dilakukan di pertemuan center (center meeting)
7)
Setiap transaksi pinjaman dikenakan biaya, yang dibayarkan oleh client dan dibayarkan bersamaan dengan angsuran
8)
Pinjaman diberikan dengan jangka waktu yang cukup panjang sehingga dimanfaatkan secara maksimal
9)
Angsuran dilakukan setiap seminggu sekali di center meeting
10)
Selain produk pinjaman, juga dibuat produk tabungan untuk melatih anggota menyisihkan pendapatan untuk hal-hal yang lebih penting
11)
Setelah lunas pinjaman pertama, maka client harus memperoleh pinjaman berikutnya sepanjang menunjukkan progress yang meningkat
12)
Setiap kegiatan center meeting, dilakukan dengan motivasi baik berupa ikrar maupun pembaca do’a
13)
Isi ikrar atau doa mencerminkan tujuan jangka panjang dari program dalam rangka meningkatkan kualitas hidup client di masa yang akan datang
14)
Semua pelaksanaan program harus dilakukan secara professional dan transparan
8
15)
Berbagai isu diluar kegiatan mikro kredit menjadi prioritas berikutnya setelah kegiatan utama berjalan dengan baik
Kriteria lebih khusus sistem Grameen Bank sebagai berikut: 1) Sasaran khusus kepada golongan termiskin a) Golongan sasaran dikenal pasti dan jelas b) Termiskin diantara yang miskin 2) Sistem penyaluran modal, khusus dibuat untuk golongan termiskin a) Syarat pinjaman mudah b) Modal dibawa langsung kepada yang termiskin c) Perempuan sebagai sasaran d) Pendekatan secara berkumpulan e) Mengutamakan tanggung jawab bersama f)
Pinjaman kecil-kecil
g) Pinjaman berkelanjutan tergantung “rapor” h) Angsuran mingguan i)
Ada tabungan
j)
Modal dipakai untuk usaha sesuai pilihannya sendiri
k) Komitmen kepada latihan 3) Tenaga pelaksana professional dan terlatih a) Latihan dan proyek lapangan selama 6 bulan b) Latihan lebih bertumpu pada belajar sendiri 4) Program dilaksanakan dengan kaedah “perbankan” a) Tenaga pelaksana profesional b) Pinjaman dikenakan biaya administrasi c) Program dijalankan secara terbuka d) Pinjaman adalah pelanggan dan nantinya ikut memiliki saham di Grameen Bank
9
2.2.4. Proses Pengajuan Pinjaman (1)
Anggota
Center
(2)
(9) Staff Lapang (8)
(7)
(3)
(6)
Branch Manager
Kasir (5)
(4) Regional Manager Gambar 1. Proses Pengajuan Pinjaman Dalam proses pengajuan pinjaman kredit pola Grameen Bank (Gambar 1) terdapat beberapa tahap-tahap berikut Penjelasannya: (1)
Anggota yang mengajukan permohonan pinjaman tampil kedepan pertemuan center/rembung pusat.
Sambil berdiri menghadap pada
anggota center, yang bersangkutan secara lisan menyampaikan usulan pinjaman untuk mendapatkan persetujuan dari semua anggota. Usulan tersebut adalah jumlah pinjaman dan tujuan/rencana penggunaannya. (2)
Apabila semua anggota telah menyetujui usulan tersebut, maka staf lapangan mencatat dalam Formulir Pengajuan Pinjaman (FPP), kemudian anggota yang bersangkutan menandatangani di ikuti oleh semua anggota kumpulan.
(3)
Staff
lapang melapor kepada Manager Cabang disertai penjelasan
mengenai identitas dan kelayakan anggota yang bersangkutan. (4)
Manager Cabang akan mengajukan kepada regional Manager untuk mendapatkan jumlah pinjaman yang disetujui. 10
(5)
Regional Manager akan mengembalikan formulir setelah menyetujui jumlah pinjaman.
(6)
Manager Cabang mengembalikan berkas usulan kepada staff lapang setelah diteliti dan ditanda tangani (untuk persetujuan).
(7)
Staff lapang menyerahkan berkas usulan pinjaman untuk mendapatkan uang pinjaman dan mempersiapkan: Formulir Permohonan Pinjaman (FPP), rincian angsuran, cacatan kejadian, pengajuan pinjaman Dana Tabungan Kumpulan dan buku pinjaman umum perorangan.
(8)
Staff lapang menerima uang sebelum berangkat ke pertemuan Center minggu berikutnya.
(9)
Realisasi pinjaman kepada anggota. Anggota penerima pinjaman menandatangani Formulir Penggunaan Pembiayaan (FPP) sebagai bukti tanda terima.
(10) Satu minggu setelah pinjaman diberikan, ketua kumpulan dan ketua Center memeriksa penggunaan pinjaman anggotanya. Setelah mereka membubuhi tanda tangan dalam Formulir Pemeriksaan Penggunaan Pinjaman (FP3). Selanjutnya formulir tersebut disampaikan kepada staff lapang. 2.2.5. pembentukan Kelompok Pembentukan Kelompok merupakan tahap awal untuk terbentuknya sebuah kelompok. 1) Syarat-syarat kelompok: a) Perempuan miskin b) Umur anggota hampir sama c) Tingkat pendidikan hampir sama d) Tidak ada hubungan darah, misal : Ibu dan anak, adik dan kakak tidak bisa menjadi satu kelompok tapi harus beda kelompok e) Rumah berdekatan f) Anggota saling kenal satu dengan yang lainnya
11
g) Telah mendapatkan ijin dari suami ataupun keluarga. 2) Cara melakukan Pembentukan Kelompok (PK) : a) Kelompok yang mendaftar anggotanya hadir dengan membawa semua anggota kelompoknya yang telah dibentuk oleh mereka sendiri sebelumnya. b) Apabila anggota kelompoknya tidak lengkap maka kelompok tersebut tidak bisa didaftarkan. c) Kelompok tersebut akan diwawancarai langsung oleh Manager dan juga Field Officer (FO)/staff lapang yang telah ditugaskan di desa tersebut. d) Hal-hal yang disampaikan oleh Manager kepada kelompok dalam Pembentukan Kelompok, antara lain: 1. Memastikan tidak ada hubungan darah sesama anggota dalam kelompok tersebut. 2. Memastikan mereka saling mengenal secara pribadi maupun usaha masing-masing anggota. 3. Mamastikan pekerjaan dan tujuan dari pinjaman masing-masing calon anggota. 4. Menjelaskan jumlah pinjaman dan angsuran. 5. Kesanggupan untuk mengikuti Latihan Wajib Kumpulan ( LWK). 6. Kesanggupan untuk hadir di pertemuan center setiap minggunya. 7. Kesanggupan untuk system tanggung-renteng untuk anggota kelompoknya. 2.3. Pendapatan Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan (Antonio, 2001). Dalam akuntansi, pendapatan merepresentasi capaian atau hasil dan biaya merepresentasi upaya. Dengan demikian, konsep upaya dan hasil mempunyai
12
implikasi bahwa pendapatan dihasilkan oleh biaya. Artinya hanya dengan biaya, pendapatan dapat tercipta. Pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama satu periode (Suwardjono, 2005). Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Pendapatan belum dapat dinyatakan ada dan diakui sebelum terjadinya penjualan yang nyata. Sumber pendapatan dapat terjadi dari transaksi modal atau pendanaan (financing); laba dari penjualan aktiva seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan; revaluasi aktiva; hadiah, sumbangan atau penemuan dan penyerahan produk perusahaan (hasil penjualan produk). Dari kelima hal yang disebutkan yang merupakan sumber utama pendapatan adalah hasil penjualan produk (Suwardjono, 2005). Pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang dimiliki, jika modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang didapat juga tinggi. Namun jika modal kecil maka hasil produksi rendah sehingga pendapatan yang diperoleh rendah. Untuk menambah modal usaha guna meningkatkan pendapatan maka dibutuhkan suatu pembiayaan.
2.4. Pengaruh Pemberian kredit pola Grameen Bank Terhadap Pendapatan Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan yang timbul dari penyerahan barang/jasa atau kegiatan usaha lainnya (Mardiasmo, 1995). Pendapatan merupakan salah satu faktor penunjang usaha atau aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Hal ini mendorong manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk eksistensi dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Tindakan-tindakan ini dilakukan karena seiring terdorong oleh kuatnya minat dan keinginan manusia untuk memperhatikan hidupnya, dimana dalam hal ini terdapat persoalan bagaimana usaha yang diinginkannya.
Untuk mendapatkan keinginan
tersebut diperoleh suatu pendapatan sebagai penunjang.
13
Suatu pendapatan usaha tergantung dari besar kecilnya modal yang digunakan. Jika modal besar maka produk yang dihasilkan juga besar sehingga pendapatannya pun meningkat. Begitu juga sebaliknya jika modal yang digunakan kecil maka produk yang dihasilkan hanya sedikit dan pendapatan yang diperoleh juga sedikit. Untuk itu diperlukan pembiayaan untuk meningkatkan pendapatan usaha kecil. Peningkatan usaha kecil kunci utamanya adalah modal. Bagi usaha kecil, sering dijumpai pemerolehan modal diiringi dengan membayar bunga yang cukup tinggi dan diharuskannya jaminan. Sehingga pinjaman menjadi beban yang sewaktuwaktu dapat menjadi boomerang bila terjadi kemacetan angsuran dan tidak bisanya mendapatkan modal karena tidak ada benda berharga yang bisa dijaminkan. Pada umumnya pedagang kecil dan industri rumah tangga mempunyai margin (keuntungan) atau pendapatan yang cukup tinggi namun tidak bisa lepas dari keterbatasan modal. Untuk itu perlu adanya bantuan dalam pembiayaan. 2.5. Keadaaan Umum Masyarakat Pesisir Kemiskinan bukanlah suatu gejala baru bagi masyarakat Indonesia. Pada saat ini, walaupun sudah hidup dalam kemerdekaan selama puluhan tahun, yang dalam statusnya sebagai negara berkembang, kondisi kemiskinan itu selalu nyata di tengahtengah masyarakat, baik di kota maupun di desa. Masyarakat pesisir merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dalam kebijakan pembangunan.
Jika pada masyarakat petani terdapat berbagai
program subsidi, seperti subsidi pupuk dan benih, maka pada masyarakat nelayan subsidi seperti itu hampir tidak pernah mereka peroleh. Memang di beberapa daerah kadang ada semacam bantuan peralatan tangkap untuk nelayan, namun sering tidak bisa dimanfaatkan oleh nelayan, karena kendala yang bersifat struktural seperti keharusan adanya agunan yang tidak mereka miliki serta sistem angsuran yang tidak sesuai dengan pola pendapatan mereka. Akibatnya, walaupun beberapa program sudah dijalankan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir namun tetap saja kehidupan masyarakat pesisir masih akrab dengan
14
kemiskinan, menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks.
Masalah-masalah tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: (1)
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat, (2) keterbatasan akses modal, teknologi, dan pasar, sehingga mempengaruhi dinamika usaha, (3) kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, (4) kualitas SDM yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik, (5) degradasi sumberdaya lingkungan, baik di kawasan pesisir, laut, maupun pulau-pulau kecil, dan (6) belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2009). Kemiskinan merupakan suatu konsep yang cair, dan bersifat multi dimensional. Disebut cair karena kemiskinan bisa bermakna subyektif, bermakna relatif, tetapi sekaligus juga bermakna absolut. Sedangkan disebut multidimensional, selain kemiskinan itu dapat dilihat dari sisi ekonomi, juga dari segi sosial, budaya dan politik. Dalam hal ini istilah kemiskinan itu lebih diartikan sebagai suatu kondisi yang serba kekurangan, yang merupakan suatu definisi umum yang digunakan untuk menjelaskan tentang kemiskinan. Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia. Untuk mendukung kebijakan tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat, agar upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai dengan maksimal.
Sementara itu,
masyarakat sendiri sebetulnya tidak tinggal diam. Mereka selalu berusaha dengan berbagai cara untuk keluar dari jerat kemiskinan yang membelenggu kehidupan mereka (Imron dan Manan, 2009). Bertolak dari pemikiran tersebut maka upaya penanggulangan kemiskinan harus didasarkan pada definisi kemiskinan yang jelas, penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan kemiskinan tersebut. Pada umumnya konsep kemiskinan lebih banyak dikaitkan dengan dimensi ekonomi. Kemiskinan juga dapat dikaitkan dengan dimensi sosial budaya dan sosial politik. Dalam dimensi ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dalam bentuk ketidakmampuan suatu keluarga dalam memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya, seperti pangan, sandang, perumahan dan kesehatan, yang secara kualitatif
15
hal ini dapat dilihat pada kondisi perumahan yang kumuh, perabotan rumah tangga yang seadanya, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan kesehatan yang rendah, dan kondisi pendidikan yang juga rendah. Dalam kaitanya dengan dimensi sosial budaya, kemiskinan lebih sulit untuk diukur, dan tidak dapat dihitung dengan angka-angka. Meskipun demikian, dimensi sosial budaya dari kemiskinan itu dapat dilihat dan dirasakan, karena muncul dalam bentuk budaya kemiskinan misalnya, menyatakan adanya respon tertentu yang dilakukan oleh masyarakat miskin dalam menyikapi hidup, seperti boros dalam membelanjakan uang, mudah putus asa, merasa tidak berdaya, dan apatis. Semua ini merupakan budaya yang muncul karena kemiskinan yang dihadapi oleh generasi sebelumnya, dan diwariskan secara terusmenerus kepada generasi berikutnya, karena digunakan sebagai desain kehidupan bagi orang miskin untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya. Budaya kemiskinan yang demikian itu sekaligus menjerumuskan mereka ke dalam kemiskinan yang lebih dalam, karena menghambat mereka untuk berjuang dalam melawan kemiskinan yang dialami. Adapun dalam dimensi sosial politik, kemiskinan muncul dalam bentuk terpinggirnya kelompok miskin dalam struktur sosial yang dibawah, dan tidak dilibatkannya mereka dalam proses pengambilan keputusan. Hal itu muncul dengan termarginalisasinya kelompok miskin, sehingga tidak mempunyai akses, misalnya, terhadap lembaga keuangan. Begitu pula dalam program-program untuk perbaikan kelompok ini, mereka tidak punya akses untuk berpartisipasi dalam menentukan masa depannya, karena penentuan program biasanya dilakukan oleh orang luar yang merasa tahu atas permasalahan mereka, walaupun secara riil masyarakat miskin itulah yang sebetulnya merasakan dan tahu persis permasalahan yang dihadapi (Imron dan Manan, 2009). 2.6. Tinjauan Penelitian Sumber data didapat dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan dan belum pernah dipublikasi (Siregar, 2010). Data
16
sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya (Siregar, 2010). Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari populasi sasaran yaitu usaha-usaha kecil yang telah menjadi anggota Koperasi Pola Grameen Bank sebanyak 423, Pengelola Koperasi LEPP-M3, dan tokoh masyarakat di Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur.
Menurut Sekaran (2006), populasi mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Metode penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan Stratified Random Sampling.
Stratified Random Sampling Metode pengambilan sampel acak
terstratifikasi (stratified random sampling) adalah metode pemilihan sampel denga cara membagi populasi ke dalamkelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. (Anderson, 2008). 2.7. Tinjauan Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrumen 2.7.1. Pengujian Validitas Instrumen Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya > 0,3 (Sugiyono, 2009) maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu disimpulkan bahwa isntrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik dengan rumus pearson product moment (Riduwan, 2004):
n ( XY ) X Y
rhitung
n X
2
X nY 2 (Y ) 2 2
Dimana : rhitung = Koefisien korelasi ∑X
= Jumlah skor item
17
∑Y
= Jumlah skor total (seluruh item)
N
= Jumlah responden
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya dari apa yang diukur. Pengujian ini berfungsi menunjukkan tingkat kemampuan alat pengukur agar dapat memberikan apa yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa ingin diukur. Tahap-tahap pengujian validitas: 1) Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur. 2) Uji coba skala pengukuran dalam instrumen kepada sejumlah responden. 3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban yang berbentuk matrik a x b, dimana a menyatakan banyaknya responden dan b menyatakan jumlah item pertanyaan. 4) Menghitung korelasi antara masing-masing item pernyataan dengan skor total yang menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment. 5) Menghitung korelasi terkoreksi 6) Membandingkan angka korelasi terkoreksi (rpq) dengan r tabel yang berderajat bebas n-2, criteria pengujiannya adalah: a) bila rpq dari hasil olahan uji tersebut diperoleh item-item pernyataan dengan rpq bernilai positif dan rpq > r tabel maka tolak H0 sehingga item tersebut valid. b) bila rpq bernilai negatif dan rpq ≤ r tabel, maka item tersebut tidak valid berarti item pernyataan tersebut dinyatakan gugur. Pengukuran validitas pada instrumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan dapat dimengerti dan dipahami oleh responden. 2.7.2. Pengujian Reliabilitas Instrumen Setelah instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid, kemudian peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap instrumen-instrumen penelitian 18
yang mencakup variabel-variabel yang diteliti dengan mengambil hasil jawaban dari responden yang dianggap valid. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperkirakan reliabilitas adalah metode konsistensi internal. Dalam metode konsistensi internal, reliabilitas dapat ditunjukkan melalui besarnya nilai Cronbach Alpha (α). Adapun penghitungan α didapatkan dari formula berikut:
Dimana: α = Cronbach Alpha k = jumlah item pernyataan Σ σ2(yi) = jumlah varians item pernyataan σx2= varians skor total Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel), akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga, sehingga apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan memberikan hasil yang sama.
19